Anda di halaman 1dari 16

MANA JEMEN RISIKO

OLEH:

RAJA CENDANA SEDANA (1807521158)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
RESUME RPS 6
METODE PENGUKURAN RISIKO KREDIT DAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT
A. Definisi dan Ilustrasi Risiko Kredit
Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis
kita) tidak bisa memenuhi kewajiban (wanprestasi). Risiko kredit menjadi semakin
penting karena akhir-akhir ini banyak peristiwa gagal bayar yang dialami oleh
perusahaan- perusahaan domestik, luar negeri, bahkan negara sekalipun.
Resiko kredit adalah resiko dimana nasabah/debitur tidak mempu
memenuhi kewajiban keuangan sesuai kontrak/kesepakatan yang telah dilakukan
atau resiko yang timbul dikarenakan kualitas kredit semakin menurun.
Penurunan kualitas kredit dimaksud belum tentu berimplikasi pada
terjadinya default, namun paling tidak kemungkinan terjadinya default akan
semakin besar.
Hal-hal yang termasuk dalam resiko kredit adalah :
a. Lending risk yaitu resiko akibat nasabah/debitur tidak mampu melunasi fasilitas
yang telah diberikan oleh bank, baik berupa fasilitas kredit langsung maupun tidak
langsung.
b. Counter party risk yaitu resiko dimana counter part tidak bisa melunasi
kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun pada saat
tanggal kesepakatan.
c. Issuet risk, yaitu risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi
kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.
Resiko dalam pemberian kredit
Resiko ini merupakan kondisi disituasi yang akan dihadapi dimasa yang akan
datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan laba bank. Secara umum
jenis-jenis yang mungkin atau bakal dihadapi meliputi :
- Risiko lingkungan : risiko yang berkaitan dengan lingkungan perbankan terutama
yang berkaitan dengan lingkungan luar (eksternal) perbankan. Risiko ini kompetiti
di risiko peraturan.

- Risiko manajemen adalah risiko yang berkaitan dengan risiko dari dalam
perusahaan (internal) seperti risiko organisasi, risiko kemampuan, risiko
kegagalan.
- Risiko penyerahan : risiko penyerahan yang terpengaruh oleh internal bank seperti
risiko oprasional, risiko teknologi, risiko strategi.
- Risiko keuangan yaitu berkaitan erat dengan pengaruh internal & eksternal bank
seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko leverage, risiko
internasional.
B. Penilaian Kualitatif Dalam Analisis Risiko Kredit
Dalam dunia perbankan, analisis kredit sering menggunakan kerangka 3R dan 5C.
intinya menganalisis kemampuan melunasi kewajiban dari calon nasabah bank.
Pedoman 3R :
a. Returns
Returns berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari pengunaan kredit yang
diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan)
b. Repayment capacity
Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan mengembalikan
pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jauh tempo.
c. Risk bearing ability
Risk bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan menanggung risiko
kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan pengunakan kredit tersebut.
Jaminan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh kreditur dalam
kaitannya dengan risk-bearing ability.
Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan karakteristik adalah :
i. Character menunjukkan kemauan peminjam (debitur) untuk memenuhi
kewajibannya.
ii. Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban utangnya,
memaluli pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien. Capacity bisa
dilihat melalui masa lalu (prestasi masa lalu atau track of record masa lalu). iii.
Capital adalah posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara keseluruhan.
iv. Collateral adalah aset yang dijaminkan (dijadikan agunan) untuk suatu
pinjaman
v. Conditions adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi
kemampuan mengembalikan pinjaman.
C. Penilaian Kuantitatif: Rating Dan Analisis Diskriminan
Selain penilaian kualitatif untuk risiko kredit, kita juga bisa menggunakan analisis
kuantitatif untuk mengukur risiko kredit.
a. Rating Perusahaan
Ranting tersebut menunjukkan tingkat risiko perusahaan tersebut. Perusahaan
tidak harus memperoleh rating tersebut (kecuali kalau disyaratkan), dan ketika
rating tersebut. Perhatikan rating biasanya dilakukan oleh perusahaan yang akan
menjual surat utang, tidak untuk perusahaan yang akan menjual sahamnya ke
publik.
Klasifikasi Rating

Rating Keterangan
AAA Instrumen utang dengan risiko sangat rendah, tingkat pengembalian
teramat baik (excelent); perubahan pada kondisi keuangan, bisnis,
atau ekonomi tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
risiko inventasi.

AA Instrumen utang dengan risiko sangat rendah. Tingkat


pengembalian yang sangat baik; perubahan pada kondisi keuangan,
bisnis, atau ekonomi barangkali akan berpengaruh terhadap risiko
investasi, tetapi tidak terlalu besar.

A Pengembalian utang dengan risiko rendah. Tingkat pengembalian


yang sangat baik, meskipun perubahan pada kondisi keuangan,
bisnis, atau ekonomi akan meningkatkan risiko investasi.

BBB Tingkat pengembalian yang memadai. Perubahan pada kondisi


keuangan, bisnis, atau ekonomi mempunyai kemungkinan besar
meningkatkan risiko investasi dibandingkan dengan ketegori yang
lebih tinggi.

BB Investasi perusahaan mempunyai kemampuan membayar bunga


dan pokok pinjaman, tetapi kemampuan tersebut rawan terhadap
perubahan pada kondisi ekonomi, bisnis dan keuangan

B Instrumen utang saat ini mengandung risiko investasi. Tingkat


pengembalian tidak terlindungi secara memadai terhadap kondisi
ekonomi, bisnis dan keuangan

C Instrumen keuangan yang bersifat spekulatif dengan kemungkinan


besar bangkrut.

D Instrumen keuangan sedang default / bangkrut.

b. Model Skoring Kredit


Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat risiko kredit (potensi kegagalan
bayar) berdasarkan skor tertentu yang dihasilkan melalui model tertentu. Bagian
berikut ini membicarakan beberapa model skoring, yaitu model diskriminan,
model probabilitas linear, dan model probabilitas logit.

a. Model Diskriminan
Analisis diskriminan pada dasarnya ingin melihat apakah suatu perusahaan
sebaiknya dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Z = 1,2 x 1 + 1,4 x 2 + 3,3
x 3 + 0,6 x 4 + 1,0 x 5
Dimana X1 = Rasio modal kerja/ Total aset
X2 = Rasio laba yang ditahan/ Total aset
X3 = Rasio Laba Sebelum bunga dan pajak/ Total aset
X4 = Rasio Nilai pasar saham/Nilai buku saham
X5 = Rasio Penjualan / Total aset

Setelah fungsi diskriminan diestimasi, terhadap berikutnya adalah


mengguanakan fungsi tersebut untuk memprediksi kegagalan bayar.
Z = 0,717 X1 + 0,847 x 2 + 3,107 x 3 + 0,420 x 4 + 0,998 x 5
Dimana X1 = Rasio modal kerja/ Total aset
X2 = Rasio laba yang ditahan/ Total aset
X3 = Rasio Laba Sebelum bunga dan pajak/ Total aset
X4 = Rasio Nilai buku saham preferen dan saham biasa/
Nilai buku total hutang
X5 = Rasio Penjualan / Total aset
Cut-off atau batas untuk pengambilan kesimpulan kedua model tersebut bisa
dilihat dalam tabel berikut ini.
Cut Off Rate Model Diskriminan

Model pasar Model nilai buku


Batas tidak bangkrut 2,99 2,90
Batas bangkrut 1,81 1,20
Wilayah abu-abu 1,81-2,99 1,20-2,90

Misalkan ada dua perusahaan dengan data rasio keuangan berikut ini :

X Y
Rasio Modal Kerja/ Total Aset 0,25 0,005
Rasio Laba yang ditahan / Total Aset 0,1 0,01
Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak/ Total Aset 0,1 -0,2
Rasio Nilai Pasar Saham/ Nilai Buku Saham 2 1,2
Rasio Penjualan / Total Aset 2 1,25

Karena menggunakan informasi harga pasar saham, maka kita


menggunakan model yang pertama, sehingga perhitungan nilai Z bisa
dilihat berikut ini :
ZA = 1,2 (0,25) + 1,4 (0,1) + 3,3 (0,1) +0,6 (2) + 1,0 (2) = 3,97 ZB
= 1,2 (0,005) + 1,4 (0,01) + 3,3 (-0,2) + 0,6 (1,2) + 1,0
(1,25) = 1,33
Karena nilai Z untuk A di atas batas bangkrut (3,97 > 2,99), maka Altman
memprediksi bahwa perusahaan A tidak bangkrut. Sebaiknya, karena nilai
Z untuk B di bawah batas bawah (1,33 < 1,81), maka Altman memprediksi
bahwa perusahaan B akan mengalami kebangkrutan.
b. Model Probabilitas Linear
Dua kategori (gagal bayar dan tidak galal bayar) tidak cukup. Kita barangkali
menginginkan angka yang mencerminkan seberapa besar kemungkinan
terjadinya kegagalan bayar (risiko kredit) suatu perusahaan. Model
probabilitas bisa dipakai untuk mengakomodasi keinginan tersebut.
Langkah pertama adalah mengestimasi persamaan untuk model probabilitas.
Kita akan mengumpulkan data perusahaan yang gagal bayar dan yang tidak
gagal bayar. Variabel gagal bayar tersebut menjadi variabel tidak bebas
(dependent).
Z = 0,2 + 1,3 X 1 + 0,5 x 2
Dimana X1 = rasio modal kerja/ total aset
X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak/ total aset

Misalkan kita akan menganalisis potensi gagal bayar untuk tiga perusahaan,
dengan informasi sebagai berikut.
A B C
Total aset Rp 100 miliar Rp. 50 miliar Rp. 100 miliar
Modal kerja Rp 40 miliar Rp. 5 miliar Rp. 50 miliar
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 40 miliar -Rp. 2,5 Rp. 40 miliar
miliar
X1 0,4 0,1 0,5
X2 0,4 -0,05 0,4

Probabilitas tidak gagal bayar ( lancar) bisa dihitung sebagai berikut :


ZA = 0,2 + 1,3 (0,4) + 0,5 (0,4) = 0,92
ZB = 0,2 + 1,3 (0,1) + 0,5 (-0,05) = 0,305
Kelemahan dari model probalititas linear adalah ada kemungkinan probabilitas
yang dihitung diluar wilayah 0 dan 1, lebih kecil dari nol, atau lebih besar dari
1 (probabilitas bernilai antara 0 dan 1, inklusif).
ZC = 0,2 + 1,3 (0,5) + 0,5 (0,4) = 1,05
c. Model Probabilitas Logit
Model persamaan logit menggunakan ‘link’ logit (bukannya linear seperti
dalam regresi biasa).
Logit (Y) = log { (Y / (1-Y)) } = σ + β1 X1 + β2 X2 Alternatif
penulisan lain adalah berikut ini :
Y = [ exp (σ + β1 X1 + β2 X2) } / {1 + exp (σ + β1 X1 + β2 X2)
Variabel dependen adalah kebangkrutan dengan nilai= 1 jika perusahaan tidak
bangkrut, dan 0 jika perusahaan mengalami kebangkrutan. Variabel
independen adalah rasio keuangan. Program stastistik akan secara otomatis
menghitung regresi logit jika kita menggunakan regresi tersebut.
YA = exp { 0,2 + 1,3(0,4) + 0,5(0,4) } / { 1 + exp { 0,2 + 1,3(0,4) + 0,5(0,4) }} = 0,715
YB = exp { 0,2 + 1,3(0,1) + 0,5(-0,05)} / { 1 + exp { 0,2 + 1,3(0,1) + 0,5(-0,05) }}= 0,576
YC = exp { 0,2 + 1,3(0,5) + 0,5(0,4) } / { 1 + exp { 0,2 + 1,3(0,5) + 0,5(0,4) }} = 0,746

D. RAROC (Risk Adjusted Return On Capital)


Ide dari RAROC adalah membandingkan tingkat keuntungan dengan modal yang
berisiko (modal yang akan terkena dampak jika debitur mengalami gagal buyar).
Pembanding tersebut bukanya total dana yang digunakan untuk mendanai pinjaman
tertentu (sebagaimana lazim digunakan untuk pengukuran kinerja yang
konvensional). Argumen yang diajukan adalah karena kerugian yang tidak
diharapkan, jika terjadi, akan dibebankan pada modal, sehingga lembaga keuangan
atau kreditur akan menghapuskan sebagaian modalnya (write off) sebagai akibat
kerugian tersebut. RAROC dipopulerkan oleh Bankers Trust dan penggunaannya
semakin populer.

RAROC = Pendapatan dari Pinjaman per Tahun


Modal yang Berisiko (Capital At Risk)
Salah satu kesulitan dalam perhitungan RAROC adalah penentuan Capital at Risk.
Capital at Risk pada dasarnya adalah modal yang terekspos terhadap risiko kredit.
Komite Basel 1. Basel 1 membedakan risiko kredit untuk beberapa kategori aset
seperti (contoh)
Kelas Aset Bobot Risiko
Kas 0%
Pinjaman ke pemerintah OECD 0%
Pinjaman ke bank OECD 20%
Pinjaman ke perusahaan 100%
Alternatif lain adalah dengan menggunakan model yang digunakan untuk melihat
risiko perubahan tingkat bunga, seperti berikut ini
L / L = -DL { R / (1 + R) }
Dimana L = ekspor risiko modal
L = nilai loan
DL = Durasi pinjaman

R = Perubahan premi kredit

L = -DL x L x { R / (1 + R) }
= -2 x Rp. 1 miliar x {0,013 / 1,1}
= -Rp. 23.636.364
Capital at risk adalah sekitar Rp. 23 juta, meskipun nilai nominal pinjaman tersebut
adalah Rp. 1 miliar.

E. MORTALITY RATE
Mortality rate menghitung persentase kebangkrutan yang terjadi untuk kelas risiko
tertentu. Mortality rate tersebut mirip dengan tabel kematian untuk manusia (mortality
table, lihat bab mengenai risiko kematian). Mortality rate dihitung dengan
menggunakan data historis. Marginal Mortality Rate (MMR) untuk tahun 1 dan 2 bisa
dihitung berikut :
MMR1 = Total nilai obligasi yang default pada tahun 1
Total nilai obligasi yang beredar pada tahun pertama penerbitan

MMR 2 = Total nilai obligasi yang default pada tahun 2


Total nilai obligasi yang beredar pada tahun ke-2 setelah
penerbitan disesuaikan dengan default pelunasan, jatuh tempo,
dan pelunasan dari sinking fund.

Cara yang sama digunakan untuk menghitung, Marginal Mortality Rate.


Marginal Mortality Rate cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga kurva
MMR akan cenderung mempunyai slope yang positif.

F. PENURUNAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN TERM STRUCTURE


Term structure atau yield curve atau kurva hasil menunjukkan hubungan antara jangka
waktu dengan yield surat berharga (obligasi). Biasanya kurva tersebut mempunyai
slope yang positif seperti terlihat pada bagian berikut ini, meskipun slope tersebut bisa
berubah menjadi flat (datar) atau bahkan negatif dalam beberapa situasi.
Kondisi pasar sempurna, tidak ada kesempatan arbitrase, maka tingkat keuntungan
yang diharapkan untuk obligasi perusahaan akan sama dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan untuk obligasi pemerintah.
(1 + Rf) = pi (1 + Ri)
Dimana Rf = yield obligasi pemerintah Ri =
yield obligasi perusahaan
pi = probabiltas obligasi perusahaan bertahan
Dengan data di atas, pi bisa dihitung sebagai berikut. pi = (1 +
0,09) / (1 + 0,12) = 0,97
Probabilitas default tahun pertama = 1 - 0,97 = 0,03 atau 3%
G. Credit Metrics
Credit metrics merupakan alat pengukur risiko kredit dengan menggunakan kerangka
Value At Risk, sehingga volatilitas risiko kredit (risiko yang tidak bisa diperkirakan)
bisa diperhitungkan. Ada dua masalah jika menggunakan kerangka VAR (yang bisa
digunakan untuk mengukur risiko pasar) untuk risiko kredit, yaitu distribusi yang
tidak normal dan perhitungan korelasi. Distribusi untuk risiko kredit cenderung
mempunyai ekor yang lebih panjang seperti terlihat pada bagan berikut ini.
Distribusi Risiko Kredit

Menunjukkan bahwa return dari kredit cenderung di sebelah kiri karena jika terjadi
kredit macet, perusahaan akan mengalami kerugian besar. Tetapi karena maksimum
keuntungan yang diterima peusahaan yang meminjamkan (kreditur) adalah bunga dan
cicilan pinjaman.
Kedua kesulitan tersebut memunculkan pendeketan baru untuk menghitung risiko
kredit, yaitu dengan menggunakan credit metrics. Ilustrasi perhitungan credit metrics
bisa dilihat berikut ini dengan menggunakan dua contoh, yaitu credit metrics untuk
aset individual dan untuk portofolio dengan dua aset.
a. Credit metrics untuk aset individual

BB A
AAA 0,02 0,09
AA 0,33 2,27
A 5,95 91,05
BBB 86,93 5,52
BB 5,3 0,74
B 1,17 0,6
CCC 0,12 0,01
Default 0,18 0,06

Jika rating suatu obligasi berubah, maka nilai obligasi tersebut juga akan berubah.
Perubahan tersebut terjadi karena tingkat keuntungan yang disyaratkan (yang akan
dipakai sebagai discount rate) berubah. Jika rating semakin baik, maka discount rate
dipakai sebagai discount rate) berubah. Jika rating semakin baik, maka discount rate
tersebut akan menurun, dan mengakibatkan kenaikan harga dan sebaliknya.
Forward Rate

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4


AAA 3,6 4,17 4,73 5,12
AA 3,65 4,22 4,78 5,17
A 3,72 4,32 4,98 5,32
BBB 4,1 4,67 5,25 5,63
BB 5,55 6,02 6,78 7,27
B 6,05 7,02 8,03 8,52
CCC 15,05 15,02 14,03 13,52
Obligasi pada saat kebangkrutan

Seniority Class Mean Standar deviasi


Senior Secured 53,8 26,86
Senior Unsecured 51,13 25,45
Senior Suboordinated 38,52 23,81
Subordinated 32,74 20,18
Junior Subordinated 17,09 10,9

Semakin rendah kelas senioritas (semakin tinggi risikonya), tingkat pengambilan jika
terjadi gagal bayar juga semakin rendah.
Hasil penilaian ulang obligasi BBB

Kupon Forward Total


Value Value
AAA 0,02 6,00 103,37 109,37
AA 0,33 6,00 103,10 109,10
A 5,95 6,00 102,66 108,66
BBB 86,93 6,00 101,55 107,55
BB 5,3 6,00 96,02 102,02
B 1,17 6,00 92,10 98,10
CCC 0,12 6,00 77,64 83,64
Default 0,18 51,13 51,13

Distribusi Penilaian ulang Obligasi BBB


b. Credit Metrics Untuk Portofolio
Kita akan menghitung risiko kredit untuk aset A, dari aset BBB dan A. Dengan
cara yang sama, nilai obligasi A jika rating tahun depan berubah, akan terlihat
seperti dalam tabel berikut ini.
Hasil Penilaian Ulang Obligasi A

Kupon Forward Total


Value Value

AAA 5,00 101,59 106,59


AA 5,00 101,49 106,49
A 5,00 101,30 106,30
BBB 5,00 100,64 105,64
BB 5,00 98,15 103,15
B 5,00 96,39 101,39
CCC 5,00 73,71 78,71
Default 0,00 51,13 51,13

Karena kita mempunyai dua aset, yaitu obligasi BBB dan A, kemudian ada 9
kemungkinan transisi untuk setiap asetnya, maka kita akan mempunyai matriks
dengan 9 x 9 = 81 sel.
Aset A AAA AA A BBB BB B CCC Default
Aset BBB 106,59 106,49 106,30 105,64 103,15 101,39 78,71 51,13
AAA 109,37 215,96 215,86 215,67 215,01 212,52 210,76 188,08 160,50
AA 109,10 215,69 215,59 215,40 214,74 212,25 210,49 187,81 160,23
A 108,66 215,25 215,15 214,96 214,30 211,81 210,05 187,37 159,79
BBB 107,55 214,14 214,04 213,85 213,19 210,70 208,94 186,26 158,68
BB 102,02 208,61 208,51 208,32 207,66 205,17 203,41 180,73 153,15
B 98,10 204,69 204,59 204,40 203,74 201,25 199,49 176,81 149,23
CCC 83,64 190,23 190,13 189,94 189,28 186,79 185,03 162,35 134,77
Default 51,13 157,72 157,43 157,43 156,77 154,28 152,52 129,84 102,26

Sebagai ilustrasi, untuk sel (Aset A,AAA; Aset BBB, AAA), nilai aset AAA
adalah 106,59, sedangkan nilai aset BBB adalah 109,37. Nilai portofolio untuk sel
tersebut adalah 215,96 (106,59 +109,37).

Aset AAA AA A BBB BB B CCC Default


A
Aset 0,09 2,27 91,05 5,52 0,74 0,6 0,01 0,06
BBB
AAA 0,02 0,00002 0,00045 0,01821 0,00110 0,00015 0,00012 0,00000 0,00001
AA 0,33 0,00030 0,00749 0,30047 0,01822 0,00244 0,00198 0,00003 0,00020
A 5,95 0,00536 0,13507 5,41748 0,32844 0,04403 0,03570 0,00060 0,00357
BBB 86,93 0,07824 1,97331 79,14977 4,79854 0,64328 0,52158 0,00869 0,05216
BB 5,3 0,00477 0,12031 4,82565 0,29256 0,03922 0,03180 0,00053 0,00318
B 1,17 0,00105 0,02656 1,06529 0,06458 0,00866 0,00702 0,00012 0,00070
CCC 0,12 0,00011 0,00272 0,10926 0,00662 0,00089 0,00072 0,00001 0,00007
Default 0,18 0,00016 0,00409 0,16389 0,00994 0,00133 0,00108 0,00002 0,00011
Sebagai ilustrasi, untuk sel (Aset BBB, BBB: Aset A, AAA), probabilitas marjinal
adalah 86,93% dan 0,09%. Joint probability bisa dihitung sebagai :
0,8693 x 0,0009 = 0,0008 atau 0,08%.

H. PENDEKATAN KERANGKA TEORI OPSI


Opsi call adalah hak untuk membeli aset dengan harga tertentu pada periode tertentu.
Opsi put adalah hak untuk menjual aset dengan harga tertentu pada periode tertentu.
Penjual opsi call atau put mempunyai kewajiban untuk menyediakan aset yang akan
dibeli (jika pemegang opsi call mengeksekusi haknya), atau membeli aset yang akan
dijual ( jika pemegang opsi put mengeksekusi haknya). Risiko kredit bisa dihitung
dengan menggunakan teori penilaian opsi. a. Analisis Nilai Saham dan Hutang
dengan Opsi
Ada perusahaan yang menggunakan dua sumber pendanaan yaitu saham dan
utang. Jumlah lebar saham yang beredar adalah 1 juta lembar. Nilai utang obligasi
tanpa kupon bunga adalah Rp. 80 juta (80. 000 lembar obligasi dengan nilai
nominal per lembarnya adalah Rp. 1.000), dengan jangka waktu satu tahun. Nilai
pasar perusahaan tersebut adalah Rp. 100 juta. Berapa nilai untuk masing- masing
komponen sumber dana tersebut?
Misalkan
V = nilai total perusahaan (Rp. 100 juta)
E = nilai pasar saham
D = nilai pasar obligasi
Gabungan antara nilai pasar saham dan obligasi adalah nilai total perusahaan.
V = D + E = Rp. 100 juta

Nilai saham bisa dihitung berikut ini : E =


N (d1)V – N (d2) Be-rT d1 = {1n (V/B) + (r
+ (σ 2/2) ) T} / { σ√T} d2 = d1 - { σ√T}

dimana, V = Nilai perusahaan


B = Nilai nominal obligasi E = Nilai saham r = tingkat
bunga bebas risiko T = jangka waktu utang σ =
standar deviasi return aset perusahaan tahunan In
= logaritma natural e = 2,71828
N(d)= probabilitas angka dari distribusi normal di bawah d

Misalkan σ = 0,3, r = 8% per tahun, E bisa dihitung yaitu Rp. 28,24 juta. Dengan
demikian nilai utang adalah :
D = Rp. 100 juta – Rp. 28,24 juta = Rp. 71,76 juta

Karena obligasi tersebut merupakan obligasi tanpa kupon, tingkat bunga bisa
dihitung berikut ini.
R = In (B/D) / T = In (80/71,76) = 0,1087 atau 10,87% pertahun.

Karena tingkat bunga bebas risko adalah 8%, maka premi risiko adalah 10,78% -
8% = 2,87%. Premi risiko tersebut mencerminkan risiko kredit perusahaan
tersebut.
b. Model Penilaian Utang Dengan Opsi
Alternatif lain adalah dengan menghitung nilai utang secara langsung. Nilai pasar
utang bisa dihitung dengan menggunakan formula berikut ini :
F(T) = Be-rT [ (1/L) N(d1) + N(d2) ]
Dimana T = jangka waktu utang
L = rasio utang diukur dari / A, dimana nilai pasar utang diukur
dengan tingkat bunga r (tingkat bunga bebas resiko)
N(d) = nilai yang dihitung dari label distribusi normal standar.
d1 = - [ ½ σ2 – In (L) ] / {σ√T} d2 =
- [ ½ σ2 + In (L) ] / {σ√T}
σ2 = risiko peminjaman, yang diukur dari varians return aset
perusahaan
persamaan diatas bisa dituliskan ulang dalam bentuk spread yield (tingkat bunga)
berikut ini.
R – r = ( - 1/T) ln [ N(d2) + (1/L) N(d1) ]
Dimana R = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk utang r = tingkat
keuntungan aset bebas risiko
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika tingkat hutang dan varians return
berubah maka tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk utang tersebut juga
harus berubah.
Sebagai ilustrasi, misalkan kita mempunyai informasi berikut ini.
B = niali utang = Rp. 100 juta T = 1
tahun
r = tingkat keuntungan bebas risiko = 5% L =
tingkat leverage = 90% atau 0,9
σ = 12% dengan informasi tersebut, kita bisa menghitung d1 dan d2
berikut ini :
d1 = - [ ½ (0,12)2 – ln (0,9) ] / [ 0,12 x 1 ] = - 0,938 d2
= - [ ½ (0,12)2 + ln (0,9) ] / [ 0,12 x 1 ] = + 0,818
N(-0,938) = 0,174120 N(0,818) =
0,793323
F(1) = Rp. 100 juta / (2,78128)0,05 [ 0,793323 + (1,1111) (0,17412)] =
Rp. 93.866.180
R – r = (-1/1) ln [ 0,793323 + (1/0,9) (0,174120) ]
= -1 ln (0,986788
= 1,33%
Dengan demikian R (tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi tersebut)
adalah 6,33% (5% + 1,33%, dimana 5% adalah tingkat keuntungan bebas risiko).

Anda mungkin juga menyukai