Anda di halaman 1dari 2

Penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan

Penyelenggaraan Kewarganegaraan formal

Ancaman yang dihadapi pada orde Reformasi lebih mengarahkan pada tantangan nonfisik
dan gejolak social yang diwujudkan dalam bentuk rela Negara dalam berbagai aspek kehidupan,
dan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis dari luar maupun dalam, langsung maupun
tidak langsung. Untuk itulah bangsa Indonesia harus menyusun rumusan/konsep bela Negara
yang dikaitkan dengan lingkungan strategis yaitu pemahaman tentang wilayah Negara yang
berada dalam kesatuan dan persatuan, pemahaman tentang ketahanan nasionnal dalam
mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Konsep bela Negara ini terdapat sejak
1973, pada Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN), yaitu Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Sesuai dengan perkembangan periode dan muatan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional tersebut, semua produk hukum dalam sistem pendidikan kewarganegaraan yang
cenderung melibatkan kemampuan fisik tidak berlaku lagi. Sebagai penggantinya ialah UU
Nomor 20/1982 tentang pokok-pokok pertahanan keamanan Negara, yang memunculkan
penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di lingkungan permukiman,
pendidikan, dan pekerjaan. Dalam lingkungan pendidikan, PPBN diberikan dalam bentuk mata
pelajaran dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi. PPBN dalam
UU Nomor 2 tahun 1989 dan UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) direlisasikan dalam kurikulum wajib disemua jenjang dan jalur pendidikan dengan
nama pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan kewarrganegaraan mulai diselenggarakan pada tahun 1973/1974 merupakan


kurikulum nasional dalam bentuk pendidikan tahap awal yang diselenggarakan ditingkat
pendidikan dasar dan mencegah dan tahap lanjut berbentuk Pendidikan Kewiraan di Pendidikan
tinggi ( PT ).

Materi pendidikan ini juga berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai berikut :

1. Awal tahun 1979 bernama Pendidikan Kewiraan, materi disusun oleh lembaga
Pertahanan nasional ( Lemhannas ) dan Dirjen Dikti yang berintikan wawasan nusantara,
ketahanan nasional, politik dan strategi nasional, politik dan strategi pertahanan
keamanan, sistem keamanan rakyat semesta.
2. Tahun 1985 terdapat penambahan materi, yaitu pengantar meliputi pengetahuan
pendidikan kewiraan dan hubungannya dengan mata kuliah lain.
3. Tahun 1995 nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
materi yang kurang lebih sama.
4. Tahun 2001 terdapat tambahan materi, yaitu hak asasi manusia, demokrasi, otonomi
daerah, lingkungan hidup, bela Negara, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik
dan strategi nasional.
5. Tahun 2002 keputusan Dirjen Dikti nomor 38/DIKTI/Kep/2002, dengan materi
demokrasi, HAM, hak dan kewajiban warga negara, bela Negara, otonomi daerah,
wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional.
6. Tahun 2006 keputusan Dirjen Dikti nomor 43/DIKTI/Kep/2006, dengan materi filsafat
pancasila, identitas nasional, politik dan strategi, demokrasi Indonesia, HAM, dan rule of
law, hak dan kewajiban warga Negara Indonesia, geopolitik Indonesia, geostragi
Indonesia.

Arah mata kuliah pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut :


1. Wawasan spiritual, sebagai landasan etik, moral, religious yang mendasari
pengembangan profesi.
2. Wawasan akademis sebagai sumber instrumen bagi pembaruan dan pencerahan dalam
rangka pengembangan sumbe daya manusia.
3. Wawasan kebangsaan, yang menumbuhkan kesadaran nasionalisme sehingga dalam
pergaulan antar bangsa tetap mengedepankan jati diri dan ideologinya sendiri.
4. Wawasan mondial, yang menyadarkan bahwa dalam proses dislektika senantiasa
berhadapan dengan perubahan yang yang harus dapat dijadikan peluang untuk kerja.

Anda mungkin juga menyukai