Anda di halaman 1dari 6

Nama : I Gusti Ayu Agung Ari Arsandi Putri

NIM : 041330857
DISKUSI 1
EKONOMI MANAJERIAL
Kepada para peserta diskusi 1 matakuliah ini setelah Anda membaca dan memahami Inisiasi
ke 1, diharapkan dapat menjelaskan materi diskusi  berikut ini:

1. Bagaimana konsep dari nilai perusahaan yang telah anda pahami, berikan contoh dan
cara menghitungnya!
2. Suatu keputusan manajerial harus diselesaikan oleh perusahaan berkaitan dengan
prinsip tata kelola  manajerial; mengenai Principal Agent. Jelaskan  Principal Agent
Problems terkait dengan moral hazard suatu perusahaan!

JAWABAN :

1. Nilai Perusahaan adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan


yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan tujuan utama
perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi yang sesuai dengan
keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka
kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Konsep Nilai Perusahaan:
1. Orientasi Perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan.
2. Diasumsikan manajer perusahaan bekerja untuk memaksimumkan keuntungan.
3. Untuk meningkatkan aliran keuntungan di masa mendatang, maka perusahaan
dapat menambah modal dengan cara menarik dana dengan menerbitkan hutang
(debt)
4. Aliran keuntungan perusahaan, saat ini menjadi milik pemegang saham dan
pemegang kartu hutang. (Bond Holders).
5. Sehingga dengan adanya surat hutang, maka nilai perusahaan yang baru kini
terdiri dari nilai saham (equity) dan nilai hutang (debt).

Dasar dari model ekonomi adalah maksimisasi nilai suatu perusahaan. Oleh karena itu,
pengertian nilai dalam pembahasan di sini harus jelas batasannya. Dalam literatur ekonomi
dan bisnis, nilai mempunyai bermacam-macam pengertian, misalnya nilai buku, nilai
pasar, nilai likuidasi, dan lain-lain. Untuk pembahasan di sini, nilai perusahaan kita
definisikan sebagai nilai sekarang (present value) dari aliran kas suatu perusahaan yang
diharapkan akan diterima pada masa yang akan datang. Aliran-aliran kas tersebut, untuk
saat ini, bisa disamakan dengan laba. Oleh karena itu, nilai perusahaan sekarang ini atau
nilai sekarangnya adalah nilai dari laba yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang
akan datang yang dihitung pada masa sekarang dengan cara mendiskontokannya pada
suatu tingkat bunga tertentu. Tingkat bunga tersebut sering juga disebut sebagai tingkat
diskonto yang terbaik (opportunity discount rate). Berdasarkan materi inisiasi 1 Power
Point. Secara matematis nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

V=E+D
V : Nilai Perusahaan
E : Nilai Saham (Equity)
D : Nilai Hutang (Debt)
Nilai perusahaan adalah nilai kapitalisasi dari NOPAT (Net Operating Afer Tax), secara
matematis sebagai berikut :

V = NOPAT
r
Contoh soal :
Nilai perusahaan sama dengan nilai ekuiti ditambah dengan nilai bond. Nilai ekuiti sama
dengan nilai sekarang dari harapan aliran kas (cash flows) dimasa datang bagi pemegang
ekuiti (saham). Jika NOPAT 30 dengan risiko kerugian 12%. berapakah nilai perusahaan?

Jawaban :
Diketahui :
Nilai perusahaan sama dengan nilai ekuiti ditambah dengan nilai bond. Nilai ekuiti sama
dengan nilai sekarang dari harapan aliran kas dimasa datang bagi pemegang ekuiti.
NOPAT = 30
r = 12%  0.12

Ditanyakan :
Nilai Perusahaan (V) ?
Dijawab :

V = NOPAT / r

V = 30 / 0.12

V = 250

Jadi, apabila diketahui NOPAT 30 dan resiko kerugiannya 12% maka nilai perusahaan tersebut
adalah 250.

2. Dalam praktik yang terjadi di berbagai lembaga —baik lembaga bisnis, lembaga
nonbisnis, maupun lembaga pemerintah—umum dijumpai adanya agen (agent) yang
bekerja atas nama pimpinan (principal). Dalam perusahaan, pemilik perusahaan (pemilik
saham) mempekerjakan sejumlah pegawai (komisaris, jajaran manajemen, staf divisi, dan
lain-lain) untuk mengelola kegiatan operasional perusahaannya. Dalam kasus ini, pemilik
perusahaan berperan sebagai principal dan pegawai berperan sebagai agent. Pegawai
dihadapkan pada pilihan untuk berperilaku sesuai keinginan principal atau berperilaku
oportunis untuk mengutamakan keinginan pribadi (interest)-nya dalam pengelolaan
kegiatan operasional perusahaan. Hal ini dapat terjadi seiring dengan kapasitas pegawai
sebagai orang yang lebih mengetahui kondisi dan memiliki banyak informasi terkait
kegiatan operasional perusahaan, sementara pemilik perusahaan sebagai principal tidak
memiliki informasi yang lengkap atau bahkan cenderung tidak peduli (rationally
ignorant) tentang detail aktivitas agent—akibat biaya monitoring pegawai yang besar
untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan agent. Inilah yang dimaksud
Permasalahan Principal-Agent/ Principal Agent Problems (Moral Hazard).
Singkatnya Moral hazard merupakan permasalahan dalam pendelegasian dari pemegang
saham (principal) kepada manager (agent). Berikut ilustrasinya :
Sebagai contoh, principal menginginkan manajer perusahaan untuk berperilaku sebagai
wirausaha, yaitu mau bekerja keras serta berani mengambil risiko, menggali
kreativitasnya, dan melakukan inovasi. Meskipun demikian, karena manajer tersebut
menginginkan kehidupan yang jauh dari risiko dan nyaman, manajer tersebut lebih
memilih untuk menjalankan tugas secara standar, tanpa bekerja keras. Ketika seorang
agen menoleransi perilaku oportunis tersebut dan merasa ada kesempatan untuk
mengambil keuntungan dari perilaku oportunis tersebut maka dia akan terjatuh dalam
kondisi moral hazard. Mengacu pada Kasper (2002), moral hazard merepresentasikan
suatu kondisi di mana individu berupaya untuk melanggar nilai-nilai kejujuran dan
kepercayaan untuk keinginan pribadinya karena keadaan lingkungan di mana individu
tersebut beraktivitas memberikan kesempatan melakukan tindakan pelanggaran tersebut.
Dalam banyak kasus, berbagai kasus korupsi dalam lembaga bisnis terjadi karena
permasalahan principal-agent dan praktik moral hazard dari pegawainya. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Jajaran manajemen maupun staf operasional memiliki tugas yang kompleks
yang disertai dengan banyak pertemuan, perjalanan dinas, berbagai proyek kerja sama
riset, serta pembagian dan koordinasi tugas yang berlapis di mana pelaksanaanya tidak
secara detail termonitor oleh principal. Berbagai aktivitas tersebut tampaknya dapat
dipertanggungjawabkan dan perlu dibiayai. Meskipun demikian, dibalik itu, seringkali
terdapat sejumlah manipulasi anggaran dan praktik korupsi keuangan perusahaan yang
akhirnya berdampak negatif terhadap keuangan perusahaan dan pada titik tertentu dapat
berujung pada kebangkrutan perusahaan. Kasus principal-agent yang berdampak negatif
pada inefisiensi bahkan kehancuran perusahaan sudah banyak terjadi pada perusahaan,
baik luar negeri maupun dalam negeri. Penyebab utamanya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu karakter dan perilaku agen yang mengedepankan
kepentingannya, terbatasnya kapasitas principal dalam memonitor perilaku agent, dan
kurangnya kapasitas dan efektivitas kelembagaan (aturan formal, aturan informal, berikut
mekanisme monitoring dan mekanisme penegakan) yang ada dalam lingkungan
perusahaan dalam membatasi perilaku individu, terutama agent, yang bekerja dalam
perusahaan.

Sumber referensi :

- Buku EKMA4312 halaman 1.19


- Materi Ekonomi Manajerial Power Point Inisiasi 1
- https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-dan-pengukuran-nilai-
perusahaan.html
- https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/EKMA431202-M1.pdf
- http://bimbelbrilliant826.blogspot.com/2016/03/diskusi-1-ekonomi-manajerial-nilai.html

Anda mungkin juga menyukai