Anda di halaman 1dari 19

Nilai Syukur dalam Hajat Bumi

Sinta Maria Dewi


E-mail: sintamaria@ubpkarawang.ac.id

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji nilai syukur yang terdapat di dalam Hajat
Bumi. Adapun ruang lingkup bahasan tulisan ini adalah asal usul dan pengertian
Hajat Bumi, syarat pelaksanaan Hajat Bumi, dan proses pelaksanaan Hajat Bumi
serta nilai syukur yang terkandung dalam Hajat Bumi. Hajat Bumi merupakan
ritual yang dilakukan warga kampung sebagai ungkapan rasa syukur atas
limpahan hasil panen bumi selama satu tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kajian literature, wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil
penelitian nilai utama yang terkandung dalam Hajat Bumi adalah nilai syukur.
Kegunaan dari hasil tulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
nilai syukur yang terkandung dalam kegiatan Hajat Bumi dan diharapkan dapat
memberikan bekal keagamaan kepada anak-anak yang hidup di zaman modern ini
sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Nilai, Syukur, Hajat Bumi

PENDAHULUAN
Karawang adalah salah satu kabupaten yang terkenal sebagai lumbung
padi di daerah Jawa Barat. Karawang memiliki berbagai budaya yang masih
dipertahankan sampai saat ini, yaitu seni rupa, tarian, dan ritual dalam upacara
adat diantaranya babaritan, nyalin, nyadran, hajat bumi. (Kompas.com, Angkat
Kearifan Lokal Karawang, 2018). Hajat Bumi sudah menjadi kebudayaan khas
masyarakat agraris yang berlangsung sejak dahulu kala. Hajat Bumi merupakan
suatu kegiatan ritual yang dilaksanakan di perkampungan dengan meriah,
mengundang para sesepuh adat, para baris kolot, dan warga kampung dengan
menampilkan beberapa hiburan khas Karawang.
Popularitas hajat bumi mengindikasikan bahwa hajat bumi merupakan
suatu yang penting dalam masyarakat Karawang. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa daerah di Karawang yang sampai saat ini masih melaksanakan ritual
hajat bumi yaitu daerah Rumambe, Cilamaya, Cikuntil, dan daerah-daerah yang
berada dekat sawah dan perkebunan di Karawang. (Aisyaalfarisi, 2017). Ritual

1
hajat bumi adalah hasil dari reproduksi kebudayaan, dimana telah terjadi produksi
ulang dari kebudayaan terdahulu, dan produksi ini berlangsung pada tahap makna,
artinya ornamen-ornamen dalam ritual mengalami pergeseran makna, bukan
bentuk.
Pada sisi lain, pada dasarnya terjadi dinamika tersendiri dalam masyarakat,
dimana ada resistensi yang sangat rentan kearah pengguguran nilai sekaligus
bentuk dari hajat bumi. Disatu sisi masyarakat masih berkehendak untuk
mempertahankan ritual hajat bumi, namun disisi lain, kepercayaan agama menjadi
persoalan, dimana dalam ajaran Islam tidak dibenarkan yang namanya anisme dan
dinamisme. Hingga akhirnya, dalam ritual hajat bumi ada nilai atau makna-makna
yang dirubah dari bentuk aslinya. Ritual hajat bumi tidak lagi semata-mata
ditujukan kepada para leluhur, atau meminta keberkahan kepada leluhur, tapi
diarahkan tetap kepada ajaran Islam yakni meminta kepada Tuhan YME. (Dewan
Kesenian Karawang, 2009).
Dalam ritual hajat bumi juga memiliki nilai-nilai pendidikan yang patut
dikaji. Seperti komunikasi antar sesepuh lembur dan warga kampung. Dan nilai
yang terkandung dalam ritual hajat bumi ini adalah sebuah wujud atau cara
masyarakat untuk mengaktualisasikan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Tradisi
tersebut juga merupakan bentuk rasa sayang serta hormat kepada alam dan leluhur
yang telah berjasa pada kehidupan masyarakat yang teraktualisasi dalam upaya
hajat bumi. Nilai tersebut tentu akan berguna untuk semua warga dan apabila
ditanamkan kepada anak-anak yang hidup di zaman modern ini diharapkan dapat
memberikan bekal keagamaan kepada mereka sebagai landasan dalam
menjalankan kehidupan di masa yang akan datang.

DESKRIPSI TENTANG HAJAT BUMI


A. Asal Usul dan Pengertian Hajat Bumi
Tradisi Hajat Bumi merupakan sebuah tradisi leluhur yang diwariskan
secara turun temurun dari generasi ke generasi. Tradisi hajat Bumi sendiri sudah
berlangsung sejak dahulu dan tidak ada satupun orang yang mengetahui kapan
tradisi Hajat Bumi pertama kali diadakan dan siapa yang pertama kali

2
mengadakan tradisi tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Abah
Sain selaku sesepuh adat di kampung Rumambe Karawang, beliau mengatakan:
“Awal diadakan Hajat Bumi itu semua sesepuh disini sampai saya pun
tidak ada yang tau kapan dimulainya dan siapa yang pertama kali
mengadakannya. Hajat Bumi ini merupakan warisan dari para leluhur, dan
orang-orang sekarang hanya meneruskan tradisi ini saja.” (Wawancara
peibadi, 12 Juni 2019).

Selanjutnya Abah Sain mengatakan:


“Kunaon diadakeun Hajat Bumi, kusabab Urang hirup dibumi, Asal ti
bumi, bakal balik ka bumi. Bumi ku urang di kiihan, diisingan, unggal
tahun bumi mere urang kadaharan, rizki ti hasil panen kebon jeung
sawah, mantakna ngadakeun ritual ieu sakeur sukuran ka gusti Allah
SWT, sukuran ka bumi supaya aya berkah salamet sa kampung,
saKarawang. (Abah Sain, wawancara pribadi, 12 Juni 20019)

Dari wawancara tersebut, hajat bumi di adakan karena kita hidup di


dunia/bumi, dan kita berasal dari tanah/bumi yang akan kembali ke tanah. Dalam
kehidupan sehari-hari kita membuang kotoran di bumi, dalam setiap tahunnya
bumi selalu memberikan rizki baik dari hasil panen kebun ataupun sawah. Oleh
karena itu diadakan hajat bumi untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah,
kepada bumi agar mendapatkan berkah untuk warga kampung.
Selanjutnya asal kata Hajat bumi terdiri dari dua suku kata, yaitu “hajat”
dan “bumi”. Dalam kamus Bahasa Sunda, “hajat” memiliki arti niat, keperluan
dan selamatan. Menurut kamus Bahasa Indonesia (KBBI, 2019), “hajat” adalah
keinginan, maksud, kehendak dan selamatan. Selanjutnya “bumi” dalam KBBI,
2019 adalah planet tempat manusia hidup, dunia, jagat, dan permukaan tanah.
Pendapat lain mengatakan hajat bumi adalah sebuah kegiatan “cicing
diluar wangunan bari teu sare sapeuting jeput, utamana dina tempat anu aya
karamatan nu dilaksanakeun dina bulan Muharam” (diam diluar bangunan
dengan tidak tidur semalaman terutama di tempat yang dikeramatkan yang
dilaksanakan pada bulan Muharam). (Nalendra, 2017).
Hajat Bumi di Karawang dilakukan oleh para keluarga petani sebagai
ucapan rasa syukur atas hasil panen yang diberikan dan memohon kepada sang
pencipta agar panen berikutnya diberikan kelancaran. (Radar Karawang, 16

3
Januari 2017, diakses 21 April 2019 “Tradisi Hajat Bumi di Karawang, Warga
Cikuntul Suguhi Makanan, Cilebar Arak Tumpeng”).
Hajat Bumi merupakan sebuah tradisi leluhur yang diwariskan secara
turun temurun dari generasi kegenerasi. Hajat Bumi ini sendiri sudah berlangsung
sejak dahulu. Hajat Bumi pada dasarnya berperan dalam kehidupan manusia
sebagai suatu symbol ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi
yang melimpah selama satu tahun. Hajat Bumi dilaksanakan oleh masyarakat
yang mayoritas penduduknya adalah petani dan berkebun. Hajat Bumi juga
bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan keberkahan
dan keselamatan bagi kampung serta menjadi ajang silaturahmi antar sesama
warga. (Pratama, Aditya: 2017).

B. Bentuk/Syarat/Bahan Hajat Bumi


Hajat Bumi merupakan suatu bentuk ritual adat tahuan yang
diselenggarakan setiap satu tahun sekali tepatnya pada awal bulan muharram.
Perlengkapan yang menjadi suatu syarat wajib yang harus ada dalam pelaksanaan
ritual Hajat Bumi Kampung Rumambe (Abah Sain, Wawancara pribadi 12 Juni
2019), diantaranya:
1. Dondang
Dondang merupakan wadah berbentuk persegi empat dengan ukurang 70 x
70 cm dengan atap berbentuk kerucut dan berbentuk rumah-rumahan. Jumlah
dondang yang di gunakan dalam Hajat Bumi berjumlah dua buah. Dondang ini
terbuat dari kayu dan dapat di pikul oleh dua orang. Fungsi dari dondang ini
adalah sebagai tempat meletakan kepala kambing beserta berbagai hidangan sesaji
yang diletakan di atas ancak yang akan di arak dan dikubur.
2. Ancak
Ancak merupakan wadah sesaji bersegi empat yang terbuat dari anyaman
bambu. Alas dari ancak ini adalah daun pisang dan diberi berbagai macam hiasan.
Pada bagian ujungnya ancak diberikan tali untuk mengikat dan
menggantungkannya di tempat-tempat tertentu. Dalam hal ini diletakan di pojok-
pojok kampung dan persimpangan-persimpangan jalan. Ancak memiki filosofis

4
bahwa kita sesama manusia harus saling berbagi dan berlaku adil kepada sesama
manusia lainnya tanpa membeda-bedakan. (Majid, Aditya: 2017).
3. Tangkir
Tangkir merupakan wadah sesaji yang terbuat dari daun pisang yang di
bentuk menyerupai mangkok atau wadah. Ukuran tangkir bervariasi ada yang
besar maupun kecil dan dibuat sesuai kebutuhan. Biasanya tangkir di letakan di
atas ancak sebagai tempat meletakan sesaji. Adapun fungsi dari tangkir
merypakan wadah pengganti dari mangkok.
4. Sesaji
Secara umum sesaji yang harus ada dalam tradisi Hajat Bumi terdiri dari
dua bagian besar yaitu sesaji pokok dan sesaji pendamping. Sesaji pokok terdiri
dari 6 kepala kambing yang dibungkus dengan kain kafan dan di taburi dengan
bunga-bungaan serta di bacakan doa-doa menurut ajaran islam (Puspitasari
2013:53). Kepala-kepala kambing ini nantinya akan di arak dan dikubur ditempat-
tempat yang telah ditentukan.

Foto: Karang Taruna Kampung Rumambe, 2018


Sedangkan sesaji pendamping sifatnya tidak bisa dipisahkan dari sesaji
utama. Sesaji pendamping ini diletakan di atas ancak dan diletakan di sudut-sudut
kampung, (Aditya, 2017). Adapun sajian yang harus ada dalam sesaji
pendamping terdiri dari:

5
1) Nasi kuning atau tumpeng kecil
2) Nasi putih dan nasi kuning yang jumlahnya 14 buah
3) Ketupat yang melambangkan lahir batin manusia
4) Kue lepet, kueh yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan janur
atau daun kelapa dengan bentuk melingkar.
5) Ketan uli, panganan yang terbuat dari beras ketan dan santan kelapa yang
dikukus serta ditumbuk
6) Ayam kampung dipanggang
7) Ikan asin goreng
8) Ikan bandeng
9) Telur ayam
10) Sate daging kambing mentah
11) Gulai kambing
12) Oseng sayur, yang terdiri dari berbagai jenis sayuran seperti tauge, kacang
panjang, maupun kangkung
13) Goreng-gorengan yang isinya berupa gorengan tempe, tahu, maupun pisang
14) Kue jajanan pasar yang terdiri dari kue kelepon, kue bugis, kue cucur, kue
pisang dan selendang mayang.
15) Dodol yang terbuat dari beras ketan putih, santan kelapa dan gula merah
16) Rujak dan aneka manisan yang terdiri dari berbagai macam buah yang diiris
tipis dan disajikan dengan gula merah
17) Kelapa hijau
18) Cerutu dan rokok
19) Kembang dan bunga yang terdiri dari bunga mawar, melati, kenanga dan
irisan daun pandan
20) Dupa dan kemenyan, merupakan media untuk berkomunikasi antara manusia
yang masih hidup dengan roh para leluhur.
21) Aneka minuman yang terdiri dari kopi hitam, teh manis, teh tawar, air putih,
sirup dan susu
22) Beberapa lembar uang kertas dan logam

6
Adapun pelaku dalam kegiatan Ritual Hajat Bumi Kampung Rumambe
Karawang berdasarkan wawancara dengan Abah Sain (2019), sebagai berikut:
1. Juru Kunci
Dalam hal ini yang dimaksud juru kunci adalah orang yang dianggap
mampu berkomunikasi secara langsung dengan roh para leluhur kampung. Dalam
kesehariannya juru kunci merupakan tokoh yang paling disegani oleh masyarakat.
Syarat untuk menjadi juru kunci adalah seorang laki-laki maupun perempuan yang
masih keturunan serta kerabat dari leluhur yang selalu melaksanakan ritual Hajat
Bumi.
2. Pemasak Sesaji
Pemasak sesaji adalah orang yang memasak keperluan dan hidangan-
hidangan yang ada dalam Hajat Bumi dan sesaji yang diletakan di dalam ancak.
Dalam proses pengolahan sesaji, orang yang memasak sesaji harus bersih dari
segala najis, oleh sebab itu para pemasak sesaji harus melakukan mandi wajib
terlebih dahulu sebelum memasak sesaji. Selain itu mereka juga harus memahami
macam-macam makanan yang akan disajikan beserta resep-resep bumbu dalam
masakan yang akan dimasak.
3. Pembawa Sesaji
Pembawa sesaji adalah orang yang bertugas membawa atau memikul
dondang (tempat meletakan kepala kambing). Biasanya panitia yang ditunjuk
untuk memikul dondang adalah remaja asli kampung Rumamabe. Para pemikul
dondang ini biasanya berpakaian serba hitam mulai dari peci, baju, hingga celana
dan dikalungkan sebuah sarung. Sedangkan orang yang mengubur kepala
kambing sendiri merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh juru kunci.
4. Tokoh Agama
Dalam hal ini tokoh agama berperan sebagai orang yang memiliki
kelebihan dalam pengetahuan tentang agama Islam. Biasanya tokoh agama dalam
hal ini ustad bertugas untuk memimpin salat, doa bersama serta memberikan
ceramah kepada masyarakat yang menghadiri acara Hajat Bumi.

7
5. Pemain Musik Tanjidor dan Penari Jaipong
Tugas dari para pemain music tanjidor ini adalah sebagai pengiring dalam
acara arak-arakan kepala kambing. Adapun personil yang memainkan kesenian
tanjidor ini berjumlah 7-10 orang. Sejak dahulu kesenian musik tanjidor sudah
menjadi ciri khas acara-acara hajatan besar masyarakat. Sedangkan tarian jaipong
yang notabennya merupakan tarian khas daerah sunda di pertontonkan pada saat
selesai penanaman kepala kambing pada saat Hajat Bumi. Konon kesenian
jaipong ini merupakan kesenian yang wajib di adakan pada saat pelaksanaan Hajat
Bumi.
6. Aparat Pemerintahan
Dalam pelaksanaan Hajat Bumi, adapula pejabat pemerintahan yang ikut
berpartisipasi langsung dalam acara tersebut. Biasanya tradisi Hajat Bumi dihadiri
oleh bapak Camat dan bapak Lurah serta unsur-unsur pemerintah lain. Adapun
fungsi dari lurah dan camat setempat dalam acara Hajat Bumi adalah sebagai
penanggungjawab acara serta penjamin perizinan demi memperlancar jalannya
acara Hajat Bumi khususnya Kampung Rumambe.

C. Proses Pelaksanaan
Prosesi pelaksanaan ritual hajat bumi dilaksanakan pada bulan Muharram.
Untuk tanggal pastinya tidak pernah ada kepastian karena selalu diadakan
musyawarah terlebih dahulu yang dilakukan oleh para sesepuh adat untuk
menetapkan tanggal diselenggarakannya Hajat Bumi. Pelaksanaan hajat bumi
dilakukan selama satu hari, yang dimulai dari pagi untuk acara hiburan sampai
pukul 15.00 wib, setelah itu dilangsungkan ritual hajat bumi. Pada proses
pelaksanaan ritual hajat bumi, dipimpin oleh juru kunci/sesepuh adat di awali
dengan memotong kambing di perempatan kampung, kemudian kepala kamping
di kubur beserta kulit, semua kaki kambing, dan jeroan (organ dalam kambing).
Lalu untuk daging kambing, ayam dan sesaji yang telah dipersiapkan diberikan
doa-doa sebagai ijab kobul oleh ustad/sesepuh adat, setelah semua ritual
dilaksanakan dilanjutkan dengan makan bersama. (Abah Entang, wawancara
pribadi 12 Juni 2019).

8
Foto: Dokumentasi Karang Taruna Rumambe, 2018
Pada awalnya tradisi Hajat Bumi berlangsung selama tiga hari bahkan
menurut kesaksian dari beberapa narasumber awalnya Hajat Bumi dilakukan
selama satu minggu penuh namun karena pola kehidupan masyarakat Karawang
telah banyak mengalami perubahan dalam segi sosial, ekonomi maupun
kepentingan-kepentingan lain kini Hajat Bumi selalu diadakan selama satu hari
yang dimulai dari pagi hingga malam.
Biasanya satu minggu menjelang hari perayaan pihak kelurahan
memberikan informasi kepada warga melalui spanduk-spanduk yang
menginformasikan bahwa akan diadakan Hajat Bumi. Setelah itu akan diadakan
bersih-bersih kampung yang dilakukan secara serentak dimasing-masing wilayah
Rw. Pada saat pelaksanaan Hajat Bumi warga sangat dilarang melakukan
perjudian dan mabuk-mabukan. (Abah Entang, wawancara pribadi 12 Juni 2019).

9
Proses Wawancara Foto bersama Abah Entang dan Abah Sain
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi
PEMBAHASAN
A. Nilai Syukur
Kata syukur yang dikutip oleh Shohibah (2013), dalam kamus
kontemporer Arab-Indoneisia, berasal dari bahasa arab dengan kata dasar
“Syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah
syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih.
Berdasarkan Rafi (2004), syukur adalah ungkapan terima kasih seorang
hamba kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepadanya, yang
berarti dia memuji-Nya, menyebut kebaikanNya, mentaati segala perintah-Nya
dan meninggalkan segala laranganNya.
Lebih lanjut, Al-Fauzan dalam Farhanah (2016) menjelaskan bahwa
bersyukur artinya seorang hamba mengakui bahwa segala nikmat berasal dari
Allah dan mengakui Allah sebagai pemberi-Nya, pada lisannya dengan
mengucapkan Alhamdulillah dan memuji-Nya, dan mempergunakan setiap
anggota badan untuk ketaatan kepada-Nya. Walaupun nikmat yang dirasa hanya
sedikit ataupun banyak tetap mendorong untuk selalu bersyukur atas segala
nikmat yang telah dianugerahkan, baik dengan hati, lisan, maupun perbuatan.
Watkins (Haryanto, 2016) menjelaskan lebih lanjut bahwa 3 pilar maupun
karakteristik orang-orang yang bersyukur. Pertama, Sense of abundance
mengarahkan pada kondisi individu yang merasakan bahwa hidupnya selalu
melimpah dan diberikan anugerah. Individu tidak merasa kekurangan satu
apapun. Individu juga merasakan bahwa dirinya telah menerima lebih dari apa
yang berhak diterimanya. Kedua, Appreciation of simple pleasure merupakan
bentuk penghargaan dalam diri terkait dengan pengalaman-pengalaman maupun
hal-hal yang telah dilakukan walaupun sifatnya sangat sederhana. Ketiga,
Appreciation of others mengarahkan bentuk penghargaan individu terhadap
individu lain sebagai bentuk respon terhadap kontribusi yang sudah diberikan
orang lain tersebut. Selain itu, individu yang bersyukur harus menyadari bahwa
memberikan apresiasi merupakan hal yang penting.

10
Selanjutnya Al-Fauzan dalam Farhanah (2016), perwujudan rasa syukur
dapat di bagi menjadi tiga bagian, diantaranya:
a. Bersyukur dengan hati
Merupakan bentuk pengakuan dengan hati bahwa semua nikmat datangya dari
Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang pemberi nikmat kepada hamba-Nya.
Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan keberadaan nikmat
itu pada dirinya, hingga ia tidak akan lupa kepada Allah Pemberinya.
b. Bersyukur dengan lidah
Adalah menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-Nya dengan penuh
kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-
Nya dan kebutuhan terhadapnya, bukan karena riya, pamer atau sombong.
Mengucapkan nikmat Allah merupakan salah satu sendi syukur. Seorang
hamba yang mengucapkan rasa syukur, maka ia akan teringat kepada
pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya.
c. Bersyukur dengan anggota tubuh
Artinya anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah Tuhan
Semesta Alam, karena masin-masing anggota tubuh memiliki kewajiban
beribadah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah sujud syukur, yaitu
dengan cara sujud dihadapan Allah dengan meletakkan anggota tubuhnya
yang paling mulia di atas tanah, lalu dalam keadaan tersebut diiringi dengan
berbagai macam dzikir seperti bersyukur, bertasbih, berdoa, mohon ampunan,
dsb
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa syukur adalah
berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat, yang dibuktikan baik
dengan hati, lisan maupun perbuatan.

B. Posisi Nilai Syukur dalam Hajat Bumi


Nilai syukur dalam Hajat Bumi terletak pada keseluruhan dari aktifitas
Hajat Bumi. Syukur mengarahkan untuk selalu memaknai setiap peristiwa dalam
kehidupan dengan sudut pandang positif. Syukur mengandung arti mengenali
semua nikmat yang telah Allah SWT karuniakan. Seperti yang telah dijelaskan

11
bahwa hajat bumi merupakan suatu kegiatan untuk mengungkapkan rasa syukur
kepada Allah atas limpahan rizki dari hasil bumi dan tujuan dari ritual hajat bumi
untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan keberkahan dan
keselamatan bagi kampung serta menjadi ajang silaturahmi antar sesama warga.
(Aditya, 2017).
Nilai yang terkandung dalam ritual hajat bumi ini adalah sebuah wujud
atau cara masyarakat untuk mengaktualisasikan rasa syukurnya kepada Allah
SWT. Kegiatan hajat bumi juga merupakan bentuk rasa sayang serta hormat
kepada alam dan leluhur yang telah berjasa pada kehidupan masyarakat yang
teraktualisasi dalam ritual hajat bumi. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
abah Entang:
Asal urang acining bumi, Acining angin, Acining banyu, Acining geni.
Bumi sareng Cai, Ibu Hawa, Rama Adam. Ibu Bumi Rama Langit.
Syukuran ka Allah, nganuhunkeun kusabab urang aya di bumi, seeur rizki
nu bere ku Allah. Rizki nu asalana ti bumi. (Wawancara pribadi, 12 Juni
2019).

Berdasarkan hasil penjelasan oleh Abah Entang, bahwa kegiatan hajat


bumi dimaksudkan uuntuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT, nilai syukur tersebut diharapkan akan berguna untuk semua warga dan
apabila ditanamkan kepada anak-anak yang hidup di zaman modern ini dapat
memberikan bekal keagamaan kepada mereka sebagai landasan dalam
menjalankan kehidupan di masa yang akan datang.

C. Tren Penelitian tentang Nilai Syukur

No Dimensi 2009- 2013-2016 2017-2019


2012
1 Nama dan 1. Ida Fitri Shobibah 1. Handrix Chris
Judul (Kebersyukuran Upaya Haryanto, Fatchiah E.
Membangun Karakter Kertamuda (Syukur
Bangsa melalui Figur sebagai Sebuah
Ulama Pemaknaan)
2. Ahmad Rusdi (Syukur 2. Triantoro Safaria
dalam Psikologi Islam (Perilaku Keimanan,
dan Konstruksi Alat Kesabaran, dan
Ukurnya) Syukur dalam

12
3. Fitri Jufri (Urgensi Memprediksi
Syukur untuk Subjective Wellbeing
Mengatasi Problem Remaja)
Psikologis dalam
Islam)
4. Azka Miftahudin
(Penanaman Nilai
Syukur dalam Tradisi
Sedekah Bumi)
2 Objek 1. Studi mengenai nilai- 1. Studi mengenai
Masalah nilai Pancasila dalam konsep syukur dan
kebersyukuran dilakukan pada
2. Studi mengenai konsep kalangan mahasiswa
syukur dalam psikologi di Universitas
Islam dan konstruksi Paramadina.
alat ukurnya Pertanyaan penelitian
3. Study tentang yang dibangun
fenomena dimana pada berupa
dasarnya setiap bagaimanakah
manusia menghendaki gambaran konsep
hidup dan kehidupan syukur yang maknai
yang tenang, tentram, oleh para responden.
bahagia serta dapat 2. Untuk meneliti
terpenuhi segala yang prediktor-prediktor
diinginkannya. Akan dari subjective
tetapi, pada kenyataan wellbeing
tidak selamanya
kemauan dan keinginan
tersebut dapat tercapai,
sebab sudah menjadi
sunatullah bahwa
kegundahan,
kegelissahan dan
kecemasan serta
berbagai bentuk
problem psikologis,
lalu bagaimana urgensi
syukur untuk
mengatasi problem
psikologis dalam Islam.
4. Bagaimana penanaman
nilai syukur dalam
tradisi sedekah bumi
3 Metode 1. Metode kualitatif 1. Metode kualitatif
Penelitian study literature analisis isi dengan
2. Metode analisis factor menggunakan

13
ma’rifah al-ni’mah pertanyaan terbuka
dan al shukr al dan dianalisis dengan
dakhiliah analisis isi secara
3. Metode kualitatif, induktif.
jenis penelitian 2. Metode kuanttatif
kepustakaan (library melalui penyebaran
research) skala
4. Metode kualitatif studi
literature
4 Hasil 1. Hasil penelitian 1. Hasil dalam
Guna memberikan gambaran penelitian
tentang keberrsyukuran memberikan
dalam nilai-nilai gambaran yang
Pancasila berbeda terkait
2. Konsep syukur dalam dengan konsep
psikologi Islam dan syukur yang biasanya
konstruksi alat menjadi rujukan
ukurnya dan dalam penelitian di
penyusunan alat ukur barat khususnya
memerlukan beragam terkait dengan objek
teori mengenai keberadaan Tuhan.
dimensi sehingga lebih 2. Hasil penelitian akan
mudah disesuaikan memberikan
dengan hasil empirik. pemahaman tentang
3. Pertama syukur dengan hubungan perilaku
hati, untuk mengatasi keimanan, kesabaran
problem psikologis bisa dan syukur terhadap
dilakukan dengan yaitu subjective wellbeing
mensyukuri apa yang pada mahasiswa.
telah diberikan Allah
kepada kita walaupun
tidak sesuai dengan apa
yang telah kita
rencanakan.
Mensyukuri dengan
hati apa yang kita
miliki serta tidak
merasa iri dengan orang
yang lebih dari kita.
Maka dengan syukur
hati bisa nantinya
mengatasi problem
psikologis. Kedua yaitu
syukur dengan lisan,
untuk mengatasi
problem psikologis kita

14
juga bisa mengatasinya
dengan syukur lisan
yaitu dengan
mengucapkan
alhamdulillah,
bersyukur dengan
ucapan dan bersyukur
dengan cara sholat yang
nantinya bisa
menenangkan hati dan
pikiran dan akhirnya
problem psikologis bisa
teratasi. Ketiga yaitu
bersyukur dengan
anggota badan,
menangani problem
psikologis dengan
syukur anggota badan
yaitu mampu
menjadikan dan
menggunakan segala
bentuk gerak tubuh,
mulai dari mata,
tangan, kaki, dan
bagian organ tubuh
lainnya untuk beribadah
pada Allah swt,
bekerja, dan berusaha.
Syukur dengan
perbuatan adalah
menggunakan semua
bentuk nikmat, seperti
mata, tangan, kaki dan
organ tumbuh lainnya
untuk beribadah pada
Allah swt. Dengan
terlaksananya syukur
anggota badan ini maka
problem psikologi
seseorang dapat teratasi
dengan baik.
4. Penanaman nilai syukur
dalam tradisi sedekah
bumi dilakukan dengan
cara mensyukuri nikmat
dari hasil-hasil

15
pertanian.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konsep syukur menjadi


salah satu konsep yang dijadikan rujukan dalam penelitian di barat khususnya
terkait dengan objek keberadaan Tuhan. Syukur dapat diwujudkan dengan hati,
lisan dan perbuatan, dan dapat dijadikan sebagai obat dari masalah psikologi
seseorang. Bersyukur berarti menghadirkan ingatan limpahan nikmat yang Allah
berikan dengan mengingat-ingat kenikmatan tersebut dan menampakkannya. Baik
dengan cara menyebut atau dengan mempergunakannya di jalan yang dikehendaki
oleh Allah SWT.

SIMPULAN DAN IMPILKASI


A. SIMPULAN
Hajat Bumi merupakan ritual yang dilakukan warga kampung sebagai
ungkapan rasa syukur atas limpahan hasil panen bumi selama satu tahun. Nilai
yang terkandung dalam ritual hajat bumi ini adalah sebuah wujud atau cara
masyarakat untuk mengaktualisasikan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Dalam
tradisi hajat bumi nilai utama yang terkandung yaitu nilai syukur. Nilai tersebut
tentu akan berguna untuk semua warga dan apabila ditanamkan kepada anak-anak
yang hidup di zaman modern ini diharapkan dapat memberikan bekal keagamaan
kepada mereka sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan di masa yang
akan datang.

B. IMPLIKASI
1) Pengembangan bagi pendidikan dasar
a. Bagi guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang
berorientasi pada nilai syukur, sehingga akan menumbuhkan sikap
dan perilaku yang selalu mensyukuri akan semua nikmat yang
diberikan oleh Allah, baik melalui hati, lisan dan perbuatan.
b. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
membuat kebijakan sekolah yang berkaitan dengan kurikulum
lokal.

16
2) Research bagi pendidikan dasar
Implikasi bagi Peneliti pendidikan dasar tulisan ini dapat dijadikan
sebagai langkah awal atau rujukan untuk melakukan penelitian tentang
Hajat Bumi dalam aspek yang berbeda.

GLOSARIUM
Dondan : Wadah berbentuk persegi empat dengan ukurang 70 x 70cm
g dengan atap berbentuk kerucut dan berbentuk rumah-rumahan
Ancak : Wadah sesaji bersegi empat yang terbuat dari anyaman bambo
Tangkir : Wadah sesaji yang terbuat dari daun pisang yang di bentuk
menyerupai mangkok atau wadah

REFERENSI
Alfarisi, Aisya. (2017). Lestarikan Budaya Hajat Bumi. [Online: www.
Kompasiana.com aisyaalfaris/] di akses 6 Mei 2019.

Aura Husna, Suriana. (2013). Kaya dengan Bersyukur: Menemukan Makna Sejati
Bahagia dan Sejahtera dengan Mensyukuri Nikmat Allah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Clara R. Pudjijogyanti. (1991). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan,


Cet. II

Darmawan, Angga. (2018). Angkat Kearifan Lokal. UNESA. [Online:


https://www.kompasiana.com/angga1927/550e16fc813311c82cbc6188/sed
ekah-bumi]

Fida, Abu, Rafi. (2014). Terapi Penyakit Korupsi, Jakarta: Republika

Haryanto, H. C., & Kertamuda, F. E. (2016). Syukur sebagai sebuah


pemaknaan. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 18(2), 109-118.

Hendriati Agustiani, (2009). Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi


Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja).
Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. II

17
Jufri, Fita. (2014). Urgensi Syukur untuk Mengatasi Problem Psikologis dalam
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Imam
Bonjol Padang.

Khairunnas, Rajab. (2010). Obat Hati. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Murniasih, Farhanah. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosi. Jakarta.

Nalendra, Lingga Kinanty Krish. (2017). Tari Roongggeng Ibing dalam Upacara
Hajat Bumi di Kecamatan Lakbok. Universitas Pendidikan Indonesia

Nurhidayat, E. (2017). Tradisi Hajat Bumi di Desa Jayabaya Kacamatan


Panawangan Kabupaten Ciamis Pikeun Bahan Pangajaran Maca Artile
Budaya di SMA: Ulikan Sémiotik (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).

Pratama, Aditya. (2017). Motif tindakan social dalam tradisi hajat bumi kramat
ganceng di pondok Ranggon Jakarta Timur. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Purwokerto, Sedekah Bumi Pertahankan Tradisi dan Eksensi. [Online:


https://www.kompasiana.com/banyumasku/5520b1c2a333114f4846ce9c/s
edekah-bumi-pertahankan-tradisi-dan-eksistensi ] diakses 16 Maret 2019

Putri, D. A., Sukarti, S., & Rachmawati, M. A. (2016). Pelatih Kebersyukuran


untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi. Jurnal
Intervensi Psikologi, 8(1), 21-40.

Rusdi, Ahmad. (2016). Syukur dalam Psikologi Islam dan Konstruksi Alat
Ukurnya. Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-
Empiris Vol. 2., No. 2., 2016. Hal. 37-54

Safaria, Triantoro. (2018). Perilaku Keimanan, Kesabaran, dan Syukur dalam


Memprediksi Subjective Wellbeing Remaja. Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan. HUMANITAS, Vol.15, No.2, Agustus 2018, Hal. 127 –
136 ISSN 1693-7236, Terakreditasi B oleh DIKTI, No: 36a/E/KPT/2016

Miftahudin, Azka. (2016). Penanaman Nilai Syukur dalam Tradisi Sedekah Bumi
di Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo Banyumas. IAIN
Purwakerto.

Muhammad Syafi’ie. (2009). Dahsyatnya Syukur. Jakarta: Qultum Media

18
Shobibah, Ida Fitri. (2014). Kebersyukuran Upaya membangun Karakter bangsa
melalui Figur Utama. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Dakwah,
Vol. XV, No. 2 Tahun 2014

Shohibah, Ida Fitri. (2013). Dinamika syukur pada Ulama Yogyakarta.


Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga.

Situmorang. (2004). Pengertian Ritual menurut Para Ahli. [Online:


https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-ritual-menurut-para-
ahli/] di akses 7 Maret 2019

Sucipto, Tata, dkk. (2016). Analisis Kontek Pengetahuan dan Ekspresi Budaya
Tradisional berbasis Muatan Lokal Provinsi Jawa Barat. Direktorat
Jendral Kebudayaan.

Wardah, E. S. (2018). Upacara Hajat Bumi dalam Tradisi Ngamumule Pare pada
Masyarakat Banten Selatan. Tsaqofah, 15(2), 221-225.

Yusuf, Ali Anwar. (2003). Studi Agama Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

19

Anda mungkin juga menyukai