Anda di halaman 1dari 11

ENTREPRENEURIAL CAPITAL

INDUSTRIAL CAPITAL - Nurhayati Subakat

KELOMPOK 2

Fathurrahman (25%) 13111810513


Graciela Laurencia Hanafi (25%) 13111810045
Metha Yulisa (25%) 13111810337
Natasha Melinda (25%) 13111810313

Universitas Prasetiya Mulya


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB 1 2

LANDASAN TEORI 2
1.1 Industrial Capital 2
1.2 Industrial Capital Dengan Knowledge 2
1.3 Intellectual Capital Berbasis Teknologi 3

BAB 2 3

NURHAYATI SUBAKAT 3
2.1 Profil Nurhayati Subakat 3
2.2 Sejarah Bisnis Nurhayati Subakat 4

BAB 3 5

ANALISA DAN PEMBAHASAN 5


3.1 Infrastruktur dan Fasilitas yang Dimiliki Wardah 5

BAB 4 9

PENUTUP 9
4.1 Lesson Learned 9
4.2 Kesimpulan 9

1
BAB 1
LANDASAN TEORI

1.1 Industrial Capital


Industrial Capital merupakan sebuah pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapat melakukan bisnis
dan berkembang di dalam suatu industri yang meliputi infrastruktur, fasilitas pendukung, peraturan, dan
juga regulasi. Dapat disadari bahwa tentunya setiap industri memiliki ekspektasinya masing-masing,
seperti business model, supply chain, competitive landscape, dan permasalahan yang berbeda-beda.

1.2 Industrial Capital Dengan Knowledge


contemporary entrepreneurial university, memperlihatkan kombinasi antara pengetahuan akademis
dengan Industrial Capital, telah diramalkan oleh pemerintah Inggris abad ketujuh belas yang
membayangkan penelitian ilmiah sebagai pendorong kemajuan ekonomi. Dalam waktu yang dicuri dari
tugasnya sebagai Jaksa Agung dan Kanselir Raja James, Francis Bacon memproyeksikan, "rekonstruksi
ilmu" (Bacon, [1620] 1980, p. 15). Dalam manifesto tentang pembangunan masyarakat berbasis
pengetahuan, Bacon (1980) menggaris bawahi program reformasi metodologis, disipliner, dan
institusional untuk membawa sains dari praktik individualistik tentang pemikiran Syllogistic kepada mode
kolektif dari eksperimen induktif. Tujuan yang ingin dicapai bukan hanya untuk pengetahuan,
“Experiment of Light”, melainkan untuk pengetahuan yang berguna, “Experiment of Fruit”, bukan
“human intellect left to its own course”, tetapi mencakup dalam “a regular system of operations” yang
akan menghasilkan aliran inovasi yang stabil (Bacon, [1620]1980, p. 12). Untuk mewujudkan objektif ini,
Bacon (1980) mengusulkan pembentukan pembentukan sebuah lembaga penelitian ilmiah sebagai
sumber pengetahuan teoritis dan praktis. Berbeda sekali dengan kerangka organisasi skala kecil di
masanya, Bacon (1980( menguraikan skema multifaset dengan beragam peralatan, personel terlatih, dan
fasilitas eksperimental. Dia menyebut lembaga produksi dan transfer pengetahuan ini "Solomon’s House"
setelah Raja Alkitab.

1.3 Intellectual Capital Berbasis Teknologi


Dalam lingkungan ekonomi saat ini, mengembangkan dan mengeksploitasi Intellectual Capital yang
terbuat dari kapabilitas teknologi dapat dipandang sebagai salah satu fondasi dasar dimana perusahaan
harus mendasarkan daya saing mereka terutama pada industri yang dinamis dan padat akan
pengetahuan (Afuah, 2002; DeCarolis, 2003; Nicholls-Nixon and Woo, 2003; Zott, 2003; Wang et al.,
2004). Dalam penelitian ini akan fokus pada modal intelektual semacam itu yang terkait dengan
pengetahuan teknologi, yang terkait langsung dengan kapabilitas perusahaan yang secara bersama-sama
memobilisasi sumber daya ilmiah dan teknis yang berbeda yang diakumulasikan oleh serangkaian
rutinitas dan prosedur, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan inovasi produk
dan/atau proses produktif (Prahalad dan Hamel, 1990; Grant, 1991; Black dan Boal, 1994; Christensen,
1996; Miller dan Shamsie, 1996; Wiklund dan Shepherd, 2003; Fowler et al., 2000).

2
BAB 2
NURHAYATI SUBAKAT

2.1 Profil Nurhayati Subakat


Di balik kesuksesan Wardah Cosmetics, perlu diketahui terdapat sosok wanita bernama Nurhayati
Subakat. Ia merupakan keturunan asli Minangkabau yang lahir di Padang Panjang pada tanggal 27 Juli
1950 sebagai anak keempat dari delapan bersaudara. Telah terbukti sejak kecil bahwa Nurhayati Subakat
ini memiliki otak yang cerdas bahkan hingga mengantarkannya berhasil diterima di Institut Teknologi
Bandung (ITB) jurusan Farmasi. Di kampus ini pula ia bertemu dengan Sabakat Hadi yang kini menjadi
suaminya. Setelah selesai menamatkan pendidikan di perkuliahan, Nurhayati Subakat kembali ke
kampung halamannya dan bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Padang.
Tak lama kemudian, ia mencoba peruntungannya dengan bekerja di Jakarta di perusahaan kosmetik
terkenal, yaitu Wella Cosmetic sebagai staf quality control dari tahun 1979 hingga 1985. Karirnya saat itu
bisa dikatakan meningkat tetapi ia memutuskan untuk berhenti dan membuka usaha sendiri. Berbekal
ilmu dan pastinya pengalaman yang diperoleh Nurhayati Subakat dari tempat sebelumnya bekerja, ia
mulai merintis bisnisnya dengan berjualan shampo merk Putri yang dijalankan sendiri di rumah bersama
pembantunya.
Lalu salon demi salon di Jakarta mulai diperkenalkan dengan sampo Putri ini. Perlahan namun pasti
hingga akhirnya shampo Putri berhasil diterima oleh kalangan masyarakat. Singkat cerita, usaha rumahan
ini terus berkembang, berhasil mendirikan pabrik sendiri, dan membentuk perusahaan PT Pusaka Tradisi
Ibu. Selang lima tahun berjalan, peristiwa tak sedap menghampiri Nurhayati Subakat dimana pabriknya
habis terbakar tanpa tersisa apapun. Ditambah lagi ada hutang bank yang perlu dilunasi dan gaji
karyawan yang harus dibayarkan. Namun ternyata kejadian ini malah menjadi titik balik untuknya dan
menggunakan tabungan gaji suaminya untuk membayar hutang, menggaji karyawan, serta membangun
pabrik kembali. Ia memiliki tekad untuk terus berjuang dan memulai kembali semuanya dari awal.

2.2 Sejarah Bisnis Nurhayati Subakat


Setelah peristiwa kebakaran yang melanda Nurhayati Subakat, ia kembali mendirikan pabrik baru
dan mulai beroperasi kembali. Setelah melihat kebutuhan konsumen terutama para muslimah dalam hal
kosmetik, ia akhirnya meluncurkan produk dengan nama Wardah di tahun 1995. Dengan
mengedepankan nilai halal, aman, dan kualitas, Wardah berhasil diterima konsumen untuk tampil elegan
tanpa harus memikirkan kosmetik yang digunakan tersebut halal atau tidak. Pada akhirnya di tahun
1999, Wardah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI sebagai pionir brand halal di Indonesia.
Setahun kemudian, Wardah berhasil pindah pabrik dengan luas 5500 meter ke kawasan Industri
Jakate di daerah Tangerang. Perjalanan Wardah hingga 2003 dapat dilihat ada peningkatan drastis
bahkan berhasil menjadi salah satu produk kosmetik pilihan muslimah di Indonesia. Ditambah lagi,
distribusi Wardah bukan hanya sekedar skala nasional tetapi sudah internasional hingga Malaysia. Lalu di
tahun 2010, ia merilis brand kosmetik lainnya, yaitu Make Over. Dengan seiring berjalannya waktu,
perusahaan ini telah berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation di tahun 2011 dan
kembali merilis brand kosmetik untuk anak muda, yaitu Emina Cosmetics.
Saat ini PT Paragon Technology and Innovation telah menaungi ratusan juta item kosmetik dengan
pertumbuhan yang sangat pesat. Sudah lebih dari 12.000 karyawan yang bergabung, ratusan mesin

3
canggih yang beroperasi, tujuh pabrik yang tersebar, serta 32 distributor center di seluruh Indonesia dan
satu di Malaysia. PT Paragon Technology and Innovation juga memiliki Research & Innovation Center
sendiri yang menjadi area utama yang memiliki peran signifikan terhadap kesuksesan Wardah untuk
terus berinovasi.

2.3 Penghargaan Nurhayati Subakat


Kapabilitas Nurhayati Subakat tentunya tidak perlu diragukan lagi. Sebagai alumni Farmasi ITB, ia
telah meraih gelar doktor kehormatan (Honoris Causa dari ITB). Pada saat tahun 1975 pun ia lulus
sebagai sarjana farmasi dengan predikat lulusan terbaik.
Perjuangan dan kerja keras Nurhayati Subakat selama ini pun juga tidak sia-sia. Kini perusahaannya
telah menjadi market leader kosmetik di Indonesia bahkan pernah menjadi pembahasan di Harvard
Business Review. Selain itu, nama Nurhayati Subakat juga masuk ke dalam kategori pebisnis wanita
berpengaruh di Asia versi Forbes.

4
BAB 3
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Infrastruktur dan Fasilitas yang Dimiliki Wardah


Pada awal perjalanan Wardah Cosmetics, brand ini memulai awal karirnya melalui home industry di
kawasan Cibodas, Jawa Barat. Meskipun dimulai dari brand kecil, Wardah berhasil membuktikan bahwa
mereka dapat melebarkan sayapnya dan membangun pabrik besar seluas 20 hektar di kawasan industri
Jatake Tangerang yang berdiri sejak tahun 1998. Selain pabrik pembuatan produk, Wardah juga memiliki
Research and Innovation Center yang merupakan tempat memastikan kesinambungan proses produksi
produk-produk halal secara konsisten dengan menggunakan berbagai macam teknologi dan kapasitas
yang besar. Dalam Research and Innovation Center, terdapat Wardah Museum yang menjelaskan
perjalanan Wardah sejak tahun 1985, empat laboratorium utama untuk menciptakan formulasi produk,
laboratorium powder, laboratorium semisolida, laboratorium emulsi dan laboratorium likuid-surfakta,
laboratorium stability testing, laboratorium instrumen, laboratorium chemical analysis, dan laboratorium
product performance.
Setelah melewati tahap pembuatan formulasi dan uji testing di berbagai laboratorium,
produk-produk tersebut siap diproduksi dengan kapasitas besar di pabrik milik Wardah. Untuk menjaga
mutu kualitas yang dimiliki oleh produk-produk Wardah, para karyawan seringkali melakukan quality
testing. Quality testing dilakukan pada saat bahan baku sampai di pabrik, saat bahan baku ditimbang,
saat bahan baku selesai diolah, saat produk selesai diisi, saat produk selesai dikemas, hingga sebelum
produk dipasarkan. Perusahaan akan bertanggung jawab apabila ditemukan kerusakan pada produk,
pengecekan berkala juga dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama dan 6 bulan sekali pada
tahun kedua. Selain pabrik, Wardah juga memiliki banyak outlet yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia dan Malaysia. Wardah memutuskan untuk membuat outlet yang nyaman dan mewah sehingga
para konsumen yang datang dapat dengan tenang mencoba produk-produk Wardah sebelum
memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan
kepuasan dari konsumen setia Wardah.
Dari sisi teknologi, Wardah menggunakan Odoo ERP untuk mengelola bisnisnya. Odoo merupakan
suatu perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan manufaktur dan jasa, bersifat open
source, dan dilengkapi berbagai fitur yang merangkap project management, live chat, customer
relationship management, sales, inventory management, warehouse, human resource management,
serta financial management. Sistem Odoo sendiri dapat diakses melalui website, mobile, maupun
desktop. Wardah menggunakan Odoo untuk menangani 3 pabrik produksi, 3 gudang bahan baku, 30+
pusat distribusi regional dan lebih dari 300 point of sale. Wardah membutuhkan sistem ERP memadai
seperti Odoo untuk menangani lebih dari 100.000 sales per harinya. Sistem Odoo memperbolehkan
Wardah untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis dari berbagai divisi ke dalam satu sistem yang
dapat dengan mudah diakses oleh orang-orang yang terlibat sehingga memperpendek rantai produksi,
distribusi, dan pemasaran. Sistem Odoo ERP ini juga membantu mengurangi miskomunikasi antar
karyawan karena semua informasi yang dibutuhkan sudah ada di sistem Odoo dan dapat diakses oleh
berbagai divisi sesuai kebutuhan.

5
3.2 Standar dan Regulasi dalam Perusahaan Wardah
Sejak berdiri pada tahun 1985, Wardah telah memantapkan diri sebagai brand pertama kosmetik
halal di Indonesia. Pemerintah sendiri telah merilis Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2018
mengenai Jaminan Produk Halal. Dengan adanya peraturan ini, sejumlah produk kosmetik dan farmasi
harus menjalani sertifikasi halal. PT. Paragon Technology and Innovation yang mewadahi Wardah
mengaku telah menargetkan sertifikasi halal dengan nomor sertifikat 00150010680899 sejak awal untuk
meminimalisir kekhawatiran masyarakat mengenai produk kosmetik yang mereka produksi. Halal disini
tidak hanya menggunakan bahan baku yang aman bagi kulit dan sesuai dengan hukum Islam, melainkan
melalui proses produksi yang sesuai dengan syariat Islam dan tidak menyakiti makhluk hidup lain.
Wardah mengaku telah bekerja sama dengan supplier yang telah bersertifikat halal. Selain sertifikasi
halal, Wardah juga telah bersertifikasi BPOM untuk produk kosmetik. Hal ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan bagi konsumen bahwa produk-produk Wardah aman digunakan. Wardah juga memiliki
sertifikasi CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) sebagai syarat untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi. Untuk mendapatkan CPKB terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi seperti
sumber daya manusia, bangunan dan fasilitasnya, peralatan, sanitasi, zona produksi, hingga perawatan
mutu yang telah dilewati oleh Wardah.

3.3 Pengetahuan, Keahlian, dan Pengalaman Nurhayati Subakat


Ibu Nurhayati Subakat sekolah di Pondok Pesantren Diniyyah Puteri. Setelah lulus dari sekolah
menengah atas, Ibu Nurhayati melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung jurusan farmasi.
Setelah menyelesaikan kuliah tepat waktu, Ibu Nurhayati pulang ke Sumatera Barat dan bekerja di salah
satu rumah sakit di Padang bernama Rumah Sakit Umum Padang sebagai seorang apoteker. Setelah lama
bekerja di rumah sakit, Ibu Nurhayati pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan kosmetik terkenal
bernama Wella sebagai staff quality control. Di perusahaan Wella, Ibu Nurhayati mendapatkan berbagai
macam pelatihan terkait quality control, marketing, dan hal lain yang berhubungan dengan industri
kosmetik. Walaupun karirnya terus meningkat di perusahaan kosmetik Wella, Ibu Nurhayati memilih
untuk keluar dari perusahaan dan merintis usahanya sendiri.
Berbekal pengalaman bekerja di perusahaan kosmetik, Ibu Nurhayati mencoba membuat shampoo
yang bernama Puteri. Usaha Puteri ini ia lakukan di rumahnya dengan bantuan dari satu orang
pembantunya. Ibu Nurhayati mulai mengenalkan produknya secara door to door kepada beberapa salon
hingga secara perlahan mulai diterima di masyarakat. Saat usahanya mulai berkembang pesat, Ibu
Nurhayati mendirikan PT. Pusaka Tradisi Ibu dengan manajemen usaha shampoonya. Lima tahun setelah
usahanya berkembang pesat, pabrik milik Ibu Nurhayati dilahap api. Ibu Nurhayati sempat ingin
menutup usahanya, tetapi tidak jadi dilakukan karena beliau memikirkan nasib karyawannya.
Ibu Nurhayati pun memutuskan untuk memulai lagi dari nol dengan berbekal dari tabungan
suaminya untuk membayar gaji karyawan dan membangun pabrik baru. Ibu Nurhayati mencoba inovasi
baru dengan menargetkan pasar muslimah dengan meluncurkan produk Wardah pada tahun 1995.
Produk Wardah sendiri diterima dengan baik oleh masyarakat dengan hasil penjualan yang naik drastis
pada tahun 1999 hingga 2003. Dengan cepat, produk Wardah segera menguasai pasar kosmetik halal
Indonesia dan melakukan ekspansi ke negara tetangga, yaitu Malaysia. Pada tahun 2011, PT. Pusaka
Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT. Paragon Innovation and Technology agar dapat melakukan
ekspansi produk dengan target market yang berbeda. Ibu Nurhayati memutuskan untuk melakukan

6
diversifikasi dengan membentuk produk kosmetik lain untuk target market yang berbeda seperti Make
Over dan Emina.

3.4 Kompetitor dari Perusahaan Wardah


Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati
Wibawaningsih menyampaikan bahwa sektor kosmetik tumbuh signifikan pada 2020. Dilansir dari
Antara, kinerja pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, di mana kosmetik termasuk di
dalamnya, tumbuh 9,39 persen dan berkontribusi 1.92% terhadap Produk Domestik Bruto. Bahkan di
masa pandemi pun, sektor tersebut mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa melalui
capaian nilai ekspornya yang menembus 317 juta dollar AS atau Rp 4,44 triliun pada semester I-2020.
Oleh karena itu tak heran ada banyak pemain-pemain baru di industri ini, dan juga pemain lama yang
terus berinovasi dan berkembang.
Wardah memiliki beberapa kompetitor, baik brand lokal maupun brand luar, yang mengincar target
market yang sama. Target market Wardah adalah wanita muslimah dengan kisaran usia 25-34 tahun,
dengan kelas menengah kebawah dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga maupun mahasiswa yang
ingin memperoleh hasil terbaik untuk penampilannya. Brand lokal dengan target serupa diantaranya ada
Martha Tilaar, Viva Cosmetics, dan Mustika Ratu. Selain itu juga banyak bermunculan brand baru yang
juga disukai masyarakat, seperti Zoya, By Lizzie Parra, Mazaya, dan ESQA. Lalu untuk brand luar, kosmetik
yang memiliki target market serupa (menengah ke bawah) dan halal adalah Maybelline, Revlon,
Oriflame, L’Oreal, Wet n Wild.

3.5 Suppliers dan Value Chain yang Dimiliki Wardah


Di awal Wardah berdiri, Wardah merupakan satu-satunya kosmetik dan skincare yang bersertifikasi
halal dan pada saat itu trend “hijab lifestyle” sedang meningkat. Namun menemukan supplier yang
mampu menyediakan material yang dibutuhkan, dimana semua material ini harus halal, cukup sulit. Oleh
karena itu, Wardah hanya bekerja sama dengan supplier ekstrak, supplier mineral, supplier bahan kimia,
dan supplier bahan baku yang halal. Selain itu, sebelum produknya sampai ke tangan konsumen, Wardah
juga bekerja sama dengan banyak pihak seperti Member, Reseller, agen, dan distributor. Wardah juga
menggunakan B2B Marketplace sebagai sarana distribusi. Lalu untuk penjualan retail, Wardah juga
menggunakan B2C Marketplace untuk membuka toko digital resmi yakni di Tokopedia dan Shopee.

7
3.6 Industrial Capital Canvas Wardah

8
BAB 4
PENUTUP

4.1 Lesson Learned


Melalui kisah hidup Ibu Nurhayati Subakat, kami belajar bahwa pemahaman industri merupakan
modal yang krusial dalam mendirikan sebuah bisnis. Ibu Nurhayati merupakan alumni Farmasi ITB dan
beliau lulus dengan predikat lulusan terbaik. Setelah itu beliau kembali ke kampung halamannya dan
bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Padang. Tak lama kemudian, ia mencoba
peruntungannya dengan bekerja di Jakarta di perusahaan kosmetik terkenal, yaitu Wella Cosmetic
sebagai staf quality control dari tahun 1979 hingga 1985. Berbekal ilmu dan pastinya pengalaman yang
diperoleh Nurhayati Subakat dari tempat sebelumnya bekerja, ia mulai merintis bisnisnya dengan
berjualan shampo merk Putri yang dijalankan sendiri di rumah bersama pembantunya. Perlahan-lahan
beliau merintis sampai akhirnya menjadi PT Paragon Technology and Innovation yang kita tahu sekarang,
yang menaungi empat brand besar yakni Wardah, MakeOver, Emina, dan Kahf. Tidak bisa dipungkiri, Ibu
Nurhayati dapat sampai ke titik beliau berada sekarang karena bekal ilmu, pengetahuan, keahlian, dan
pemahaman beliau mengenai industri kosmetik.

4.2 Kesimpulan
Industrial Capital merupakan sebuah pengetahuan yang dibutuhkan untuk dapat melakukan bisnis
dan berkembang di dalam suatu industri yang meliputi infrastruktur, fasilitas pendukung, peraturan, dan
juga regulasi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang
industri yang digeluti tentunya memiliki modal yang lebih unggul dalam memulai bisnis, dibandingkan
mereka yang baru memulai / baru mau belajar. Namun tetap, modal tersebut tetap harus diiringi dengan
kemampuan berbisnis dan mentalitas pantang menyerah yang sangat kuat. Ibu Nurhayati juga banyak
mengalami jatuh bangun bisnis pada saat awal beliau merintis, dimana pabrik beliau sempat terbakar,
sempat terlilit utang, dan sempat susah payah menjual produk beliau dengan teknik multi level
marketing. Kami belajar melalui Ibu Nurhayati bahwa modal pengetahuan dan pemahaman industri tidak
bisa membawa kami kemana-mana apabila tidak diiringi dengan kerja keras.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/11/odoo-erp.html
http://puputfatimahmateriperkuliahan.blogspot.com/2016/12/analisis-perusahaan-pt-paragaon.html
https://www.suara.com/lifestyle/2019/04/16/103211/sejarah-panjang-kosmetik-halal-indonesia-bersam
a-wardah?page=all
https://industri.kontan.co.id/news/kino-dan-wardah-klaim-telah-pakai-bahan-halal-sebelum-pp-nomor-
31-2019-diresmikan
https://wolipop.detik.com/makeup-and-skincare/d-4513361/pertamakalinya-wardah-ungkap-isi-pabrikn
ya-yang-hasilkan-135-juta-kosmetik
https://www.biografiku.com/biografi-nurhayati-subakat/

Henry Etzkowitz, (2013) "When knowledge married capital: the birth of academic enterprise", Journal of
Knowledge-based Innovation in China, Vol. 5 Issue: 1, pp.44-59, https:// doi.org/10.1108/17561411311320969

Fernando E. García‐Muiña, Eva Pelechano‐Barahona, (2008) "The complexity of technological capital and legal
protection mechanisms", Journal of Intellectual Capital, Vol. 9 Issue: 1, pp.86-104, https://
doi.org/10.1108/14691930810845821

10

Anda mungkin juga menyukai