Anda di halaman 1dari 3

COKELAT TERAKHIR

Malam yang begitu berisik dengan suara gemuruh hewan – hewan malam. Udara
mengeluarkan ramuan dingin yang menakutkan. Kegelapapan malam yang begitu indah
dengan tuburan bintang – bintang nan elok serta pemimpin malam yang menampakkan
sinar purnamanya. Ya, menurutku itu sebuah malam yang indah bagi Rini yang sedang
duduk ditaman malam itu. Ia sedang menunggu kekasihnya yaitu Rizal.

Rizal mengajak Rini untuk bertemu dengannya pada malam itu. Ada sesuatu yang
penting yang ingin dibicarakan oleh Rizal terhadapnya. Rini sedikit bingung karena
sejak dua minggu yang lalu dia putus komunikasi dengan Rizal. Baru tadi siang Rizal
menelpon Rini pada saat ia sedang bekerja. Rizal berbicara tidak seperti biasanya.
Suaranya agak gugup. Beberapa kali Rini menanyakan keadaannya tapi tidak
dipedulikan oleh Rizal. Rizal hanya mengajak Rini untuk bertemu dengannya malam
nanti ditaman dekat kota.

Pukul 08.30 malam, Rini tetap menunggu kedatangan Rizal sambil beberapa kali
merasakan dinginya malam dibangku taman yang memiliki sebuah lampu yang menyala
diatasnya. Rini sudah berkali – kali mencoba menghubungi Rizal. Namun, handpone
Rizal tidak aktiv. Rasa cemas menyelimuti raut wajah dan perasaan Rini sebagai
kekasihnya. Apalagi mereka telah berpacaran selama tiga tahun.

Perasaan cemas Rini perlahan hilang. Raut wajahnya pun sekarang menunjukan
wajah – wajah ceria. Teryata Rizal telah tiba ditaman itu sambil membawa motor Ninja
bewarna merah. Dengan perlahan Rizal menghampiri Rini. “ maaf membuat kamu
menungguku terlalu lama”ucap Rizal dengan raut wajah sedih.

“ oiya tidak mengapa. Kemana saja kamu selama ini ,kenapa tidak ada kabar? Kenapa
tiba – tiba langsung mengajakku bertemu!” jawab Rini yang langsung berdiri dari
bangku taman dengan suara sedikit marah . Rizal hanya terdiam dan langsung
memberikan Rini sebuah cokelat. Rizal tahu bahwa Rini sangat menyukai coklat. “ini
coklat buat kamu. Mungkin coklat ini akan menjadi coklat terakhir kita” keluh Rizal
nampak sedih. Rini pun sedikit bingung dengan perkataan Rizal tadi. Tapi, ia
menganggapnya hal yang biasa karena Rizal sering kali bercanda. Rini hanya
menggambil coklat itu dan kembali duduk.

“ aku harus segera pergi Rin, maaf jika aku tak bisa menemuimu cukup lama” sahut
Rizal kembali dengan langsung berjalan menuju motornya dan pergi dengan begitu
cepatnya.” Eh tunggu, mau kemana?kenapa kamu meninggalkanku?” jawab Rini
dengan suara berteriak. Namun, Rizal tak menghentikan laju motornya.

Tampak raut sedih kembali menyelimuti Rini. Ia rasa ada sesuatu yang aneh dengan
Rizal. Ia tidak pernah melihat Rizal bersikap begitu kepadanya sejak mereka pacaran.
Apalagi kalau Rini sedang marah atau ngambek kepadanya pasti Rizal selalu
menghiburnya dengan lelucon atau rayuan yang kadang – kadang tidak lucu. Rini
masuk ke dalam mobil BMW nya dan mengendarainya menuju rumah dengan perasaan
yang masih dihantui oleh sikap Rizal kepadanya.

Setibanya dirumah, Rini langsung masuk kedalam kamarnya yang begitu luas. Ia
langsung berebah dikasur berseprai hijau dengan selimut merah yang membelah kasur
tersebut. Rini dengan cepat membuka coklat yang diberikan oleh Rizal. Karena baginya
memakan coklat bisa meredam amarahnya.

Namun, ia terkejut menemukan sebuah surat didalam cokelat tersebut. Dengan lugas ia
membuka surat tersebut samba dibanyangi rasa penasaran.

Selamat malam duhai kekasihku

Sebenarnya berat bagiku mengunggkapkan hal ini kepadamu. Aku tak bisa
melihatmu bersedih. Tapi, cepat atau lambat aku harus menyampaikan ini padamu.

Tiga hari lagi aku akan menikah dengan Tasya di London,Inggris. Itu sebabnya
belakangan ini aku tidak menghubungimu. Aku tidak bisa melawan kehendak dari
orang tuaku. Karena ayahku sakit parah dan ia hanya mau satu hal dariku yaitu
menikahi tasya.

Aku mohon beribu maaf kepadamu. Namun, aku akan tetap mencintaimu selamanya.

Dari Rizal

Betapa hancur perasaan Rini melihat surat itu. Karena surat dan cokelat memang
sering ia terima dari Rizal. Namun, surat dan coklat tersebut bernada rayuan tak seperti
kali ini. Baginya cokelat hanya akan memberi manis diawal ,namun pahit diakhir.

sekian
BIODATA

Junaidi Barcelonitas, itulah nama pena yang


tertulis di akun jejaring sosialnya. Pengemar
fanatic club Barcelona ini selalu ingin mengrimkan
karya yang ia buat dengan hasil pemikirannya
sendiri. Goresan pena pemuda yang masih duduk
di kelas XI IPA sekolah Man babulu,penajam
paser utara,Kalimantan Timur ini pernah nampang
di dalam buku “Selayang Mimpi”.

Anda mungkin juga menyukai