Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PENULARAN KLIEN DENGAN HIV-AIDS

DISUSUN OLEH :

FARAZ ARSYA DUTA (1811312010)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
SAP

Pencegahan Penularan Klien dengan HIV-AIDS

A. Pengantar
Topik : HIV-AIDS
Pokok Bahasan : Pencegahan Penularan Klien dengan HIV-AIDS
Hari / tanggal : Kamis, 26 Maret 2020
Waktu Pertemuan : 20 menit
Tempat : Ruang Mawar 1 RSUD muhammad zein painan.
Sasaran : Pasien ( Mr.roky )

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan peyuluhan tentang pencegahan penularan klien dengan
HIV-AIDS selama 20 menit, diharapkan pasien dapat memahami tentang
pencegahan penularan klien dengan HIV-AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan apa pengertian HIV-AIDS.
b. Menyebutkan tanda dan gejala HIV-AIDS.
c. Menjelaskan bagaimana cara penularan HIV-AIDS.
d. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan HIV-AIDS.
e. Menjelaskan bagaimana cara penanganan dan pengobatan pada penderita HIV-
AIDS.

C. Materi
1. Pengertian HIV-AIDS
2. Tanda dan gejala HIV-AIDS.
3. Cara penularan HIV-AIDS.
4. Cara pencegahan HIV-AIDS.
5. Cara penanganan dan pengobatan pada penderita HIV-AIDS.

1
D. Media
1. Materi SAP
2. Lembar Balik

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

F. Penyaji
1. Faraz Arsya Duta

G. Setting Tempat

Keterangan:

: Pasien

: Penyuluh

H. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan pendengar


Pendahuluan 1. Membuka pertemuan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
( 5 menit )
salam

2
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Mengucapkan terima kasih 3. Mendengarkan dan
atas waktu yang telah memperhatikan
diberikan
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
5. Menyampaikan kontrak 5. Mendengarkan dan
waktu memperhatikan

Inti / 1. Menggali pengetahuan 1. Mendengar dan


Penyampaian klien tentang pengertian menjawab
materi HIV-AIDS
2. Menjelaskan pengertian 2. Mendengarkan dan
( 10 menit )
HIV-AIDS memperhatikan
3. Reinforcement poitif

4. Menggali pengetahuan 3. Mendengar dan


klien tentang tanda dan menjawab
gejala HIV-AIDS.
5. Menjelaskan Tanda dan 4. Mendengarkan dan
gejala HIV-AIDS. memperhatikan
6. Reinforcement poitif

7. Menggali pengetahuan 5. Mendengar dan


klien tentang cara menjawab
penularan HIV-AIDS.
8. Menjelaskan cara 6. Mendengarkan dan
penularan HIV-AIDS. memperhatikan
9. Reinforcement poitif

3
10. Menggali pengetehuan 7. Mendengar dan
klien tentang cara menjawab
pencegahan HIV-AIDS.
11. Menjelaskan cara 8. Mendengarkan dan
pencegahan HIV-AIDS. memperhatikan
12. Reinforcement poitif

13. Menggali pengetehuan 9. Mendengar dan


klien tentang cara menjawab
penanganan dan
pengobatan pada penderita
HIV-AIDS.
14. Menjelaskan cara 10. Mendengarkan dan
penanganan dan memperhatikan
pengobatan pada penderita
HIV-AIDS.
15. Reinforcement poitif

16. Memberikan kesempatan 11. Mendengar dan


untuk bertanya menjawab
17. Mendiskusikan bersama 12. Mendengarkan dan
dengan para peserta memperhatikan
Penutup 1. Menyimpulkan isi materi 1. Mendengar dan
yang telah disampaikan memperhatikan
( 5 menit )
2. Menyampaikan terimakasih 2. Mendengarkan
atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam

4
I. Sumber Bacaan:
 Murni, S., Green, W., Djauzi, S., Setiyanto, A., Okta, S. (2006). Hidup
dengan HIV/AIDS. Jakarta: penerbit Yayasan Spiritia.
 Yayasan Spiritia, (2006). Lembar Informasi tentang HIV/AIDS untuk
ODHA. Jakarta: Yayasan Spiritia.
 Maryunani Anik, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi :
Penatalaksanaan di Pelayanan Kebidanan, Penerbit Trans Info Media,
Jakarta, 2009
 Novel, SintaSasika. 2011. Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi.
Yogyakarta : Familia

J. Kriteria Evaluasi:
1. 75% pasien mengetahui pengertian HIV-AIDS
2. 75% pasien mengetahui tanda dan gejala HIV-AIDS.
3. 75% pasien mengetahui cara penularan HIV-AIDS.
4. 75% pasien mengetahui cara pencegahan HIV-AIDS.
5. 75% klien mengetahui cara penanganan dan pengobatan pada penderita HIV-
AIDS.

K. Evaluasi
1. Jenis : Formatif
2. Cara : Lisan
3. Waktu: Setelah dilakukan penyuluhan
4. Berikut ini adalah daftar pertanyaan evaluasi:
a. Jelaskan pengertian dari HIV-AIDS
b. Sebutkan tanda dan gejala HIV-AIDS.
c. Jelaskan bagaimana cara penularan HIV-AIDS.
d. Jelaskan bagaimana cara pencegahan HIV-AIDS.

5
e. Jelaskan cara penanganan dan pengobatan pada penderita HIV-AIDS.

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian dari HIV-AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang

6
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain. Sebagian besar orang yang terkena
HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS
dalam waktu 8-10 tahun.
• Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan
• Immune : sistem kekebalan tubuh
• Deficiency : kekurangan
• Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.
Penderita HIV/AIDS akan berakhir dengan kematian dalam waktu 5-
10 tahun kemudian jika tanpa pengobatan yang cukup.

2. Tanda dan Gejala HIV-AIDS.


Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya
tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik,
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan
perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
 Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip
seperti flu. Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama

7
beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah
terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai serokonversi.
Gejala yang paling umum terjadi adalah:
 Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur
pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
 Berat badan tubuh.
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai
Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi tubuh
lemah yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
 Saluran pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri
dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai
TBC.
 System Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan
ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak
tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah
rendah dan Impoten.
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
 Tahap Kedua

8
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan
gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Periode ini disebut sebagai masa
inkubasi, atau masa laten. Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem
kekebalan tubuh. Pada tahapan ini, Anda akan merasa sehat dan tidak ada
masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah
bisa menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan
sekitar 10 tahun atau bahkan bisa lebih.
 Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV
Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam
melawan infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang
penyakit serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada
infeksi HIV tahap terakhir:
 System Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau
cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang
menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit
lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
 Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini
sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita
penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal
sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid
yang tidak teratur (abnormal).
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata ( ruam pada kulit )
 Kandidias oro faringeal

9
 Limfa denopati generalisata

3. Cara penularan HIV-AIDS


 Virus HIV menular melalui tiga cara penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan
seorang pengidap tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Ini adalah cara
yang paling umum terjadi. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani,
cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur,
atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran
darah (PELKESI, 1995). Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes
genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada
seks anal lebih besar dibanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada
yang reseptive dari pada yang insertive.
b. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Penularan dari
ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya, selama kehamilan, proses kelahiran
atau pemberian ASI (Air Susu Ibu). Secara vertical dari ibu hamil pengidap
HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat melahirkan ataupun setelah
melahirkan. Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu
ibu (ASI). Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru
saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda
penyakit AIDS. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan
makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI
dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.
c. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke
pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Darah yang terinfeksi pada

10
transfusi darah.
 Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang,
membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab
alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
 Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di
gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat
berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU
secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas
pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
 Hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV
Menurut WHO, terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan
antara lain:
 Kontak fisik
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang
biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,
penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang,
penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV
atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni
keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau
AIDS.

4. Cara pencegahan HIV-AIDS.


Ada beberapa cara untuk mencegah penularan HIV, antara lain :
 Mencegah penularan melalui hubungan seks. Jangan berganti-ganti pasangan
guna meminimalkan kemungkinan terinfeksi HIV lewat pasangan dan
yakinkan pasangan kita untuk melakukan hal yang sama. Jika kita tidak
mengetahui pasti bahwa pasangan kita terinfeksi HIV atau tidak, sebaiknya

11
memakai kondom yang baik dengan benar ketika berhubungan seks.
Hindarkan hubungan seksual diluar nikah.
 Mencegah penularan lewat alat-alat yang tercemar. Bila hendak
menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum
tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benar-
benar steril. Jangan sekali-kali menggunakan jarum suntik atau alat yang
menembus kulit bergantian dengan orang lain.
 Mencegah penularan lewat darah. Bila hendak menjalani transfusi darah,
pastikan darah tersebut telah diskrining dan dinyatakan bebas HIV oleh
Palang Merah Indonesia (PMI).
 Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya dan apabila sudah mengandung maka dilahirkan secara operasi
cesar, dan ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan.
Telah dikembangkan konsep ABCDE untuk mencegah HIV/AIDS,
yakni:
 Abstinence adalah tidak melakukan berhubungan sex dengan orang lain
selain pasangan. Abstinence merupakan prinsip awal untuk mencegah tertular
virus HIV/AIDS. Dengan menerapkan abstinence berhubungan dengan selain
pasangan akan melindungi kita dari penyebaran HIV/AIDS.
 Be faithful setia melakukan hubungan seks hanya dengan satu pasangan saja.
 Condom artinya gunakan kondom saat berhubungan seks. Hal ini biasanya
dianjurkan untuk melakukan perilaku sex berisiko tinggi selain dengan
pasangan yang berguna untuk mencegah tertularnya virus HIV/AIDS.
 Don’t inject drug artinya Tidak menyuntik narkoba secara bergantian
dengan alat suntik yang sama.
 Education Pemberian informasi yang benar tentang HIV/AIDS sehingga
terjadi pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS sehingga dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan bisa dan mau melakukan tindakan

12
pencegahan terhadap penularan HIV.

5. Cara Penanganan dan pengobatan pada Penderita HIV-AIDS.


 Penanganan dan pengobatan pada Penderita HIV-AIDS.
 Penanganan Umum
 Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat
tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai
tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk
menemukan obat penyembuhannya.
 Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
 Pengobatan infeksi-infeksi oppertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang
dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-
obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi
agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
 Penanganan Khusus
 Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan
hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
 Upayakan ketersediaan uji serologic
 Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan
dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
 Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling
untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
 Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
 Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis

13
 Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi
(pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).
 Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV
Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi
langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan
yang dilakukan bisa memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka
bisa menjalani pola hidup yang sehat. Obat ini tidak untuk mencegah
penyebaran HIV dari orang yang terinfeksi ke orang lain, tidak untuk
menyembuhkan infeksi HIV dan juga tidak berfungsi untuk membunuh virus
(agar tidak berkembang menjadi AIDS karena jika hal ini terjadi maka akan
membuat kerusakan pada sel tubuh yang terkena infeksi virus tersebut).
Antiretroviral digunakan untuk memblokir atau menghambat proses
reproduksi virus, membantu mempertahankan jumlah minimal virus di dalam
tubuh dan memperlambat kerusakan sistem kekebalan sehinga orang yang
terinfeksi HIV dapat merasa lebih baik/nyaman dan bisa menjalani kehidupan
normal. Obat-obatan tersebut diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi
setiap hari dan seumur hidup. Anda akan disarankan melakukan pola hidup
sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin
flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya. Tanpa pengobatan, orang
dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan menurun drastis. Dan
mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti
kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

14

Anda mungkin juga menyukai