Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi
(Topografi), artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka
bumi dalam suatu peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti
kota, jalan, sungai, bangunan, dll, dengan skala tertentu sehingga dengan mempelajari
peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi tempat yang kita inginkan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum Survey dan Pemetaan ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari
teori-teori dasar ilmu ukur tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah
seperti polygon, alat dan penggunaanya, sampai pada pembuatan peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Survey dan Pemetaan ini yaitu tujuan
intruksional umum dan tujuan intruksional khusus, adalah sebagai berikut :

 Mahasiswa dapat mengetahui syarat dan prinsip penggunaan alat ukur


theodolith dan waterpass
 Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam penggunaan
pesawat theodolith dan waterpass
 Mahasiswa dapat terampil dan mengatur alat dan membaca bak ukur dengan
benar dalam pengukuran.
 Mahasiswa dan mengenal berbagai alat ukur
 Mahasiswa dapat membuat perhitungan hasil data yang diperoleh dilapangan
dengan benar dan tepat
 Mahasiswa dapat menggambarkan hasil pengukuran berupa rofil memanjang,
melintang, atau situasi
 Mahasiswa dapat melakukan pengukuran profil memanjang, profil melintang,
dan pengukuran sudut serta pengukuran luas.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 1 Pengukuran Penyipat Datar (Waterpass)

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau


beda tinggi antara dua tinggi. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluaan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan
konstruksi.
Hasil – hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk
perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang
didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah,
penelitian terhadap saluran – saluran yang sudah ada, dan lain – lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu:
- Garis vertical adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting – unting.
- Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertical pada setiap
titik. Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
- Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata – rata.
- Elevasi adalah jarak (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
- Banch mark (mk) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
 Langkah Kerja
Mengatur / Menyetel Pesawat Waterpass
1. Dirikan statik di atas titik yang dimaksud hingga kaki statik membentuk segitiga
sama sisi dan usahakan platnya mendatar dengan cara :
a. Buka sekrup pengunci kaki statif, panjangkan seperlunya kemudian kunci
sekedarnya.
b. Injak kaki statik seperlunya hingga cukup stabil.
c. Atur kepala statik (pelat level) sedatar mungkin sambil memperhatikan sekrup
pengunci pesawat, kira- kira centering di atas titik yang dimaksud.
d. Kencangkan sekrup pengunci kaki statik.

2
2. Pasang pesawat dan kunci sekedarnya sehingga masih mudah digeser- geser.
3. Pasang unting- unting sedemikian rupa hingga kira- kira 1 cm di atas titik yang
dimaksud.
4. Atur unting- unting dengan menggeser pesawat di atas plat level hingga betul-
betul centering, kemudian kencangkan pengunci pesawat.
5. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A dan B) dan
ketengahkan gelembung nivo dengan mengatur sekrup A, B dan C sekaligus
hingga gelembung nivo tepat berada di tengah lingkaran nivo.
6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah – ubah setel
kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.
7. Lakukan berulang-ulang, hingga gelembung nivo tetap di tengah ke manapun
teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat telah siap dipakai.
Membidik dan Membaca Bak Ukur :
1. Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan vertikal
pada suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan garis bidik kasar
yang ada di atas pesawat
2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa objektif dan
jika benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup pengatur diafragma.
3. Impitkan benang silang diafragma dengan sumbu bak ukur dengan cara mengatur
sekrup penggerak halus.
4. Lakukan pembacaan bak ukur sebagai berikut : (Misalnya)

3
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung yang berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat – syarat sbb:
- Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
- Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu 1.
- Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu 1.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(bak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur
yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas
berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :
          2BT = BA + BB
BT = Bacaan benang tengah waterpass
BA = Bacaan benang atas waterpass
  BB= Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass yang
dilaksanakan, yaitu Pengukuran Waterpass Memanjang dan Pengukuran Waterpass
Melintang
Berikut adalah kesalahan–kesalahan yang biasa dilakukan di lapangan :
1. Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di sebabkan karena
mata si pengamat kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores,
rambu ukur kurang tegak dan sebagainya.
2. Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
3. Pencatatan hasil pengamatan yang salah.
4. Menyentuh kaki tiga (tripod) sehingga kedudukan pesawat / nivo berubah.

4
II.2 Pengukuran Poligon (Theodolith)

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang
hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa
sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di
antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal
untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat
diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal
untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
.(farrington 1997).
Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap
titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan
Ro
mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lain-
lain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya. Macam-macam poligon
yaitu Poligon Terbuka dan Poligon Tertutup
a. Pengukuran Sudut dan Jarak
Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan teropong pada arah
tertentu, dan kita akan memperoleh pembacaan tertentu pada plat lingkaran
horizontal alat tersebut. Dengan bidikan ke arah lainnya, selisih pembacaan kedua
dan pertama merupakan sudut dari kedua arah tersebut.
Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM atau secara optis dengan theodolith
seperti di bawah ini :
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
V = Pembacaan sudut vertikal (helling)

Jarak miring (D’) = (BA – BB) x 100 x SinV

Jarak datar (D) = (BA – BB) x 100 x Sin2V

= D’ Sin V

5
b. Menghitung Sudut Datar dan Koreksi
Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari hasil pengukuran
akan terjadi kesalahan, maka dengan itu harus dikoreksi sesuai dengan banyaknya
titik pengukuran. Bila sudut-sudut yang diukur berupa segi banyak (poligon) maka:
Jumlah sudut = (2n – 4) x 90 untuk pengukuran berlawanan dengan jarum
jam
(sudut dalam).
= (2n + 4) x 90 untuk pengukuran searah dengan arah jarum jam
(sudut luar)
Toleransi sudut = ± 40 √ n detik
Dimana n = banyaknya sudut
b. Menghitung Azimuth
Azimuth adalah sudut putar dari arah Barat hingga Timur. Sebagai referensi sudut
nol dipakai arah mata angin Utara. Tanda (+) berarti arah putar searah jarum jam
dari sudut nol, tanda (-) untuk arah sebaliknya. Sebagai contoh, dari sudut nol ke
arah Timur tepat adalah 90 derajat, dan Barat adalah sudut -90 derajat.
Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah ditentukan lebih
dahulu azimuth awalnya. Penentuan azimuth awal dapat dilakukan dengan cara
magnetis (kompas) atau pengamatan matahari. Menghitung Koordinat
Setelah azimuth dan jarak datar telah dihitung, maka kita dapat menghitung
koordinat titik-titik poligon. Perhitungan dimulai dengan mencari selisih koordinat
(  X dan  Y ).
Rumus perhitungan selisih koordinat :
D . sin  untuk  X
D . cos  untuk  Y
dimana D = jarak datar
 = azimuth
Perhitungan dimulai dari titik awal yang sudah diketahui koordinatnya kemudian
ditambah atau dikurangi dengan selisih koordinat terkoreksi.

c. Menghitung koreksi koordinat


Untuk poligon tertutup   X dan   Y harus tidak melebihi dari toleransi
pengukuran dengan rumus
Koreksi untuk absis setiap titik adalah :

6
-   Xi
 Xi = K1  Xi  K1 =
X
Koreksi untuk ordinat setiap titik adalah :

-   Yi
 Yi = K1  Yi  K1 =
Y

d. Mengukur beda tinggi


Jika menggunakan Waterpass, beda tinggi = pembacaan belakang – pembacaan
muka, jika menggunakan Theodolith, beda tinggi (h) = D’sin α dimana D’ adalah
jarak miring sedangkan α sudut kemiringan lereng.
e. Koreksi beda tinggi
Untuk poligon tertutup h = 0, jika h tidak sama dengan 0, maka besarnya
kesalahan harus dibagikan ke masing-masing titik.
 Langkah Kerja
Menyetel Pesawat Dan Memeriksa Sumbu I
a. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B, dan dengan dua
sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan di tengah–tengah.
b. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
1) Bila gelembung tetap di tengah–tengah pekerjaan di lanjutkan ke
langkah 4.b.
2) Bila gelembung tetap tidak di tengah–tengah, coba ulangi dulu dari
langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga
di tengah-tengah setelah nivo diputar 180, maka kembalikan gelembung
setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan setengahnya lagi dengan
sekrup penyetel A & B.
3) Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap di tengah-
tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu I sebagai sumbu
putar.
4) Putar nivo 90 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung
nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak
lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.

7
5) Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung
tetap di tengah-tengah.
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B)
dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka
langkah pekerjaan sebagai berikut :
1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan
sendirinya ke arah sekrup penyetel C
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah–tengah dengan sekrup
penyetel A, B, & C.
3. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung
kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu
telah vertikal).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari
langkah ke satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga
ditengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing,
maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel
A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di
tengah – tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.
Pembacaan Skala Lingkaran
Perhatikan bentuk-bentuk skala lingkaran yang terdapat pada pesawat yang
bersangkutan.
Ada 4 macam bentuk skala lingkaran :
a. Bentuk garis lurus
Bentuk garis lurus telah dibicarakan dalam bab (pengenalan pesawat
waterpass).
b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala.
Baca angka derajat yang terdapat di belakang garis indeks dengan melihat posisi garis
indeks. Pada gambar garis indeks terletak antara angka 38 & 39 berarti pembacaan
derajat = 38.
c. Alat Pembaca Nonius

8
1) Cari / tentukan besarnya satuan nonius pada pesawat tersebut. Besar satuan
nonius = bagian lingkaran bagian nonius. Maka untuk menentukan satuan
nonius ini adalah sbb :
Himpit indeks nol nonius dengan garis skala lingkaran yang berangka
bulat, misal 10. Maka garis nonius yang terakhir akan berimpit pula
dengan garis skala lingkaran, misal dengan skala lingkaran 17 15’ maka
panjang nonius 7 15’ . Bila nonius dibagi dalam 30 bagian maka satu
bagian nonius ada 7 15 : 30 = 14’30”. Dan bila satu bagian skala
lingkaran ada 15, maka besar satuan nonius = 15’ – 14’30” = 30”.
2) Baca angka derajat dari skala lingkaran misal 7115’
3) Carilah garis nonius yang berimpit dengan garis skala lingkaran. Misal
garis no.13 maka pembacaan : 7115’ + (13 x 30’) = 7121’30.
d. Garis lurus yang dilengkapi dengan micro meter.
Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca seperti terlihat
pada.
1. Putar sekrup micro meter sedemikian rupa hingga 2 atau 3 garis
horizontal pada bidang tengah (B) berimpit. Baca angka derajat yang tertera pada
bidang kiri (A) pada gambar terbaca 24630”. Baca skala micro meter yang
ditunjukkan oleh indeks (bidang C) pada gambar terbaca 8’6,17 = 24638’16,7
Pengukuran Sudut Horizontal
Tempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A) dan setel hingga siap
untuk melakukan pengukuran.
1. Arahkan teropong pada titik B, benang silang tepat pada
paku titik B.
2. Jika paku titik tidak kelihatan, dirikan yalon tepat di atas
paku titik B, benang silang tepatkan pada AS yalon.
3. Dengan pesawat theodolith yang dilengkapi kompas.
1) Buka kunci/sekrup kompas hingga skala lingkaran bergerak, dan biarkan
sampai diam kembali. Kemudian tutup kunci/sekrup kompas, maka skala
lingkaran menunjukkan arah utara magnetis.
2) Baca sudut ukuran B ( AB), misalnya = 3015’.
3) Arahkan teropong pada titik C, benang silang tepat pada paku titik C dan jika
paku tidak kelihatan lakukan pekerjaan ini seperti pada pekerjaan (no. c).

9
4) Baca sudut jurusan C ( AC) misal = 4545’.
5) Lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik D dan titik-titik yang lain (N),
misal AD = 12030’ dan AN = x.
6) Besar sudut BAC =  AC -  AB = 4545’ - 3015’ = 1530’
Besar sudut BAD =  AD -  AB = 12030’ - 3015’ = 9015’
Besar sudut BAN =  AN -  AB = x - 3015’ = y
Besar sudut CAN =  AN -  AB = x - 3015’ = z
Pengukuran Sudut Vertikal
1. Tempatkan pesawat pada titik A yang sudah ditentukan dan steel hingga siap
untuk melakukan pengukuran.
2. Bidik titik B yang akan di ukur secara kasar dengan memutar teropong ke
arah horizontal dan vertikal.
3. Setelah titik B kelihatan, tepatkan titik B tersebut dengan titik potong
benang silang (sekrup penggerak halus).
4. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.

2. Baca sudut vertikal titik B.


3. Misal zenith (V) = 8830’ atau 9315’
4. Berarti sudut miring  B = 90O - 8830’ = + 0130’
5. atau  B = 90O - 9315’ = - 0315’
5. Dengan alat ukur yang tidak menggunakan zenith.
Baca sudut vertikal titik B.
Bila teropong bergerak ke atas maka sudut miringnya negatif, misal  0315’
Bila teropong bergerak ke bawah maka sudut miring positif, misal  + 0130’
6. Dengan pesawat theodolith yang tidak dilengkapi kompas.
1) Ovalkan dulu skala lingkaran mendatar di titik B dan kunci sekrup K2
(limbus), maka baca sudut mendatar titik B  00’0.
2) Arahkan teropong pada titik C dengan mengendorkan sekrup K1,
benang silang tepatkan pada paku titik C, dan jika tidak kelihatan
lakukan pekerjaan seperti pada pekerjaan (No. 3), kemudian kunci
kembali sekrup K1.
3) Baca sudut mendatar titik C misal  1530’45.
4) Lakukan juga pekerjaan pada tersebut pada titik D dan titik – titik yang
lain (N) misal titik mendatar titik N = Y.

10
5) Besar sudut BAC  1530’45.
Besar sudut BAD = 9015’27
Besar sudut BAN = Y
Besar sudut CAN = Y - 1520’45 = z.
POLYGON TERBUKA
1. Tentukanlah terlebih dahulu titik patok polygon yang
akan dibuat.
2. Pasang dan steel pesawat pada titik polygon P (x p, yp)
yang sudah diketahui koordinatnya.
3. Buka klem limbus dan piringan mendatar, nolkan skala
lingkaran mendatar kemudian kunci kembali.
4. Buka klem limbus bidik titik R (xr, yr). Setelah tepat
kunci kembali
5. Buka klem piringan skala mendatar, bidik titik 1 dan
kunci kembali, kemudian catat pembacaan sudut.
6. Pasang bak ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat
BA, BT dan BB.
7. Ulangi seperti langkah 4 s/d 5. Sehingga didapat  p-1 dan
jarak titik polygon P ke titik 1 (dpl ).
8. Pindahkan pesawat ke titik polygon 1 dengan cara yang
sama, ukur sudut dan jarak seperti langkah-langkah tersebut di atas.
9. Lakukan pengukuran ke titik-titik polygon selanjutnya
dengan jalan seperti langkah tersebut di atas sampai titik Q (x q , yq ),
sehingga dengan demikian akan dapat  1,  2,  3 ……. dan d1-2 , d2-3 , d3-4
……… dan seterusnya.
10. Hitung dan gambar hasil pengukuran.

POLYGON TERTUTUP
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam pengukuran
sama dengan langkah kerja polygon terbuka. Hanya bedanya :
1. Untuk Polygon Terbuka :
a. Pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik K yang
tentu dan sudut jurusan yang tentu pula.

11
b. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung
akhir dibuat titik yang tentu pula dan ikatan pada jurusan yang tentu pula.
2. Untuk Polygon Tertutup :
a. Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu
saja atau beberapa titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada
awal pengukuran.
b. Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.
Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh di bawah ini di mana pengukuran
awal dimulai dari titik P yang kemudian diakhiri ke titik P lagi.
II.3 Morfometri dan Pemetaan
A. Morfometri
1. Pengertian Morfometri
Morfometri merupakan salah satu cabang dari ilmu survey dan pemetaan
yang mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas
sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai
pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform).

Tabel 4.1 Pembagian landform berdasarkan relief

12
2. Pengertian Peta Geomorfologi
Peta geomorfologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk
lahan, beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Berdasarkan
definisi di atas maka suatu peta geomorfologi harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan disajikan dalam
bentuk simbol huruf dan angka, warna, pola garis dan hal itu tergantung pada
tingkat kepentingan masing-masing aspek.
b. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei
analitik (diantaranya morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya
proses geomorfologi, tanah /soil, tutupan lahan).
c. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas
bentuk asalnya (struktural, denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).
d. Skala peta merupakan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya
yang dinyatakan dalam angka, garis atau kedua-duanya.
3. Kegunaan Peta Morfologi
a. Untuk tujuan sains peta geomorfologi memiliki kegunaan :
1) Memberikan informasi mengenai faktor-faktor geologi apa yang telah
berpengaruh kepada pembentukan bentang alam di suatu tempat.
2) Memberikan informasi mengenai bentuk bentang alam apa yang telah
terbentuk karenanya. Pada umumnya hal tersebut diumumkan secara
diskriptif.

13
b. Untuk tujuan terapan peta geomorfologi memiliki kegunaan yaitu:
1) Memberikan informasi mengenai geometri dan bentuk permukaan bumi
seperti tinggi dan luas.
2) Kemiringan lereng, kerapatan sungai dan sebagainya.
3) Memberi informasi mengenai proses geomorfologi yang sedang berjalan
seperti:
a) Jenis proses (pelapukan, sedimentasi, erosi, longsoran, pelarutan dan
sebagainya)
b) Besaran dan proses (berapa luas, berapa dalam, berapa intensitas dan
sebagainya
4. Cara Membuat Peta Morfologi
a. Plotting Lokasi
Dilakukan dengan memilih daerah di peta rupa bumi 3 x 3 grid

b. Grid
Membuat grid baru dalam 1 grid menjadi 4 x 4 bagian.

14
c. Garis Kontur
Membuat garis yang menghubungkan kontur.

1) Pada tiap grid yang baru, hitunglah beda tinggi dan kemiringan lereng.
2) Menentukan beda tinggi dengan menghitung banyaknya garis kontur yang
ada dalam 1 grid. Misalnya pada gambar di atas terdapat 13 buah garis
kontur yang berimpit dengan garis warna biru maka beda tinggi = (13-1) x
interval kontur = 12 x 12.5 =150 m
3) Menentukan kemiringan dengan cara membandingkan antara beda tinggi
dan jarak (jarak ditentukan dari panjang garis x skala peta). Misalnya
panjang garis = 0,9 cm maka jarak = 0.9 x 250 = 225 m sehingga
kemiringan = 150/225 = 33,7⁰

15
Pada gambar di bawah terdapat 7 buah garis kontur yang berimpit dengan garis
warna biru maka beda tinggi = (7-1) x interval kontur = 6 x 12.5 =75 m

Menentukan kemiringan dengan cara membandingkan antara beda tinggi dan jarak
(jarak ditentukan dari panjang garis x skala peta). Misalnya panjang garis = 0,9 cm
maka jarak = 0.9 x 250 = 225 m sehingga kemiringan = 75/225 = 18⁰

Contoh hasil digitasi :

16
Tidak ada kontur = 00 kemungkinan kategori datar.

Beda tinggi 150 m, kemiringan lebih 300, kemungkinan kategori perbukitan.

17
Beda tinggi 50 – 75 m, kemiringan 2 -100, kemungkinan kategori perbukitan
bergelombang

18
Bila digabung kemungkinan ketiga kategori di atas, maka diperoleh kondisi
alamiah suatu medan menjadi :

Maka, peta morfologi setelah diestimasi akan menjadi seperti berikut:

19
B. GPS (Global Positioning System)
1. Pengantar GPS
Peta merupakan salah satu cara terbaik untuk memvisualisasikan hasil
penilaian kerawanan (vulnerabilitas). Peta dapat memadukan dimensi keruangan
(spasial), karakteristik dari hazard serta berbagai informasi lainnya seperti
gambaran lingkungan maupuan data masyarakat yang relevan. Pembuatan peta
tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan beberapa software
yaitu software MapSource, Google Earth dan Surfer. Peta tersebut dapat dibuat
berdasarkan data titik koordinat longitude (x), latitude (y) dan elevasi (z) yang
diambil dari suatu lokasi. Data koordinat tersebut diukur menggunakan suatu alat
yang disebut dengan GPS. Pengambilan data (akuisisi data) titik koordinat
menggunakan GPS dari satu titik lokasi ke lokasi lain sampai nanti akhirnya
kembali pada titik awal (metode looping). Pengambilan data tersebut dikenal
dengan tracking. Melalui tracking ini, maka akan didapatkan suatu data koordinat
x, y dan z. Kemudian data tersebut dapat diolah (dilakukan tahap processing) ke
dalam software MapSource, Google Earth dan Surfer dengan sedemikian rupa
sehingga akan dihasilkan interpretasi data berupa peta yang dapat terlihat jelas
gambaran relief permukaan lokasi target yang nantinya akan bermanfaat dalam
mitigasi bencana.
2. Aplikasi Positioning dalam Geofisika
Positioning merupakan metode penempatan posisi yang mempelajari tentang
bagaimana cara pemetaan suatu lokasi di lapangan dengan menggunakan sebuah
alat yaitu GPS sehingga didapatkan beberapa data koordinat (tracking) yang
dapat diolah kedalam beberapa perangkat lunak yaitu software MapSource,
Google Earth dan Surfer. Data koordinat tersebut, melalui processing data
menggunakan software yang tersedia diubah menjadi sebuah peta yang dapat
membantu memvisualisasikan hasil penilaian kerawanan (vulnerabilitas).Peta
yang dihasilkan tersebut dapat berupa 3 dimensi. Sehingga akan terlihat seperti
yang ada pada kenyataan. Permukaan daerah dan reliefnya akan terlihat
bentuknya. Selain itu, akan dapat diketahui informasi lokasi berupa posisi, jarak

20
maupun ketinggian suatu daerah. Informasi-informasi tersebut merupakan sistim
informasi geografis yang akan berguna dan membantu dalam mitigasi bencana.
3. Peralatan Praktikum GPS
Peralatan yang dipakai dalam praktikum ini adalah GPS, papan tulis, kertas HVS,
kamera dan peralatan tulis.

Gambar 4.2 Papan Tulis


Gambar 4.1 GPS

Gambar 4.3 Alat Tulis/Pulpen Gambar 4.4 Kertas HVS

21
Gambar 4.5 Kamera Gambar 4.6 Notebook PC

4. Prosedural tracking

Akuisisi data tracking


Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
menyiapkan alat-alat yang telah disebutkan sebelumnya. Langkah awal
pengambilan data dalam praktikum ini adalah menyalakan GPS terlebih
dahulu dengan menekan tombol ON/OFF. Biarkan GPS hidup beberapa
saat agar GPS stabil. Kemudian langkah berikutnya adalah menentukan
suatu acuan lokasi sebagai pengambilan titik koordinat awal dengan
menggunakan GPS. Dengan menekan tombol mark, maka secara otomatis
koordinat titik awal tersebut akan terbaca oleh GPS. Kemudian, nama titik
diganti dan setelah selesai, tekan tombol oke. Titik yang terbaca dalam
GPS tersebut meliputi titik lintang selatan (S), bujur timur (E), dan
ketinggian (elevasi). Data tersebut dicatat juga secara manual sebagai data
salinan apabila data yang terdapat dalam GPS terhapus. Langkah
berikutnya adalah mengambil foto lokasi ditentukannya titik tersebut
dengan menggunakan kamera yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Langkah tersebut dilakukan sebagai penentuan titik kedua dan seterusnya
sampai pada titik yang direncanakan dengan jarak antar titik yang berbeda-
beda. Sehingga didapatkan semua data titik koordinat yang siap diolah ke
dalam software.

22
5. Processing data tracking
a. Data koordinat
Setelah melakukan akuisisi data, maka didapatkan 3 titik koordinat
yang siap di diolah ke dalam software. Titik tersebut adalah titik lintang
selatan (S), bujur timur (E) dan ketinggian (elevasi). Titik tersebut
dimasukkan ke dalam software MapSource. Langkah pertama yang
dilakukan adalah membuka halaman awal MapSource. Kemudian dipilih
menu “edit” dan dipilih menu preference untuk pengaturan pemilihan
posisi, simbol dan lain sebagainya. Setelah ditentukan, klik “ok”. Untuk
memasukkan data koordinat dari data yang tersedia kedalam software
MapSource yaitu dengan cara memilih sub menu “new waypoint” pada
menu edit. Kemudian, data titik koordinat dimasukkan ke dalam menu
position. Kemudian setelah semua titik tersebut dimasukkan, maka
dilanjutkan pendataan menggunakan Google Earth. Dengan menggunakan
Google Earth ini, maka dapat diketahui informasi ketinggian lokasi yang
telah dipetakan sebelumnya. Data ketinggian atau elevasi tersebut, dicatat
dengan cara manual yang kemudian dimasukkan ke dalam software Surfer.
Sehingga data tersebut dapat diolah dan menghasilkan sebuah peta yang
dapat membantu dalam Sistem Informasi Geografis.
b.   Data Software
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan processing data
koordinat ke dalam software MapSource, Google Earth dan Surfer ini
adalah memindahkan data koordinat terlebih dahulu ke dalam exel agar
lebih mudah untuk dibaca dan dipindahkan. Software pertama yang
digunakan adalah software MapSource. Langkah pertama yang dilakukan
adalah membuka halaman awal MapSource. Kemudian dipilih menu
“edit” dan dipilih menu “preference” untuk pengaturan pemilihan posisi,
simbol dan lain sebagainya. Setelah ditentukan, klik “ok”. Untuk
memasukkan data koordinat dari data yang tersedia kedalam software
MapSource yaitu dengan cara memilih sub menu “new waypoint” pada

23
menu “edit”. Kemudian, data titik koordinat dimasukkan ke dalam menu
“position”.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi GPS
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sinyal yang diterima oleh GPS
maupun kondisi dari alat GPS. Faktor – faktor yang dapat menurunkan
sinyal GPS dan mempengaruhi hasil percobaan serta akurasi antara lain
sebagai berikut:
a. Penundaan dari ionosfer dan troposfer. Sinyal satelit yang melewati
atmosfer, terutama lapisan troposfer dan ionosfer akan mengalami
pelambatan.
b. Sinyal multipath. Hal ini terjadi ketika sinyal GPS ini terpantulkan dari
objek seperti gedung tinggi, permukaan batu besar maupun pepohonan
yang rindang sebelum mencapai penerima. Hal ini akan meningkatkan
waktu perjalanan sinyal sehingga menyebabkan kesalahan.
c. Kesalahan jam receiver, kesalahan orbital, geometri satelit dan lain –
lain.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metodologi waterpass


Waktu dan Tempat
1. Responsi
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Februari 2018
Waktu : 10.00 WITA
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

2. Latihan Penggunaan Pesawat Waterpass


Hari dan Tanggal : Minggu, 18 Februari 2018

24
Waktu : 10.00 WITA
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

3. Praktikum Penyipat Datar


Hari dan Tanggal : Minggu, 25 Maret 2018
Waktu : 09.00
Lokasi : Desa Pakuli, Kec. Gumbasa, Kab. Sigi

Alat dan Bahan


Macam – macam alat dan bahan yang digunakan di lapangan antara lain :
 Pesawat Waterpass  Payung
 Statif  Patok
 Papan Catat  Rol Meter
 Bak Ukur  Kompas
 Unting-unting

Prosedur
1. Penentuan lokasi
2. Pemasangan patok kayu dalam jalur tertutup sebanyak 10 patok, yang
berfungsi sebagai patok utama yang menunjukan sumbu utama.
3. Penempatan patok utama pada lokasi dipastikan dalam keadaan aman
serta mudah ditemukan kembali apabila pekerjaan tidak dapat
diselesaikan dalam jangka satu hari
4. Letakkan statip berada pada tengah-tengah dua patok
5. Stel nivo agar berada ditengah-tengah lingkaran kecil
6. Setelah nivonya stabil, arahkan teropong kepatok belakang. Misalkan
kita mulai di Po maka yang pertama yang kita teropong yaitu P10.
7. Kemudian baca benag tengah ( BT ) , benag atas ( BA ) dan benag
bawah ( BB ), dalam pembacaan diharuskan dalam keadaan jelas,
apabila kurang jelas dapat distel .
8. Kemudian teropong diarahkan kedepan
9. Cara pengambilan data sama halnya dengan poin no 7

25
10. Agar pekerjaan lebih cepat lakukanlah pengambilan data untuk
pulang dan pergi.
11. Dan jangan lupa tentukan juga detail yaitu 3 detail keluar dan 3 detail
kedalam.
12. Cara pengambilan data ada dua cara yaitu
 Pulang pergi
 Double stand

3.2 Metodologi Theodolith

Waktu dan Tempat


1. Responsi
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Februari 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

2. Latihan Penggunaan Pesawat Theodolit


Hari dan Tanggal : Sabtu, 24 Februari 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

3. Praktikum Polygon/Pemetaan
Hari dan Tanggal : Sabtu, 24 Maret 2018
Waktu : 09.00
Lokasi :Desa Pakuli, Kec. Gumbasa, Kab. Sigi

Alat dan Bahan


Macam – macam alat dan bahan yang digunakan di lapangan antara lain :
 Pesawat Theodolith
 Statif  Payung

 Papan Catat  Patok


 Rol Meter
 Bak Ukur
 Kompas
 Unting-unting

Prosedur
1. Penentuan lokasi pengukuran

26
2. Cara pemasangan patok sama daengan cara pemasangan patok
waterpass
3. Pemasangan statif diletakkan ditengah-tengah atau senter line
dengan patok
4. Atur nivo tabung dengan menggunakan skrup penyetel alat
5. Arahkan teropong pada belakang dan bidiklah rambu ukur yang
berada diatas patok
6. Kunci horizontal dikencangkan dan stel teropong sedapat
mungkin kemudian gerakan pengunci halus untuk mencari angka
yang bulat pada benang tengah setelah itu kunci vertikal
dikencangkan
7. Stel lensa okuler teropong sehingga medium menjadi jelas
8. Putar tombol pemilihan sudut vertikal dan baca
9. Baca benang tengah (BT ), benang atas ( BA ) dan benang
bawah ( BB ).
10. Putar tombol pemilihan sudut vertikal dan baca
11. Kemudian buka kunci horizontal dan arahkan ke patok utama
12. Kemudian Ulangi langkah ( 8-12 ) dengan melakukan ke patok
berikutnya
13. Ukur tinggi pesawat setiap stasiun (STA)
14. Kemudian lanjutkan dengan membidik situasi atau detail
disekitar patok yang dianggap perlu,dengan mengikuti arah jarum
jam tentukanlah detail didalam sebanyak dua titik dan dua titik
diluar.
15. Dan semua hasil pengukuran dilapangan ditulis didalam tabel
yang disediakan.
16. Pengukuran poligon untuk mendapatkan koordinat patok utama
dalam sistem koordinat kartesius ( X, Y ) melalui pengukuran sudut
horizontal ( B ) dan jarak horizontal ( D )

3.3 Metodologi Morfometri

27
Waktu dan Tempat
1. Responsi
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Februari 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

2. Praktikum Morfometri
Hari dan Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Alat dan Bahan


Macam – macam alat dan bahan yang digunakan di lapangan antara lain :
 Peta Topografi
 Alat Tulis
 Kertas Kalkir

Prosedur
1. Plotting Lokasi, Dilakukan dengan memilih daerah di peta rupa
bumi 3 x 3 grid
2. Grid, Membuat grid baru dalam 1 grid menjadi 4 x 4 bagian.
a. Pada tiap grid yang baru, hitunglah beda
tinggi dan kemiringan lereng.
b. Menentukan beda tinggi dengan
menghitung banyaknya garis kontur yang ada dalam 1 grid.
Misalnya pada gambar di atas terdapat 13 buah garis kontur
yang berimpit dengan garis warna biru maka beda tinggi =
(13-1) x interval kontur = 12 x 12.5 =150 m
c. Menentukan kemiringan dengan cara
membandingkan antara beda tinggi dan jarak (jarak ditentukan
dari panjang garis x skala peta). Misalnya panjang garis = 0,9
cm maka jarak = 0.9 x 250 = 225 m sehingga kemiringan =
150/225 = 33,7⁰

28
3. Warnai daerah sesuai kemiringan yang telah dihitung dengan
melihat tabel kemiringan lereng.

4.3 Metodologi GPS

Waktu dan Tempat


1. Responsi
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Februari 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

2. Praktikum Morfometri
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2018
Waktu : 10.00
Lokasi : Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Alat dan Bahan


Macam – macam alat dan bahan yang digunakan di lapangan antara lain :
 GPS  Kamera
 Alat Tulis  Notebook PC
 Papan Catat  Kertas HVS

Prosedur
1. Menentukan lokasi yang akan diplot
2. Saat dilokasi tentukan lokasi yang menjadi titik pertama, titik
pertama ditentukan di sudut lokasi yang akan di plot
3. Tentukan jarak antara titik yang akan di plot
4. Mulai plot dari titik pertama ke titik berikutnya dengan jarak yang
sudah ditentukan

29
BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass dan
theodolith kita dapat mengetahui perbedaan elevasi suatu daerah dan
mengukur luasnya, kemudian kita dapat mengetahui berapa jumlah volume

30
timbunan dan galian yang kita butuhkan sehingga kita dapat membuat
perencanaan disuatu tempat.

Dalam pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass, digunakan


tiga metode yaitu metode loncat, metode garis bidik, dan metode gabungan
yang merupakan gabungan dari metode loncat dan garis bidik, karena lebih
mempermudah pengukuran dan lebih mengefisienkan waktu jika
dibandingkan dengan metode lainnya.

Dalam pengukuran menggunakan theodolith kita dapat mengetahui


perbedaan ketinggian sebidang tanah, dan membuat kontur tanah tersebut.

V.2 SARAN
Agar di peroleh hasil pengukuran yang akurat, baik dalam pengukuran
dengan menggunakan waterpass maupun theodolith, diperlukan ketelitian dan
kesabaran dalam pembacaan rambu ukur dan juga dalam penyetelan alat, serta
berhati-hatilah dalam menggunakan alat.

31

Anda mungkin juga menyukai