TADULAKO
ENGINEERING
UNIVERSITY
2017
SURVEY & PEMETAAN
2017
CIVIL ENGINEERING 18
Tadulako University
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan Praktikum Survey dan Pemetaan ini depart penulis
rampungkan tepat pada waktunya.
Praktikum Survey dan Pemetaan ini merupakan suatu hal wajib bagi seluruh
mahasiswa yang memprogram matakuliah ini. Hal ini dilakukan untuk menerapkan teori
yang didapatkan dalam ruang kuliah dengan di lapangan secara langsung.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam merampungkan laporan praktikum ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak, baik secara lembaga maupun secara pribadi
yang ditujukan kapada Dosen, Asisten Dosen, teman-teman serta semua pihak yang
telah membantu kami.
MOH RIFKI
F 111 18 272
LEMBAR PENGESAHAN ( )
KATA PENGANTAR ( )
DAFTAR ISI ( )
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA ( )
FLOWCHART ( )
METODOLOGI ( )
FLOWCHART ( )
METODOLOGI ( )
A. Pengertian GPS ( )
B. Kemampuan GPS ( )
C. Tipe Alat ( Receiver ) GPS ( )
BAB V MORFOMETRI
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jarak.
2. Garis hubung terpendek antara 2 titik yang diukur dengan mistar, pita ukur,
waterpass dan theodolite.
3. Sudut.
Basaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik.
4. Ketinggian.
Jarak tegak diatas atau dibawah bidang referensi yang dapat diukur dengan
waterpass dan rambu ukur.
5. Skala Peta
Skala peta ialah suatu perbandingan antara besaran-besaran diatas peta dan
diatas muka bumi (besaran sebenarnya). Berhubungan dengan skala ini maka
peta kita bagi atas:
Jarak dari dua buah tempat yang diperlihatkan dipeta harus diketahui dengan
suatu perbandingan yang tertentu dengan keadaan yang sesungguhnya.
Cara grafis.
Alat ukur menyipat datar ditempatkan antara titk A dan B, sedang
diantar titik A dan B ditempat 2 mistar. Jarak dari alat ukur menyipat datar
kedua mistar, ambillah kira-kira sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah
perlu terletak perlu terletak digaris lurus yang menghubungkan dua titk A dan
B. Arahkan garis bidik dengan gelembung ditengah-tengah mistar A
(belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan pembacaan pada dua mistar
berturut-turut adalah B (belakang) dan m (muka), maka beda tinggi antara titk
A dan N adalah t = b – m.
Setelah bedatinggi antara dua titik ditentukan, maka tinngi satu titik
dapat dicari bila tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk
menentukan tinggi suatu titik ialah dengan menggunakan tinggi garis bidik.
Dengan diketahui tinggi garis bidik, dapatlah dengan cepat dan mudah
menantukan tinggi titik – titik yang diukur. Tempatkan saja mistar diatas titik
itu, arahkan garis bidik kemistar dengan gelembung ditengah- tengah, lakukan
pembacaan pada mistar itu, seperti dilihat pada gambar 1.2 maka tinggi titik,
Tt = tGb = tinggi garis bidik = pembacaan pada mistar.
2. Jenis-Jenis Poligon.
a) Poligon terbuka.
Pada poligon terbuka, keadaanya adalah terikat sebagian atau terikat
sepihak.Poligon terbuka terdiri dari dua sistem yaitu poligon bebas dan
poligon terikat.Dikatakan poligon terikat karena diikat oleh azimuth dan
koordinat titik dan poligon bebas karena tidak ada titik yang
mengikat.Keslahan dalam pengukuran sudut dan jarak tidak dapat
dikontrol.Kontrol dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang
untuk keseluruhan poligon, atau melakukan pengukuran dari arah yang
berlawanan.
b) Poligon tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu titik yang
sama.Sistem pengukuran pada poligon tertutup ini ada dua macam, antara lain
:
Sudut Koreksi
2. Garis Kontur
a. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan antara titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari suatu ketinggian/bidang acuan tertentu. Garis ini
merupakan garis yang kontinue dan tidak dapat bertemu atau memotong
garis kontur lainnya, kecuali dalam keadaan kritis seperti jurang atau tebing.
Keadaan curaman dari suatu lereng dapat ditentukan dari jarak interval
kontur dan jarak-jarak horizontal antara dua buah garis kontur ini
menyangkut beda tinggi.
b. Syarat – syarat kontur
1. Kegunaan dan pengembangan dari pengukuran apabila perencanaan
dibutuhkan untuk pekerjaan detail dan interval kontur yang kecil sangat
dibutuhkan
Untuk daerah kecil : 0,5 m
2. Cara Analitis.
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung,
kecuali melaui beberapa titik tinggi yang ditentukan dan posisi garis-
garis kontur ditentukan dengan cara interpolasi. Cara ini dilakukan
dengan 3 tahap:
4. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan tepat
dalam setiap pengukuran.
5. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.
2.3 Peralatan
1. Pesawat Waterpass dan kelengkapan.
2. Kaki statif.
3. Unting-unting.
4. Rambu ukur.
5. Pita ukur/Roll meter.
6. Patok/Paku.
7. Alat-alat tulis.
8. Payung.
Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi secara
langsung untuk membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah
waterpass.
Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi suatu
tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untuk ketinggian di atas 3 masih bisa hanya saja
akan menghabiskan waktu yang banyak.
a. Teropong Jurusan
b. Nivo
Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat
arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya nivo dibagi atas dua yaitu
nivo kotak dan nivo tabung. Nivo kotak berada di atas.
a. Metode Loncat
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan di atas teropong, sedangkan teropong hanya dapat
diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi dan
ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat
diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula
diputar dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik.
Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong
dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari
bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian
bawah dengan landasan yang terbentuk persegi, sedangkan nivo
ditempatkan pada teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam
alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk semua macam sama.
1. Dirikan statif di atas titik yang dimaksud hingga kaki statif membentuk
segitiga sama sisi dan usahakan platnya mendatar dengan cara:
6. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah-ubah setel
kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.
1. Bidik dan arahkan teropong kasar pada bak ukur yang didirikan vertikal pada
suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan garis bidik kasar yang
ada di atas pesawat.
3. Himpitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu ukur dengan cara
mengatur sekrup penggerak halus.
BT =1,400 cm
BB =1,300 cm
Misal : BA =0,050 cm
BT =0,050 cm
BB =0,050 cm
Misal : BA =0,005 cm
BT =0,005 cm
BB =0,005 cm
BA + BB = 2 x BT
Jarak = (BA – BB) x 100, dimana benang atas dan benang bawah
satuannya adalah cm
2. Tiap 10° dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1°.
3. Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index.
Misal garis index menunjukan pada bilangan puluhan 60° dan atara 5 dan 6
strip bagian kecil, berarti pembacaan 60° + 5° =65°.
3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap berada
ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I.
4. Jika setelah teropong diputar 90° & 180°, gelembung nivo berubah maka
atur kembali sekrup penyetel A, B dan C sehingga gelembung nivo
berada di tengah-tengah.
1. Tempatkan dan setel pesawat sehinga sumbu I tegak lurus seperti angka
penyetelan pesawat waterpass.
2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu ujung
benang mendatar diafragma.
1. Tentukan titik A, B, C dan D yang terletak pada satu garis lurus dan buat
jarak AC – CB = BD.
10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus
dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak sejajar
dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk sudut α
terhadap garis nivo).
Maka dx = ⅓ cy
P = d + h1
dx = ½ c p → x = d – dx y = c – cy
1. Metode loncat
P0 P1 P2 P3 P4
a.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan pembacaan
seperti pada a.3 dan a.4.
dimana :
BT = BA + BB
P0 a b P0 a = √(P1a)2 – (P1P0)2
P0 b = √(P1b)2 – (P1P0)2
Dimana :
c.5 Putar teropong dan bidik rambu muka serta lakukan pembacaan
rambu muka b.3 dan b.4.
c.6 Ukur jarak P0 P2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita ukur.
c.7 Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag II,
III,... sampai slag terakhir.
a a a
b b b
P0 P1 P2
c c c
d d d
(BT di P0 – TA di P1)
dan :
(TA di P1 – BT di P2)
Dan :
TA =
Titik awal (m)
TT = TGB –
BTM
No X Y Xn * Yn+1 Xn+1 * Yn
1 515 520 288400 275600
2 530 560 299450 336000
3 600 565 309000 333350
4 590 515 306800 265225
5 515 520 0 0
Σ 1203650 1210175
2 x luas = 1210175-1203650
2 x luas = 6525
Luas = 3262,5 m2
No X Y Xn * Yn+1 Xn+1 * Yn
1 515 520 265225 306800
2 590 515 333350 309000
3 600 565 336000 299450
4 530 560 275600 288400
1 515 520 0 0
Σ 1210175 1203650
2 x luas = 1210175-1203650
2 x luas = 6525
Luas = 3262,5 m2
Dengan melihat contoh gambar diatas, maka dengan sendirinya kita dapat
menentukan bangun apa yang sekiranya dapat mewakili bangun yang berada
diatas. Sebagai contoh kita menyamakan bangunan di atas sebagai sebuah
bangun persegi/persegi panjang maka dengan mudah kita dapat menentukan
luasan dari bangun diatas, akan tetapi dalam aplikasinya dilapangan metode ini
sangat jarang digunakan. Hal ini dikarenakan metode ini akan memberikan hasil
yang kurang teliti.
∆y = Y tertinggi – Y terendah
BAB III
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITE
3.3 Peralatan
1. Pesawat Theodolith
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Kompas
5. Baterai (bagi pesawat theodolith digital)
6. Unting-unting
7. Patok kayu
8. Meteran
9. Alat tulis-menulis
10. Payung
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah
d. Dan lain-lain.
b. Sudut : Besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik (untuk
menentukan azimuth dan arah).
c. Ketinggian : Jarak tegak diatas atau dibawah bidang reviners yang akan
diukur dengan waterpass dan rambu ukur.
Jenis-jenis peta:
5. Pengukuran Polygon
Pengukuran polygon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-
tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan
Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan teropong pada
arah tertentu dan kita akan memperoleh pembacaan tertentu pada plat
lingkaran horizontal alat tersebut. Dengan bidikan tersebut, selisih pembacaan
kedua dan pertama merupakan sudut dari kedua arah tersebut.
A Arah 2
Q
Jarak dapat diukur dengan roll meter, EDM atau secara optis dengan
theodolith seperti dibawah ini :
BA
V
BT
BB
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
= D’ Sin V
Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari hasil
pengukuran akan terjadi kesalahan, maka dengan itu harus dikoreksi sesuai
dengan banyaknya titik pengukuran. Bila sudut-sudut yang diukur berupa
segi banyak (polygon) maka:
(Sudut luar).
Dimana :
n = Banyaknya sudut.
Pada polygon ini dititik awal dan titik akhir merupakam satu yang sama.
Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus
diratakan sehinga memenuhi syarat diatas.
Ro
A
Azimut Poligon Azimut
h Terdahul h
B diketah u diketah
ui C
ui
Poligon
baru
D
α AB
βB
βC
A B D
C
Setelah azimuth dan arah datar telah dihitung, maka kita dapat
menghitung koordinat titik-titik polygon. Perhitungan dimulai dengan
mencari selisih koordinat ( ΔΧ dan ΔΥ ).
D . sin α untuk ΔΧ
D . cos α untuk ΔΥ
α = Azimuth
−∑ Δ Χ
δ Xi = Κ 1 | Δ Χi| → Κ1 = ∑ ΔΧ
Koreksi untuk absis setiap titik adalah:
− ∑ Δ Υi
δ Υ 1 = Κ1 | Δ Υi | → Κ1 = ∑ ΔΥ
f). Menghitung Beda Tinggi
0 0
Misal zenith (V) = 88 30’ atau 93 15’.
β b = 90 0
-88
0
30’ = + 01
0
30’atau β B = 90 -93 15’ = -03
0 0 0
15’
BAB IV
A. Pengertian GPS
Sistem GPS
a. Satelit GPS mengelilingi bumi 2x sehari.
b. Satelit ini mentransmisikan sinyal ke bumi.
c. Sinyal tersebut digunakan untuk menghitung posisi.
d. GPS membedakan waktu yang ditransmisikan untuk menghitung posisi.
e. Waktu tersebut dihitung sebagai jarak dari beberapa Satelit GPS untuk
hitung posisi di bumi & permukaannya, termasuk exosphere.
i. Kemampuan GPS
Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi
tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di
bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-
satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad
ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat
mencapai beberapa milimeter untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk
ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya.
BAB V
MORFOMETRI
Adapun tujuan dari pengamatan keadaan morfometri dari suatu kawasan adalah
B. PERALATAN
1. Peta rupa bumi
2. Kalkir
3. Alat tulis
4. Planimeter
C. DASAR TEORI
Selama pertengahan abad ini, hampir semua kegiatan riset morfometri terutama
ditujukan sebagai alat interpretasi geologi saja,dengan menganalisis bentang alam
dan bentuk bentuk alam yang mengarah pada kecurigaan pada unsure unsur struktur
geologi tertentu atau jenis-jenis batuan,yang ,pembelokan atau kelurusan
sungai,bukit,ban bentuk alam lainnya.Tetapi dalam empat dekade, riset morfometri
sudah mulai diarahkan pada studi tentang proses proses morfometri,walaupun
kegiatan interpretasi masih tetap tidak ditinggalkan dan tetap diperlukan.Selain itu
pembangunan fisik memerlukan informasi mengenai morfometri yang menyangkut
antara lain:
3. Aplikasi Morfometri
4. Morfometri
Plotting lokasi
Pada tiap grid yang baru, hitunglah beda tinggi dan kemiringan lereng.
Menentukan beda tinggi dengan menghitung banyaknya garis kontur yang
ada dalam 1 grid. Misalnya pada gambar di samping terdapat 13 buah garis
kontur yang berimpit dengan garis warna biru maka beda tinggi = (13-1)x
interval kontur = 12 x 12.5 =150 m.
Jingga
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass, theodolith,
GPS, dan planimeter kita dapat mengetahui perbedaan elevasi suatu daerah dan
timbunan dan galian yang kita butuhkan sehingga kita dapat membuat perencanaan
di suatu tempat.
bidik alat sipat datar outfit dilapangan menggunakan rambu ukur sehingga
diperoleh ketinggian suatu dataran tanah, gambaran kontur, dan dapat dihitung titik
B. SARAN
dikalibrasikan baik saat penyimpanan maupun saat berada dilapangan, dan pada
saat penyetelan alat harus dilakukan sesuai dengan prosedur kerja agar data yang
tidak terburu-buru.
DAFTAR PUSTAKA
Google Earth
http://www-catatankecil.blogspot.com/2012/05/survey-dan-pemetaan.html
https://ilmusurveypemetaan.wordpress.com/2012/05/17/materi-2-manfaat-pekerjaan-
survey-dan-pemetaan/
http://lmronsolihin.blogspot.com/
http://yuliherisantoso123.blogspot.com/2013/02/blog-survey-pemetaan.html
http://sdwicahyo99.blogspot.com/2012/12/1.html
LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Tampilan Alat Ukur Water Pass AC-2s Wooden Tripod untuk Theodolith And
Auto Level
MOH RIFKI F 111 18 023
CIVIL
TADULAKO
ENGINEERING
UNIVERSITY
2017
SURVEY & PEMETAAN
2017
CIVIL ENGINEERING 18
Tadulako University
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7 Gambar 8
Gambar 9 Gambar 10
Gambar 11 Gambar 12
Berbagai Macam Alat Yang Diperlukan Dalam Pengukuran
Berbagai Macam Rambu Ukur
Gambar 13 Gambar 14