Anda di halaman 1dari 27

BAB VI

BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS


DEMOKRATIS INDONESIA BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD
1945
A. Menelusuri Konsep Dan Urgensi Demokrasi Yang Bersumber Dari
Pancasila
1. Pengertian Demokrasi

Istilah demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini


terbentuk dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan
atau kekuasaan. Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat.
Kekuasaan itu mencakup sektor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Pengertian
demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan memberikan
kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Dimana
keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat. Arti lainnya adalah
rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk


berpartisipasi aktif. Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam
perumusan, pengembangan, dan penetapan undang-undang. Setiap ahli memiliki
penafsiran tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada tujuan yang
sama.

Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem


pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sedangkan bagi Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik,
yang membatasi kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak
selruuh warga negara.
 Sejarah Demokrasi

Sistem demokrasi mulai diterapkan sejak zaman Yunani kuno. Dengan


sistem ini, maka rakyat bisa terlibat langsung dalam pengambilan keputusan,
menyangkut keberlangsungan sebuah negara. Jadi, seluruh perkara kenegaraan
harus dibicarakan langsung dengan para rakyatnya. Demokrasi murni atau
demokrasi langsung adalah sistem yang diusung di zaman tersebut. Tentunya
dengan cakupan wilayah sangat luas, dengan jumlah penduduk hingga 250 juta,
sistem tersebut sudah tidak relevan untuk diterapkan. Sehingga rakyat tidak
mungkin lagi secara langsung terlibat dalam setiap keputusan pemerintah. Oleh
karena itu terbentuklah seperti sekarang, dengan adanya Dewan Perwakilan
Rakyat. Sebagai perpanjangan tangan dari aspirasi rakyat. Kondisi itu
memunculkan istilah demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak langsung.
Indonesia pernah menerapkan sistem demokrasi terpimpin di era pemerintahan
Soekarno. Sedangkan demokrasi pancasila diusung pada masa pemerintahan
Soeharto. Hingga era reformasi, negara kita masih menganut sistem demokrasi
pancasila. Sejarah singkat demokrasi ini harus dipahami setiap warga negara.
Namun pada masa reformasi ini, Indonesia mulai mengarah pada arti demokrasi
yang sebenarnya. Karena sudah bisa melangsungkan pemilihan presiden, anggota
legeslatif, dan kepala daerah secara langsung. Perubahan status wilayah dan
pemekaran daerah juga diberikan pemerintah pusat. Demi menjawab seluruh
keinginan dan aspirasi rakyat. Sistem pemerintahan yang semakin adil bisa
dirasakan, setelah penerapan demokrasi sekarang ini. Rakyat berperan aktif dalam
memilih wakil, dan para pemimpinnya secara leluasa. Harapannya keadilan dan
kesejahteraan bisa dirasakan oleh setiap warga Indonesia.

2. Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi


Tiga tradisi pemikiran politik yakni:
1. Teori Aristotelian Klasik
Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan, yakni pemerintahan
oleh seluruh warganegara yang memenuhi syarat kewarganegaraan.
2. Teori Abad Pertengahan
Demokrasi yang pada dasarnya menerapkan “Roman law” dan konsep
“popular souvereignity” menempatkan suatu landasan pelaksanaan kekuasaan
tertinggi di tangan rakyat
3. Doktrin kontemporer.
Demokrasi menerapkan konsep “republik” dipandang sebagai bentuk
pemerintahan rakyat yang murni.
Proses demokrasi itu dapat diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi antra
lain:
a. Demokrasi Protektif
Kekuasaan ekonomi pasar, di mana proses pemilihan umum dilakukan
secara reguler sebagai upaya yakni untuk memajukan kepentingan pasar dan
melindunginya dari tirani negara.
b. Demokrasi Pembangunan
Demokrasi yang ditandai oleh konsepsi atau model manusia sebagai
individu yang posesif, yakni manusia sebagai yang dikompromikan dengan
konsepsi mahluk yang mampu mengembangkan kekuasaan atau kemampuannya.
Di samping itu, juga menempatkan "Partisipasi demokratis" sebagai “jalur pusat
menuju pengembangan diri”.
c. Demokrasi Ekuilibrium
Penyeimbangan nilai partisipasi dan pentingnya apatisme, dengan alasan
bahwa apatisme di kalangan mayoritas warga negara menjadi fungsional bagi
demokrasi karena partisipasi yang intensif sesungguhnya dipandang tidak efisien
bagi individu yang rasional.
d. Demokrasi Partisipatoris
Yakni bahwa kita tidak dapat mencapai partisipasi yang demokratis tanpa
perubahan lebih dulu dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran sosial, tetapi
kita juga tidak dapat mencapai perubahan dalam ketakseimbangan sosial dan
kesadaran sosial tanpa peningkatan partisipasi lebih dulu.
1. Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia
Demokrasi yang dianut di indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan
pancasila yang masih terus berkembang dan sifat dan ciri-cirinya terdapat
pelbagai tafsiran dan pandangan. Nilai-nilai pokok dari demokrasi konstitusional
telah cukup tersirat dalam uud nri 1945. Menurut moh.hatta indonesia telah
mengenal demokrasi jauh sebelum indonesia merdeka, yaitu demokrasi desa yang
berisikan tiga unsur pokok yaitu cita-cita rapat, cita-cita massa protes, cita-cita
tolong menolong. Ketiga unsur tersebut yang menjadi dasar pengembangan
demokrasi indonesia ke arah demokrasi modern.

            Pentingnya demokrasi adalah untuk memberikan hak kepada rakyat agar
dapat berpendapat dan ikut dalam merumuskan peraturan, untuk memberikan hak
rakyat dalam hal pembangunan untuk mencapai kesejahteraan, menyamakan
kedudukan antara rakyat dengan pemerintah.
            Berdasar ideologinya, demokrasi indonesia adalah demokrasi yang
berdasar pancasila. Demokrasi pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh
nilai-nilai pancasila. Demokrasi pancasila dalam arti sempit adalah kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Demokrasi indonesia adalah demokrasi konstitusional, selain karena
dirumuskan nilai dan normanya dalam uud 1945, konstitusi indonesia juga
bersifat membatasi kekuasaan pemerintahan dan menjamin hak-hak dasar warga
negara. Praktik demokrasi pancasila berjalan sesuai dengan dinamika
perkembangan kehidupan kenegaraan indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi
pancasila secara ideal telah terrumuskan, sedang dalam tataran empirik
mengalami pasang surut. Sebagai pilihan akan pola kehidupan bernegara, sistem
demokrasi dianggap penting dan bisa diterima banyak negara sebagai jalan
mencapai tujuan hidup bernegara yakni kesejahteraaan dan keadilan.
BAB VII

BAGAIMANA DINAMIKA HISTORIS KONSTITUSONAL, SOSIAL


POLITIK, KULTURAL, SERTA KONTEKS KONTEMPORER
PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN

A. KONSEP DAN URGENSI PENEGAKAN HUKUM YANG


BERKEADILAN

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Penegakan Hukum yang Berkeadilan


Indonesia
Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi seandainya di sebuah bangsa
tidak adaperaturan hukum? Atau mungkin peraturan hukum sudah ada, namun apa
yang akan terjadi apabila di negara-bangsa tersebut tidak ada upaya penegakan
hukum? Benarkah penegakan hukum itu penting dan diperlukan? Sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu, bahwa sudah sejak lama Cicero menyatakan Ubi
Societas Ibi Ius, di mana ada masyarakat, di sana ada hukum. Bahkan, apabila kita
kaji kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Anda pasti akan
menemukan betapa banyak aturan-aturan yang dinyatakan dalam setiap ayat-ayat
kitab suci tersebut. Namun, tampaknya ada peraturan hukum saja tidak cukup.
Tahap yang lebih penting adalah penegakan dan kepastian hukum.
Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan peraturan hukum
demi terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat. Apa yang tertera
dalam peraturan hukum (pasal-pasal hukum material) seyogianya dapat
terwujud dalam proses pelaksanaan/ penegakan hukum di masyarakat. Dengan
kata lain, penegakan hukum pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa
memperoleh perlindungan akan hak-hak dan kewajibannya.
• Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. •
Memajukan kesejahteraan umum • Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan • Ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
B. PENEGAKAN HUKUM BERKEADILAN

Makna keadilan seringkali ditafsirkan berbeda-beda dan bersifat abstrak


karena adil bagi salah satu pihak belum tentu adil bagi pihak lainnya. Keadilan itu
pun mempunyai banyak dimensi, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi,
maupun hukum. Dewasa ini, berbicara mengenai keadilan merupakan hal yang
senantiasa dijadikan topik utama dalam setiap penyelesaian masalah yang
berhubungan dengan penegakan hukum. Banyak kasus hukum yang tidak
terselesaikan karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran hukum dan keadilan
dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga peradilan tidak
menemukan keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan pemerintah tidak mampu
membawa hukum menjadi panglima dalam menentukan keadilan, sebab hukum
dikebiri oleh sekelompok orang yang mampu membelinya atau orang yang
membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.

Pelaksanaan penegakan hukum terjadi apabila terjadi pelanggaran terhadap


hukum tersebut. Melalui sikap penegakan, hukum dapat diimplementasikan.
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu :
kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan
keadilan (gerechtigkeit). Penegakan hukum harus berdasarkan atas pristiwa yang
terjadi secara konkrit sehingga penegakan hukum dapat diterapkan. Pada dasarnya
penegakkan hukum harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan tidak
boleh  menyimpang “fiat justitia et pereat mundus” yang artinya meskipun dunia
ini runtuh hukum harus ditegakkan. Kepastian hukum merupakan
perlindungan yustisiabel  terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti
bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan
tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib dan stabilitas keamanan
dapat dikendalikan dengan baik karena hukum bertujuan untuk menjaga ketertiban
masyarakat.
Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau
penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau
penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan
sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di
dalam masyarakat. Unsur yang ke tiga adalah keadilan. Masyarakat sangat
berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum keadilan
diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus bersifat adil
sedangkan hukum bersifat umum, mengikat setiap orang, dan bersifat
menyamaratakan. setiap orang yang melanggar hukum harus dihukum, tanpa
membeda-bedakan siapa yang melanggar hukum tersebut Sebaliknya keadilan
bersifat subyektif, individualistis dan tidak menyama-ratakan, adil bagi kelompok
tertentu belum tentu dirasakan adil kelompok lainnya.

Jika dalam penegakkan hukum hanya diperhatikan kepastian hukum saja.


maka unsur-unsur lainnya akan dikorbankan. Demikian pula jika yang
diperhatikan hanyalah kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan
dikorbankan dan begitu selanjutnya. Dalam penegakkan hukum ketiga unsur
tersebut harus berimbang dan sesuai dengan proporsinya masing-masing. Tanpa
kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya
timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu
ketat mentaati peraturan hukum akibatnya akan bersifat kaku dan menimbulkan
rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus
ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam apabila
dilaksanakan secara ketat “lex dura, sed tamen scripta” yang artinya bahwa
undang-undang itu kejam, tetapi memang demikianlah keadaannya. Dalam
kenyataannya mengusahakan agar ketiga unsur tersebut dapat berjalan berimbang
secara proporsionaltidaklah mudah. Menurut tatanan Undang- u ndang Dasar
1945, untuk menjamin penegakan hukum yang berkeadilan, terdapat berbagai
sendi konstitusional, yaitu :

1) Sendi negara berdasarkan konstitusi (sistem konstitusional) dan negara


berdasarkan atas hukum (de rechtsstaat).
2) Sendi kerakyatan atau demokrasi
3) Sendi kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
4) Sendi penyelenggaraan pemerintahan menurut asas-asas penyelenggaraan
pemerintah yang baik

Keberadaan lembaga peradilan sebagai salah satu pendistribusi keadilan


tidak dapat dilepaskan dari penerimaan dan penggunaan hukum moderen di
Indonesia. Hukum moderen di Indonesia diterima dan dijalankan sebagai suatu
institusi baru yang didatangkan atau dipaksakan (imposed) dari luar. Padahal
secara jujur, dilihat dari optik sosio kultural, hukum moderen yang kita pakai tetap
merupakan semacam benda asing dalam tubuh kita. Oleh sebab itu, untuk
menanggulangi kesulitan yang dialami bangsa Indonesia disebabkan
menggunakan hukum moderen, adalah menjadikan hukum moderen sebagai
kaidah positif menjadi kaidah cultural. Persoalannya, karena sistem hukum
moderen yang liberal itu tidak dirancang untuk memikirkan dan memberikan
keadilan yang luas kepada masyarakat, melainkan untuk melindungi kemerdekaan
individu. Di samping itu juga, akibat sistem hukum liberal tidak dirancang untuk
memberikan keadilan substantif, maka seorang dengan kelebihan materil akan
memperoleh keadilan yang lebih dari pada yang tidak.

Apabila kita terus menerus berpegang kepada doktrin liberal, maka kita
akan tetap berputar-putar dalam pusaran kesulitan untuk mendatangkan atau
menciptakan keadilan dalam masyarakat. Dalam rangka melepaskan diri dari
doktrin liberal itulah, maka gagasan orang-orang atau pihak-pihak untuk mencari
dan menemukan keadilan melalui forum alternatif di luar lembaga pengadilan
moderen sesungguhnya merupakan upaya penolakan terhadap cara berpikir
hukum yang tertutup. Hal itu disebabkan para pencari keadilan masih sangat
merasakan, betapa pun tidak sekuat seperti pada abad ke-sembilan belas, filsafat
liberal dalam hukum dewasa ini masih sangat besar memberi saham terhadap
kesulitan menegakkan keadilan substansial (substantial justice). Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, maka Pengadilan di sini bukan diartikan semata-mata
sebagai badan untuk mengadili, melainkan sebagai pengertian yang abstrak, yaitu
hal memberikan keadilan. Hal memberikan keadilan berarti yang bertalian dengan
tugas badan pengadilan atau hakim dalam memberi keadilan, yaitu memberikan
kepada yang bersangkutan. Konkritnya kepada yang mohon keadilan apa yang
menjadi haknya atau apa hukumnya. Eksistensi pengadilan sebagai lembaga yang
berfungsi menyelenggarakan proses peradilan dalam menerima, memeriksa, dan
mengadili sengketa masyarakat, tugas-tuganya diwakili oleh hakim. Oleh karena
itu, kepercayaan masyarakat terhadap hukum serta institusi peradilan di negara ini
ditentukan oleh kredibilitas dan profesionalitas hakim dalam menjalankan
tugasnya menyelesaikan sengketa serta menegakkan keadilan.

Jadi, para hakim dituntut untuk secara totalitas melibatkan dirinya pada saat
membuat putusan, bukan hanya mengandalkan kemahirannya mengenai
perundang-undangan. Menurut Roeslan Saleh, seorang hakim diharapkan
senantiasa menempatkan dirinya dalam hukum, sehingga hukum baginya
merupakan hakekat dari hidupnya. Hakim tidak boleh menganggap hukum
sebagai suatu rangkaian dari larangan dan perintah yang akan mengurangi
kemerdekaannya, melainkan sebaliknya hukum harus menjadi sesuatu yang
mengisi kemerdekaannya. Oleh karena hukum itu bukan semata-mata peraturan
atau undang-undang, tetapi lebih dari pada itu adalah suatu perilaku. Undang-
undang memang penting dalam negara hukum, akan tetapi bukan segalanya dan
proses memberi keadilan kepada masyarakat tidak begitu saja berakhir melalui
kelahiran pasal-pasal undang-undang. Jika kita amati potret penegakan hukum di
Indonesia saat ini belumlah berjalan dengan baik, bahkan bisa dikatakan buruk.
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia saat ini dapat tercermin dari berbagai
penyelesaian kasus besar yang belum tuntas salah satunya praktek korupsi yang
menggurita, namun ironisnya para pelakunya sangat sedikit yang terjerat oleh
hukum. Kenyataan tersebut justru berbanding terbalik dengan beberapa kasus
yang melibatkan rakyat kecil, dalam hal ini aparat penegakkan hukum cepat
tanggap, karena sebagaimana kita ketahui yang terlibat kasus korupsi merupakan
kalangan berdasi alias para pejabat dan orang-orang berduit yang memiliki
kekuatan (power) untuk menginterfensi efektifitas dari penegakan hukum itu
sendiri.

Salah satu peristiwa yang cukup menyita perhatian masyarakat baik dari
golongan ekonomi menengah kebawah hingga ekonomi menengah keatas yaitu
kasus yang membelit seorang ibu yang bernama Prita Mulyasari, peristiwa yang
terjadi pada 3 juni 2009 hingga akhir desember 2009 lalu mengenai keluhan prita
sebagai pasien pada Rumah Sakit Omni Internasional melalui surat
elektronik (email) kepada sahabatnya pada bulan agustus 2008 ini ternyata
mendapat tuntutan baik perdata maupun pidana dari pihak Rumah Sakit Omni
Internasional internasional kepengadilan negeri tangerang banten. Rumah Sakit
Omni Internasional menjadi terkenal di Indonesia utamanya terkait dengan kasus
pencemaran nama baik yang dituduhkan oleh pihak rumah sakit kepada salah
seorang mantan pasiennya Prita Mulyasari, karena menulis keluhan atas
pelayanan rumah sakit yang tidak memuaskan melalui media publikasi internet.
Peristiwa ini akan berdampak pada kepercayaan masyarakat sebagai pasien
terhadap rumah sakit. Kepercayaan yang sebelumnya positif terhadap rumah sakit
dengan pemberitaan seperti ini pasti akan mempengaruhi nilai kepercayaan
mereka bukan hanya terhadap Rumah Sakit Omni Internasional tetapi juga
terhadap rumah sakit yang jauh dibawa standar rumah sakit bertaraf internasional.
Masyarakat yang menyakini bahwa Rumah Sakit Omni Internasional yang
bertaraf internasional saja bisa terjadi malpraktik seperti yang dialami Prita
Mulyasari apalagi rumah sakit yang terbilang dibawah standar rumah sakit umum
besar yang lainnya.
BAB VIII

BAGAIMANA DINAMIKA HISTORIS, DAN URGENSI WAWASAN


NUSANTARA SEBAGIAN KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF
KEBANGSAAN INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA

Wawasan nusantara merupakan suatu istilah dalam sudut pandang


bangsa Indonesia berdasarkan geopolitik Indonesia. Secara harfiah, wawasan
nusantara berarti konsep kepulauan, dan secara kontekstual istilah ini dapat
diterjemahkan sebagai “visi nusantara Indonesia”. Dengan demikian pengertian
Wawasan nusantara adalah cara bagi bangsa Indonesia untuk melihat dirinya
(secara geografis) sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
masalah pertahanan dan keamanan (ipoleksusbudhankam).
Istilah Wawasan Nusantara berasal dari dua istilah kata yaitu “wawasan”
dan “nusantara”. Kata wawasan dengan kata pokok wawas , secara harfiah berarti
pandangan atau teropong, yang secara umum dapat diartikan sebagai pandangan
seseorang dalam melihat dan menjabarkan keberadaan suatu bidang tertentu
secara utuh.
Sedangkan istilah nusantara berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “nusa”
yang berarti “pulau” dan “antara” yang berarti “luar”, sehingga pengertian
nusantara adalah kelompok atau gugusan pulau (nusa) atau kepulauan yang berada
dalam posisi silang yaitu berada diantara dua samudera dan dua benua
(archipelago).

Fungsi Wawasan Nusantara adalah sebagai motivasi, dorongan,


pedoman, serta rambu-rambu dalam menentukan segala tindakan, keputusan,
kebijaksanaan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Wilayah Nusantara merupakan gugusan dan pulau-pulau besar dan kecil
yang membentang di antara garis khatulistiwa merupakan satu negara kepulauan
terbesar di dunia. Potensi yang meliputi lebih dari 200 suku bangsa, juga salah
satu negara terkaya sumber alam dan budayanya. Dengan memperhatikan
pengertian Wawasan Nusantara tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Wawasan Nusantara mengandung empat makna, yaitu sebagai berikut.
 Wawasan Nusantara meliputi perwujudan kepulauan nusantara sebagai
satu kesatuan politik.
 Wawasan Nusantara meliputi perwujudan kepulauan nusantara sebagai
satu kesatuan ekonomi.
 Wawasan Nusantara meliputi perwujudan kepulauan nusantara sebagai
satu kesatuan sosial budaya.
 Wawasan Nusantara meliputi perwujudan kepulauan nusantara sebagai
satu kesatuan pertahanan dan keamanan.

Tujuan Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan ke dalam


dan tujuan ke luar.
 Tujuan ke dalam Wawasan Nusantara: untuk mewujudkan kesatuan
dalam segenap aspek kehidupan bangsa, baik aspek alamiah maupun aspek
sosial.
 Tujuan ke luar Wawasan Nusantara: untuk ikut serta rnewujudkan
kebahagiaan, ketertiban, dan perdamaian seluruh umat manusia.
a. Sumber Historis
Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H.
Djuanda Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan
deklarasi yang selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Sebelum
keluarnya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia didasarkan pada Territoriale
Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) atau dikenal
dengan nama Ordonansi 1939, sebuah peraturan buatan pemerintah Hindia
Belanda. Isi Ordonansi tersebut pada intnya adalah penentuan lebar laut
lebar 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air
pasang surut atau countour pulau/darat.
 
POLITIK DALAM WAWASAN NUSANTARA
Politik  adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara
berbagai definisi yang berbeda mengenai  hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik
dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
• politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama teori klasik !ristoteles"
• politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara
• politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat
• politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik Dalam konteks memahami politik perlu dipahami
beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik , legitimasi, sistem
politik ,  perilaku politik , partisipasi politik ,  proses politik , dan juga tidak
kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik 

Implementasi Wawasan Nusantara dan Tantangan Implementasi Wawasan


Nusantara
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih
lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia
dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain :

1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
2) Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembelaan
negara dan bangsa.

Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara


Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sedang mengalami perubahan. Dan kita
juga menyadari bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan
tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa oleh negara maju dengan
kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita menengok sejarah kehidupan manusia
dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar,
alamiah. Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan
dengan wawasan nusantara yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia dan di bentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah
wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan itu akan terhanyut
tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global
yang menantang Wawasan Persatuan bangsa. Tantangan itu antara lain adalah
pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era baru kapitalisme,
dan kesadaran warga negara. Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada
pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
negara. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim
penyelenggaraan    negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan
yang kuat, aspiratif, dipercaya.

Implementasi dalam kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan


ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Implementasi dalam kehidupan
sosial budaya, adalah menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui,
menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang
hidup di sekitarnya dan merupakan karunia Sang Pencipta.
Implementasi dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, adalah menumbuhkan
kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.

Beberapa tantangan Implementasi Wawasan Nusantara :

Pemberdayaan Masyarakat

John Naisbit dalam bukunya GLOBAL PARADOX menyatakan : negara harus


dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.

Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas


dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat
dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk
negara berkembang dengan Top Down Planning karena adanya keterbatasan
kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan operasional berupa
GBHN.

Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan


keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan
masyarakat diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.

 WAWASAN NUSANTARA
Wawasan nusantara sangat penting untuk bangsa indonesia karena wawasan
nusantara merupakan arah bagi penyelenggaraan nasional untuk mencapai tujuan
nasional  dalam mewujudkan cita-cita nasional. Dengan demikian wawasan
nusantara berfungsi sebagai panduan dan pedoman  dasar bagi penyelenggaraan
bagi kehidupan yang memberikan  motivasi dorongan untuk mencapai tujuan.
Wawasan nusantara juga melandasi perjuangan bangsa indonesia  untuk bersatu
dalam mencapai tujuan nasionalsecara utuh, menyeluruh dan terpadu. Maka untuk
menjamin agar kesatuan Indonesia selalu terpelihara, bangsa Indonesia
melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu adalah satu konsepsi geopolitik
dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara yang meliputi
seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya beserta seluruh
penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan-keamanan.
Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Wawasan
Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak tinggal sebagai semboyan atau potensi
belaka.
BAB IX

BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL


DAN BELA NEGARA BAGI INDONESIA DALAM MEMBANGUN
KOMITMEN KOLEKTIF KEBANGSAAN

A. PENDAHULUAN
Ketahanan nasional (national resilience) merupakan salah satu
konsepsikenegaraan Indonesia. Ketahanan sebuah bangsa pada dasarnya
dibutuhkan gunamenjamin serta memperkuat kemampuan bangsa yang
bersangkutan baik dalanrangka mempertahankan kesatuannya, menghadapi
ancaman yang dating maupunmengupayakan sumber daya guna memenuhi
kebutuhan hidup. Dengan demikian,ketahanan bangsa merupakan kemampuan
suatu bangsa untunk mempertahankan persatuan dan kesatuannya,
memperkuat daya dukung kehidupannya, menghadapisegala bentuk ancaman
yang dihadapinya sehingga mampu melangsungkankehidupannya dalam mencapai
kesejahteraan bangsa tersebut.konsepsi ketahanan bangsa ini dalam
konteks Indonesia dirumuskan dengan nama ketahanan nasionaldisingkat
Tannas.upaya menyelenggarakan ketahanan nasional ini dapatdiwujudkan dengan
bela Negara.Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh
perangkat perundangan dan petingggi suatu Negara tentang patriotisme seseorang, 
suatukelompok atau seluruh komponen dari suatu Negara dalam
kepentinganmempertahankan eksistensi Negara tersebut.
 
a. KONSEP KETAHANAN NASIONAL
Secara etimologi berasal dari kata “tahan” yang berarti tabah,kuat,dan dapat
menguasai diri,gigih dan tidak mengenal menyerah. ketahanan memilikimakna
mampu,tahan,dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancamanyang
ada guna menjamim kelangsungan hidupnya. Sedangkan kata “nasional”
berasal dari kata nation yang berarti bangsa sebagai pengertian politik. Bangsadal
am pengertian politik adalah persekutuan hidup dari orang-orang yang telah
menegara. Ketahanan nasional secara etimologi dapat diartikan
sebagaimampu,kuat, dan mampu dari sebuah bangsa dalam pengertian politik
Secara filosofis, ketahanan nasional mengandung makna yang sangat dalam dan
mendasar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sedangkan secara
konseptual ketahanan nasional memiliki pengertian yang dinamis seiring dengan
dinamika kehidupan bangsa dan Negara Indonesia, baik karena dinamika
perubahan yang terjadi didalam negeri maupun perubahan global di luar negeri.
Ada beberapa dinamika pengertian konseptual ketahanan nasionaldari berbagai
perspektif dan dikemukakan oleh para ahli. Beberapa pengertian konseptual
ketahanan nasional tersebut seperti yang ditulis oleh Saafroedin Baharet al. (1994)
sebagai berikut :
1. Pengertian Konstitusional, sebagaimana yang dirumuskan padamasa Orde
Baru, yaitu ketahanan nasional adalah kondisi dinamisyang merupakan
integrasi dan kondisi tiap-tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara.
2. Pengertian Operasional, sebagaimana rumusan dibuat LembagaPertahanan
Nasional (Lemhanas), yaitu ketahanan nasionalIndonesia merupakan
kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisikeuletan dan ketangguhan,
yang mengandung kemampuanmengembangkan kekuatan nasional, didalam
menghadapi danmengatasi segala tantangan,ancaman,hambatan,dan
gangguan baikyang dating dari luar maupun dari dalam yang langsung
maupun yang tidak langsung membahayakanintegritas,identitas,kelangsungan
hidup bangsa dan NegaraIndonesia yang berdasarkan Pancasila serta
perjuangan mengejartujuan perjuangan nasional Indonesia.
3. Pengertian politik hukum, sebagaimana yang terkandung
dalam penjelasan UU No. 20 Tahun 1982, yaitu konsepsi ketahanan
nasional pada hakikatnya adalah konsepsi pengaturan
dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang dalam kehidupan
nasional yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Pengertian operasional, sebagaimana rumusan di buat
lembaga pertahanan nasional (Lemhanas), yaitu ketahanan nasionalIndonesia
merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisikeuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuanmengembangkan kekuatan nasional,
di dalam menghadapi danmengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsungmaupun
tidak langsung membahayakan integritas, identitas,kelangsungan hidup bangsa,
dan Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila serta perjuangan mengejar
tujuan perjuangannasional Indonesia.

b. KONSEP BELA NEGARA


Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,
seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak
pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela
negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.
Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik
Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.

Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki
oleh setiap warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan
kewajibannya dalam upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi modal
dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


1945) mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3):
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara,” dan Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

c. TERORISME MENJADI ANCAMAN TERHADAP BANGSA


DAN NEGARA INDONESIA
Permasalahan mendasar lainnya dalam mewujudkan ketahanan-
ketahannasional di Indonesia adalah masalah terorisme. Isu dan masalah terorisme
muncul ke permukaan dan mengoncang stabilitas keamanan dan ketertiban
nasional ketika terjadi peledakan bom Bali oleh kelompok radikal atau kelompok
fundamentalis yang selalu mengatasnamakan agama (menggunakan symbol-
simbol agama). Akibat peledakan bom Bali tersebut menimbulkan dampak
social- psikologis, ekonomi, dan keamanan nasional. 
Secara social-psikologis, bom Balitelah menimbulkan keresahan dan
ketakutan public/masyarakat terhadapkeselamat jiwa. Secara ekonomis, terjadinya
peledakan bom Bali menimbulkan arus wisatawan, baik wisatawan dosmetik,
maupun wisatawan mancanegara keIndonesia, terutama ke Bali menurun.
Hal ini berdambak pada penurunan pendapatan
masyarakat dan pendapatan pemerintah dari sector pariwisata. Selainitu, secara
ekonomis pula bahwa peledakan bom Bali oleh terorisme menurun arusinvestasi
luar negeri ke Indonesia. Dari aspek keamanan dan kertiban,
peledakan bom Bali menimbulkan kestabilan serta kondisi keamanan dan ketertib
anmasyarakat di dalam negeri menjadi terganggu.Secara filosofi terdapat dua
pendekatan yang esensi makna dari terorisme,yaitu :
i. Terorisme merupakan suatu ide tentang tindak kekerasan atauancaman
kekerasan. Terorisme dalam konteks ini merupakan bagian dari suatu
Discourse (diskursus, perbincangan) besartentangan ilmu perang
(konvensional maupun inkonvesional)dengan berbagai derivatifnya, seperti
perang terbatas, perang terbuka maupun
clandestine campaign ( kampanye tertutup,gerakan bawah tanah) serta
filsafat perang.
ii. Terorisme merupakan suatu konsep yang tersusun dari prinsip:(i) kegalatan
(ketidakteraturan) pikiran dan masalah dalamkepribadian manusia, (ii)
psikologo massa, baik public yangketakutan maupun public yang menaruh
simpati buta(Hendropriyono, 2009).

 
d. KORUPSI SEBAGAI ANCAMAN TERHADAP BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
Selain, terorisme dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Indonesia,
maka masalah besar lainnya yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia adalah
masalah korupsi. Masalah korupsi ini berbeda dengan masalah terorisme, karena
dari segi korban, aksi kekerasan terorisme korbannya lokalis,yaitu adalah mereka
yang terkena ledakan bom di sekitar bom yang meledak (meskipun perbuatan ini
sangat dikutuk dan bertentangan dengan prikemanusiaan). 
Dari segi korban, korupsi yang dilakukan, baik secara perorangan maupun b
erjamaah (korupsi berjamaah/korupsi politik denganmelibatkan banyak actor),
korbannya bukan hanya beberapa beberapa orang sajadan bersifat lokalitas,
seperti halnya korban peledakan bom oleh pelaku teroris,tetapi korban dari
perbuatan yang korup (korupsi) adalah seluruh rakyat Indonesiayang berjumlah
ratusan jiwa orang, seperti kasus korupsi mafia pajak yangdilakukan Gayun
Tambuhan cs. yang merugikan keuangan Negara milyaranrupiah, dan kasus-kasus
korupsi lainnya. Itulah sebabnya banyak kalangan yangmenyebutnya bahwa
korupsi adalah musuh rakyat dan musuh Negara, sehinggaharus dilawan bersama
(common enemy).

A. PERAN MAHASISWA DALAM MEMPERTAHANKAN KETAHAN


NASIOANL

Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwijudkan dalam
hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang
sebenar-benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan
nasionalnya. Namun demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan
sesuatu yang mudah diwujudkan karena dalam perjalanannya kea rah itu akan
muncul energi baik yang positif maupun negative yang memaksa suatu bangsa
untuk mencapai solusi terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efesien.
Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar
negeri. Kedua situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulant untuk
membangkitkan kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional
yang holistic dan komprehensif. Di sisi lain, energy negatife akan muncul dari dua
situasi kondisi tadi, energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa
dipungkiri dalam banyak hal merupakan suatu produk yang tersistem dan
terstruktur dengan rapi dalam system operasional yang memakan waktu lama.

Energi posotif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanyya disebut dengan
daya dan upaya penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai
cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sementara itu energy negatif cenderung untuk
menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan menghancurkan suatu
bangsa.

Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan


atau menghancurkan srtiap tantangan, ancama, rintangan, dan gangguan itulah
yang disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional
mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara
terus-menerus dengan simultan dalam upaya mempertahankan hidup dan
kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu makin tinggi tingkat ketahanan nasional
suatu bangsa maka semakin kuat pula posisi bangsa itu dalam pergaulan dunia.

Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945
tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional
karena dalam perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia
mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup
sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat.

Indonesia adalah negara yang berstandar pada kekuatan hokum sehingga


kekuasaan dan penyelenggaraan hidup dan kehidupan kenegaraan diatur oleh
hokum yang berlaku. Dengan kata lain, hukum sebagai pranata sosial disusun
untuk kepentingan seluruh rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi
salah satu kekuatan ketahanan nasional.
B.     POKOK-POKOK PIKIRAN

Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan tujuan nasional yang


disepakati bersama berdasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut:

1.      Manusia Berbudaya

Manusia adalah makhluk Tuhan yang pertamaa-tama berusakah menjaga,


mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang
paling mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan.

Manusia dikatakan makhluk sempurna karena memiliki naluri, kemampuan


berpikir, akal dan berbagai keterampilan, senantiasa berjuang. Oleh karena itu,
manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai
berikut:

a.       Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/ Kepercayaan.

b.      Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi

c.       Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik

d.      Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi.

e.       Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam dinamakan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi.

f.       Manusia dengan manusia dinamakan Sosial.

g.      Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/ Budaya.

h.      Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan.


Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia
bermasyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu kesejahteraan,
keselamatan dan keamanan. Ketiga hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional
yang mecakup dan meliputi kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek
sosial/kemasyarakatan sebagai berikut:

Aspek alamiah adalah:

a.       Posisi dan lokasi geografi negara.

b.      Keadaan dan kekayaan alam.

c.       Keadaan dan kemampuan penduduk.

Aspek sosial/kemasyarakatan adalah:

a.       Ideologi.

b.      Politik.

c.       Sosial.

d.      Budaya.

e.       Pertahanan dan keamanan.

A.    Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara

Tujuan nasional menjadi pokok pikiran ketahanan nasional karena suatu


organisasi dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya
akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang internal dan eksternal,
demikian pula dengan negara dalam mencapai tujuannya.
C.    PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

Kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan


nasional yang berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan ancaman hambatan dan gangguan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam. Untuk menjamin identitas, integritas kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan


nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh
berlandaskan Pancasila, UUD 45 dan Wasantara.

Kesejahteraan = Kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan


nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata
rohani dan jasmani.

Keamanan = Kemampuan bangsa Indonesia melindungi nilai-nilai nasionalnya


terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

D.    ASAS-ASAS KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang
tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nasional yang terdiri
dari:

1.      Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial, baik sebagai
perorangan maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam
system kehidupan nasioal dan merupakan nilai interistik.

2.      Asas Komprehensif integral atau menyeluruh terpadu


Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara
utuh menyeluruh dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan
yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, ketahanan nasional mencakup
ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu
(komprehensif integral).

3.      Asas Mawas ke dalam dan Mawas ke luar

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan


bangsa yang saling berinteraksi. Disamping itu, sistem kehidupan nasional juga
berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam prosesnya dapat timbul
berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan
sikap mawas ke dalam dan ke luar.

a. Mawas ke dalam

Mawas kedalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi kehidupan


nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proposional untuk
meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.

b.   Mawas ke luar

Mawas keluar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan ikut berperan serta
menghadapi dampak lingkungan strategis luar negeri, serta menrima kenyataan
adanya saling interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.

4.      Asas Kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan,


gotongroyong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan
yang harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan serta dijaga
agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat antagonistik yang saling
menghancurkan.

Anda mungkin juga menyukai