Anda di halaman 1dari 10

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (2) (2019): 211-220.

DOI: https://doi.org/10.24114/antro.v4i2.12030

ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan


Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah

Sapirin1)*, Adlan2) & Candra Wijaya3)

1) Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah, Indonesia
2) Pemerintah
Kota Medan, Indonesia
3) Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: Januari 2019; Disetujui: Januari 2019; Diterbitkan: Januari 2019


Abstrak
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan
pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya. Pendidikan karakter yang
ditanamkan dalam pendidikan Islam adalah penciptaan fitrah siswa yang berakhlakul karimah. Pentingnya pendidikan karakter
karena sebagian permasalahan generasi sekarang adalah krisis akhlak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
kualitatif dengan penelitian lapangan menggunakan pendekatan deskriptif. Berdasarkan analisis data ditemukan Bentuk materi
pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah memerlukan pengajaran, keteladanan, dan
refleksi akhlak, ibadah, dan aqidah. Poin terpenting dalam pendidikan karakter mengajarkan anak untuk berperilaku sesuai
dengan tuntunan al-Quran dan Sunnah. Implementasi Pendidikan Karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tapanuli
Tengah dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan diluar kelas, dan kegiatan di luar
sekolah. Sarana dan prasarana yang ada, diakui atau tidak telah turut memberikan kemudahan dalam pendidikan karakter dalam
pembelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah dengan materi-materi yang ada dan menggunakan metode pembiasaan,
keteladanan, dan refleksi serta metode-metode yang mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Implementasi, Mata Pelajaran Akidah Akhlak, Pembentukan Karakter Siswa.

Abstract
Character education is understood as an effort to instill intelligence in thinking, appreciation in the form of attitudes, and
experiences in the form of behavior that is in accordance with the noble values that are the identity of themselves. Character
education instilled in Islamic education is the creation of the nature of students who have moral character. The importance of
character education because some of the problems of the current generation are moral crises. The research method used in
qualitative research with field research uses a descriptive approach. Based on the data analysis found The form of character
education material in moral akidah learning at MIN 3 Middle Tapanuli requires teaching, exemplary, and reflection of morals,
worship, and aqeedah. The most important points in character education teach children to behave according to the guidance of the
Koran and the Sunnah. Implementation of Character Education in moral learning in MIN 3 Central Tapanuli is carried out in three
ways, namely learning activities in the classroom, activities outside the classroom, and activities outside of school. Existing facilities
and infrastructure are recognized or not have helped provide convenience in character education in moral akidah learning at MIN 3
Central Tapanuli with existing materials and using methods of habituation, exemplary, and reflection as well as methods that
activate students in the process learning.
Keywords: Implementation, Moral Akidah Subjects, Student Character Formation.

How to Cite: Sapirin, Adlan, & Wijaya, C. (2019). Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan
Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4
(2): 211-220.
*Corresponding author: ISSN 2460-4585 (Print)
E-mail: sapirinnasution@gmail,com ISSN 2460-4593 (Online)

211
Sapirin, Adlan & Candra Wijaya. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa

PENDAHULUAN mempertanggung jawabkan setiap akibat dari


Pada hakekatnya manusia hidup di keputusannya. Pendidikan Karakter memiliki
permukaan bumi ini sebagai khalifah mempunyai esensi dan makna yang sama dengan pendidikan
potensi jujur dan takwa, ketakwaan yang dimiliki akhlak, karena elemen penting yang paling
manusia akan melahirkan karakter yang baik. Jika mendominasi pendidikan karakter tertuju pada
manusia mempunyai karakter buruk, maka akhlak dan komponen pendukungnya (Setiawan,
tunggulah kehancuran yang akan datang di 2017).
masyarakat. Menyadari begitu pentingnya karakter Tujuan utama dalam konsep pendidikan
bangsa yang harus dimiliki manusia, paling tidak karakter atau pendidikan akhlak disini adalah
ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yakni, pertama, mendirikan Negara yang bersatu yang baik, manusia sejati yang tidak hanya
dan berdaulat, kedua, membangun bangsa, ketiga, memiliki kecerdasan intelektual (IQ) namun juga
pembangunan karakter bangsa (nation and sekaligus memiliki kecerdasan emosional (EQ)
character building) (Samani, M. dan Hariyanto, serta kecerdasan spiritual (SQ), baik ia sebagai
2011). Ketiga tantangan tersebut dalam warga sekolah, warga masyarakat dan juga warga
pelaksanaannya membutuhkan kerjasama semua Negara yang baik sehingga tercapai peradapan
komponen baik itu pemerintah maupun setiap yang baik dalam suatu negara. Kriteria manusia
warga Negara, dari ketiga hal tersebut yang sebagai bagian dari masyarakat yang baik suatu
sekarang menjadi sorotan publik adalah masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-
membangun karakter bangsa. Pendidikan karakter nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh
secara sederhana dapat dimaknai sebagai budaya masyarakat dan bangsanya. Dengan
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, demikian hakikat dari pendidikan karakter dalam
pendidikan moral, pendidikan watak yang konteks pendidikan di Indonesia dapat dimaknai
kesemuanya itu bertujuan mengembangkan sebagai pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-
kemampuan peserta didik untuk mewujudkan nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan Indonesia sendiri, dalam rangka membina
sepenuh hati. kepribadian generasi muda.
Pemaknaan tersebut maka dapat dipahami Penguatan pendidikan karakter secara legal
bahwa pendidikan karakter merupakan suatu formal dalam sistem pendidikan nasional
system penanaman nilai-nilai karakter kepada sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru lagi,
warga sekolah yang meliputi komponen karena sesungguhnya dalam pembentukan
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan karakter telah menjadi salah satu tujuan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. pendidikan nasional, dimana pada Pasal 3 UU
Sehingga dalam pendidikan karakter di madrasah, Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara
semua komponen harus terlibat, termasuk tujuan pendidikan nasional adalah
komponen-komponen pendidikan itu sendiri yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
isi kurikulum, proses pembelajarandan penilaian, menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana warga negara yang demokratis serta bertanggung
prasarana, pembiayaan, dan etoskerja seluruh jawab (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,
warga sekolah (Agus Wibowo, 2012). Dirjend Pendidikan Islam Depag RI, 2006). Meskipun
Setiawan & Setiawan (2014), memaknai secara legal formal karakter building menjadi
karakter sebagai cara berpikir dan berprilaku tujuan utama namun dalam realitas sosial
yang khas tiap individu untuk hidup dan kependidikan ternyata menunjukkan rapuhnya
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, karakter out-put maupun out-come yang ada.Oleh
karenanya dalam konteks sekarang pendidikan
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
karakter sangat relevan untuk mengatasi krisis
berkarakter baik adalah individu yang dapat
moral yang sedang melanda di Negara Indonesia.
membuat keputusan dan siap
212
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4 (2) (2019): 211-220.

Senada dengan hal tersebut, pendidikan pendidikan. Dekadensi moral terjadi karena proses
dalam konsep Islam pada umumnya terkandung pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan
dalam istilah al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib. Al- moral dan budi pekerti sebatas teks dan kurang
tarbiyah memiliki makna proses menumbuhkan mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan
dan mengembangkan potensi yang terdapat pada menghadapi kehidupan yang kontradiktif. Dalam
peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina konteks pendidikan formal di sekolah atau
dengan optimal melalui cara memelihara, madrasah, bisa jadi salah satu penyebabnya karena
mengasuh, merawat, memperbaiki dan pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan
mengaturnya (Nata, 2010). Al-ta’lim dapat diartikan pada pengembangan intelektual atau kognitif
sebagai proses transmisi ilmu pengetahuan pada semata, sedangkan aspek soft skill atau non-
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan akademik sebagai unsure utama pendidikan moral
tertentu. al-ta’dib berasal dari kata addaba belum diperhatikan.
yuaddibu ta’diban yang dapat berarti education Padahal, pencapaian hasil belajar siswa tidak
(pendidikan), discipline (disiplin, patuh, dan tunduk dapat hanya dilihat dari ranah kognitif dan
aturan), punishment (hukuman atau peringatan) psikomotorik, sebagaimana selama ini terjadi
dan chastisement (hukuman-penyucian). Sehingga dalam praktik pendidikan yang ada, akan tetapi
dalam hal ini al-ta’dib tidak hanya dimaknai harus juga dilihat dari hasil afektif, ketiga ranah
sekedar transfer ilmu, tetapi juga tersebut saling berhubungan secara resiprokal,
pengaktualisasiannya dalam bukti. Oleh karenanya meskipun kekuatan hubungannya bervariasi dari
dari ketiga istilah tersebut yang paling populer satu kasus ke kasus yang lain. Pembentukan sikap,
digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah pembinaan moral dan pribadi pada umumnya,
al- tarbiyah. Proses pendidikan merupakan terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik
rangkaian usaha membimbing, mengarahkan atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian
potensi manusia yang berupa kemampuan dasar guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak
dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting
perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya dalam pribadinya. Sikap si anak terhadap agama,
sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam dibentuk pertama kali di rumah melalui
hubungannya dengan alam sekitar di mana ia pengalaman yang didapatnya dengan orang tuanya,
hidup. kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh
Krisis tersebut antara lain berupa guru di sekolah. Kondisi lingkungan masyarakat
meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka demikian rentan bagi tumbuhnya perilakuyang
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Oleh
terhadap teman, pencurian oleh kalangan remaja, karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obato- menekankan pada intelektual perlu diimbangi
batan, pornografi, dan perusakan milik orang lain dengan pembinaan karakter yang juga termasuk
sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai
belum dapat diatasi secara tuntas, begitu pula serta direalisasikan oleh peserta didik dalam
maraknya praktek korupsi yang dilakukan para kehidupan sehari-hari.
pejabat aparatur Negara baik mereka yang duduk Peran agama, norma masyarakat, budaya,
di lembaga eksekutif atau legislatif maupun dan adat istiadat yang selaras dengan nilai-nilai jati
lembaga tinggi Negara lainnya. Krisis yang melanda diri bangsa dalam hal ini mesti dikedepankan.
pelajar juga elit politik tersebut mengindikasikan Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan agama
bahwa pendidikan agama dan moral yang didapat Islam adalah pendidikan yang memberikan
di bangku sekolah atau kuliah ternyata tidak pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian,
berdampak terhadap perubahan perilaku manusia dan keterampilan siswa dalam mengamalkan
Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah begitu ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
banyak manusia Indonesia yang tidak koheren kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada
antara ucapan dan tindakannya. Kondisi demikian, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Maka
diduga berawal dari apa yang dihasilkan oleh dunia dari itu, keseluruhan dari ajaran agama, moral, dan
norma yang berdimensi positif dapat digunakan

213
Sapirin, Adlan & Candra Wijaya. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa

sebagai akar dari pendidikan karakter. Mengingat makhluk lainnya. Oleh karenanya jika akhlaknya
pentingnya karakter dalam membangun sumber hilang, dalam artian tidak dimiliki dan
daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya direalisasikan peserta didik maka itu berarti gagal
pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. esensi dari tujuan ajaran-ajaran agama Islam.
Dan dalam hal ini lembaga pendidikan, khususnya
sekolah dipandang sebagai tempat strategis untuk METODE PENELITIAN
membentuk karakter (Hidayatullah, 2010). Aqidah Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
akhlak mempunyai fungsi yang berbeda dengan deskriptif, yakni metode penelitian yang berusaha
subyek pelajaran yang lain. Oleh karenanya fungsi menggambarkan dan menginterpretasi objek
yang diemban tersebut akan menentukan berbagai sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering
aspek pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar disebut non-eksperimen, karena pada penelitian ini
tujuannya tercapai. Fungsi pendidikan agama peneliti tidak melakukan control dan memanipulasi
Islam, antara lain : Pertama, menumbuhkan dan variabel penelitian, sehingga dalam penelitian ini
memelihara keimanan. Kedua, membina dan peneliti mendeskripsikan dan menginterpretasi
menumbuhkan akhlak mulia,.Ketiga, membina dan implementasi pendidikan karakter dalam dalam
meluruskan ibadah. Keempat, menggairahkan amal mata pelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tapanuli
dan melaksanakan ibadah. Kelima, mempertebal Tengah. Sedangkan obyek penelitiannya adalah
rasa dan sikap keberagamaan serta mempertinggi berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu
memberikan informasi tentang kajian penelitian.
solidaritas sosial (Uhbiyati, 2012).
Penelitian yang dilakukan menggunakan
Urgensi etika sosial ditransformasikan
pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian
melalui pendidikan, mengingat pendidikan
yang bermaksud untuk memahami fenomena
disamping dikenal sebagai tempat transfer of
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
knowledge juga transfer of value. Kedua transfer ini
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll.,
diartikan sebagai pembudayaan sistem-sistem
secara holistik dan mendeskripsikannya dalam
ajaran Islam. Melalui kebudayaan inilah manusia
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
berkomunikasi dengan sesamanya dan memelihara
khusus yang alamiah. Pendekatan penelitian yang
tata kehidupannya dalam masyarakat (Mawardi,
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
2005). Desain kurikulum pendidikan karakter pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
bukanlah sebagai teks bahan ajar yang diajarkan kualitatif deskriptif memiliki karakteristik natural
secara akademik, tetapi lebih merupakan proses dan merupakan lapangan kerja yang bersifat
pembiasaan perilaku bermoral. Nilai moral dapat deskriptif (Brenen, 2004), Penelitian ini dalam
diajarkan secara tersendiri maupun diintegrasikan pelaksanaannya, peneliti langsung masuk ke
dengan seluruh mata pelajaran dengan mengangkat lapangan dan berusaha mengumpulkan data secara
moral pendidikan atau moral kehidupan, sehingga lengkap sesuai dengan pokok permasalahan yang
seluruh proses pendidikan merupakan proses berhubungan dengan pelaksanaan.
moralisasi perilaku peserta didik. Sumber data yang dimaksud dalam
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penelitian ini adalah subjek dari mana data
menanamkan kecerdasan dalam berpikir, diperoleh. Adapun yang menjadi sumber data
penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam penelitian ini adalah data lapangan: 1) Data
dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai- ini berasal dari kepala MIN 3 Tapanuli Tengah,
nilai luhur yang menjadi jati dirinya. Pendidikan yang meliputi: proses dilakukan oleh kepala
karakter yang ditanamkan dalam pendidikan Islam sekolah terutama dalam meningkatkan pendidikan
adalah penciptaan fitrah siswa yang berakhlakul karakter pada pembelajaran Akidah Akhlak; 2)
karimah, karena nilai-nilai yang banyak disebutkan Data yang diperoleh dari guru-guru akidah akhlak
secara eksplisit dalam al-Quran dan Hadits yang di MIN 3 Tapanuli Tengah yang berisikan tentang
merupakan inti dari ajaran Islam adalah materi pendidikan karakter; 3) Inventarisasi yang
terciptanya akhlakul karimah, yang meliputi akhlak berupa data-data yang ada di MIN 3 Tapanuli
dalam hubungannya dengan Allah swt, dengan diri Tengah.
sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan

214
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4 (2) (2019): 211-220.

Adapun untuk data empirik, peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan beberapa metode, yaitu: metode Berdirinya MIN 3 Tapanuli Tengah karena
observasi. Metode observasi dapat diartikan dilator belakangi oleh pemikiran bahwa kebutuhan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara manusia akan ilmu agama Islam adalah penting dan
sistemik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam utama, karena sebagai makhluk Allah swt yang
suatu gejala atau gejala-gejala pada objek paling sempurna, manusia hidup diciptakan di
penelitian. Data yang dihimpun dengan teknik ini dunia mengemban tugas untuk beribadah
adalah proses pelaksanaan dan strategi pendidikan kepadaNya sedangkan orang yang beribadah
karakter yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak. haruslah disertai dengan ilmunya, selain pula juga
Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai non mengembangkan tradisi keilmuan sains dan
partisipan observer, yakni peneliti tidak turut aktif teknologi guna menghadapi kerasnya persaingan di
setiap hari berada di sekolah tersebut, hanya pada era globalisasi juga tidak bisa dikesampingkan. Visi
waktu penelitian. Metode wawancara atau MIN 3 Tapanuli Tengah adalah cerdas, kreatif, dan
Interview adalah teknik pengumpulan data melalui berakhlakul karimah. Untuk mewujudkan visi
komunikasi langsung antara pewawancara tersebut misi yang ditempuh oleh MIN 3 Tapanuli
(interviewer) dengan responden atau subyek yang Tengah yaitu: a) Membiasakan disiplin dan
diwawancarai interviewer. Metode interview ini bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap sehari-hari; b) Mendidik dan membimbing siswa
data-data yang berkaitan dengan segala sesuatu dalam meningkatkan pengetahuan, memiliki
tentang pelaksanaan pendidikan karakter oleh guru kepribadian yang baik serta meningkatkan
dalam pembelajaran akidah akhlak di MIN 3 kreatifitas sesuai bakat dan kemampuan; c)
Tapanuli Tengah. Mendidik siswa untuk lebih memahami baca tulis
Metode dokumentasi dilakukan guna alquran; d) Menanamkan niali-nilai ajaran islam
mencari data mengenai hal-hal atau variabel- dalam membiasakan prilaku islami dalam
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kehidupan sehari-hari dan mempertinggi akhlakul
kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda dan karimah; e) Menerapkan model pembelajaran
sebagainya. Teknik ini digunakan untuk PAIKEM
mengungkap data yang terkait tentang pendidikan Usaha untuk merealisasikan apa yang telah
karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MIN menjadi visi dan misinya, MIN 3 Tapanuli Tengah
3 Tapanuli Tengah, seperti RPP, silabus, buku telah mempersiapkan human ware atau sumber
materi ajar, dan gambaran umum sekolah. daya manusia yang memang telah dipersiapkan
Metode analisis data yaitu data yang sedemikian rupa melalui bimbingan. Jumlah guru
dikumpulkan berupakata-kata, gambar, dan bukan yang mengajar di MIN 3 Tapanuli Tengah
angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian berjumlah 22 orang dengan rincian 6 guru laki-laki
akan berisi kutipan-kutipan data untuk member dan 16 guru perempuan. Dengan jumlah guru
gambaran penyajian laporan tersebut. Analisis data tersebut mengajar dan mendidik siswa yang
adalah mengatur urutan data, berjumlah 413 orang yang akan dikader menjadi
mengorganisasikanya kedalam satu pola, kategori siswa yang berakhlakul karimah. Untuk mata
dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di pelajaran akidah akhlak, diajarkan bagi siswa MIN
temukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis kelas I s.d VI. Dengan harapan agar selama enam
kerja seperti yang disarankan data. Untuk tahun siswa MIN 3 Tapanuli Tengah mendapat
memperjelas penulisan ini maka peneliti bimbingan akidah akhlak agar tertanam dalam jiwa
menetapkan metode analisis deskriptif yaitu anak.
menyajikan dan menganalisis fakta secara
sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk Pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli
dipahami dan disimpulkan. Tengah dalam Pembentukan Karakter Siswa
Pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3
Tapanuli Tengah mencakup 3 aspek pemahaman
konsep, keterampilan proses, dan amaliyah atau
aplikasi. Adapun ruang lingkup pelajaran Akidah

215
Sapirin, Adlan & Candra Wijaya. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa

Akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah terfokus pada perangsang potensi baik dalam diri manusia. Salah
aspek: a) Aqidah, Aspek ini memberikan gambaran satunya adalah dengan upaya pendidikan.
tentang aqidah Islamiyah berlandaskan al-Qur`an Pendidikan ditujukan untuk membangun seluruh
dan as-Sunnah. Aspek ini membahas rukun iman dimensi manusia, yaitu untuk membangun dimensi
dan rukun Islam sebagai hal yang pertama dan sosial, emosional, motorik, akademik, spiritual,
utama dalam akidah seorang muslim; b) Akhlak, kognitif, sehingga membentuk insan kamil. Bahwa
Aspek ini memberikan gambaran tentang akhlak intinya pendidikan harus menyentuh aspek diri
adalah suatu hal yang sangat penting dalam manusia dengan kata lain pendidikan secara
pembentukan pribadi muslim. Karena menyangkut menyeluruh (holistik). Pendidikan yang tidak
masalah hati dan jiwa manusia yang merupakan hanya berorientasi pada ranah kognitif saja, tetapi
sumber perubahan, pengembangan, dan pendidikan juga harus bisa menampakkan hasil
peningkatan kualitas diri; c). Tarikh/Sejarah, yang riil dalam tindakan dan perilaku berupa
Memberikan kemampuan dasar kepada siswa akhlakulkarimah. Oleh karenanya pendidikan
untuk mengenal dan mempelajari peristiwa- karakter merupakan salah satu bentuk
peristiwa sejarah dan peradaban Islam. Dan pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan
Menumbuhkan sikap para peserta didikuntuk akhlak (karakter baik), yang mana di dalamnya
menghargai para tokoh pelaku sejarah dan melibatkan berbagai potensi manusia yang dapat
pencipta peradaban yang membawa kemajuan dan dikembangkan.
kejayaan Islam serta menanamkan nilai-nilai Pendidikan karakter merupakan usaha
keteladanan para pembawa risalah dan kreativitas pengembangan semua potensi anak, sehingga
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Konsep menjadi manusia yang berkualitas yakni manusia
tarikh disini adalah ditinjau dari segi akhlak para yang memiliki intelektualitas tinggi dengan diiringi
sahabat dan para tabi’in. akhlak mulia. Pendidikan karakter berperan untuk
Mata pelajaran Pembelajaran Akidah Akhlak mengukir akhlak anak melalui proses mengetahui
di MIN 3 Tapanuli Tengah dilaksanakan 2 jam dan memahami kebaikan. Yang selanjutnya
pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. diharapkan mereka mampu mencintai kebaikan,
Satu jam pelajaran sebanyak 35 menit dengan yang kemudian diwujudkan dengan melakukan
diampu oleh satu guru dan untuk tujuan kebaikan. Proses pendidikan yang melibatkan
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan petunjuk aspek kognitif, emosi dan fisik, dan membentuk
buku pegangan bahan ajar dan kondisi akhlak mulia pada diri anak yang nantinya dapat
perkembangan peserta didik. terukir menjadi kebiasaan yang melekat dan
Kesucian (fitrah) manusia hanya bersifat mengakar pada diri anak hingga dewasa.
potensial, sehingga manusia tidak dengan Adapun bahan penunjang yang dijadikan
sendirinya dapat berakhlak mulia. Oleh karenanya pijakan untuk merealisasikan nilai-nilai karakter
anugerah fitrah harus dijaga, dirawat dan yang dikembangkan adalah dengan adanya
ditumbuhkan agar manusia bisa tumbuh menjadi komponen dan proses kegiatan penyelenggaraan
insan kamil yang penuh kemuliaan. Dalam hal ini pendidikan, baik itu dilaksanakan ketika
lingkungan sangat berperan dalam proses tumbuh pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas
dan berkembangnya fitrah yang dimiliki manusia. di Pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli
Lingkungan yang baik dapat memberikan pengaruh Tengah dapat dideskripsikan bahwa Kurikulum
karakter yang baik, sebaliknya lingkungan yang untuk Pengembangan Pembelajaran Akidah Akhlak
pergaulan sehari-harinya tidak baik pun akan di MIN 3 Tapanuli Tengah. Proses pelaksanaan
membentuk akhlak yang buruk. Oleh sebab itu, pendidikan karakter dalam Akidah Akhlak di MIN 3
anak harus dijaga dan dididik dengan perilaku yang Tapanuli Tengah diperlukan adanya seperangkat
baik agar fitrahnya tetap dapat terjaga. Dan rencana dan pengaturan isi dan bahan pelajaran
diajarkan nilai-nilai yang dapat menyuburkan serta metode yang digunakan sebagai pedoman
fitrahnya agar tumbuh kokoh. Maka untuk menjaga penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar,
eksistensi dari pada kesucian (fitrah) manusia sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
perlu adanya faktor-faktor dari luar tubuh sebagai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Di dalam

216
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4 (2) (2019): 211-220.

dunia pendidikan hal tersebut disebut sebagai Pengajaran dan keteladanan akhlak yang dimaksud
kurikulum. disini yaitu segala perbuatan baik yang perlu
Dalam upaya merealisasikan tujuan yang diajarkan dan diteladankan dalam kehidupan
ada, MIN 3 Tapanuli Tengah menggunakan sehari-hari, seperti pembiasaan adab makan,
kurikulum sebagai berikut: a) Kurikulum dari pembiasaan hidup bersih, keteladanan disiplin dan
Kementerian Agama dalam proses Pengajaran dan keteladanan akhlak diri dan orang
pembelajarannya menggunakan kurikulum Diknas lain; 2) Pengajaran dan keteladanan dalam ibadah.
dengan pengembangan dalam pembelajaran Pengajaran dan keteladanan ibadah dilakukan di
(silabus, materi, kegiatan belajar mengajar, MIN 3 Tapanuli Tengah mengandung maksud dan
evaluasi) telah menerapkan kurikulum K13; b) tujuan yaitu melatih dan memberi teladan kepada
Kurikulum Khas MIN 3 Tapanuli Tengah yakni peserta didik dalam mengamalkan ibadah sehari-
kurikulum bentukan segenap stakeholders dan hari, sehingga peserta didik nantinya diharapkan
komite sekolah yang merupakan pengembangan menjadi muslim yang taat dalam menjalankan
kurikulum dengan meluaskan pada aspek life skill. perintah agama, seperti: pengajaran dan
Yang terangkum dalam kurikulum khas berikut ini: keteladanan shalat, pengajaran dan keteladanan
1) Kurikulum kepemimpinan. Pada kurikulum ini tadarus; 3) Pengajaran dan keteladanan dalam
untuk melatih sikap kepemimpinan para peserta aqidah. Pengajaran dan keteladanan keimanan ini
didik yang mana dilaksanakan pada kegiatan dilakukandi MIN 3 Tapanuli Tengah dengan selalu
kepramukaan, mabit; 2) Kurikulum kewirausahaan. menghadirkan atau memasukkan Allah swt pada
Pada kurikulum ini dimaksudkan untuk melatih setiap PBM (proses belajar-mengajar) di kelas, hal
jiwa entrepreneur para peserta didik, yang mana itu ditandai dengan pembacaan asma al husna
kegiatan ini dilaksanakan dengan membuat setiap sebelum jam pelajaran dimulai.
kerajinan-kerajinan yang memiliki nilai ekonomis MIN 3 Tapanuli Tengah menerapkan
dan laku dipasaran seperti tataboga, tatabusana, pendidikan karakter melalui metode pengajaran,
pembuatan bros, pernak-pernik, hiasan dan lain keteladanan, dan refleksi. Pelaksanaan pendidikan
sebagainya; 3) Kurikulum pengembangan diri. karakter di MIN 3 Tapanuli Tengah dilaksanakan
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan melalui penciptaan iklim (budaya) sekolah yang
potensi yang dimiliki para peserta didik. Adapun Islami. Hal ini diterapkan melalui keteladanan di
diantara kegiatan-kegiatan yang ada pada lingkungan sekolah oleh para guru maupun tata
kurikulum ini adalah terakomodir dalam kegiatan- usaha sekolah agar pengajaran dan keteladanan
kegiatan ekstrakurikuler peserta didik seperti yang baik ini tertanam dalam diri anak dan akan
ekstra rebana, futsal, dan lain sebagainya; 4) Disisi dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
lain yang merupakan kekhasan di MIN 3 Tapanuli Penciptaan iklim sekolah bertujuan sebagai
Tengah adalah siswa yang lulus dari madrasah pengembangan situasi pembelajaran partisipatif,
dapat hafal al-Quran 1 juz. menekankan peserta didik agar lebih aktif di dalam
Demikian kurikulum-kurikulum yang di pembelajaran dan mengutamakan adanya interaksi
kembangkan oleh MIN 3 Tapanuli Tengah untuk antar warga sekolah. Untuk menunjang
mewujudkan iklim pembelajaran yang kondusif keberhasilan tujuan tersebut diatas, maka perlu
sehingga peserta didik menjadi senang dan nyaman diwujudkan suatu bentuk penciptaan situasi
dalam belajar. Dan proses pendidikan karakter pun sekolah.
dapat berjalan dengan lancar. Situasi pembelajaran pendidikan karakter
dalam Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah
Materi dan Metode yang Digunakan dalam Mata adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan lebih
Pelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli banyak perhatian pada aspek karakter yang ada
Tengah dalam pelajaran akidah akhlak. Dalam hal ini guru
Bentuk materi pendidikan karakter dalam mencari atau menemukan bagian materi pelajaran
Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah ialah yang dapat dijadikan batu loncatan untuk
materi akidah akhlak yang memerlukan menonjolkan aspek karakter yang berkaitan
pengajaran, keteladanan, dan refleksi, yaitu: 1) dengan pelajaran akidah akhlak yang diajarkan.
Pengajaran dan keteladanan dalam akhlak. Misalnya pada materi istiqamah, disitu pendidik

217
Sapirin, Adlan & Candra Wijaya. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa

memberikan penjelasan terkait dengan istiqamah program pengayaan, layanan konseling, atau
dan menemukan nilai karakter ketangguhan, memberikan tugas, baik tugas individual maupun
bekerja keras, pantang menyerah, lapang dada, kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa; l) Ada
percaya diri untuk disisipkan dalam penyampaian rasa simpati dan empati terhadap siswa.
materi; 2) Guru mengembangkan pelajaran akidah (kepedulian); m) Untuk mengakhiri kegiatan setelah
akhlak kedalam pendidikan karakter melalui pembelajaran guru mengajak siswa untuk
pengetahuan kontekstual. Pengetahuan kontekstual mengucapkan hamdalah dan ditutup dengan do’a
ini mencakup pengetahuan tentang latar belakang sebagai rasa syukur dan pembiasaan. (religius)
atau situasi atau lingkungan yang berkaitan dengan Pelaksanaan pendidikan karakter dalam
pengetahuan historik, sosial, ekonomi, atau pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli
kultural. Dari pengetahuan kontekstual akan Tengah diorganisasikan sedemikian rupa dengan
membantu siswa dalam kehidupan nyata sehari- melakukan penentuan materi yang akan
hari sehingga pendidikan menjadi dekat dan tidak disampaikan, kemudian dilaksanakan baik di kelas
lepas dari kehidupan; 3) Guru mengapresiasi aspek maupun di luar kelas. Dalam pelaksanaan
karakter dalam kemajuan belajar (penilaian). pendidikan karakter di MIN 3 Tapanuli Tengah
Penilaian prestasi madrasah dalam pengembangan menggunakan pendekatan proses belajar peserta
pendidikan karakter dalam Akidah Akhlak di MIN 3 didik secara aktif dan berpusat pada anak,
Tapanuli Tengah melibatkan semua pihakyang dilakukan melalui kegiatan di kelas, sekolahan, dan
berkepentingan (stakeholder), termasuk para masyarakat.
siswa,guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang
tua siswa. Pelaksanaan di dalam Kelas
Adapun proses pembelajaran pendidikan Untuk merealisasikan nilai-nilai karakter
karakter dalam Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli dalam diri peserta didik di MIN 3 Tapanuli Tengah
Tengah yaitu: a) Guru datang tepat waktu. dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah
(disiplin); b) Siswa menyalami guru di pintu maupun di luar sekolah, ditempuh melalui berbagai
gerbang sekolah dan sebelum masuk ruangan; c) bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan
Sebelum pelajaran dimulai guru memberi salam. pembelajaran yang efektif dan efisien diupayakan
(religius); d) Guru memimpin doa sebelum dalam rangka merealisasikan nilai-nilai karakter
pembelajaran. (religius); e) Guru mengisi buku yang dikembangkan.
presensi dan apabila ada peserta didikyang tidak Berikut ini merupakan beberapa setting
berangkat karena sakit, guru memimpin untuk kelas dalam proses pembelajaran akidah akhlak
mendoakan peserta didik yang tidak berangkat. MIN 3 Tapanuli Tengah yang dianggap cukup
(kejujuran,kepedulian, tertib); f) Guru efektif dan efisien di kelas yaitu:
menginformasikan dan mengaitkan materi atau a) Pembelajaran Kontekstual (Contextual
kompetensi yang akan dipelajari dengan nilai-nilai Teaching and Learning)
karakter bagi kehidupan dan keagamaan. Pembelajaran model ini dilakukan dengan
(komunikatif, cooperative); g) Guru melibatkan menghubungkan tema atau materi yang dikaji
siswa secara aktif dengan menggunakan berbagai dengan konteks kehidupan sehari-hari, terutama
pendekatan pembelajaran dalam pembentukan kehidupan peserta didik. KI/KD yang dikaji
karakter siswa. (komunikatif, cooperative); h) Guru dikaitkan dengan permasalahan yang aktual yang
memberikan umpan balik dan penguatan benar-benar terjadi dan dialami peserta didik.
sertamotivasi kepada siswa yang kurang atau Dengan cara ini, peserta didik akan langsung
belum berpartisipasi aktif. (komunikatif, mengalami apa yang dipelajari sehingga peserta
cooperative); i) Bersama-sama dengan para siswa didik memiliki motivasi besar untuk memahaminya
membuat kesimpulan pelajaran. (komunikatif, dan pada akhirnya terdorong untuk
cooperative, kepedulian); j) Sebelum pembelajaran mempraktikkannya. Penggunaan model
diakhiri, guru, melakukan penilaian dan refleksi pembelajaran yang demikian ternyata cukup
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara mudah bagi guru dapat memotivasi peserta didik
konsisten dan terprogram; k) Guru merencanakan untuk bersikap dan berperilaku yang menunjukkan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

218
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4 (2) (2019): 211-220.

nilai-nilai karakter sesuai dengan tema atau materi ada warga sekolah yang meninggal, kunjungan ke
yang dikaji. tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta
b) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative terhadap tanah air, melakukan pengabdian
Learning) masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan
Pembelajaran kooperatif adalah kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang
pembelajaran yang menekankan kerjasama di tertimpa musibah, memperbaiki atau
antara peserta didik di kelas. Banyak model membersihkan tempat-tempat umum, membantu
pembelajaran yang bisa dilakukan dalam rangka membersihkan di tempat ibadah).
pembelajaran kooperatif, misalnya model diskusi
kelompok, diskusi kelas, Team Game Tournament Problematika yang Dihadapi dalam Proses
(TGT), model Jigsaw, Learning Together (belajar Pembelajaran Akidah Akhlak
bersama), dan lain sebagainya. Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan,
c) Pembelajaran Afektif pasti ada problematika yang dihadapi. Ada
Pembelajaran afektif adalah model beberapa problematika pada pelaksanaan dalam
pembelajaran yang menekankan tumbuhnya sikap proses pembelajaran akidah akhlak di MIN 3
pada diri peserta didik dari proses pembelajaran Tapanuli Tengah antara lain:
yang diikuti. Dalam pembelajaran model ini peserta 1) Peserta didik, dampak negatif kemajuan
didik antara lain diminta untuk berinteraksi teknologi, seperti situs porno diinternet yang
dengan sumber-sumber belajar agar mencapai hasil dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak,
belajar yang baik. Guru selalu memberi motivasi kemudian munculnya game-game baru seperti
kepada peserta didik agar menyadari apa yang play station dan lain sebagainya. Semua itu
dipelajari dan menyikapinya dengan benar. dapat menghambat dalam penanaman
Beberapa kasus, diketahui bahwa pembelajaran pendidikan karakter baik kepada anak melalui
sikap merupakan tujuan atau sasaran utama dari keteladanan dan pembiasaan. Sifat kekanak-
suatu pembelajaran. Bagaimanapun juga, kanakan yang masih terlalu manja, penuh
pembelajaran sikap adalah salah satu komponen emosional sehingga butuh waktu yang cukup
atau fokus utama dari suatu pembelajaran, dan kesabaran untuk suatu hal tertentu. Anak
terutama dalam rangka pendidikan karakter. sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan,
atau orang-orang yang mengasuh yang tidak
Pelaksanaan di Sekolah sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah
Melalui berbagai kegiatan sekolah yang diajarkan oleh guru disekolah.
diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, 2) Keluarga: a) Perbedaan cara pandang antara
dan tenaga administrasi di sekolah itu, guru dengan orang tua di rumah; b) Banyaknya
direncanakan sejak awal tahun pelajaran, anggota keluarga dalam rumah tangga
dimasukkan ke kalender akademik dan yang sehingga menyulitkan pula untuk menanamkan
dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya nilai-nilai karakter karena interaksi-interaksi
sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan yang ada saling mempengaruhi; c) Sarana
ke dalam program sekolah adalah membaca prasarana yang ada, diakui atau tidak telah
asma‟ul husa, sholat dhuha berjamaah, sholat turut memberikan kemudahan dalam
dzuhur berjamaah, tahfidz al-Quran, dan kegiatan pendidikan karakter dalam pembelajaran
pramuka (pada kurikulum kepemimpinan), Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah
kegiatan keterampilan (pada kurikulum dengan materi-materi yang ada dan
pengembangan diri). menggunakan metode pembiasaan,
keteladanan, dan refleksi serta metode-metode
Pelaksanaan di Luar Sekolah (Masyarakat) yang mengaktifkan peserta didik dalam proses
Melalui kegiatan ekstrakulikuler dan pembelajaran.
kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau
sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak SIMPULAN
awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Bentuk materi pendidikan karakter dalam
kalender akademik. Misalnya bertakziyah ketika pembelajaran akidah akhlak di MIN 3 Tapanuli

219
Sapirin, Adlan & Candra Wijaya. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa

Tengah memerlukan pengajaran, keteladanan, dan Hidayatullah, M.F. (2010). Pendidikan Karakter:
refleksi akhlak, ibadah, dan aqidah. Poin terpenting Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta :
dalam pendidikan karakter mengajarkan anak Yuma Pustaka, 2010).
Mawardi, I. (2005) “Implikasi Filosofis Pendidikan Islam
untuk berperilaku sesuai dengan tuntunan al-
dalam Pembinaan Etika Sosial”Jurnal Cakrawala,
Quran dan Sunnah. Implementasi Pendidikan
(vol. I, No. 2, Januari/2005), hlm.104.
Karakter dalam pembelajran Akidah Akhlak di MIN Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
3 Tapanuli Tengah dilaksanakan dengan tiga cara, Nata, A. (2012). Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat,
yaitu kegiatan pembelajaran di dalam kelas, Jakarta: Rajawali Press.
kegiatan diluar kelas, dan kegiatan di luar sekolah. Nawawi, H. & Martini, M. (1995). Instrument Penelitian
Ada beberapa problematika yang dihadapi MIN 3 Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada, University
Tapanuli Tengah dalam pendidikan karakter yaitu: Press.
a) Dari siswa, dalam menghadapi kemajuan Ramayulis (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Kalam Mulia.
teknologi, yang menghambat adalah mereka lupa
Samani, M. dan Hariyanto. (2011). Pendidikan
akan kewajibannya dalam menunaikan sholat dan
Karakter, konsep dan model. Bandung: Remaja
belajar karena lupa waktu; b) Dari orang tua,
Rosdakarya.
mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap
Setiawan, D. & Setiawan, F. (2014). Pendidikan
anak antara guru dengan orang tua di rumah. Serta
Karakter Dalam Perspektif
banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga
Kewarganegaraan. Medan : Larispa.
sehingga menyulitkan pula untuk menanamkan
Setiawan, D. (2017), Kontribusi Tingkat Pemahaman
nilai-nilai karakter karena interaksi-interaksi yang
Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap
ada saling mempengaruhi; c) Dari sekolah, Nasionalisme dan Karakter Kebangsaan, Jurnal
terbatasnya waktu-waktu untuk pendidikan Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 20-27.
karakter, sehingga pendidikan karakter pada Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif:
pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan
Tengah belum efektif dan kurang maksimal. Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Uhbiyati, (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,
DAFTAR PUSTAKA Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Adisusilo, S.J.R. (2012) Pembelajaran Nilai-Karakter ; Semarang.
Kontruktivisme dan VCT sebagai Inovasi UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Dirjend
Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Pendidikan Islam Depag RI.
Rajawali Pers, 2012 Wibowo, A. (2012) Pendidikan Karakter, Strategi
Arikunto, S, (2012). Prosedur Penelitian suatu Membangun Karakter Bangsa Berperadaban,
Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brenen, J. (2004). Memadu Penelitian Kualitatif Dan Zubaidi, (2011). Desain Pendidikan Karakter, Jakarta:
Kuantitatif Yogyakarta: Pustaka Pelajar Prenada Media Group.

220

Anda mungkin juga menyukai