Anda di halaman 1dari 2

Cinta adalah kesempatan, Seringkali tak datang dua kali

Hal yang paling menyenangkan di dunia adalah tatkala seorang insan sedang merasakan yang
mainstream dikenal sebagai jatuh cinta. Yahh jatuh paling menyenangkan adalah jatuh cinta.
Walaupun kata Khalil Gibran, hendaknya kita tidak jatuh cinta namun membangun cinta, karena
merasakan jatuh itu adalah hal yang sakit.

Menyoal tentang cinta pasti takkan ada habisnya jika kita bahas satu persatu titik persoalannya,
dan kali ini topik yang akan ZoneIDN.com bahas adalah hal yang cukup menarik dan digemari
bagi remaja kekinian atau remaja yang telah memasuki masa pubertas, atau juga bagi mereka
yang tak sabar lagi untuk melepas masa lajangnya dan cepat-cepat ingin berumah tangga
dikarenakan efek yang dinamakan jatuh cinta.

Memahami makna cinta adalah memaknai tentang substansi cinta sesuai dengan persepsi kita.
Jika kita maknai cinta adalah foya-foya, maka kita semata-mata akan menjalani kisah cinta kita
hanya dengan foya-foya, jika kita maknai cinta adalah sebuah kasih sayang, maka kita akan
jalani kisah cinta kita dengan penuh kasih sayang, semua tergantung persepsi dan mindset kita
masing-masing.

Namun, terkadang tidak banyak dari kita yang masih sering gonta ganti pasangan, dengan
segudang alasan yang hadir. Mencari pasangan yang lebih ideal misalnya. Ataupun mencari yang
lebih pengertian, yang lebih sabar dan sejuta hal lebih lainnya, hingga tak jarang hanya rasa sesal
yang didapati karena pasangan baru yang di impikan dan telag dimilikinya tidak sesuai dengan
eskspektasi yang berselancar di pikirannya.

Kali ini ZoneIDN.com akan menceritakan sebuah kisah dan ilustrasi yang menggambarkan
tentang makna sebuah cinta sejati yang hadir dari seorang Filsuf bernama Plato.

Dimana pada suatu hari, Plato bertanya kepada gurunya tentang sebuah makna cinta sejati serta
cara menemukannya. Lalu, sang guru menjawab bahwa ada sebuah ladang gandum yang luas,
dan Plato diminta untuk mengitari ladang gandum yang luas tersebut, aturannya adalah dengan
berjalan ke depan tanpa mundur sejengkalpun sembari Plato diminta mencari atau mengambil
satu ranting yang menurutnya terbaik dalam perjaanannya.

Tak berapa lama, Plato berjalan hingga sampai selesai dia mengitari ladang gandum yang luas
tersebut, dia tak berhasil membawa satupun ranting pohon yang diminta oleh gurunya. hingga
sang gurupun bertanya musabab Plato tidak menemukan satu rantingpun.

Plato menjawab bahwa sebenarnya dia sudah menemukan ranting pohon saat mengitari ladang
gandum tersebut, namun saat Plato menemukan sebuah ranting pertama, dia berpikir bahwa
ladang tersebut masih luas, sudah barangkali di depan sana lebih banyak ranting yang lebih
menakjubkan, maka ia memilih menaruh ranting tersebut dan melanjutkan perjalanan hingga
selesai mengitari ladang tersebut, akan tetapi alangkah terkejutnya Plato bahwa semua ranting-
ranting berikut yang dia temukan tak semenakjubkan ranting yang sebelumnya telah ia temukan
di awal, hingga ia tak satupun bisa membawa ranting yang menurutnya bagus.

Kemudian gurunya berkata seraya tersenyum, Itulah sebenarnya esensinya sebuah cinta, cinta itu
jika semakin dicari maka semakin sulit untuk ditemukan, karena pada dasarnya cinta itu berada
dalam lubuk hati, yakni dengan menahan segala harapan dan keinginan yang berlebih. Karena
keika berharap pada keinginan yang luar biasa maka kehampaan lah yang akan kita temukan,
jadi jika kamu telah menemukan cinta yang sekarang maka jalanilah dengan setulus hati, karena
waktu tidak bisa diputar untuk dapat meyesali apa yang menjadi penyesalan kita sebelumnya.

Ilustrasi dari cerita diatas memberikan kita pelajaran bahwa kita selayaknya menjalani segala
sesuatu dengan penuh penghayatan dan keyakinan serta tidak terlalu mengharapkan ekspektasi
yang lain agar tidak menyesal dan mendapati yang namanya kehampaan.

Anda mungkin juga menyukai