Anda di halaman 1dari 23

“Lepaskanlah.

Maka besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia


pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir
hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka
sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah
cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat
orang tua, itu semua ada penulisnya.

Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya


adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah
sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang
terbaik yang dituliskan.”

― Tere Liye, RINDU

*Sajak "Yang Dilupakan Anak Muda"

Waktu,
Adalah ujian seberapa lama cinta bisa menunggu.

Jarak
Adalah ujian seberapa jauh cinta bisa melewati perjalanan....

Perbedaan
Adalah ujian seberapa pandai cinta bisa saling memahami.

Kesempatan,
Adalah ujian seberapa teguh cinta bisa memutuskan.

Masalah,
Adalah ujian seberapa tangguh cinta bisa bertahan.

Dan terakhir, Melepaskan,


Adalah ujian seberapa rindu cinta bisa kembali. Karena jika dia
adalah cinta sejati, sungguh dia akan kembali dan kembali lagi
ke tempat terbaiknya.

*Tere Liye
Ada sesuatu yang jika memang sudah selesai, maka sudah
demikianlah, tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain
menerimanya dengan lapang.

Kita tidak bisa lagi menyiram bunga yang sudah mati. Buat
apa? Tidak akan tumbuh, tidak akan berbunga. Lebih baik,
bersiap menanam bunga berikutnya.

*Tere Liye

“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan,


nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-
orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya,
selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta
berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana,
wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan
memberikan jalan baiknya.”

-Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah"

“Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup


ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka,
meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan
keseratus-satu.”

--Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya"

Hidup ini memang tentang "menunggu".

Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti


menunggu.

*Tere Liye, novel "HUJAN"

Tidak ada hak kita untuk iri dengan orang lain.


Jika orang lain lebih pintar, lebih sukses, diterima di
sekolah/kampus lebih bagus, lebih kaya, dsbgnya, kita tidak
punya alasan untuk iri. Karena kita tidak tahu apa yang mereka
lakukan untuk mendapatkan semua itu. Toh, bahkan dalam
kasus, seseorang kaya raya oleh warisan orang tuanya, kita
tetap tidak berhak nyinyir iri. Hei, kalau kita memang mau
nyinyir, lebih baik kerja keras habis2an, agar besok lusa, giliran
anak kita dapat warisan kaya raya sama seperti yang kita iri-
kan.

*Tere Liye

“Kau tidak bisa membiarkan perasaan itu tumbuh tidak


terkendali. Karena sekali tumbuh, maka tunas-tunas
perasaanmu tak bisa kau pangkas lagi. Semakin kau potong,
dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daunnya
semakin banyak.”

--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci


angin"

Jika menikah harus cukup harta benda dulu, maka orang tua
kita dulu tidak akan pernah menikah.

Jika menikah harus menunggu siap dulu, maka tidak akan ada
yang benar-benar siap untuk menikah.

Mungkin demikian.

Jika kita menyukai seseorang, maka tidak otomatis seseorang


itu juga menyukai kita.

Ini bukan soal keadilan, hak asasi, apalagi soal mewujudkan


perdamaian dunia, ini simpel tentang: tidak semua cinta itu
harus terbalas. Lebih banyak yang bertepuk sebelah tangan.

--Tere Liye
Mencintai dalam diam adalah seperti menari takjim sendirian di
antara kabut pagi di sebuah padang rumput yang megah dan
indah.

Dan meski tidak tersampaikan, tidak terucapkan, demi menjaga


kehormatan perasaan, kita selalu tahu itu sungguh tetap
sebuah tarian cinta.

*Tere Liye

Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi.


Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu?
Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup
kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam
hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya.

Novel "RINDU", Tere Liye

Tidak perlu terburu-buru. Apalagi dalam urusan perasaan.


Karena jikalau itu memang spesial, menunggu lama sekalipun
itu tetap berharga.

Tidak perlu cemas apalagi takut. Apalagi dalam urusan


perasaan. Karena jikalau itu memang sejati, kita tidak akan
cemas walau sesenti, sejauh apapun pergi, dia akan kembali.

*Tere Liye

Hanya orang2 kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu. Meski


sakit hati, menangis, marah2, sebal, sekali pada akhirnya bisa
tulus melepaskan, dia sudah berhasil menaklukkan diri sendiri.

*Tere Liye

“Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum


terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan
dengan belajar. Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan
keinginan memiliki, maka sebesar apa pun wujud kehilangan,
kau akan siap menghadapinya. Jika pun kau akhirnya tidak
memiliki, besok lusa kau akan memperoleh pengganti yang
lebih baik.”

*Novel "RINDU", Tere Liye

“Kau tahu kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan


seorang perempuan lebih penting dibanding perangai yang
baik ? Karena di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak
dibanding lelaki buta”

*saya masukkan nasehat lama ini, yang banyak dikutip orang-


orang, ke dalam novel "Pukat", serial anak-anak Mamak. dan
maaf atas kosakata 'bodoh'-nya.

Orang bawa bantal, belum tentu akan tidur. Orang bawa


handuk, pun belum tentu bakal mandi. Orang yang bawa piring,
juga belum pasti akan makan.

Di dunia ini banyak sekali yang sudah terlihat begitu, ternyata


memang belum tentu akan begitu. Termasuk salahsatunya,
orang2 yang perhatian sama kita, belum tentu memang suka,
memang sayang sama kita. Mungkin saja dia memang
perhatian dan baik ke semua orang, atau kitanya yang korslet,
merasa GR duluan.

*Tere Liye

Semakin dalam sebuah sungai, maka permukaannya akan


terlihat tenang. Tidak beriak walau se-mili. Tapi jangan coba2
loncat ke dalam sungai itu, kita bisa terkejut dengan betapa
dalam dasarnya.

Sebaliknya, semakin dangkal sebuah sungai, airnya mengalir


deras, berisik, bergemuruh, terpercik kemana-mana. Tapi
dangkal saja, cuma sebetis kaki, langsung terlihat dasarnya.

Begitu juga manusia. Semakin dalam pengetahuannya, dia


tenang mengagumkan. Semakin dangkal wawasannya, dia
berisik amat mengganggu tiada banyak manfaatnya.
*Tere Liye

Jangan suka bilang hidup kita hampa. Kosong.

Karena coba dongakkan wajah ke atas, tatap langit. Sejak


jaman dinosaurus hingga jaman android hari ini, itu langit
sudah hampa. Benar-benar kosong.

Tetapi langit punya penghiburan, punya kegiatan yang indah,


sesekali melintas awan, hujan, sesekali dihiasi pelangi,
sesekali di penuhi titik bintang dan bulan. Maka indah sudahlah
kehampaannya.

*Tere Liye

Jika kau merasa bahagia dan sakit di waktu bersamaan.


Merasa yakin dan ragu dalam satu hela nafas. Merasa senang
sekaligus cemas menunggu hari esok. Tak pelak lagi, kau
sedang jatuh cinta.

*Tere Liye, novel "HUJAN"

"Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita


bahagia, apakah kita tidak suka.

Takdir bahkan basa-basi menyapa pun tidak. Tidak peduli.


Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi."

*Tere Liye, novel "RINDU"

Kalau kita mendengarkan semua ucapan orang, maka dunia ini


bisa jadi gelap gulita oleh asap hitam pikiran negatif.

--Tere Liye

Menunggu seseorang yang ternyata tidak menunggu kita, itu


sama saja seperti kita menunggu kereta lewat di halte bus.

Tidak akan lewat sampai kapan pun itu kereta.

*Tere Liye
Tidak apa sering sakit hati, dilupakan, ditinggalkan. Banyak
orang besar lahir dari sakit hati.

Tidak masalah sering dihina, dicaci. Banyak orang mulia lahir


dari seluruh penghinaan dan cacian.

Pastikan saja, kita selalu bergerak menjadi lebih baik, belajar


dari sakit hati dan hinaan orang lain.

*Tere Liye

Tidak mengapa jika kita sekarang sedih,

Dengan begitu, besok lusa saat bahagia

Kita bisa sungguh-sungguh berterima-kasih

Tidak mengapa kita sekarang sendiri,

Besok lusa, kita bisa memahami lebih baik

Definisi kebersamaan yang selalu menemani

Bukan masalah jika kita sekarang melakukan kesalahan,

Hei, orang-orang bijak lahir dari setiap kesalahan

Yang membuatnya semakin matang bertindak

Tidak masalah jika kita masih penakut

Dengan begitu kita bisa belajar

Mana ketakutan sekadar ilusi, mana yang nyata

Tidak mengapa kita masih lemah dan kurang

Ketahuilah, orang kuat adalah yang bisa mengetahui

Setiap jengkal kelemahan miliknya

Terakhir,
Jangan cemas jika kita sekarang ditinggalkan

Sungguh, orang-orang yang setia menunggu

Adalah orang yang paham sekali sakitnya ditinggalkan

*Tere Liye
Jodoh itu rahasia Tuhan.
Yang namanya rahasia, kita mampu merobohkan gunung sekalipun,
mengeringkan lautan, kalau tidak berjodoh, tidak akan pernah terjadi.
Sebaliknya, mau benci setinggi bulan, mau menghindar ke ujung dunia, kalau
memang berjodoh, tetap akan terjadi, ada saja jalannya.
Banyak sekali yg paham dan setuju saat membaca kalimat ini. Sayangnya, lebih
banyak yg cuma setuju di dunia maya, di dunia nyata tetap saja galau,
memaksakan cerita, tidak sabaran, bahkan pacaran, menghabiskan waktu sia-
sia. Kenapa nggak ditunggu saja sih? Sambil terus belajar banyak hal,
memperbaiki diri sendiri.
Jodoh kalian sudah menunggu dengan manisnya. Tinggal seberapa tangguh
keyakinan kalian.
*Tere Liye

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri.


Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya
berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun
mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan
mana simpul yang dusta.”

― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Dia membiarkan
dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”
“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir,
atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang
dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir,
cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah
kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya.”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah
“Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling
bertatap untuk pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam
takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan yang menyemburat,
meggetarkan jantung. Hanya orang – orang yang beruntung yang bisa melihat
cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya.”
― Tere Liye, Berjuta Rasanya

'Pintu hati' itu tidak seperti pintu bendungan, yang kapanpun aman dibuka
tutup, tidak merembes. Dalam urusan perasaan, sekali pintu hati dibiarkan
terbuka, maka susah payah menutupnya kembali, tetap merembes, bahkan
lubang bocornya jebol dimana2, membahayakan seluruh bendungan.

Maka, jika kita belum siap, belum niat serius, maka jangan suka membuka
tutup pintu hati. Dan tentu saja, jangan mau digombalin oleh orang yg terbiasa
sekali membuka tutup pintu hatinya. Lah, pintu bendungan dunia nyata saja
hanya dalam kondisi tertentu dibuka tutup.

--Tere Liye,

Jika sepotong kisah hidup kita tidak selesai, tutup potongan tersebut, lanjutkan
kisah yang lain. Ada banyak cerita baru yang lebih seru telah menunggu.
Jika sepucuk keinginan kita gagal terpenuhi, maka tinggalkan keinginan
tersebut, teruskan keinginan yang lain. Ada banyak keinginan yang lebih baik yg
tersedia.
Hidup ini sebentar, jangan habiskan berkutat di sepotong kisah saja.
*Tere Liye

*"Kalaupun Tidak"
Kalaupun dia tidak tahu kita menyukainya.
Kalaupun dia tidak tahu kita merindukannya.
Kalaupun dia tidak tahu kita menghabiskan waktu memikirkannya.
Maka itu tetap cinta. Tidak berkurang se-senti perasaan tersebut.
Bersabar dan diam lebih baik. Jika memang jodoh akan terbuka sendiri jalan
terbaiknya. Jika tidak, akan diganti dengan orang yang lebih baik.
*Tere Liye

“Tapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak
disengaja ?”
― Tere Liye, Kisah Sang Penandai

“perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah


lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan
selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu,
dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang
mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia
sedang terang benderang”
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

Jika dua orang memang benar2 saling menyukai satu sama lain. Itu bukan
berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat,
saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi ‘hadiah’ yg
hebat utk orang2 yg bersabar.Sementara kalau waktunya belum tiba,
sibukkanlah diri utk terus menjadi lebih baik, bukan dengan melanggar banyak
larangan. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa
suka itu semakin besar, atau semakin memudar.
*Tere Liye

Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sebuah kebetulan yang
amat kebetulan adalah tetap rencana Tuhan yang tidak pernah meleset walau
sepersejuta mili. Maka, orang2 yang kita temui, kejadian2 yang dilewati, pagi,
siang, malam, selalu menyimpan misteri. Ada tujuannya, ada maksudnya.Hei,
jika kita tidak berhasil menerjemahkan tiap detailnya, karena terlalu megahnya
rencana Tuhan tersebut, itu jelas bukan kabar buruk. Setidaknya pastikan saja
kita sukses menysukuri tiap detik rencana tersebut. Selalu berterimakasih. Itu
lebih dari cukup.
*Tere Liye

“Ya Tuhan, aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh
hatiku yang sibuk meguntai simpul pertanda cinta.”
― Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami
sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu…
Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang
lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot
dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu
mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata ‘tidak’…

Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya,
kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah
sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi… Kami hanya gentar oleh sesuatu
yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai
ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu,
menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah

*Sajak Teman Sejati

Teman sejati itu adalah,

Yang bersedia mendengarkan hal-hal tidak penting, norak,


penuh drama hidup kita. Lagi, lagi dan lagi, dan dia tetap
bersedia mendengarkan.

Yang bersedia menampung sebal, marah, bete, rahasia hidup


kita. Lagi, lagi dan lagi, dan dia tetap menampungnya tanpa
bocor sedikit pun ke orang lain.

Yang bersedia melakukan hal-hal keren, menakjubkan,


petualangan, seru, "gila/crazy", bersama kita. Lagi, lagi dan
lagi, dan dia selalu menemani, tertawa riang.

Yang ketika kita duduk bersamanya. Hanya duduk. Tanpa


sepatah katapun. Menghabiskan waktu bermenit-menit, bahkan
berjam-jam, saat usai, kita merasa itu adalah kebersamaan
yang sangat spesial.
*Tere Liye

Hati yang riang dan tulus

Anakku,

Jika kalian suka dengan alam sekitar, menatap butir embun


setiap pagi, kabut mengambang, pun bahagia melihat senja
jingga, berlarian di atas padang rumput, menatap lautan dan
pegunungan, maka tak pelak lagi, jadilah petani. Sebenar-
benarnya petani. Alam akan memeluk kalian dengan bahagia.

Jika kalian pemberani, tiada takut dengan siapapun kecuali


Allah. Senantiasa berdiri tegak di atas prinsip, keyakinan, dan
kejujuran maka amboi, jadilah hakim, Nak. Sebenar-benarnya
hakim. Keberanian kalian akan mengaum bagai harimau di
padang luas. Yang lemah akan mencintai kalian; yang
berkuasa pun akan bertekuk lutut.

Jika kalian adalah penyabar dan penyantun. Selalu tersentuh


dengan kekurangan orang lain. Memiliki hati yang bagai kapas,
ringan sekali hinggap membantu orang lain, maka aduhai,
jadilah seorang dokter, Nak. Sebenar-benarnya dokter. Profesi
ini akan mendekap kalian dengan hangat. Tak terbayangkan
akan menjadi dokter seperti apa kalian.

Jika kalian jenius, pintar sekali dengan matematika, fisika,


kimia, apapun itu. Menghabiskan waktu dengan buku-buku,
begitu semangat mencari ilmu baru, maka Nak, jadilah seorang
penemu. Kalian akan menemukan hal-hal menakjubkan bagi
hidup ini. Pengetahuan bagi kalian seperti taman bermain yang
mengasyikkan. Setiap hari adalah penemuan.

Jika kalian pintar menghibur dan menemani. Menghibur si lara


hati, menemani si sendiri. Pun menghadirkan terompet
semangat, inspirasi dan kebanggaan. Menyalakan lampu saat
gelap, memberikan petunjuk saat gulita. Alamak, kita punya
profesi paling pas-nya, jadilah seorang penulis. Titipkan tulisan-
tulisan terbaik di hati orang lain. Tidak perlu kalian dikenal, tapi
tulisan kalian selalu menghibur dan menemani.

Anakku, yang terakhir,

Jika kalian suka sekali berbagi. Meski sedikit dan sempit tetap
berbagi. Walau susah dan payah tetap berbagi. Aduhai, tak
pelak lagi, jadilah seorang guru. Di tangan kalian, profesi guru
akan menjelma begitu mencengangkan. Murid-murid akan
mencintai kalian, dan sungguh kalian akan mencintai murid-
murid. Berbisik alam semesta mengingat bakti kalian.

Ada begitu banyak pilihan profesi yang bisa kalian jalani.


Temukanlah yang terbaiknya. Berbahagialah.

Hakikat hidup ini hanya milik hati-hati yang riang dan tulus.

Sajak "Adalah Hujan"

Janji terbaik adalah janji matahari

Bumi tidak pernah bertanya,

Apakah besok matahari akan datang kembali

Bumi menunggu takjim dengan yakin

Saat cahaya lembut menyiramnya

Setiap hari, milyaran tahun

Tak pernah ingkar walau sekali

Pengorbanan paling indah adalah sebatang lilin

Membakar dirinya untuk memberi terang

Tidakkah lilin tahu kalau dia justeru mempercepat


kematiannya?
Semakin terang, semakin cepat.

Tidakkah lilin menyadarinya sebelum terlambat? Berhenti?

Tapi pun jika lilin sungguh bisa berpikir

Dia akan tetap membakar tubuhnya

Itulah pengorbanan sebatang lilin.

Kerinduan paling mengharukan adalah hujan

Aduhai, apakah kita pikir tanah kering yang rindu?

Atau padang gersang yang kangen?

Tidak. Melainkan hujanlah yang rindu.

Saat tiba masanya berjumpa

Setelah begitu lama tidak bersua

Jutaan tetes air hujan jatuh saling susul-menyusul

Tidak sabaran hendak memeluk tanah

Hingga habis seluruh rindu itu

Meluapkan seluruh kasih-sayang yang menyuburkan

Maka, anakku

Itulah kisah tentang alam semesta

Apakah engkau berjanji laksana janji matahari

Atau melakukan pengorbanan seperti sebatang lilin

Pun menyimpan kerinduan bagai hujan

*Tere Liye
Sajak"Diam-diam"

Sungguh indah kisah seorang anak muda

Ketika jatuh cinta diam-diam

Tersipu malu saat tak sengaja bertemu

Melirik selintas, hampir terjatuh

Untuk kemudian berlarian menjauh

Menghela nafas tersengal

Tersenyum sendiri, meringis sendiri

Sungguh indah kisah seorang anak muda

Saat memendam perasaan sembunyi-sembunyi

Menuliskan puluhan sajak dalam diary

Juga menulis sajak saat menatap gerimis di depan rumah

Saat menatap bulan purnama

Menyimpan semuanya rapat-rapat

Penuh harap, juga penuh cemas

Amboi, sungguh menarik kisah seorang anak muda

Ketika jatuh cinta diam-diam

Rasa ingin tahu menyergapnya

Mudah menyimpulkan menjadi tabiatnya

Riang tanpa alasan adalah hal biasa

Sama biasanya dengan sedih tiba-tiba


Juga tidak selera makan, pun susah memejamkan mata

Yang ada dipikiran selalu dia

Dari dulu hingga kelak esok lusa

Begitulah kisah seorang anak muda

Saat jatuh cinta diam-diam

Maka tetaplah punya kehormatan perasaan

Jangan menabrak kesana-kemari

Apalagi sampai merusak diri-sendiri

Esok lusa,

Jika takdir telah menuliskannya

Yang pergi akan kembali

Yang dilupakan akan teringat lagi

Pun yang dilepaskan akan dimiliki

Dengan skenario terbaiknya

*Tere Liye

Berteman Dengan Si Patah Hati

Berteman dengan orang patah hati

Persis seperti duduk di dekat api unggun

Tak bicara itu apinya

Hanya kayu bakarnya mendesis, bergemeletukan

Membakar dirinya sendiri


Hingga tak bersisa, padam

Kemudian gelap tiba. Buram semuanya.

Berkumpul dengan orang kasih tak sampai

Persis seperti duduk di depan sebuah jendela

Hujan turun sejauh mata memandang

Membuat lembab perasaan

Suaranya meninabobokan

Ingin tidur selelap yang bisa

Agar saat bangun semoga situasi telah berubah

Sayangnya tidak. Semakin lembab.

Bersahabat dengan orang putus cinta

Persis seperti melihat seseorang kehilangan

Gelisah memeriksa saku, tas dan sebagainya

Menghela nafas, mengusap dahi

Mencari kesana-kemari, tertunduk lesu

Tanyakan, kamu kehilangan apa, sahabat?

Dia akan menggeleng lemah

Entahlah. Tapi ada sesuatu yang telah dicuri dari dirinya

Maka hiburlah mereka

Sampaikan lelucon terbaik yang kalian punya

Berikan buku-buku, temani berjalan-jalan


Ajak bicara, untuk sedikit bergembira

Karena tiada rugi berteman dengan orang patah hati

Bahkan posisinya, ijinkan saya sedikit serius

Sama pentingnya seperti berteman dengan fakir miskin

Dan orang-orang penuh kemalangan lainnya

*Tere Liye

*Sajak "Yang Dilupakan Anak Muda"

*Sajak "Yang Dilupakan Anak Muda"

Waktu,

Adalah ujian seberapa lama cinta bisa menunggu.

Jarak

Adalah ujian seberapa jauh cinta bisa melewati perjalanan.

Perbedaan

Adalah ujian seberapa pandai cinta bisa saling memahami.

Kesempatan,

Adalah ujian seberapa teguh cinta bisa memutuskan.

Masalah,

Adalah ujian seberapa tangguh cinta bisa bertahan.

Dan terakhir, Melepaskan,

Adalah ujian seberapa rindu cinta bisa kembali. Karena jika dia
adalah cinta sejati, sungguh dia akan kembali dan kembali lagi
ke tempat terbaiknya.
*Tere Liye

*Sajak Yang Menetap

Harta datang dan pergi

Hari ini kaya, besok menjadi fakir

Tapi pastikan, yang menetap adalah rasa cukup

Kemudahan dan kesusahan silih berganti

Sekarang mudah, besok susah tak berkesudahan

Tapi pastikan, yang menetap adalah ketabahan

Kesempatan pun sifatnya ada dan tiada

Kadang hadir, lebih banyak tidaknya

Tapi pastikan, yang menetap adalah keyakinan

Terakhir,

Orang-orang juga datang dan pergi

Hari ini dipeluk erat dalam hati, besok sudah tak peduli

Tapi pastikan, yang menetap adalah kenangan penuh kebaikan

Maka, apapun yang terjadi dalam hidup ini

Kita bisa melewatinya dengan hati yang ringan

Karena hidup ini sangat singkat

Jangan tertipu pada yang dan pergi

Tapi fokuslah pada yang menetap

*Tere Liye
*Sajak "Jika"

Jika seseorang tetap menemani kita di masa-masa sulit

Maka dia berhak menemani kita di masa-masa mudah

Jika seseorang tetap membantu di saat kita jatuh miskin

Maka dia berhak menerima bagian di saat kita berkecukupan

Jika seseorang tetap bersabar atas tingkah buruk kita

Maka dia berhak memperoleh perilaku terbaik milik kita

Terakhir,

Jika seseorang tetap menunggu saat kita pergi tanpa kabar

Maka dia berhak ditunggu, pun jika itu tiada pasti kembali

*Tere Liye

*Kenapa Rezeki

Kenapa rezeki yang kita dapatkan itu tidak membahagiakan?


Padahal kita memperolehnya dengan jalan yang halal? Maka
berikut kemungkinan penyebabnya:

1. Kita tidak yakin 100% bahwa rezeki datangnya dari


Allah. Jika di kepala kita masih saja memahami rezeki itu
datang dari status PNS, status karyawan, datang dari
perusahaan, boss, datang dari konsumen, klien, dsbgnya; yang
jika kalau dipecat, berhenti, maka hilang sudah rezekinya,
maka bagaimana mungkin kita akan senantiasa bahagia atas
rezeki kita? Jelas sekali kita sedang menambatkan harapan
pada mahkluk, yang tidak ada kepastian padanya. Akan
berbeda jika kita yakin sekali rezeki itu datangnya dari Allah.
Janji Allah pasti sifatnya, tidak akan pernah tertukar.

2. Kita tidak yakin bahwa besar kecilnya keran rezeki itu mutlak
keputusan Allah.Ada orang yang seolah kerjanya gampang,
cepat, eh, duitnya kok banyak. Sementara kenapa yang
kerjanya capek, siang malam, keran duitnya jangankan lancar,
netes saja tidak? Sekali pertanyaan ini melintas di kepala kita,
maka itu ada yang korslet di pemahaman. Boleh protes,
mengeluh, silahkan. Tapi sia-sia, karena eh karena, mau
sampai kapanpun protes, keran rezeki itu mutlak keputusan
Allah. Bukan ranah urusan manusia. Sumber rezeki kita halal,
tapi banyak mengeluh, jelas tidak akan membahagiakan. Pun
saat sumber rezeki kita derasnya minta ampun, sekali
kebanyakan membanding2kan, merasa kurang, juga tidak akan
membahagiakan.

3. Kita keliru memahami hakikat kerja-keras dan


ketekunan.Kenapa sih orang2 pada bekerja? Kenapa sih kita
juga harus ikut kerja? Mayoritas pasti menjawab simpel: untuk
nyari uang. Aduh, kalau begitu, kita menyederhanakan sekali
fungsi kehidupan itu sendiri. Karena sejatinya kerja-keras dan
ketekunan adalah jalan beribadah pada Allah. Bagaimana
mungkin kita akan merasa cukup dan senantiasa bersyukur,
jika pondasi mendasarnya sudah tidak akurat.

Ini bulan Ramadhan yang mulia. Adalah momen terbaik bagi


kita untuk memperbaiki pemahaman sesuai hakikatnya. Ini
bukan klise, omong kosong, apalagi sok alim. Tapi dijamin, dik,
satu-satunya yang akan membuat kita bahagia di atas muka
bumi ini, adalah pemahaman yang baik. Apa pemahaman yg
baik itu? Agama sumbernya. Saya bukan ustad, bukan pula
ahli tafsir, saya ini penulis fiksi. Hanya saja, dalam imajinasi
yang paling jauh dan gelap sekalipun, penjelasan ini tetap
kembali kepada titik awalnya. Common sense, akal sehat,
bahwa hanya pondasi paling mendasarlah yang menjamin
betapa kokoh kebahagiaan seseorang.

Nah, terakhir, kenapa tulisan ini tidak membahas tentang rezeki


yang haram? Karena barang ini, mau dilihat dari atas, bawah,
kanan, kiri, sampai kapanpun tidak akan membahagiakan. Di
luar boleh terlihat oke, tapi dalamnya keropos. Dunia akherat
rezeki haram akan mendatangkan masalah. Tidak hari ini,
besok pasti datang. Jangan coba-coba mencuri, korup,
dsbgnya.

*Tere Liye

Kadangkala

Kadangkala,

Sesuatu itu tidak sebentar ditunggu

Lama, membuat dongkol, dan sakit hati

Tanpa kabar, tanpa secuil kepastian

Tapi, tidak mengapa, Kawan.

Hal yang berharga, memang layak ditunggu

Kadangkala,

Sesuatu itu membutuhkan bertahun-tahun

Tak cukup, tambahkan jadi belasan tahun

Untuk kemudian, masih tetap harus ditunggu

Tapi, tidak mengapa, Kawan.

Hal yang baik, akan selalu berakhir dengan bahagia

Kadangkala,

Kita juga tidak tahu kenapa masih harus menunggu?

Sementara orang lain sudah berlarian menyambut kesempatan


lain

Kita masih termangu, dilingkupi pertanyaan

Tapi, tidak mengapa


Karena sungguh, sesuatu yang akan terjadi

Pasti selalu akan menemukan jalannya

Sejauh apapun dia pergi

Selama apapun dia ditunggu

Dia akan kembali

*Tere Liye

Anda mungkin juga menyukai