Anda di halaman 1dari 2

 

Pendaftaran Peserta
1.      Pendaftaran dimulai tgl 11 – 14 Juni 2020
2.     Pendaftaran melalui website sekolah

  Ketentuan Peserta
1.      Peserta berasal Perwakilan Kelas
2.      Setiap kelas boleh mendaftarkan utusannya maksimal 3 orang
 

Persyaratan Lomba Mendongeng


1. Tema lomba mendongeng bebas ( Cerita Rakyat, Dongeng Anak, Legenda Nusantara,Fable,dll).
2. Isi cerita bebas dari unsur porno dan SARA.
3. Dongeng dibawakan menggunakan bahasa Indonesia
4. Peserta tidak diwajibkan menggunakan properti, jika menggunakan akan ada nilai tambah
5. Lomba mendongeng ini dibuat dalam bentuk Video MP4 dapat direkam menggunakan Handphone tanpa
menggunakan software pengeditan

Persyaratan Lomba Monolog


1. Naskah lomba monolog dapat memilih naskah yang disediakan dan dapat di unduh di website sekolah.
2. Peserta tidak diwajibkan menggunakan properti, jika menggunakan akan ada nilai tambah
3. Lomba Monolog ini dibuat dalam bentuk Video MP4 dapat direkam menggunakan Handphone tanpa
menggunakan software pengeditan

Kriteria Penilaian
1. Isi Cerita
2. Ekspresi
3. Vokal
4. Gesture
5. Kreatifitas
6. Intonasi dan Artikulasi
7. Penghayatan/Penjiwaan
8. Kesesuaian Kostum
9. Properti

Hadiah
1. Juara I        : Piagam Penghargaan + Uang Tunai
2. Juara II      : Piagam Penghargaan + Uang Tunai
3. Juara III     : Piagam Penghargaan + Uang Tunai

Video Lomba diuplod di http://smansalo.sch.id/paling lambat tgl 18 Juni 2020


ANTI MEDIA

Saya pernah cerita dengan teman yang berprofesi sebagai dokter. Dia bercerita betapa dag.. dig dug der
nya para tenaga medis yang sekarang bekerja di rumah sakit. Mereka semua dalam kondisi tertekan,
diam, cemas, dan stress… Kenapa.. karena pasien-pasien baik yang positif Covid 19 maupun yang PDP
jumlahnya semakin banyak dari hari ke hari. Mereka punya kewajiban merawat orang-orang sebanyak
itu, yang mana pihak rumah sakit tentu tidak pernah mengira akan ada wabah Pandemi seluas ini di
tahun 2020. Sehingga peralatan medis pun kurang. Di sisi lain mereka juga harus menahan lapar, panas,
stres dalam menghadapi pasien yang saya yakini pasien-pasien itu dilanda stress dan ketakutan yang
sangat signifikan. Pasiennya stress… dokternya juga kewalahan, ikutan stres juga. Akhirnya berputar di
situ-situ saja. Pasiennya tidak sembuh-sembuh… dokternya lama-lama capek dan ikutan stress juga.
Yang tidak kuat fisiknya akhirnya ikut terpapar juga.

Bagaimana mengatasi hal ini supaya cepat berakhir?

Solusinya… Jangan Sakit

Dari awal saya tidak setuju dengan masifnya media-media mainstream yang bolak-balik memberitakan
angka penderita Covid setiap saat. Memberitakan korban yang meninggal, memberitakan korban yang
jenazahnya ditolak, memberitakan warga dan tenaga medis yang diusir kampung atau kompleks akibat
covid 19 dan masih banyak lagi

Apakah ada media yang memberitakan bahwa banyak penyakit lain yang sudah biasa kita temui dalam
kehidupan kita sehari-hari sebenarnya justru lebih mematikan.?

Dan sekarang sudah diterapkan lockdown di mana-mana…yang katanya cara ini efektif menurunkan
kurva paparan Covid 19. Walau sebenarnya skema lockdown ini saya juga jadi curiga… He..he..he
Karena akibat lockdown ini masyarakat justru lebih takut dan ekonomi macet. Kantor dan toko yang
buka…dipaksa tutup. Orang tidak punya penghasilan. Karyawan dipotong gajinya. Pengusaha banyak
yang bangkrut. Pemerintah harus sedia banyak dana…, selain untuk kebutuhan medis juga untuk
stimulus ekonomi dan bantuan warga, supaya tidak kelaparan. Kalau tidak ada dana… ya hutang dong…
Namanya juga penyakit… kalau tidak sembuh…yang meninggal.

Sebaiknya jangan terprovokasi media. Media yang kerjanya memberitakan covad covid melulu. Yang
terjadi hanya menebarkan kekhawatiran dan ketakutan. Orang yang khawatir, takut, was-was sistem
imun tubuhnya malah turun. Akhirnya malah kena penyakit macam-macam. Kalau yang ditonton hanya
berita covid, jadinya khawatir dan stres, bisa saja malah kena covid 19. Sistem imun kalah sama
ketakutan dan stress.

Selanjutnya bagaimana? Saatnya kita matikan televisi. Tidak usah nonton kalau beritanya covad-covid
terus. Masih mending nonton drakor sambil nangis-nangis.

Berpikir happy dan selalu bahagia…..Happy is the key. ……Harus bahagia!

Mari berpikir kalau kita selalu sehat. Jangan izinkan pikiran takut sakit sedetikpun mampir di otak.
Berdoalah dengan nada positif. Ingat… kata-kata yang sering kita ucapkan walaupun doa… bisa masuk
pikiran bawah sadar. Walaupun ada kata “tidak” atau ”jangan” di depannya tetap itu adalah kata-kata
negatif. Kata-kata negatif…ya…negatif. Masuk ke otak ya… negatif… Jadinya tubuh dan lingkungan juga
jadi negatif. Contoh… Anda berdoa…”ya Allah jangan ada virus di rumah saya” malah virusnya datang.
Harusnya diganti “Ya Allah jagalah rumah ini agar tetap bersih dan sehat.
Selalu ucapkan kata-kata positif dan buang kata-kata negatif.

Mari kita jaga kebersihan. Cuci tangan itu niatnya untuk bersih. Bukan karena Covid-19. Percuma kalau
cuci tangan bolak-balik campur sabun, alkohol sekalipun kalau pemikiran takut, takut, takut, dan takut
saja, ya… resiko tertular covid malah tinggi.

Intinya menghadapi covid adalah santai… Jangan sampai masuk rumah sakit. Kalau masuk rumah sakit
maka akan bertambah stress. Karena rumah sakit isinya juga pasien-pasien yang lebih banyak stress
daripada yang sakit.

Tidak usah perhatikan media. Hiburan masih banyak

Anda mungkin juga menyukai