Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan


I.1 Definisi/deskripsi kebutuhan rasa aman
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Pemenuhan kebutuhan keamanan
dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau
petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

I.2 Fisiologi sistem/fungsi normal sistem kebutuhan rasa aman


Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misal
: penyakit, nyeri, cemas dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal
bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten denagn
orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang disekitarnya dan
lingkungaannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan
tidak aman (Asmadi, 2005).

I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem kebutuhan rasa aman
I.3.1 Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
I.3.2 Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya
akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
I.3.3 Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
I.3.4 Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar,
raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
I.3.5 Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien
tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-
obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
I.3.6 Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
I.3.7 Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.
I.3.8 Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya cedera.
I.3.9 Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

I.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


I.4.1 Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan
yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat
terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan
dengan pencahayaan yang kurang.
I.4.2 Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien
I.4.3 Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata
pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan
pasien rawat inap.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan rasa aman


II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi
insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa
aman dan nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa
aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman seperti nyeri.

II.1.2 Pemeriksaan fisik : Data fokus


a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang
terkait dengan kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh,
mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien
perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian
terhadap tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah,
status imunisasi, pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan
keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan lingkungan, support
sistem, tahap tumbuh kembang.

Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan


klien mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan,
lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1) Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita,
penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota
badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.
2) Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi,
kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik
hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau
menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3) Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium,
dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)
4) Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE,
antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer,
diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5) Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
6) Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman,
penataan ruang, penggunaan mainan.
b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan
fisik terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan,
integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test
diagnostik.
1) Sistem Neurologis
 Status mental
 Tingkat kesadaran
 Fungsi sensori
 Sistem reflek
 Sistem koordinasi
 Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
 Sensivitas terhadap lingkungan
2) Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
 Toleransi terhadap aktivitas
 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas saat aktivitas
 Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3) Integritas kulit
 Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
 Kaji adanya luka, scar, dan lesi
 Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4) Mobilitas
 Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
 Kaji range of motion klien
 Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien

II.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. USG
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa aman dan tidak
nyaman pada bagian perut
b. Rontgen
Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal yang dapat
mengganggu rasa aman dan nyaman klien

II.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Resiko cidera (00035)
II.2.1 Definisi
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensive individu, yang
dapat mengganggu kesehatan.
II.2.2 Batasan Karakteristik
Faktor Resiko
Eksternal
 agen nasokomial
 Gangguan fungsi kognitif
 Gangguan fungsi psikomotor
 Hambatan fisik (misal, desain, struktur, pengaturan komunitas,
pembangunan, peralatan)
 Hambatan sumber nutrisi (misal vitamin, tipe makanan)
 Moda transportasi tidak aman
 Pajanan pada kimia toksik
 Pajanan pada pathogen
 Tingkat imunisasi di komunitas
Internal
 Disfungsi biokimia
 Disfungsi efektor
 Disfungsi imun
 Disfungsi integrasi sensori
 Gangguan mekanisme pertahana primer (misal:kulit robek)
 Gangguan orientasi afektif
 Gangguan sensasi (akibat dari cidera medulla spinalis, dm, dll)
 Hipoksia jaringan
 Malnutrisi
 Profil darah yang abnormal
 Usia ekstrem

Diagnosa 2: Resiko jatuh (00155)


II.2.3 Definisi
Rentan terhadap peningkatan resiko jatuh, yang dapat menyebabkan
bahaya fisik dan gangguan kesehatan.
II.2.4 Batasan Karakteristik
Dewasa
 Penggunaan alat bantu
 Prosthesis ekstremitas bawah
 Riwayat jatuh
 Tinggal sendiri
 Usia >65 tahun
Kognitif
 Gangguan fungsi kognitif
Lingkungan
 Lingkungan yang tidak terorganisasi
 Kurang pencahayaan
 Kurang material antislip di kamar mandi
 Penggunaan restrain
 Penggunaan karpet yang tidak rata/terlipat
 Ruang yang tidak dikenal
 Pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman
Agen Farmaseutikal
 Penggunaan alcohol
 Agens farmaseutikal
Fisiologis
 Anemia
 Arthritis
 Deficit proprioseptif
 Diare
 Gangguan mobilitas
 Gangguan pada kaki
 Gangguan visual
 Mengantuk
 Neoplasma
II.3 Perencanaan
Diagnosa I : Resiko cidera
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
 Klien terbebas dari cedera
 Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
 Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
 Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
 Mampu mengenali perubahan status kesehatan
II.3.2 Intervensi Keperawatan
Environment Management (Manajemen lingkungan)
 Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
 Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
 Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

Diagnosa II : Resiko Jatuh


II.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Hasil & NOC
NOC:
 Keseimbangan; kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrium
 Gerakan terkoordinasi; kemampuan otot untuk bekerja sama secara
volunteer untuk melakukan gerakan yang bertujuan
 Perilaku pencegahan jatuh; tindakan individu atau pemberi asuhan
untuk meminimalkan factor risiko yang dapat memicu jatuh
dilingkungan individu
 Kejadian jatuh; jumlah kejadian jatuh dalam………terakhir
 Pengetahuan: pencegahan jatuh; tingkat pemahaman mengenai
pencegahan jatuh
Tujuan atau criteria evauasi
 Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh,
Keseimbangan, Gerakan terkoordinasi, Perilaku pencegahan jatuh,
Kejadian jatuh, Pengetahuan pencegahan jatuh.
Pasien akan:
 Menciptakan lingkungan yang aman
 Mengidentifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap
jatuh
 Menghindari cedera fisik akibat jatuh

II.3.4 Intervensi Keperawatan


Intervensi NIC
Pengkajian
 Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan
 Lakukan pengkajian resiko jatuh pada setiap pasien yang masuk rumah
sakit
 Pencegahan jatuh (NIC):
 Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi
jatuh
 Pantau cara berjalan, keseimbangan dan tingkat keletihan pada saat
ambulasi

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Pencegahan jatuh (NIC):
1. Ajarkan pasien bagaimana posisi terjatuh yang dapat
meminimalkan cedera
2. Instruksikan pasien untuk menggunakan kacamata yang
diresepkan, jika perlu saat turun dari tempat tidur

Aktivitas kolaboratif
 Pencegahan jatuh (NIC): berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk meminimalkan efek samping obat yang dapat menyebabkan
jatuh
 Lakukan perujukan keahli fisioterapi untuk latihan cara berjalan dan
latihan fisik untuk memperbaiki mobilitas, keseimbangan dan kekuatan

Aktivitas lain
 Reorientasikan pasien dengan realitas dan lingkungan sesegera mungkin
jika perlu
 Bantu saat pasien ambulasi
 Tempatkan pasien didekat meja perawat
 Sediakan alat bantu untuk berjalan
 Sediakan alarm untuk pasien memanggil bantuan
 Jika perlu gunakan restrain
 Pencegahan jatuh (NIC): sediakan alat pemanggil bantuan untuk pasien
dan atur ditempat yang mudah dijangkau
 Instruksikan psien untuk mencari bantuan jika memerlukan
 Singkirkan bahaya lingkungan
 Tidak membuat perubahan perlu pada lingkungan
 Pastikan pasien menggunakan sepatu yang sesuai jika jalan
Perawatan dirumah
 Ajarkan pasien dan keluarga menganai teknik untuk mencegah cedera
dirumah
 Beirikan materi penyuluhan yang sesuai dengan strategi dan tindakan
untuk pencegahan jatuh
 Berikan informasi mengenai bahaya dan karakteristik lingkungan
 Ajarkan anggota keluarga mengenai factor yang menyebabkan jatuh
 Lakukan perujukan keahli fisioterapi untuk mengajarkan keluarga
bagaimana membantu pasien dalam ambulasi
 Kaji untuk menggunakan alat ambulasi yang benar

Untuk bayi dan anak-anak


 Pasang pagar pengaman tempat tidur jika meninggalkan bayi/anak
sendirian
 Untuk anak-anak yang sudah cukup besar untuk memanjat pagar tempat
tidur, gunakan pagar pengaman tempat tidur dengan jarring
 Pencegahan jatuh (NIC):
1. Singkirkan benda yang memungkinkan dapat dipanjat oleh anak
kepermukaan yang lebih tinggi
2. Berikan pengawasan yang ketat atau alat restrain.

III. Daftar Pustaka


Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman
Praktik Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan. Tersedia dalam
<www.academia.edu> (Diakses 28 Maret 2017).

Nurposuryanto. (2014). Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc. Tersedia dalam


<www.slideshare.net> (Diakses 28 Maret 2017).

Potter & Ferry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC

Banjarmasin, Maret 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik

(…………………...) (…………………...)

Anda mungkin juga menyukai