Masalah Kesehatan Remaja Dan Wus
Masalah Kesehatan Remaja Dan Wus
Masalah kesehatan remaja adalah masalah yang timbul akibat dari suatu perubahan
atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dalam rentang usia 10-24 tahun baik
yang mengalami perubahan kematangan alat reproduksi, berpikir, pengetahuan, agama, dan
perilaku sosial remaja yang akan mengganggu kegiatan produktif remaja sehari-harinya.
Sedangkan, masalah kesehatan wanita usia subur merupakan masalah yang diakitbatkan oleh
suatu gangguan kesehatan dalam rentang masa produktifnya sejak usia 15-49 tahun dengan
keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik dengan status belum kawin, kawin,
maupun janda sehingga aktivitas reproduktif terganggu.
Salah satu dampak dari NAPZA yaitu menyerang fungsi otak yang dapat
mengakibatkan daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, menimbulkan perasaan
khayal, dan kemampuan belajar. Keadaan seperti itulah yang menyebabkan pelajar
bermalas-malasan sehingga prestasi belajar akan menurun. Pelajar merupakan
generasi penerus bangsa. Penyalahgunaan NAPZA pada pelajar dapat merusak satu
generasi yang akan berdampak pada hilangnya satu generasi kepemimpinan
merosot (BNN RI, 2012).
2. Morfin
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan
secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya
disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (Kumalasari, 2012).
Menimbulkan euforia.
Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).
Kebingungan (konfusi).
Berkeringat.
Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.
Gelisah dan perubahan suasana hati.
Mulut kering.
Timbul rasa yang disebut tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna
dan waktu.
Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi
terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.
Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan
membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).
Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Diafragma mata melebar dan demam.
Depresi.
Pusing
Panik dan rasa takut berlebihan.
Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan
kemudian.
Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan
6. Kokain
7. Amfetamin
Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu
MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ekstasi. Metamfetamin
bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek
halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam
bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas
alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai
botol kaca yang dirancang khusus. Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga
melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (Kumalasari, 2012).
8. Sedatif-hipnotik (benzodiazepin/bdz)
9. Alkohol
Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol,
aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.
Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang
mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat
menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak (Kumalasari, 2012).
Pada mulanya merasa sedikit terangsang.
Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.
Bernafas menjadi lambat dan sulit.
Tidak mampu membuat keputusan.
Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan
Halusinasi.
Pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan syaraf otak
menetap, keletihan otot, gangguan irama jantung, radang selaput mata,
kerusakan hati dan ginjal dan gangguan pada darah dan sumsum tulang.
Terjadi kemerahan yang menetap di sekitar hidung dan tenggorokan.
E. Psikologis
Psikologi Remaja adalah salah satu masalah psikologi yang rentan terkena
gangguan. Berikut ini beberapa gangguan psikologis yang sering menyerang jiwa
seorang remaja (Muawanah dan Pratikto: 2012) :
1. Kecemasan
5. Diare, nyeri perut, sakit kepala , nyeri dada, kewaspadaan yang berlebihan,
insomnia, pusing, pingsan, dan sering buang air kecil.
6. Seringkali merasa takut, tegang, gugup, marah, stres, rewel, gelisah, panik
merasa akan mati, tidak dapat berpikir dan sering pula mengalami mimpi
buruk
7. Tampak sebagai orang yang tidak berdaya, selalu lekat dan tergantung pada
orang lain, pemalu, menarik diri dan mengalami kesulitan dalam situasi sosial
2. Depresi
3. Gangguan Psikosomatik
1. Keluhan gejala fisik yang berulang seperti keluhan gangguan sakit perut,
kembung, berdahak, mual , muntah
2. Keluhan pada kulit seperti perasaan gatal, rasa terbakar, kesemutan, baal,
pedih dan sebagainya.
3. Mengidap depresi yang nyata
4. Lebih sering terjadi pada wanita
F. Pergaulan Remaja
Pergaulan remaja adalah hubungan yang dibangun oleh kaum remaja, dimana
setiap orang memiliki sifat dan sikap yang berbeda maka hal itu tentunya juga berlaku
bagi para remaja. Hal itu mengakibatkan pergaulan remaja dapat berdampak baik dan
buruk bagi remaja itu sendiri. Pergaulan remaja juga memiliki berbagai hal yang dapat
mendidik tetapi saat ini pergaulan remaja sering bersifat negatif. Sehingga
mendatangkan remaja yang buruk sehingga berdampak bagi bangsa dan negara karena
remaja atau generasi muda merupakan penerus masa depan bangsa. Contoh masalah
dari pergaulan remaja yaitu adanya pergaulan bebas. Pergaulan bebas merupakan cara
berteman tanpa batas, baik dalam berbicara dan berperilaku dan sebagainya.
Sayangnya, cara ini lebih sering mendatangkan dampak negatif pergaulan bebas yang
lebih banyak terjadi pada laki-laki dan perempuan (Tim Penulis Poltekkes Depkes
Jakarta I : 2012).
1. Orang Tua
2. Lingkungan
3. Media Massa
Ada beberapa dampak negatif pergaulan bebas yang ditimbulkan ketika muda-
mudi berkumpul dalam satu ruangan. Dampak negatif pergaulan bebas tersebut antara
lain (Muawanah dan Pratikto : 2012).
Ini merupakan salah satu dampak negatif pergaulan bebas akibat hamil di luar
pernikahan. Biasanya, remaja yang mengalami ini akan mencari cara untuk
menggugurkan (aborsi) kandungannya yang lebih banyak dilakukan oleh bukan
tenaga kesehatan. Akibatnya, terjadi masalah kesehatan seperti sulit memiliki anak
ketika menikah nanti ataupun kematian.
2. Putus Sekolah
Hal ini merupakan dampak negatif pergaulan bebas. Karena mereka lebih
mengutamakan ego ketimbang akal sehat dan realita yang ada. Akibatnya,
meningkatnya kemiskinan karena kurangnya pendidikan dan semakin bodohnya
masyarakat menjadi hal yang sering terjadi.
3. Kriminalitas
Tentu saja dampak negatif pergaulan bebas ini memicu angka kriminalitas.
Pendidikan yang rendah, kemiskinan, dan kebutuhan akan hal-hal kesenangan
seperti penggunaan narkoba dan zat adiktif memicu seseorang untuk melakukan
kriminalitas seperti mencuri, merampok, memperkosa, atau membunuh seseorang.
4. Penyakit Sosial
Dampak negatif pergaulan bebas selanjutnya adalah meningkatnya penyakit
sosial. Rasa empati dan belas kasih sudah tidak dianggap ada lagi. Diganti dengan
rasa egoisme, tidak peduli asalkan senang, sifat hedonisme, dan melakukan segala
cara buruk untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
G. Gangguan Makan
Remaja masa kini terutama pada wanita banyak yang memiliki perilaku makan
menyimpang. Perilaku makan menyimpang adalah masalah emosi dan fisik yang
dihubungkan dengan obsesi terhadap makanan, berat badan, dan bentuk tubuh.
Berikut beberapa gangguan makan pada remaja (Tim Penulis Poltekkes Depkes I:
2012).
Anoreksia nervosa (AN) adalah gangguan pola makan dengan cara membuat
dirinya merasa tetap lapar atau takut akan kegemukan. Hal ini biasanya terjadi pada
remaja wanita dengan tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka
memiliki penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya.
Anoreksia nervosa yaitu sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan
untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan
terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.
Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum)
anorektik (Ratnawati dan Sofiah: 2012).
2. Bulimia Nervosa
B. Anemia
Menurut Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada wanita usia subur adalah
35,3%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan
bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu
nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45
tahun sebesar 39,5%.
Faktor risiko anemia pada wanita usia subur umumnya terjadi karena kurang
zat besi akibat dari konsumsi makanan yang monoton yang kaya akan zat
penghambat penyerapan zat besi. Anemia dapat dihindari dengan konsumsi
makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C, dan zink dan
pemberian tablet tambah darah (TTD) (Permaesih, 2010).
C. Obesitas
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh wanita usia
subur karena pola makan yang tidak seimbang sehingga status gizi seseorang
berlebihan. Obesitas terjadi karena penimbunan lemak di dalam tubuh sehingga
meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Faktor lain yang
menyebabkan obesitas pada wanita usia subur adalah kurangnya aktivitas fisik.
Terlebih dengan asupan makanan yang berlebih namun kurangnya aktivitas fisik,
maka akan terjadi penimbunan lemak berlebih (Kawengian dkk, 2013).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, pada wanita dewasa terjadi kenaikan
prevalensi obesitas yang sangat ekstrim mencapai 18,1 %, yaitu dari 14,8% pada
tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013. Kemudian, penderita obesitas
abdominal pada wanita lebih tinggi (44,3%) daripada pria (4,7%). Prevalensi
obesitas meningkat dari 12,7% menjadi 18,3%, hiperglikemia dari 7,9% menjadi
11,3% dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9%.
F. Kista
1. Kista ovarium
Merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak
atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut
juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari
semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan
jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan angka kematian
sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering
tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana
2 sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut. (Brunner &
Suddarth, 2001)
2. Kista Payudara
Kista payudara merupakan benjolan di payudara. Timbulnya benjolan
pada payudara dapat merupakan indikasi adanya jenis tumor/kanker payudara.
Namun, untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan patologis. Kanker
payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara yang ditandai dengan adanya benjolan di
payudara, dan pada stadium lanjut terasa sakit. Meskipun ilmu pengetahuan
semakin canggih akan tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti faktor
penyebab utama penyakit tumor/kanker payudara, diperkirakan
multifaktorial.1,2 Dari beberapa studi diketahui faktor faktor yang berhubungan
dengan tumor/kanker payudara antara lain umur tua (aging), perempuan 100
kali lebih berisiko dibandingkan dengan lakilaki, adanya faktor genetik seperti
riwayat keluarga menderita tumor/kanker payudara terutama ibu dan saudara
perempuan, riwayat menstruasi dini, usia makin tua saat menopause, hamil
pertama di usia tua, menggunakan kontrasepsi hormonal, obesitas dan asupan
rendah serat, tinggi lemak khususnya lemak jenuh.3,4.
G. Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsinya. Menurut
WHO tahun 2013, kanker serviks merupakan kasus kanker terbanyak kedua pada
wanita di seluruh dunia. Faktor risiko terjadinya kanker serviks pada wanita salah
satunya adalah hubungan seksual pertama kali di usia dini karena karsinoma
serviks adalah penyakit yang ditularkan melalui seksual. Selain itu, sering berganti
pasangan seksual dapat memicu kanker serviks menjadi sepuluh kali lipat.
Rendahnya cakupan deteksi dini pada wanita usia subur merupakan alasan
semakin berkembangnya kanker serviks (Darmawati, 2010).
Metode deteksi dini untuk kanker serviks antara lain; pap smear yaitu
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel rahim yang abnormal (hanya sebatas
skrining), biopsi yaitu test yang dilakukan untuk melengkapi pap smear untuk
mengetahui kelainan yang ada pada serviks, dan Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA) merupakan test alternatif skrining untuk kanker serviks yang memiliki
prosedur sangat sederhana yakni mengolesi permukaan leher rahin dengan asam
asetat yang akan tampak bercak-cak putih pada permukaan serviks yang tidak
normal (Darmawati, 2010).
H. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas. Penyebab timbulnya kanker payudara belum
diketahui secara pasti, namun bersifat multifaktorial. Beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab kanker payudara, yaitu adanya kelemahan genetik pada sel
tubuh sehingga mempermudah timbulnya sel kanker, iritasi dan inflamasi kronis
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi kanker, radiasi sinar-x, senyawa
kimia, seperti asbestos, nikel, arsen, arang, tarr, asap rokok, kontrasepsi oral, dan
sebagainya, serta makanan yang bersifat karsinogenik, misalnya makanan kaya
karbohidrat yang diolah dengan digoreng, ikan asin, dan sebagainya
(Suryaningsih, 2009). Gejala yang timbul pada wanita usia subur yang menderita
kanker adalah terdapat benjolan pada payudara yang diraba dan semakin
mengeras, kerutan pada kulit payudara, adanya cairan tidak normal berupa darah
atau nanah, dan timbul rasa nyeri pada payudara. Deteksi dini kanker payudara
dapat dilakukan dengan berbagai pemeriksaan, misalnya dengan menggunakan
prosedur pemeriksaan berupa thermografi payudara, mamografi, biopsi payudara,
duktografi , dan ultrasonography (USG) payudara (Suryaningsih, 2009).
I. MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Measles dikenal sebagai campak disebabkan oleh virus RNA genus Morbilivirus
family paramyxovirus. Mumps atau gondongan adalah penyakit akibat virus genus
paramyxovirus yang ditandai dengan pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar
parotis. Rubella disebabkan oleh virus Rubella (Saragih, 2016).
Measles atau campak menyebabkan berbagai gejala diantaranya demam, batuk,
pilek, serta mata merah dan berair yang umumnya diikuti dengan ruam yang merata di
seluruh permukaan tubuh. Campak dapat menyebabkan infeksi telinga, diare, dan
infeksi paru (Saragih, 2016).
Mumps atau gondongan menyebabkan demam, sakit kepala, nyeri otot, rasa lelah,
hilangnya nafsu makan, serta pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar ludah di
bawah telinga, baik satu sisi ataupun keduanya. Gondongan dapat menyebabkan
ketulian, pembengkakan selaput otak dan/atau saraf tulang belakang (ensefalitis atau
meningitis), pembengkakan testis atau ovarium yang terasa nyeri, dan, kendati sangat
jarang, dapat pula menyebabkan kematian (Saragih, 2016).
Rubella menyebabkan demam, radang tenggorok, ruam, sakit kepala, dan iritasi
mata. Rubella dapat menyebabkan artritis (peradangan struktur sendi) pada wanita
usia subut. Jika seorang wanita terjangkit rubella saat sedang hamil, ia dapat
mengalami keguguran atau bayinya dapat mengalami cacat lahir yang serius. Penyakit
ini dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang yang lain. Penyakit
rubella bahkan dapat menular tanpa kontak langsung. Usaha pencegahan yang
dilakukan untuk terhindar dari penyakit ini dengan memberi vaksin MMR. Usaha ini
penting bagi wanita yang belum hamil ataupun ingin hamil, supaya dikemudian hari
bayi yang dikandungnya sehat (tidak keguguran) dan tidak memiliki penyakit sindrom
rubella kongenital yang akan bermanifestasi menjadi penyakit jantung bawaan,
katarak, dan lainnya (Saragih, 2016).
Jadi, beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS)
amenore, anemia, obesitas, KEK, Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) & Endrometriosis,
kista, kanker payudara, kanker serviks, dan MMR.
Daftar Pustaka
Arista, Ronny Aruben. 2017. "Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tingkat Konsumsi Energi,
Protein, dan Indeks Massa Tubuh/Umur dengan KEK pada Remaja Putri". Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 5 No. 4
Ira, Pirsa HN. 2015. Analisis Sitogenetika pada Pasien dengan Amenore Primer.
Semarang:UNDIP
Kawengian, dkk. 2013. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Wanita Usia
Subur. Sulawesi Utara:UNSRAT
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. "Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak".
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Muawanah, Lis dan Herlan Pratikto. (2012). “Kematangan Emosi, Konsep Diri Dan
Kenakalan Remaja”. Jurnal Psikologi. Volume 7, No. 1, April 2012.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasari, Meiriyani D. 2013. "Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada
wanita usia subur peserta Jamkesmas di puskesmas wawonasa kecamatan Singkil
Manado". Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2013. Situasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta.
Ratnawati, Vivi dan Diah Sofiah. (2012). “Percaya Diri, Body Image dan Kecenderungan
Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri”. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1, No. 2,
September 2012.
Silalahio, Verarica. (2016). “Potensi Pendidikan Gizi Dalam Meningkatkan Asupan Gizi
Pada Remaja Putri yang Anemia di Kota Medan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 2. No. 2. Januari 2016.
Sudikno, Sandjaja. 2016 "Prevalensi dan Faktor Anemia pada Wanita Usia Subur di Rumah
Tangga". Jurnal kesehatan masyarakat Vol. 7 No. 2
Sumiati. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media.
Susanti, Evi. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada
Wanita Usia Subur. Sumatra Barat
Tasmil, AM. 2013. Gambaran Tingkat Depresi pada Mahasiswa. Sumatra Utara: USU.
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. 2012. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika.