Anda di halaman 1dari 17

VISI

Pelayanan Kesehatan Holistik Dengan Sentuhan Kasih

MISI

Memberikan pelayanan Yang terbaik bagi


pasien/masyarakat, yang dilaksanakan berdasarkan
perikemanusiaan yang berdasarkan keTuhanan Yang
Maha Esa sebagai wujud jawaban dan kesaksian iman
dalam upaya membangun dan peningkatan derajat
kesehatan yang optimal

TUJUAN

Pelayanan Kesehatan Holistik dan Terpadu yang


memandang manusia secara utuh, fisik, mental, sosial dan
spiritual yang meliputi pendekatan: peningkatan (promotif)
pencegahan (preventif) pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif)

MOTTO

Sedare Dolorem Opus Divinium Est

“Meringankan Penderitaan adalah Pekerjaan ilahi”

1
A. Struktur Organisasi Rumah Sakit PGI Cikini

 Direktorat Medik

S.M.F.

PANITIA

Perawatan Khusus DEPO FARMASI

Inst. Gawat Darurat Sar.Pen. Farmasi

Inst. Rawat Intensif INSTALASI LAB-KES

Inst. Ginjal & R.U RADIOLOGI


BEDAH
Inst. Rawat Inap PEL. GIZI

Poliklinik Rawat Jalan Pem. Sar. Pelayanan


Tek. Umum + O2
High Care Unit Linen / Laundry
Pem. Gedung

LogIstIk

Trans & Keamanan

Keuangan

2
B. Bidang Perawatan dan Unit

DIREKSI
RUMAH SAKIT PGI CIKINI
Direktur Ketua
Komite Medis

Direktur Direktur Direktur


Medik Pen. Medis Umum

PIRS
SMF Bedah &
PERISTI Anestesi

TIM PASIEN
SAFETY

IKB TIM Anestesi

Subbid IKB Staf Medis

Administrasi,
Pekarya

PJ CSSD KT I KT II

Pelaksana Perawat
Staf Pelaksana Pelaksana
ESWL Anestesi

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

: Garis Fungsional

3
C. Daftar Nama dan Daftar Dinas Staf

Daftar Dinas Ruangan : KAMAR BEDAH Waktu : 26 AGST -01 SEPT 2017
Model Penugasan : MPKPP Paraf Kasud Bid./PPJ : Jlh : 26

S M S S R K J
N PENDIDIKA TUGA LEVE PELATIHA 2 2 2 3 3
o NAMA LENGKAP N S L N 6 27 8 9 0 1 1
Ns.Nelly Simanjuntak ,
1 SKep S1 KSB PK3 MTKB P L P P P P L
2 Ns. Dewi Allo, Skep S1 PKT PK3 MTKB P L P P P P L
3 Lisna Manurung. AMK D3 PAT PK3 MTKB P L M M L S L
4 Donna Damanik. AMK D3 PAT PK3 MTKB P L P P P P P
Vebby Sance Taihutu, P/
5 AMK D3 KEBIDANAN PAT PK2 MTKB S S S S S L L
Winofer Yudhi Sinaga.
6 AMK D3 PAT PK3 MTKB L L P P P P S
7 Sunce Pandensolang. AMK D3 PAT PK3 MTKB P L P P M M M
8 Andis Sinaga SPK PAT PK2 MTKB P L P P P P L
9 Rau Marlina Napitupulu SPK PAT PK2 MTKB M M L P P P L
Lestina Veraline Siregar, P/
10 AMK D3 PAT PK3 MTKB S S S S S L L
11 Engeline Butar , AMK D3 PAT PK3 MTKB P L P P P P L
Desa Megaria Harianja,
12 AMK D3 PAT PK2 MTKB P L P P M M M
13 Oktovianus Girsang AMK D3 PAT PK2 MTKB P L P P P P L
Dheny Marison
14 Harianja .AMK D3 PAT PK2 MTKB P L M M L S P
Rina Uli Lumban Gaol,
15 AMK D3 PAT PK2 MTKB M M L P P P S
16 Ruslina Haloho, AMK D3 PAT PK2 MTKB L L P P P P L

4
17 Sumarni Purba. AMK D3 PAN PK3 MTKB P L P P P P L
18 Yuliman Lase. AMK D3 PAN PK3   P L P P P P L
19 Icasia Edlyn Dachi, AMK D3 PAN PK1   P L P P P P L
 
PJ
20 Termen Karo, AMK D3 CSSD PK3 MTKB P L P P P P L
21 Sayudi Sanaih SMA PKn     P L P P P P L
22 Moectar Zaelani SMA PKn     P L P P P P L
23 Aris SMA       P L P P P P L
 
24 Irma H Bukit SMA Pad     P L P P P P L
25 Maria O Simanjuntak   Pad     P L P P P P L
26 Saulina Purba SMA POS     P L P P P P L
KETERANGAN
PAD : Petugas
KSB : Kepala Sub Bidang PKR: Perawat Kepala Ruangan Administrasi
POS : Penjaga Orang
PKT : Perawat Ketua Tim PAT : Perawat Anggota Tim Sakit
PAn : Perawat Anestesi MOD: Manager On Duty PKn : Petugas Kebersihan
PPJ : Perawat Penanggung
Jawab

5
D. Peraturan & Tata Tertib Rumah Sakit dan Unit Kamar Operasi

a) Setiap orang yang masuk kamar operasi tanpa kecuali, wajib ,memakai baju
khusus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian area kamar operasi
dengan segala konsekuensinya.
c) Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan tehnik aseptik sesuai peran
dan fungsinya.
d) Semua anggota tim harus melaksanakan jadwal harian operasional yang telah
ditentukan oleh perawat kepala bedah.
e) Perubahan jadwal operasi yang dilakukan atas indikasi kebutuhan dan kondisi
pasien harus ada persetujuan ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.
f) Pembatalan jaadwal harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada pasien atau
keluarga.
g) Setiap petugas dikamar operasi harus bekerja sesuai urutan tugas yang
diberlakukan.
h) Setiap perawat dikamar operasi harus melaksanakan asuhan keperawatan
preoperatif sesuai peran dan fungsinya agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang paripurna.
i) Setiap petugas melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan kamar operasi
dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin.
j) Semua tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama pembedahan
harus dicatat secara teliti.
k) Khusus pasien dengan pembiusan regional (lumbal anasthesi) perlu
diperhatikan tim bedah harus bicara seperlunya karena pasien dapat mendengar
dan melihat sekelilingnya.
l) Ahli anasthesi harus menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang efek obat bius
yang digunakan dan hal-hal yang harus ditaati.

6
E. Syarat Ruangan Kamar Operasi

Berdasarkan PERMENKES RI tentang persyaratan bangunan fisik kamar operasi


tertuang pada keputusan menteri kesehatan RI NO 1204/MENKES/SK/X/2004 dimana
persyaratan ruang operasi adalah sebagai berikut :

a) Indeks angka kuman = 10 cfu/m3


b) Indeks pencahayaan 300-500 lux
c) Standart suhu 19-24 celcius dengan kelembapan 40-60%
d) Tekanan udara positif
e) Indeks kebisingan 45 dB
f) Waktu pemaparan 8jam

1. Lantai
Sebaiknya menggunakan vinyl ketebalan 2,5-3 mm
2. Dinding
Sebaiknya menggunakan gypsum dengan ketebalan 15mm atau double layer
dengan ketebalan masing-masing 10mm
3. Plafon
Menggunakan gypsum dengan ketebalan 12mm jenis water resistant dengan
ketahanan beban maksimal 60kg

Medical equipment yang harus ada :


1. Meja operasi
2. Mesin anasthesi
3. Monitor
4. Instrumen operasi
5. Waste basket
6. Kick basket
7. Instrumen bedah dll

7
Bagian kamar operasi

1. Area bebas terbatas. Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan
pakaian khusus kamar operasi,
2. Area semi ketat. Pada area ini petugas wajib menggunakan pakaian khusus
kamar operasi.
3. Area ketat / terbatas. Pada area ini petugas wajib menggunakan pakaian khusus
anastesi dan melakukan prosedur aseptik.

Kamar opearasi yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit dan berdekatan
dengan unit gawat darurat, ICU dan unit radiologi.

2. Bentuk dan ukuran


Kamar operasi tidak bersudut tajam, sudut dinding langit berbentuk lengkung
dan warna ruangan tidak mencolok.

Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang sama, anti air dan mudah
dibersihkan dari debu dan noda.

Ukuran kamar operasi minimal 5,6m x5,6m dan khusus besar 7,2mx7,2m

3. Sistem ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control, pertukaran dan
sirkulasi udara harus ada, dan suhu serta kelembapan

4. Sistem penerangan
Lampu kamar operasi menggunakan lampu khusus.

5. Peralatan
Semua peralatan di kamar operasi seharusnya berada dekat dan mudah
dibersihkan.
Untuk alat elektronik petugas pengoperasiannya harus ada didekatnya agar
mudah di operasikan.

8
6. Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien harus beda, setiap pintu diberi kaca pengintai
agar dapat melihat didalam kamar operasi.

7. Pembagian area
Ada batas tegas antara area bebas terbatas , semi ketat dan area ketat. Ada area
untuk serah terima pasien dari perawat ruangan ke perawat kamar operasi.

8. Air bersih
Air tidak berwarna , tidak berbau, tidak mengandung kuman, tidak mengandung
zat kimia, tidak mengandung zat beracun.

F. Fasilitas dan Peralatan Anestesi


1. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

Fungsi Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :


a. Mengurangi kerja pernapasan.
b. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
c. Pemberian MV yang akurat.
d. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
e. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat.

Cara Penggunaan Ventilator

1.      Cek apakah ventilator sudah dibersihkan dan sirkuit sudah disterilkan.
2.      Set Mode ventilator sebagai berikut :
Mode : VOL. CONTROL
Lower Alarm EXPIRED MINUTE VOL.  0 upper alarm 40
Lower Alarm O2 : 20, upper alarm : 100
TRIG. SENSITIVITY : -20
UPPER PRESS LIMIT : 80
PEEP : 0

9
INSP. PRESS. LEVEL : 0
Range Scale pada posisi ADULTS
3.      Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME  dan AIRWAY PRESSURE meter
pada posisi  0
Pemasangan
1.      Pasang set tubing ventilator, humidifier, test lung.
2.      Sambungkan ventilator ke sumber listrik
3.      Set tombol utama di belakang ventilator dengan cara menarik dulu baru menekan
ke atas.
4.      Yakinkan indicator lampu hijau menyala.
5.      Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE pada
posisi 0
6.      Yakinkan GAS SUPPLY ALARM  aktif ( lampu merah menyala )
7.      Yakinkan SET. MIN. VOL. ALARM & SET O2 ALARM  lampu menyala
8.      Hubungkan selang O2 ke konektor O2 sentral
9.      Hubungkan selang pressure air ke konektor sentral.
a.      Set WORKING PRESSURE normal : 60 cm H2O
b.      Set PRESET INSP. MIN. VOL. Pada 7,5 L/menit, constant flow,
BREATHS/MIN 10, INSP.TIME 25 % dan PAUSE TIME 30%.
c.      Tutup Y-piece/servo humidifier
d.      Yakinkan AIR PRESSURE meter menunjukkan nilai yang sama selama
inspirasi dan saat berhenti dengan WORKING PRESSURE, yaitu 60 cm H2O

10. Cek UPPER PRESS. LIMIT alarm dengan cara :


a.      Set mode VOL. CONTROL
b.      Tutup Y-piece/servo humidifier
c.      Putar tombol UPPER PRESS LIMIT ke 55 cmH2O, yakinkan inspirasi berhenti
dan alarm menyala.
d.      Kembalikan lagi tombol ke 80 cmH2O
11. Cek MINUTE VOLUME
a.      Set frekuensi nafas ( BREATHS/MIN )pada 20 x/menit
b.      Pasang test lung
c.      Set tombol parameter pada posisi EXP. MIN. VOL. L/Min
d.      Lihat pada display, EXPIRED MINUTE VOLUME meter akan terbaca 7,5 ±
0,5 l/menit setelah beberapa menit.

10
12. Cek MINUTE VOLUME alarm
a.      Pada Lower alarm limit : Putar tombol LOWER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit
Pada Upper Alarm Limit : Putar tombol UPPER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit
13. O2 alarm
a.      Set tombol parameter pada O2 CONC. %
b.      Set mixer O2 pada 40% sehingga terbaca pada display
c.      Putar tombol LOWER ALARM LIMIT searah jarum jam , yakinkan alarm
menyala pada kisaran 36 – 44 %, lalu putar kembali ke 18%
d.      Putar tombol UPPER ALARM LIMIT berlawanan arah jarum jam, yakinkan
alarm akan menyala pada kisaran 36-40%, lalu putar kembali ke 100%.
14. APNEU ALARM
a.      Set mode CPAP
b.      Alarm akan menyala setelah ± 15 detik setelah mode diubah
15. Digital Display
a.      Set tombol parameter pada BREATHS/MIN
b.      Nilai akan terbaca pada display sesuai dengan nilai yang di set pada tombol
BREATHS/MIN
16. Cek PRESSURE LEVEL
a.      Set mode pada PRESS. CONTR.
b.      Set BREATHS/Min pada nilai paling rendah
c.      Set PEEP pada + 10 cmH2O
d.      Set INSP. PRESS. LEVEL pada + 10 cmH2O
e.      Yakinkan nilai yang terbaca pada AIRWAY PRESSURE meter pada kisaran
+20 ± 2 cmH2O.
f.        Kembalikan posisi PEEP dan INSP.PRESS. LEVEL pada 0
g.      Kembalikan set mode ke VOL. CONTR,
17. Set mode sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ( sesuai indikasi )
18. Sambungkan ke pasien melalui ETT
 
  Mode Ventilator
 
1.      Set WORKING PRESSURE pada 60
2.      Set mode VOL. CONTR. Atau VOL. CONTR. + SIGH

11
3.      Set MINUTE VOLUME : 5-10 cc/kg BB x RR
4.      Set kurva aliran flow inspirasi
5.      Set frekuensi nafas BREATHS/MIN : 12 – 20x/menit
6.      Set INSP. TIME % :25 %
7.      Set PAUSE TIME % : 10 %
8.      Set Mixer O2 : 35 – 100 %
9.      Set O2 LOWER ALARM LIMIT  : – 10 % O2 conc. dan UPPER ALARM LIMIT
O2 CONC.% : + 10 % dari O2 Conc.
10. Set parameter selector
11. Set PEEP 5 – 15 cmH2O
12. Set UPPER PRESS.LIMIT untuk AIRWAY PRESSURE
13. Set TRIG. SENSITIVITY – 2 s/d – 20
14. Set skala INFANTS/ADULTS
15. Sambungkan ke pasien dan cek
–    pergerakan dada pasien sesuai dengan respirasi rate yang diset
–    tidal volume pada display
–    AIRWAY PRESSURE meter
16. Set LOWER ALARM LIMIT  : – 10 % MINUTE VOL dan UPPER ALARM
LIMIT  : + 10 % MINUTE Vol. untuk EXPIRED MINUTE VOLUME

2. Monitor
Monitor dalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis
pasien. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara real-time, sehingga
dapat diketahui kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga.
Cara Penggunaan Monitor
a. Lepaskan penutup debu 
b. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan 
c. Hubungkan alat ke terminal listrik
d. Hubungkan alat ke catu daya 
e. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF 
f. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm 
g. Perhatikan protap pelayanan 
h. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan 
i. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik 

12
j. Lakukan monitoring 
k. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse,
temperatur, saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik 
l. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF 
m. Lepaskan hubungan alat dari catu daya 
n. Lepaskan hubungan alat dari terminal listrik
o. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan 
p. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi 
q. Pasang penutup debu 
r. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula  

3. Scope   
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop
untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat
laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan
benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi
adalah lampu pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring
jelas terlihat.

4. Tubes
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa trakea
mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan
standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran milimeter.
Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda.
Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang
melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh
karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff)
sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor. Alasan
lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput
lendir trakea dan postintubation croup.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui
hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal tube umumnya digunakan bila

13
penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya
pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun penggunaan
nasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis kranii.
Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di
bawah ini.

Diameter Jarak
Usia Skala French
(mm) Sampai Bibir
Prematur 2,0-2,5 10 10 cm
Neonatus 2,5-3,5 12 11cm
1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm
½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm
1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm
4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm
6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm
8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm
10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm
12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm
Dewasa 6,5-8,5 28-30 20-24 cm
wanita
Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm
*Tersedia dengan atau tanpa cuff
Tabel 1. Pipa Trakea dan peruntukannya

Cara memilih pipa trakea untuk bayi dan anak kecil:


Diameter dalam pipa trakea (mm)                               = 4,0 + ¼ umur (tahun)
Panjang pipa orotrakeal (cm)                                      = 12 + ½ umur (tahun)
Panjang pipa nasotrakeal (cm)                                    = 12 + ½ umur (tahun)

            Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan
nafas, mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah
ventilasi, oksigenasi dan pengisapan.
Pipa endotrakea terbuat dari material silicon PVC (Polyvinyl Chloride)
yang bebas lateks, dilengkapi dengan 15mm konektor standar. Termosensitif untuk
melindungi jaringan mukosa dan memungkinkan pertukaran gas, serta struktur
radioopak yang memungkinkan perkiraan lokasi pipa secara tepat. Pada
tabung didapatkan ukuran dengan jarak setiap 1cm untuk memastikan kedalaman
pipa.

14
Anatomi laring dan rima glotis harus dikenal lebih dulu. Besar pipa
trakea disesuaikan dengan besarnya trakea. Besar trakea tergantung pada umur. Pipa
endotrakea yang baik untuk seorang pasien adalah yang terbesar yang masih
dapat melalui rima glotis tanpa trauma. Pada anak dibawah umur 8 tahun trakea
berbentuk corong, karena ada penyempitan di daerah subglotis (makin kecil
makin sempit). Oleh karena itu pipa endaotrakeal yang dipakai pada anak, terutama
adalah pipa tanpa balon (cuff). Bila dipakai pipa tanpa balon hendaknya dipasang
kasa yang ditempatkan di faring di sekeliling pipa tersebut untuk mencegah
aspirasi untuk fiksasi dan agar tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. Bila intubasi
secara langsung (memakai laringoskop dan melihat rima glotis) tidak berhasil,
intubasi dilakukan secara tidak langsung (tanpa melihat trakea) yang juga disebut
intubasi tanpa lihat (blind). Cara lain adalah dengan menggunakan laringoskop
serat optik
Untuk orang dewasa dan anak diatas 6 tahun dianjurkan untuk
memakai pipa dengan balon lunak volume besar tekanan rendah, untuk anak kecil dan
bayi pipa tanpa balon lebih baik. Balon sempit volume kecil tekanan tinggi
hendaknya tidak dipakai karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa trakea.
Pengembangan balon yang terlalu besar dapat dihindari dengan memonitor tekanan
dalam balon (yang pada balon lunak besar sama dengan tekanan dinding trakea
dan jalan nafas) atau dengan memakai balon tekanan terbatas. Pipa hendaknya dibuat
dari plastik yang tidak iritasif. 
Berikut ditampilkan berbagai ukuran pipa endotrakea baik dengn atau
tanpa cuff. Ukuran penggunaan bervariasi bergantung pada usia pasien. Untuk bayi
dan anak kecil pemilihan diameter dalam pipa (mm) = 4 + ¼ umur (tahun).

Size Size
PLAIN CUFFED
2.5 mm 4.5 mm
3.0 mm 5.0 mm
3.5 mm 5.5 mm
4.0 mm 6.0 mm
4.5 mm 6.5 mm
7.0 mm
7.5 mm Pemakaian
pipa 8.0 mm endotrakea
8.5 mm
sesudah 7 9.0 mm sampai 10 hari
hendaknya

15
dipertimbangkan trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus lebih dini. Pada
hari ke-4 timbul kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kondritis bahkan
stenosis subglotis.
Kerusakan pada laringotrakea telah jauh berkurang dengan adanya
perbaikan balon dan pipa. Jadi trakeostomi pada pasien koma dapat ditunda jika
ekstubasi diperkirakan dapat dilakukan dalam waktu 1-2 minggu. Akan tetapi
pasien sadar tertentu memerlukan ventilasi intratrakea jangka panjang mungkin
merasa lebih nyaman dan diberi kemungkinan untuk mampu berbicara jika
trakeotomi dilakukan lebih dini.

5. Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu
pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring
(naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar agar lidah tidak menyumbat jalan napas.
6. Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak
terdorong atau tercabut.
7. Introducer
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang
dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
8. Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag
valve mask ataupun peralatan anestesia.
9. Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah, dan cairan
lainnya.

G. Jenis SOP Pelayanan Unit Anestesi


a. Penatalaksanaan Anestesi Umum
b. Kunjungan pra anestesi
c. Penatalaksanaan anestesi pada bedah anak
d. Penatalaksanaan anestesi pada bedah syaraf

16
e. Penatalaksanaan anestesi epidural
f. Penatalaksanaan anestesi spinal
g. Prosedur perioperatif
h. Anestesi bedah jantung
i. Pemasangan kanul arteri (vena)
j. Pemantauan durasi anestesi
k. Monitoring pasca anestesi dan prosedur bedah
l. Penggunaan alat BHD pada prosedur anestesi
m. Penanganan nyeri pasca bedah dan rawat inap
n. Pengkajian nyeri pasca operasi
o. Format pemantauan prosedur anestesi

17

Anda mungkin juga menyukai