Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

MENYINGKAP NILAI-NILAI KEHIDUPAN

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama

Oleh

Sofhya Thiodora Silalahi

30120113031

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2014
I. PENGANTAR
Manusia tidak dapat hidup sendiri karena itu memahami nilai-nilai
kelompok dalam masyarakat, negara,dan pribadi sendiri sangatlah penting.
Contohnya nilai cinta atau kasih sayang seperti ikatan batin, saling menghargai,
saling setia, saling menghormati, saling tolong, memikirkan kepentingan dan
kebaikan orang lain.
Di era yang semakin berkembang ini manusia lebih mementingkan
dirinya sendiri tanpa memperdulikan keberadaan oranglain. Setiap perbuatan
yang dilakukannya berdasarkan perhitungan untung-rugi yang akan diperolehnya
meskipun kepentingan itu membawa dampak yang negatif bagi oranglain hal
inilah yang membuat nilai-nilai dalam kehidupan semakin hari semakin pudar
dimakan zaman. Hak-hak manusia yang tidak berdaya direnggut dan dirampas
begitu saja sehingga begitu banyak timbul pemberontakan dimana-mana hal
itulah yang menjadi salah satu pemicunya.
Manusia sebagai animal rationale, homo socialis, sekaligus homo religius
hendaknya selalu melihat dengan seksama sekitarnya, peka terhadap orang-orang
yang membutuhkan dirinya sehingga manusia selalu menemukan setiap makna
atau nilai kehidupan yang tersirat didalamnya agar senantiasa menyadari dan
mengakui keberadaan Allah.
Hal tersebut dapat kita lakukan dari dalam diri kita sendiri. Tujuan
program exposure ini kita dapat menyingkap nilai-nilai kehidupan yang masih
dipegang teguh oleh saudara-saudari kita yang berada dalam situasi penderitaan.
Dari hal ini kita dapat memetik berbagai nilai dan makna kehidupan yang
berharga bagi diri kita dengan ikut merasakan apa yang mereka rasakan .
Kemudian kita juga dapat menyadarkan sesama kita yang berada dalam situasi
penderitaan bahwa masih ada orang-orang yang masih peduli dengan mereka
sehingga itu dapat menjadi motivasi mereka dalam melakukan pekerjaan mereka
dengan tidak putus asa. Semoga dalam program kali ini kita tidak hanya
mengembangkan konsep teoritis semata tetapi lebih pada aspek secara praktis.

II. BAGIAN PERTAMA

A. DESKRIPSI TENTANG OBJEK YANG DIAMATI


Kegiatan exposure ini penulis lakukan pada hari Selasa, November 2013 di
daerah Cimahi . Beranggotakan dua orang (Sofhya dan Diah Mala) sepanjang
jalan kami telusuri dan kami menemukan objek pertama kami yakni seorang Ibu
yang menggendong anaknya sedang mengemis kepada seorang pemuda
kemudian kami mengajukan diri untuk membantu, namun karena perasaan curiga
terhadap kami ia menolaknya dengan alasan malu. Hal yang sama kami terima
dari seorang sepasang pasangan suami istri dan anaknya yang sedang mengais
sampah di jalanan. Kami mendatangi ibu itu untuk membantunya memunguti
sampah namun karena kecurigaan terhadap kami ia menolak dengan halus. Kami
tidak menyerah sampai di situ saja, saya dan diah lalu melanjutkan perjalanan
kami, sekitar 30 menit mencari kami lalu melihat seorang bapak dengan tangan
cekatan memunguti sampah sepanjang jalan raya. Kami kemudian mengejarnya
dan menawarkan bantuan kepadanya Ia dengan tersenyum dan sikap ramah
menerima tawaran kami. Kami pun memunguti sampah kaleng dan bekas aqua
gelas dengan tergesa-gesa melihat bapak tersebut sangat lincah dan gesit, hampir
saja kami kehilangan jejaknya. Dengan tidak mengeluh ia terus menggotong
sekarung besar botol dan kaleng bekas dipundaknya. Tidak ada rasa letih di
wajahnya, hanya ada senyum yang ramah meskipun kami tahu ia sangat letih
apalagi pada waktu itu matahari sangat terik .Dengan pakaian dan sepatu yang
lusuh ia terus berjalan dengan langkah panjang tanpa mengenal lelah bapak ini
tidak seperti pemulung biasanya ia dengan cekatan dan semangat memunguti
sampah. Setelah beberapa menit kami kemudian beristirahat di bawah pohon
rindang .

B. KEGIATAN YANG DILAKUKAN ANGGOTA KELOMPOK


Melihat keadaan bapak Odang kami tidak tinggal diam, kami berusaha
membantunya dengan cara ikut mengais botol aqua, kaleng bekas dan gelas
minuman yang berserakan di jalanan yang kami lewati. Meskipun dengan berlari-
lari kecil untuk menyamai langkah dengan bapak tersebut kami tidak menyerah
meskipun sempat kami merasa letih apalagi disinari terik matahari siang itu.
Kami mencari kaleng bekas sampai ke dalam toko yang kami lewati meskipun
banyak orang yang melihat dengan pandangan aneh kami tidak peduli. Kami juga
mencari kaleng bekas dan botol minuman yang sudah tidak terpakai ke dalam
tong sampah meskipun pada awalnya sedikit tidak kuat menahan bau sampah
yang tidak enak tapi itu kami lakukan untuk menolong Bapak tersebut kami
sadari juga botol dan kaleng bekas yang kami dapatkan tidak sebanding dengan
hasil yang Bapak tersebut dapatkan karena ia lebih cekatan dibanding kami
namun Mala dan saya mencoba untuk ikut merasakan apa yang beliau rasakan
dengan begitu kami lebih memahami kehidupan ini dan membuat Bapak tersebut
menyadari masih ada orang-orang yang peduli dan mendukung mereka selama
pekerjaan itu baik dimata Tuhan dan sesama.

C. PEKERJAAN YANG DILAKONI


Bapak Odang bekerja sebagai pemulung, tidak ada pekerjaan sampingan yang ia
lakukan. Dengan memulung barang bekas ia mendapatkan hasil sekitar 40ribu
perharinya. Ia berangkat dari rumah sekitar pukul 05.00 subuh seusai sholat jumat
dan pulang kembali kerumah apabila barang bekasnya telah ditimbang. Beliau
berkata berkat pekerjaannya ia dapat mensyukuri hidup dan membiayai
kebutuhan rumah tangga keluarganya dan biaya sekolah anaknya. Meskipun
penghasilannya tidak lebih ia tetap bersyukur kepada Tuhan karena pekerjaannya
dilakukan secara halal. Pada umumnya ia merasa tidak ada kendala dalam
melakukan pekerjaannya namun hal yang sedikit menghambat ketika hujan turun
sehingga ia tidak melakukan pekerjaaannya secara maksimal. Ia juga berkata ia
tidak merasa ada saingan dalam pekerjaannya karena apa yang mereka dapatkan
merupakan rezeki masing-masing mereka. Tidak hanya itu, Beliau juga tidak
merasa rugi apabila berbagi hasil mulungnya dengan sesama yang tidak
mendapatkan barang bekas.

D. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN

Bapak Odang Sutisna yang berusia 45 tahun memiliki seorang isteri yang berusia
40 tahun bekerja mengurusi rumah tangga mereka dan memiliki tiga orang anak
yang masih kecil-kecil . Anak pertama Bapak Odang merupakan seorang gadis
belia yang duduk dikelas 1 SMP bernama Lilis, Guntur merupakan putra kedua
pasangan suami-isteri ini duduk di bangku SD kelas 2, sementara putri kecil dari
keluarga ini yang diberi nama Rima masih berusia 3 tahun . Beliau menafkahi
keluarganya dari usahanya memulung tanpa kenal lelah “Yang penting anak isteri
saya bisa makan neng dan apa yang saya lakukan itu halal” begitu jawab pak
Odang ketika kami bertanya mengenai susah-senangnya menjadi seorang
pemulung. Sungguh bulat tekad dan perjuangan bapak Odang sebagai tulang
punggung keluarga kecilnya. Walaupun dengan penghasilan kecil ia tidak malu
kepada orang lain karena hasil yang ia dapat murni hasil usahanya sendiri bukan
hasil uang negara beliau begitu benci dengan koruptor di negara ini katanya
“mereka itu tidak mau bersyukur selalu tidak puas dengan usaha mereka padahal
masih banyak orang yang tidak mampu daripada mereka” Saya dan Mala
sungguh kagum dengan Bapak ini dengan pikiran-pikiran kritisnya meskipun
beliau hanya tamatan SMP saja ia mampu membuat kami sadar akan tanggung
jawab kami sebagai anak untuk membahagiakan orangtua.

III. NILAI-NILAI YANG ADA

a. Nilai kasih: Meskipun dengan penghasilan yang rendah Beliau tidak melupakan
sesama yang membutuhkan uluran tangannya dengan saling menghargai antar
rekannya sesama pemulung lain terbukti Pak Odang sering membagi barang
bekas yang ia dapatkan dengan temannya yang tidak mendapatkan barang bekas
lagi. Ia juga tidak menyukai persaingan dalam pekerjaannya menjadi pemulung
karena menurutnya rejeki masing-masing orang sudah disiapkan oleh Yang
Mahakuasa.
b. Nilai Kepedulian, pengetahuan dan Kejujuran: Beliau sangat mengetahui
perkembangan informasi mengenai negara ini dan beliau juga sangat peduli
mengenai nasib negara ini terbukti beliau melontarkan pendapat dan kritikan
mengenai penguasa negara. Selain itu menurutnya meskipun ia memiliki
penghasilan yang rendah ia tetap bersyukur daripada ia memiliki harta yang
berlimpah namun itu adalah hasil korupsi.
c. Nilai moral, Nilai Agama/Kepercayaan: Pak Odang tetap setia beribadah dan
selalu melakukan ajaran agamanya dan tetap menghargai dan mematuhi segala
norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat terbukti beliau selalu
bersyukur atas keadaan yang ia alami dan ia dikenal sebagai warga yang baik
karena tidak pernah terlibat kasus pencurian atau perbuatan lain yang merupakan
anggapan sebagian orang terhadap pemulung. Agama baginya selalu
menuntunnya kearah yang benar dan ia tetap bersyukur dalam segala hal ia tidak
menyalahkan Tuhan terhadap kondisi hidupnya namun sebaliknya menurutnya
Tuhan sanggup memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
d. Nilai tanggung jawab dan kesetiaan: Nilai ini jelas dimiliki oleh Pak Odang
terbukti ia tekun dan giat melakoni pekerjaannya guna untuk menghidupi
keluarganya dan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan tidak menggunakan
penghasilannya untuk berfoya-foya.
e. Nilai keterampilan : Pak Odang sangat terampil dan sangat ulet dalam
menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pemulung dan itu terbukti bahwa
beliau sangat terampil tekun dan ulet dalam menghargai tugas-tugasnya. Menurut
beliau pekerjaan apapun itu harus dilakukan dengan senang hati.
IV. ANALISIS MASALAH

 PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN


1. Kurangnya sumber daya manusia: Hal yang paling utama penyebab terjadinya
kemiskinan di negara ini adalah kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat
Indonesia. Sebagian besar warganya hanya mampu mengenyam pendidikan di
bangku SD. Sedangkan keterampilan yang dimiliki juga kurang sehingga
mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang layak dan berakhir pada
pengangguran.
2. Kurang tersedianya lapangan pekerjaan dan pembagiannya tidak merata:
Kemiskinan terjadi juga karena faktor diatas. Warga kurang mendapatkan
pekerjaan karena ketidaktersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah. Dan
kalaupun ada penyediaan lapangan pekerjaan sebagian besar hanya terpusat di
perkotaan saja sehingga banyak warga desa merantau ke kota besar untuk
mendapatkan pekerjaan namun karena banyaknya penduduk desa di perkotaan
maka semakin sempitlah pekerjaan yang tersedia dan hal ini membuat semakin
padatnya warga diperkotaan.
3. Warga yang kurang mampu tidak mempunyai kesempatan untuk mengenyam
pendidikan dan pekerjaan yang layak: Hal ini sangat terlihat jelas baik di
bidang pendidikan maupun ketenagakerjaan, Orang yang berasal dari kaum
tidak berada tidak diperkenankan untuk masuk sekolah atau universitas yang ia
kehendaki meskipun dia memiliki intelektual yang tinggi sehingga
membuktikan bahwa uanglah diatas segalanya, yang miskin semakin miskin
sebaliknya yang kaya semakin kaya.
4. Kesewenang-wenangan pemerintah: Maraknya tindakan korupsi, kolusi dan
nepotisme di negara ini tidak perlu diragukan lagi. Uang rakyat yang tujuannya
untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat habis dimakan oleh pejabat-
pejabat yang tidak bertanggung jawab maka tidak heran bahwa warganya
hidup melarat.

 SOLUSI YANG DITAWARKAN

1. Dibukanya sebuah sanggar keterampilan bagi kaum yang tidak mampu dan
tidak sempat mengenyam pendidikan dibangku sekolah sehingga mereka dapat
mengasah kemampuan mereka.
2. Perbaikan kualitas kebijakan pemerintah. Mulai dari atasan kemudian dari
bawahan sehingga tidak adanya kasus-kasus yang menyengsarakan warganya.
3. Sebaiknya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dibagi rata
baik diperkotaan maupun dipedesaan sehingga penduduk desa tidak lagi
merantau ke perkotaan yang nantinya membuat kepadatan penduduk di
perkotaan lebih tinggi.
4. Lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah lebih dikhususkan oleh warga
negara Indonesia bukan warga negara asing sehingga kemampuan mereka akan
lebih terasa dan kita tidak menjadi budak dinegara sendiri.
5. Perbaikan Perekonomian Bangsa ini seharusnya lebih diperhatikan mengingat
masyarakat Indonesia pada umumnya masih sulit mencapai kebutuhan mereka
disebabkan harga pokok kebutuhan pangan tidak berpihak pada masyarakat
kecil. Sebaiknya bangsa ini harus lebih teliti dalam proses impor ekspor yang
hasilnya lebih menguntungkan rakyat dari kalangan kurang mampu bukan
sebaliknya agar masyarakat kita tidak dipersulit dalam pemenuhan kebutuhan
mereka.
V. KESIMPULAN

 NILAI-NILAI YANG DIDAPAT

1. Ketekunan: Belajar dari bapak Ondang saya menyadari bahwa apa yang kita
kerjakan harus penuh dengan ketekunan dan percaya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan dengan penuh cinta kasih akan menghasilkan kepuasan tersendiri
untuk kita. Ketekunan, kesetiaan, dan keuletan akan membawa sesuatu yang
yang berharga pada akhirnya begitu kata-kata pak Odang yang sampai sekarang
saya pegang teguh. Dengan pelajaran yang saya terima dari beliau saya
sekarang tidak menunda-nunda tugas yang harus saya kerjakan dan saya
berusaha untuk membuatnya semaksimal mungkin.
2. Spiritual: Selalu mengucap syukur dalam segala hal merupakan nilai yang saya
dapat dari beliau. Meskipun dengan keadaan yang seperti itu pak Odang dan
keluarganya tidak pernah mengeluh apalagi sampai menyalahkan Tuhan.
Belajar dari Bapak Odang saya mulai merefleksikan kesempatan untuk hidup
dalam keadaan yang serba berkecukupan maka dari itu saya harus lebih
mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang terjadi dalam kehidupan saya
yang belum tentu orang lain bisa rasakan. Mulai menghilangkan kebiasaan yang
sering mengeluh kepada orangtua, mengambil sisi positif dalam setiap masalah
yang saya terima, dan lebih mendekatkan diri dan menomor satukan Tuhan
dalam segala hal.
3. Cinta dan Kasih sayang: Meskipun pak Odang memiliki keterbatasan
dibidang finansial beliau tidak perhitungan soal membantu oranglain. Dari
beliau saya belajar bahwa kita diciptakan untuk saling melengkapi dan
menolong satu sama lain oleh karena itu saya berusaha untuk lebih
mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri,
menanamkan sikap toleransi, kesetiaan dan persamaan dalam kehidupan
bersama baik dilingkungan kampus, asrama, maupun dimanapun saya berada.
4. Kepedulian: Belajar dari beliau yang walaupun bukan kalangan pejabat negara
tapi ia tetap peduli terhadap nasib negara ini, tidak menunjukan sikap acuh tak
acuh mengenai apa yang akan terjadi dengan negara ini yang sebagian besar
masyarakat kita anut. Sebagai mahasiswa saya juga harus sama seperti beliau
tidak harus menjadi pejabat pemerintah untuk mengubah negara ini. Saya dapat
melakukannya dengan belajar dengan tekun sesuai dengan profesi yang akan
saya lakoni untuk mengharumkan negara ini.
5. Moral: Saya mendapatkan satu lagi pelajaran yang berharga bahwa menaati
peraturan yang dibentuk oleh lingkungan kita sangat penting agar terciptanya
relasi yang baik antara kita dan lingkungan kita. Pak Odang meskipun sebagai
seorang pemulung beliau tetap menghargai hak-hak oranglain dan mematuhi
segala peraturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai bahan
refleksi saya secara pribadi, saya harus tetap mematuhi segala peraturan dan
kebijakan yang telah diberlakukan di kampus dan asrama serta negara ini
sebagai bekal saya dalam profesi saya kedepan sebagai seorang perawat yang
harus mematuhi prinsip-prinsip etis dalam keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai