LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Sarah
Usia : 49 Tahun
Alamat : Palimanan
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak mulai dirasakan sudah cukup lama, sekitar 2 bulan
SMRS. Sesak napas hilang timbul, semakin memberat dengan aktivitas fisik, tidak
dipengaruhi cuaca, dan emosi. Pasien akhir-akhir ini menjadi semakin sesak bahkan saat
melakukan aktivitas ringan. Pasien sering terbangun dimalam hari karena merasa sesak.
Sesak berkurang dengan istirahat dan dengan posisi berbaring setengah duduk.Pasien
1
biasa tidur dengan menggunakan 2-3 bantal. Pasien juga mengalami batuk kering, nafas
tidak disertai bunyi mengi, dan tidak ada riwayat asma atau alergi.
Selain itu pasien mengeluh timbul bengkak seluruh tubuh sejak 2 minggu SMRS.
Bengkak diawali di kedua tungkai, kemudian diikuti lengan dan perut. Pasien juga
mengeluh sering merasa mual dan pernah muntah 2 kali. Nafsu makan berkurang karena
perut terasa kembung.
Pasien merasa BAK menjadi lebih sedikit sejak lebih kurang 1 bulan SMRS. BAK
berwarna kuning, terasa nyeri serta panas. Terdapat nyeri pinggang sebelah kanan
menjalar ke punggung. Pasien minum 3 - 4 gelas sehari. BAB tidak ada keluhan.
Riwayat BAB hitam disangkal pasien.
Pasien mengaku memiliki riwayat kencing manis sudah 3 tahun dan darah tinggi
yang dideritanya selama 6 bulan terakhir. Pasien beberapa kali berobat ke puskesmas.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
2
Kesadaran : Composmentis
RR : 28 x/ menit
Suhu : 37,2 C
Keadaan Spesifik
Kulit
Kelenjar getah bening submandibula, leher, axilla dan inguinal tidak ada
pembesaran.
Kepala
Mata
Hidung
Septum nasal normal, lapisan mukus normal, epistaksis (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga
3
Kedua meatus akustikus dalam keadaan normal, lubang telinga cukup bersih,
tophi(-), nyeri tekan proc. mastoideus (-), selaput pendengaran tidak ada kelainan.
Mulut
Bibir simetris, pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), rhagaden(-), stomatitis (-),
atropi papil (-), sianosis (-).
Leher
Dada
Paru-paru
Auskultasi : vesikuler (+), ronkhi basah halus (+) basal paru kanan dan kiri,
wheezing (-)
Jantung
Perkusi : batas atas jantung atas ICS 2, batas kanan LS Dextra, atas kiri LMC
sinistra
Auskultasi : HR 110 x/menit, Bunyi Jantung reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
4
Palpasi : Nyeri tekan (+) di epigastrium, Hepar/Lien sulit dinilai
Genital
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting edema (+), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (+), jari tabuh (-) turgor
kembali lambat (-)
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting edema (+), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak kaki pucat (+), jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-)
5
HGB 8,1 L g/dl 11.0-17.0
= (140-49) x 65 kg
72 x 17,54 mg/dl
6
= 4.68 CKD grade V
V. RINGKASAN
Pasien datang keluhan sesak nafas yang senakin memberat sejak 3 hari SMRS.
Sesak mulai dirasakan sudah cukup lama sekitar 2 bulan SMRS. Pasien menjadi semakin
sesak bahkan saat melakukan aktivitas ringan. Sesak berkurang dengan posisi berbaring
setengah duduk. Timbul bengkak seluruh tubuh sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya
bengkak muncul lebih dulu di kedua tungkai. Pasien juga mengeluh mual dan muntah.
BAK menjadi lebih sedikit sejak lebih kurang 1 bulan SMRS.
VI. DIAGNOSIS
Chronik Kidney Disease stage V e.c Hipertensi
Non Medikamentosa:
7
- Restriksi Cairan, maksimal 600 cc per hari
Medikamentosa
IX. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad malam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanactionam : dubia ad malam
8
-
X. DAFTAR MASALAH
- Dyspnoe
- Oliguria
- Edema tungkai
- Anemia
- Hipertensi Urgensi
O :
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 36,3C
9
Pulmo : VBS +/+, Ronki basah halus +/-, wheezing -/-
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 36,6C
10
Mata : Sklera ikterik -/-
P :
Bed Rest
O2 nasal kanul 2-4 liter/ menit
Meylon 150 meq dalam NaCl 0,9% 500 cc drip dalam 8 jam
Ceftriakson 1 x 2 gram IV
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Transfusi PRC 4 kantong
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK sedikit
O :
11
KU : Tampak sakit sedang
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 36,6C
12
13
Tanggal 27 Okt 2014, pukul 07.30 WIB
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK sedikit
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 36,6C
14
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Bicnat 3 x 1 tab
Allopurinol 1 x 100 mg
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK sedikit
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 26x/menit
Suhu : 36,6C
Konjunctiva anemis+/+
15
Edema extr. Inferior +/+
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,6C
16
Cor : BJ 1 & 2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK + sering
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 22x/menit
17
Suhu : 36,6C
Tanggal 10 Nov
18
S : CM, sesak -, lemas +, mual -, muntah -, BAB +, BAK+ sering
O :
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,6C
19
Bicnat 3 x 1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m², seperti pada tabel 1 berikut:
Klasifikasi4
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
20
LFG (ml/menit/1,73m²) = (140-umur)x berat badan
21
Transplant glomerulopathy
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa nefron secara struktural dan fungsional
sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi “kompensatori” ini akibat hiperfiltrasi adaptif yang
diperantarai oleh penambahan tekanan kapiler dan aliran glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif
walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensinaldosteron intrarenal ikut memberikan konstribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sklerosis dan progesifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensinaldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growthfactor ß.
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit
ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Pada stadium yang
paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan dimana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan
tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih
belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada
LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih,
infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
22
keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara
lain natrium dan kalium.
Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan
pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal
ginjal.
V. Pendekatan Diagnostik
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes malitus, infeksi traktus urinarius,
batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, LupusEritomatosus Sistemik (LES),dll.
b. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,muntah,nokturia,
kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung,
asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,kalium, khlorida).
Gambaran Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin
serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar
asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalemia, asidosis metabolik
d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria
Gambaran Radiologis
23
Pemeriksaan radiologis penyakit GGK meliputi:
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap
ginjal yang sudah mengalami kerusakan
c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
VI. Penatalaksanaan
kardiovaskuler
fungsi ginjal
24
Terapi Nonfarmakologis:
25-60 0,6-0,8/kg/hari
25
Terapi Farmakologis:
26
BAB III
PEMBAHASAN
Daftar masalah:
1. Dyspnoe
Sesak nafas sejak 2 bulan SMRS dan di rasakan semakin memberat sejak 3 hari
SMRS. Sesak di rasakan hilang timbul, sesak terutama saat berjalan atau saat melakukan
aktivitas harian misalnya ke kamar mandi, dan berkurang saat istirahat, sesak napas juga
di rasakan saat berbaring dan berkurang dengan posisi duduk. Kadang sesak di rasakan
lebih berat pada malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Merasa lebih nyaman
dengan tidur menggunakan 2-3 bantal.
Sesak nafas merupakan keluhan yang terjadi pada keadaan patologis yang bisa berasal
dari paru, jantung, ginjal dan anemia. Pada pasien ini onset sesak subakut (2minggu-
3bulan) yang kemungkinan bisa disebabkan karena terakumulasinya cairan di paru yang
diakibatkan oleh kerusakan ginjal pada pasien dan riwayat hipertensi sehingga terjadi
kongesti cairan paru dan pleura. Anemia pada pasien juga memperberat sesak yang
dialami.
2. Oliguria
27
Penurunan fungsi nefron yang diakibatkan karena sklerosis nefron menyebabkan produksi
urin menurun, hal ini dapat mengakibatnya meningkatkan kadar ureum dan creatinin di
dalam darah, retensi natrium dan air, asidosis dan hiperkalemia.
3. Edema tungkai
Edema terjadi pada kondisi dimana tekanan hidrostatik kapiler meningkat, peningkatan
permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan osmotik interstisial, atau penurunan tekanan
osmotik plasma. Ginjal mempunyai peran sentral dalam mempertahankan homeostasis
cairan memalui kontrol ekskresi natrium dan air. Penurunan aliran darah ke ginjal akan
akan di kompensasi dengan menahan natrium dan air melalui mekanisme peningkatan
reabsorpi garam dan air di tubulus proksimal dan ubulus distal. Cairan yang teretensi di
dalam ttubuh ini akan menyebabkan edema terutama pada tungkai karena pengaruh
gravitasi.
4. Anemia
Pada pasien di dapatkan Hb 8,1 g/dl (26/5/2014).
Kemungkinan anemia pada pasien bisa disebabkan oleh adanya perdarahan yang tidak di
ketahui, dan di sebabkan oleh penyakit ginjal nya sendiri. Pada CKD produksi eritropoetin
tidak adekuat oleh ginjal yang menyebabkan kadar Hb menurun.
5. Hipertensi urgensi
Hipertensi merupakan faktor risiko yang menyebabkan gagal ginjal kronik, hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkanpeningkatan tekanan glomerular yang
mengakibatkan reduksi jumlah nefron, yang selanjutnya menyebabkan kerusakan sel
glomerular sehingga terjadi perubahan permeabilitas kapiler. Selanjutnya yang terjadi
adalah hiperfiltrasi glomerular. Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa
nefron secara struktural dan fungsional sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi
“kompensatori” ini akibat hiperfiltrasi adaptif yang diperantarai oleh penambahan tekanan
kapiler dan aliran glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat akhirnya diikuti
oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya
diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif.
28
PATOFISIOLOGI CKD
29
DAFTAR PUSTAKA
Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3 Edisi 13. Jakarta:
EGC, 2000. hal.1435-1443.
Mansjoer A, et al.Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3.Jakarta:
Media Aesculapius FKUI, 2002. Hal. 118-123.
Price, S. A. & Lorraine M., Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC. 2005. Hal. 1345-1360.
Simardibrata, M., dkk., Penyakit Kronik dan Generatif. Penatalaksanaan Dalam Praktik
Sehari-hari. Jakarta : FKUI. 2003. Hal .270-287.
Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. Gagal Ginjal Kronik. Buku AjarIlmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI, 2001. Hal.427-434.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. p.581-584.
Tierney LM, et al. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam
Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.2003
30