Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI PENGARUH PARALEL PENTANAHAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI


TERHADAP KINERJA PENTANAHAN UNTUK MENINGKATKAN PROTEKSI
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI PT. PLN (PERSERO) ULP KAWANGKOAN

Oleh:

IMANUEL PITOY
18021050

POLITEKNIK NEGERI MANADO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK LISTRIK
2021
Abstrak

PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang
ketenagalistrikan. PT. PLN (persero) bertanggung jawab atas pengelolaan serta
pemeliharaan sarana sistem pengaturan pengendalian tenaga listrik, dan menjamin
kelangsungan penyaluran energi listrik secara kontinu kepada setiap konsumen
dengan mutu dan kualitas yang baik.

PT. PLN (Persero) ULP Kawangkoan memiliki 269 gardu distribusi yang
beroperasi. Sebagai sistem proteksi, pentanahan memegang peranan penting
dalam menjaga kinerja dari gardu distribusi. Nilai pentanahan yang tinggi
menyebabkan sistem proteksi gardu tidak dapat bekerja dengan maksimal,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada komponen gardu, yang
disebabkan arus lebih, arus hubung singkat, maupun akibat sambaran petir.

Untuk mengatasi masalah tersebut, nilai tahanan pentanahan harus dibuat


sekecil mungkin. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
pentanahan paralel. Metode ini memungkinkan tercapainya kualitas sistem
proteksi pentanahan yang baik dengan nilai pentanahan sesuai standar.

Kata Kunci : Pentanahan, Gardu distribusi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini mengharuskan kontinuitas penyaluran energi listrik yang terjamin, dan
kualitas energi listrik yang baik. Sistem distribusi terbagi atas dua bagian yaitu
distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi primer merupakan bagian
distribusi dengan Tegangan Menengah (TM) sebesar 20 KV. Sedangkan distribusi
sekunder merupakan bagian distribusi dengan Tegangan Rendah (TR) sebesar
220/380 V.

Dalam sistem distribusi pentanahan merupakan salah satu sistem proteksi


yang sangat diperlukan untuk melindungi trafo dari gangguan arus lebih, hubung
singkat, maupun terhadap sambaran petir. Keandalan sistem proteksi ini
ditentukan oleh nilai tahanan pentanahan yang terpasang. Tahanan pentanahan
trafo distribusi yang digunakan PLN mengacu pada buku Pedoman Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 2000 dan buku PLN 3, yaitu kurang dari 5 ohm. Akan
tetapi, dalam pengaplikasiannya, terdapat transformator distribusi dengan sistem
proteksi pentanahan melebihi 5 ohm. Hal ini tentu dapat membahayakan trafo,
bilamana terjadi gangguan beban lebih, arus lebih, maupun tegangan lebih,
dikarenakan sistem pembumian yang tidak sesuai standar.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk


melakukan studi pengaruh paralel pentanahan transformator distribusi terhadap
kinerja resistansi pentanahan dan peningkatan proteksi trafo distribusi di PT. PLN
(persero) ULP Kawangkoan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pentanahan paralel terhadap kualitas nilai tahanan


pentanahan?

2. Apa pengaruh nilai tahanan pentanahan yang rendah pada kontinuitas dan
keandalan sistem distribusi pada transformator distribusi?

1.3 Tujuan

Penyusunan Tugas Akhir ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memahami Bagaimana pengaruh pentanahan paralel terhadap kualitas


nilai tahanan pentanahan

2. Memahami Bagaimana pengaruh nilai tahanan pentanahan yang rendah


pada kontinuitas dan keandalan sistem distribusi pada transformator
distribusi

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :

1. Manfaat Akademik :
a. Bagi penulis, penyusunan Tugas akhir ini dapat memberikan
wawasan serta pengalaman tentang objek yang akan diteliti yaitu
mengenai pengaruh pentanahan yang di pararelkan terhadap
kualitas tahanan pentanahan pada transformator distribusi.
b. Bagi lembaga, studi ini dapat memberikan pengetahuan untuk
menunjang pembelajaran bagi mahasiswa yang tertarik untuk
mempelajarinya.

2. Manfaat operasional :
a. Bagi perusahaan, studi ini diharapkan dapat menekan rasio
kerusakan trafo yang diakibatkan tahanan pentanahan yang tidak
sesuai standar, dalam upaya meningkatkan efektivitas biaya
pengoperasian transformator distribusi di PT. PLN (Persero) ULP
Kawangkoan.

1.5 Batasan Masalah

Menganalisa pengaruh paralel pentanahan transformator distribusi terhadap


kinerja resistansi pentanahan dan peningkatan proteksi trafo distribusi di PT. PLN
(Persero) ULP Kawangkoan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan mencakup inti pembahasan pada Tugas Akhir ini, dan
garis-garis besar pada penulisan tiap-tiap bab, dengan susunan penulisan sebagai
berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai latar belakang


penyusunan tugas akhir ini, rumusan masalah, tujuan penulisan,
beberapa manfaat penyusunan tugas akhir ini bagi penulis serta
bagi lembaga atau perusahaan, batasan-batasan masalah, serta
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi pembahasan materi-materi pendukung yang akan


digunakan untuk membantu penyusunan tugas akhir ini.

BAB III : METODOLOGI

Bab ini berisi metode-metode yang digunakan dalam melakukan


penelitian, yang di dalamnya mencakup tempat dan waktu
penelitian, jenis penelitian, rencana pengujian, kerangka
konseptual dan data penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan bagian yang saling terhubung


untuk mengirimkan energi listrik dari sumber listrik yaitu pembangkit listrik,
menuju ke pelanggan. Sistem ini terbagi atas berbagai bagian yaitu, pembangkit
listrik, sistem transmisi, kemudian sistem distrbusi primer, lalu disalurkan menuju
ke pelanggan melalui sistem distribusi sekunder.

Pembangkit listrik berfungsi untuk mengubah energi seperti panas batu


bara, panas bumi, minyak bumi, dan panas matahari, menjadi energi listrik.
Pembangkit listrik mula-mula dapat menghasilkan energi listrik sebesar 6000 Volt
(6 KV) sampai dengan 24000 Volt (24 KV). Tegangan akan dinaikan oleh
transformator step up menjadi 75000 Volt (75 KV) sampai dengan 150000 Volt
(150 KV). Tegangan ini akan disalurkan melalui jaringan transmisi Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT), dimana tegangan ini sudah dapat digunakan oleh
pelanggan-pelanggan dengan kebutuhan daya yang sangat besar yaitu diatas
30000 KVA (30 MVA). Kemudian tegangan ini akan diturunkan kembali melalui
Gardu Induk (GI) menjadi 20000 Volt (20KV) dan disalurkan melalui Saliuran
Udara Tegangan Menengah (SUTM). Tegangan ini akan digunakan oleh
pelanggan dengan daya minimal 200 KVA. Tegangan 20 KV akan diturunkan
kembali oleh transformator step down pada gardu distribusi, menjadi 230 V / 400
V. Tegangan inilah yang nantinya akan digunakan oleh pelanggan-pelanggan
tegangan rendah.
2.2 Gardu Distribusi

Gardu distribusi merupakan suatu bagian sub sistem yang menghubungkan


antara bagian distribusi primer (Jaringan Tegangan Menengah) 20 KV dengan
bagian distribusi sekunder (Jaringan Tegangan Rendah) 230/400 V yang menuju
ke pelanggan Tegangan Rendah.

Gardu distribusi merupakan kumpulan dari Perlengkapan Hubung Bagi


Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator step down dan Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR). Jenis Perlengkapan Hubung Bagi
pada gardu distribusi dibedakan berdasarkan jenis konstruksi dari gardu distribusi.

2.2.1 Jenis Gardu Distribusi

a. Jenis pemasangannya :
1) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, gardu cantol
2) Gardu pasangan dalam : Gardu beton, gardu kios
b. Jenis konstruksinya :
1) Gardu beton (terbuat dari bangunan sipil : batu, beton)
2) Gardu tiang, meliputi Gardu portal dan gardu cantol
3) Gardu kios, jenis penggunaannya :
a.Gardu pelanggan umum
b. Gardu pelanggan khusus
4) Unit Gardu Bergerak (UGB)

2.2.2 Macam-macam gardu distribusi

1. Gardu Beton

Gardu beton merupakan gardu dimana seluruh bagian Perlengkapan


Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator step down dan
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) berada pada satu
bangunan sipil. Umumnya, gardu beton dikhususkan untuk gardu dengan
kapasitas minimal trafo sebesar 200 KVA.
2. Gardu Portal

Gardu portal adalah gardu dengan konstruksi komponen gardu berada di


luar ruangan. Pada gardu portal, transformator distribusi ditopang oleh 2 tiang
atau lebih, dengan posisi transformator berada sekurang-kurangnya 3 meter
dari permukaan tanah. Biasanya, transformator dengan daya lebih dari 100
KVA menggunakan kontruksi gardu tipe portal.

3. Gardu Cantol

Gardu cantol merupakan gardu dengan konstruksi komponen gardu berada


di luar ruangan, dimana terdapat 1 tiang untuk menopang transformator
distribusi. Biasanya, transformator dengan daya dibawah 100 KVA
menggunakan konstruksi gardu tipe cantol.

4. Gardu Kios

Gardu kios memiliki konstruksi yang hampir sama dengan gardu beton,
dimana semua komponen gardu dan sistem proteksi transformator berada
pada satu ruangan tertutup. Perbedaannya adalah, gardu kios tidak dibuat
menggunakan material sipil seperti batu dan semen, tetapi terbuat dari pelat
alumunium dan baja.

5. Gardu Hubung (GH)

Gardu hubung merupakan gardu yang difungsikan sebagai sarana untuk


melakukan manuver jaringan, proteksi jaringan atau melakukan pemutusan
sementara jaringan listrik pada saat pemeliharaan jaringan untuk maksud
menjaga kontinuitas pelayanan. Di dalam gardu hubung terdapat komponen-
komponen seperti pemutus beban yaitu LBS (Load break switch), dan
pemutus tenaga. Di dalam gardu hubung bisa terdapat transformator distribusi
yang diletakkan dalam ruangan yang terpisah dengan gardu hubung. Biasanya
dalam gardu hubung terdapat sarana atau perangkat kontrol jarak jauh yang
diletakkan dalam ruangan yang sama dengan ruang gardu hubung.
2.3 Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan adalah suatu sistem proteksi yang melindungi perangkat-


perangkat listrik dari lonjakan arus listrik karena hubung singkat, maupun dari
lonjakan listrik karena sambaran petir. Sistem pentanahan ini digambarkan
sebagai hubungan antara suatu peralatan atau rangkaian listrik dengan bumi.

Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang low impedance


(tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan tegangan
transient. Sambaran petir, arus listrik, circuit switching dan electrostatic
discharge adalah penyebab umum dari adanya lonjakan listrik atau tegangan
transient. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.

2.3.1 Penggunaan pentanahan sebagai sistem proteksi pada sistem ditribusi


tenaga listrik

Sambaran petir merupakan gejala alami yang dapat merusak komponen


sistem yang peka terhadap lonjakan arus yang besar. Selain itu, arus hubung
singkat dan beban lebih juga dapat menyebabkan terjadinya lonjakan arus.
Arus hubung singkat dapat timbul karena adanya koneksi atau hubung singkat
yang disebabkan jaringan listrik yang tertimpa batang pohon, hewan, isolator
pecah/retak ataupun karena putusnya steel wire arrester yang terpasang pada
suatu jaringan listrik.

2.3.2 Bagian-bagian pada sistem distribusi yang ditanahkan

Dalam suatu sistem distribusi, ada empat bagian yang harus ditanahkan.
Empat bagian sistem distribusi ini adalah :

a) Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik)


dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu, agar potensial
dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan
potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak
berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya.
b) Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning
arrester. Hal ini diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi
dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari
petir ke tanah (bumi) dengan lancar.

c) Kawat petir (steel wire) yang ada pada bagian atas saluran transmisi
ataupun Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Kawat petir ini
sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena
letaknya yang ada di sepanjang saluran listrik tegangan menengah
maupun tegangan tinggi, maka semua kaki tiang transmisi dan tiang
harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat
disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang dari penghantar
listrik.

d) . Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya


yang menyangkut gangguan tanah. Dalam praktik, diinginkan agar
tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas tidak
melebihi 5 ohm. Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah
nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya
tidak demikian. Tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini
terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak/penghantar antara
alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam
tanah).
2.3.3 Macam-macam konstruksi pentanahan

b
a

c d

Gambar 2.1 macam-macam konstruksi pentanahan

a) Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).


Pentanahan jenis ini hanya menggunakan 1 buah grounding rod
dalam sistem pentanahannya.
b) Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
Pentanahan jenis ini menggunakan 2 atau lebih grounding rod yang
dihubungkan parappalel.
c) Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman
kawat tembaga.
Pentanahan jenis ini menggunakan kawat/penghantar yang dianyam
membentuk mesh kemudian ditanam di dalam tanah
d) Pelat pentanahan (groundingplate), yaitu pelat tembaga
Pentanahan jenis ini menggunakan pelat tembaga dengan ukuran
tertentu yang di tanam di dalam tanah
Selain ditimbulkan oleh tahanan kontak, tahanan pentanahan juga
ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat pentanahan dengan kawat
penghantarnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan pentanahan
adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar alat pentanahan yang
menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari alat
pentanahan tersebut. Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan menghadapi
bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang
sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin dalam
letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya makin
padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang
batang pentanahan, makin dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya
sehingga didapat tahanan pentanahan yang makin rendah.

2.3.4 Komponen pentanahan

2.3.4.1 Kawat penghantar

Pada instalasi pentanahan, kawat penghantar menghubungkan titik


kontak pada badan atau rangka peralatan listrik dengan elektroda bumi.
Pada instalasi penangkal petir, kawat penghantar menghubungkan titik
kontak pada terminal pentanahan dengan batang elektroda bumi.
Sedangkan pada transformator distribusi, kawat penghantar
menghubungkan titik netral dengan elektroda pentanahan.

2.3.4.2 Elektroda pentanahan

Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam bumi


dan membuat kontak langsung dengan bumi (tanah). Elektroda pentanahan
merupakan bagian yang berfungsi menyalurkan arus kedalam bumi.
Kontak elektroda dengan bumi ini harus sebaik mungkin, tahan terhadap
ganggun arus listrik, korosi maupun gangguan mekanik. Ada beberapa
macam elektroda pentanahan yang biasa dipakai, diantaranya elektroda
pentanahan pita dan elektroda batang.

2.3.5 Batang pentanahan dengan lingkaran pengaruhnya

Gambar 2.2 Batang pentanhan dengan lingkaran pengaruhnya

Lapisan tanah yang paling dekat dengan pasak memiliki permukaan paling
sempit, sehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya yang lebih
luas, memberikan tahanan yang lebih kecil. Demikian seterusnya, hingga pada
suatu jarak tertentu dari pasak. Jarak ini disebut daerah tahanan efektif, yang
juga sangat bergantung pada kedalaman pasak. Hal ini menjadikan tahanan
tanah sebagai besaran yang paling kritis dan paling sulit dihitung atau pun
dibatasi.

2.4 Tahanan jenis tanah dan tipe tanah

Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel cair, padat dan gas. Tahanan
jenis tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu tahanan jenis
tanah tidak dapat dibuat menjadi suatu nilai yang tetap. Memberikan garam pada
tanah yang dekat pada elektroda pentanahan dilakukan dengan maksud mendapat
tahanan jenis tanah yang rendah.
Cara ini hanya bersifat sementara, sebab proses penggaraman harus dilakukan
secara periodik sedikitnya enam bulan sekali. Nilai tahanan jenis tanah harus
diambil untuk keadaan yang paling buruk, yaitu pada saat tanah dalam keadaan
kering dan dingin. Nilai resistans jenis tanah sangat berbeda-beda tergantung pada
jenis tanah, seperti dilihat pada ayat 3.18.3.1. dalam PUIL 2000 yang ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Tahanan jenis tanah
Jenis Tanah Tahanan Jenis Tanah (Ohm-m)
Tanah rawa 30
Tanah liat dan tanah lading 100
Pasir basah 200
Kerikil basah 500
Pasir dan kerikil kering 1000
Tanah berbatu 3000

2.5 Perhitungan tahanan pentanahan elektroda tunggal dan paralel

2.5.1 Tahanan Pentanahan Elektroda Batang Tunggal

Perhitungan untuk nilai tahanan pentanahan pada elektroda batang tunggal


yang ditanam secara vertical berdasarkan rekomendasi standar IEEE yaitu :

ρ 8L
Rt =
2π L
(In
d
– 1) (1)

Dengan :
Rt = Resistans elektroda batang tunggal (Ω)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω.m)
L = panjang elektroda dalam meter (m)
d = diameter elektroda dalam meter (m)
2.5.2 Tahanan Pentanahan Elektroda Batang Paralel
Pemasangan dua, tiga atau lebih batang elektroda pentanahan yang
dihubungkan dengan bahan konduktor secara paralel adalah sebuah metode
yang sangat efektif dan mudah untuk memperkecil nilai total (R total) dari
tahanan pentanahan. Umumnya batang elektroda yang diparalel ditanam
berjajar membentuk garis lurus, segi tiga, bujur sangkar ataupun lingkaran.
Jarak minimal pemasangan antara batang elektroda satu dengan elektroda
lainnya (S) adalah dua kali panjang elektroda batang tunggal yang terbenam
dengan tujuan untuk memperkecil interferensi/gangguan diantara elektroda
batang tersebut. Rumus pendekatan untuk elektroda batang paralel yaitu:

1 ρ 1 1 1 1
Rp = [R1 + ( ( + + +…+ ))] (2)
n 0,9576 . s 2 3 4 n

Dengan :
Rp = Tahanan paralel elektroda (Ω)
R1 = Tahanan elektroda tunggal dari persamaan sebelumnya (Ω)
n = Jumlah elektroda pararel
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω ft)
s = jarak antar elektroda (feet)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat Penelitian :
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di PT. PLN (Persero) ULP
Kawangkoan
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian :
Penelitian direncanakan dilaksanakan sejak bulan April 2021 sampai bulan
Juli 2021 pada saat On Job Training.

3.2 Prosedur Penelitian


Tahap-tahap yang dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan proses menyiapkan semua kebutuhan yang
diperlukan dalam proses penelitian dan penyusunan tugas akhir ini
meliputi :
a. Laptop/pc
b. Menentukan gardu distribusi yang akan diukur
c. Menyiapkan jadwal pengukuran gardu distribusi
d. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan:
i. Tangga
ii. Earth tester
iii. Elektroda pentanahan
iv. Kawat penghantar
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mengambil data objek untuk
keperluan tahapan selanjutnya meliputi :
a. Melakukan kunjungan lokasi
b. Melaksanakan pengukuran pentanahan gardu
c. Melakukan perhitungan jumlah paralel elektroda pentanahan yang
dibutuhkan
d. Membuat pentanahan paralel sesuai hasil perhitungan
3. Tahap analisis data
Tahap ini adalah proses pengolahan data yang telah diambil untuk
dianalisa agar dapat ditarik kesimpulan yang dapat memecahkan masalah,
dimana setelah penelitian ini, akan dilakukan analisa nilai tahanan
pentanahan setelah membuat pentanahan paralel

3.2.1 Metode
Metode yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan berupa penelitian kepustakaan dan kajuan dari
sumber pustaka untuk mendukung penulisan tugas akhir ini
2. Penelitian Observasi
Penelitian observasi berupa terjun ke lapangan untuk meninjau objek
yang dipilh. Dalam pencarian dan pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara :
1. Melakukan integrasi data penelitian dengan teori yang ada
2. Melakukan studi bimbingan

3.2.2 Kerangka Konseptual Rancangan

MULAI
Studi Literatur

Observasi Lapangan

Analisa Data
Studi Literatur

Konsultasi Pembimbing

Penetapan data penelitian

TIDAK
Masalah
Teratasi

YA

Pembuatan Tugas Akhir

Selesai

3.3 Rencana Pembiayaan

Tabel 3.1 Uraian Rencana Pembiayaan


Harga Satuan
No Uraian Jumlah Total (Rp)
(Rp)

1 Kertas HVS A4 50.000 2 100.000

2 Tinta Printer 50.000 5 250.000

Transport dan
3 1.000.000 - 1.000.000
Akomodasi
Pembuatan buku dan
4 400.000 - 400.000
fotocopy TA

5 Alat Tulis Menulis 150.000 - 150.000

6 Biaya Lain-lain 500.000 - 500.000

Jumlah 2.400.000

DAFTAR PUSTAKA
Suswanto, Daman. 2009. Sistem Distibusi Tenaga Listrik.Padang : Universitas
Negeri Bandung
Pratama, Firnzqi. 2016. Studi Sistem Pentanahan Pada Gardu Distribusi Di
Penyulang Walet PT. PLN (Persero) Rayon Kenten. Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya

Krishna, Bangun. 2016. Perbaikan Sistem Pentanahan Pada Gedung Listrik


Politeknik Negeri Semarang. Vol 5 (1), Hal 32-40

Badan Standarisasi Nasional.2000. Persyaratan Umum Instalasi Lstrik (PUIL)


2000. Jakarta

Mangindaan, Glany. 2018. Analisa Sistem Pentanahan gardu Induk Teling


Dengan Konstruksi Grid. Jurnal teknik Elektro dan Komputer, Vol 7 (3),
Hal 189-191

Anda mungkin juga menyukai