Anda di halaman 1dari 3

‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬

ِ ‫س‬
ْ ‫ِب‬

Nama : Anita Dewi


NIM : 1196000027
Kelas :4C
Mata Kuliah : Psikologi Positif

Cita Ramadhan: Senyum Damai Untuk Semesta


Lintasan waktu kembali membawa menuju Ramadhan. Terhitung sepekan lebih kita
melewati harum nafas keimanan di bulan suci Ramadhan. Ramadhan adalah bulan suci yang
selalu dirindukan umat islam, ia menyediakan paket yang erat dengan makanan jiwa, seperti
puasa, tarawih, zakat, sedekah, hingga kembali ke fitrah. Ibadah pada bulan Ramadhan memiliki
nilai spiritual yang menjanjikan sang pelaku mendapat rasa bahagia lahir dan batin.
Biasanya menyambut kedatangan bulan suci ini membawa kesibukan bagi umat muslim,
dari sibuk mencari makanan berbuka, memperbaiki tata bicara, hingga pelaksanaan ibadah yang
biasanya jauh lebih meningkat dibanding bulan-bulan yang lain. Hal itu bukan tanpa makna,
melainkan umat muslim sibuk berlomba-lomba meraih pahala. Ya, bulan Ramadhan adalah
bulan rahmat dimana setiap satu kebaikan yang kita lakukan bernilai pahala yang berlipat.
Bayangkan, bau mulut saja yang notabenya dapat membawa petaka, konon di mata
Tuhan, bau tersebut lebih harum dari aroma minyak misik. Hanya di bulan Ramadhan, seorang
yang kerjanya leyeh-leyeh bangun dan tidur dihadiahi segepok pahala. Masya Allah. Di bulan ini,
masjid mulai berbenah, tiang toa mulai ditegakan, telinga kita bahkan sangat sensitif mendengar
seruan adzan, tak lupa iklan sirup marjan hilir mudik menggoda iman. Dalam sekejap, dunia
berubah menjadi religius.

Maaf-maafan di Bulan Ramadhan


Dunia berkata “Life is an adventure in forgiveness”. Dalam hidup, banyak orang menilai
bahwa meminta maaf lebih sulit dari memaafkan, padahal sejatinya memaafkkanlah yang paling
sulit dilakukan. Tanpa kita sadari, beberapa orang kesulitan memaafkan hanya karena mereka
sadar atas haknya untuk marah. Membuat keputusan untuk memaafkan berarti kita melepas
kebencian. Terkadang kita seolah-olah telah memaafkan kesalahan mereka dengan tegar, tapi
hati masih memendam rasa sakit dan dendam.
Memaafkan memang bukan perkara mudah, butuh effort yang besar untuk
menggaapainya. Dikutip dari Kumparan.com menurut Lathifah Hanum, Pengajar Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, memaafkan lebih dari sekadar berhenti dari rasa marah, dan
lebih dari sekadar retorasi rasa percaya terhadap orang yang bersalah. Memaafkan adalah proses
untuk menerima emosi negatif dan bertekad melepas emosi negatif itu dengan kekuatan yang
lebih tinggi.
Namun, di bulan suci ini perlu diingatkan betapa bermanfaatnya memaafkan. Dalam
penelitian yang diterbitkan dalam Jounal of Consulting and Clinical Psychology tahun 2014
mendukung alasan mengapa perlu memaafkan selama bulan Ramadhan. Dengan memaafkan,
secara otomatis akan dikatakan sehat secara mental dan emosional karena tidak memendam
emosi marah yang berpotensi memunculkan pikiran negatif. Bukan hanya itu, dengan
memaafkan kita menjali kembali hubungan baik dan belajar menghargai orang lain.
Dalam interaksi bermasyarakat cukup mudah ditemukan hal-hal yang menyulut konflik
sosial, perkara antri-mengantri saja kerap ditemukan ibu-ibu saling senggol berebut posisi depan,
tentu menggemaskan bukan? Namun, dengan power bulan Ramadhan semua tersihir berlomba
mendapat kebaikan. Pada intinya, bulan Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk
mendapat kebahagiaan dalam proses saling memaafkan.

Melatih Emosi Diri


Dunia berkata emosi merupakan bagian fundamental bagi manusia. Perasaan yang
bergejolak melihat setuasi yang dihadapi. Tentu saja dalam menjalankan kehidupan, banyak
situasi yang menekan, peluang lepas kendali semakin besar. Kini, kita semua masih berhadapan
dengan situasi yang menekan, tentu saja si virus Covid-19 yang memuakan. Interaksi sosial
dibatasi, masyarakat harus di isolasi, masih belum pulihkah ibu pertiwi?
Ditengah pahitnya pandemic, mungkin Tuhan sengaja menghadirkan Ramadhan sebagai
bentuk alternatif regulasi diri. Berharap dengan menjalankan rukun islam ke-3 sebagai wujud
untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan menjadi lebih aware
dengan lingkungan. Secara psikologis, berpuasa menjadikan diri mampu mengendalikan nafsu
yang ada pada dirinya. Berpuasa berpengaruh positif kepada emosi dan menjadikan pribadi yang
sabar dan ikhlas.
Tak perlu banyak menunggu, momen ini dihidangkan untuk menciptakan kebahagiaan
yang paripurna ditengah pandemic. Meningkatkan kualiras dan kuantitas ibadah dengan penuh
kesadaran dan pemaknaan untuk meraih kebahagiaan. Dengan meregulasi emosi diri, situasi
emosional yang sulit pun dapat dimaknai dengan indah dan penuh hikmah.

Senyuman Pondasi Iman


Dunia berkata bulan suci Ramadhan adalah momen kebaikan. Senyum salah satunya,
semesta berdalih senyim adalah ibadah penghilang duka. Islam memandang senyum sebagai ciri
kelembutan hati seseorang. Tak hanya itu, islam memaknai senyum dengan sangat mulia dan
termasuk ibadah. Dengan tersenyum, secara tidak sadar kita memberikan energi positif kepada
orang yang menerima senyuman kita, menampakan wajah manis kepada orang lain yang
menyebabkan bahagianya hati seseorang adalah suatu kebaikan dan keutamaan.
Dilansir dari Kompas.com ketika otot mengatakan bahagia, maka akan melihat dunia
dengan cara lebih positif. Seperti studi yang dipimpin tim ilmuwan dari University of South
Australia ini menegaskan bahwa senyuman itu pada dasarnya dapat membuat otak menerima
ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang lain secara lebih positif. Apalagi jika dilakukan pada
bulan Ramadhan, senyum yang biasanya mendapat pahala biasa, dibulan Ramadhan akan
dilipatgandakan pahala nya. Gimana? Sudahkah tersenyum hari ini?

Begitu banyak hal remeh yang ternyata pada bulan ini justru melimpah ruah. Puasa ini menjadi
pintu untuk menjemput berkah, tapi yang menjadi persoalan, apakah berkah yang diharapkan
selama bulan puasa benar-benar kita dapatkan? Jangan sampai kita hanya dapat bunyi perut yang
keroncongan.

Referensi :
https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/18/200400723/siapa-sangka-senyum-palsu-bisa-
meningkatkan-emosi-positif-dalam-diri
https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4239947/belajar-memaafkan-selama-bulan-
ramadan-ini-manfaatnya-menurut-penelitian#
https://kumparan.com/affan-syafiq/memaknai-arti-memaafkan-dalam-hidup-1tqbUNXKkO5

Anda mungkin juga menyukai