Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara

ainvasiveyang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau

deformitas tubuh (Nainggolan, 2013). Kiik (2013) menyatakan bahwa tindakan

pembedahan akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan

fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)

dalam Sartika (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka

peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011

terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun

2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa.

Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa

(WHO dalam Sartika, 2013)Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah menempati ururan ke

11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit Indonesia yang

diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (DEPKES

RI, 2009).

1
Berdasarkan data dari RSUD polewali mandar Kabupaten Polman pada tahun

2014, didapatkan jumlah kasus operasi sebanyak 2.683 kasus, menurun pada tahun

2015 dengan jumlah kasus operasi sebanyak 3.548 kasus dan meningkat pada

tahun 2016 dengan jumlah kasus operasi sebanyak 5.075 kasus. (Profil data dari

RSUD polewali mandar Kabupaten Polman 2016).

Pre operasi diartikan sebagai tahap pertama dari perawatan perioperatif yang

dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika

pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.Fase

preoperasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat danberakhir

ketika pasien dipindahkan kemeja operasi. Kesuksesan dalam tindakan operasi

secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini merupakan awalan

yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan

yang dilakukan pada fase ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.

Sedangkan perawatan preoperasi merupakan pengalaman yang sangat sulit bagi

hampir semua pasien karena kesulitan tersebut merupakan hal yang pertama kali

dirasakan oleh pasien dengan keadaan atau situasi, perlakuan dan tempat yang

berbeda, dalam hal ini prosedur operasi akan memberikan suatu reaksi emosional

kepada pasien (Smeltzer & Bare, 2008).

Setiap individu dalam menjalani kehidupannya pernah mengalami

kecemasan, baik kecemasan itu berasal dari dalam diri seperti cemas terhadap

suatu penyakit maupun yang berasal dari luar diri seperti ancaman dari orang lain.

Ghufron dan Risnawita (dalam Agung 2016) kecemasan merupakan pengalaman

2
subjektif yang tidak Tamama Rofiqah,menyenangkan mengenai kekhawatiran atau

ketegangan berupa perasaan cemas, tegang dan emosi yang di alami seseorang.

Kemudian Atkitson (dalam Safaria dan Saputra, 2012) menjelaskan bahwa

kecemasan merupakan emosi yang tidak disukai individu ditandai adanya

kekhawatiran dan perasaan takut. Pendapat tersebut mengarah kepada perasaan

khawatir yang dialami oleh individu yang menderita kecemasan. Selanjutnya,

Syamsu Yusuf (2009) menyatakan bahwa kecemasan merupakan

ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang dan kekurang mampuan

dalam menghadapi tuntutan realitas yakni lingkungan, kesulitan dan tekanan

kehidupan sehari hari. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa peradaban manusia

yang semakin maju berakibat pada semakin kompleksnya gaya hidup seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqah (2009) mengungkapkan bahwa proses

modernisasi yang dialami manusia saat ini mengakibatkan mereka tidak lagi

memiliki waktu yang cukup untuk melakukan refleksi tentang eksistensi diri

sehingga setiap individu mudah letih baik jasmani maupun mental yang lambat

laun akan mengarah kepada gangguan fungsi kejiwaan atau bisa disebut dengan

gangguan mental. Dan yang kerap terjadi pada individu saat ini salah satunya

adalah kecemasan. Banyak hal yang kerap dicemaskan oleh seseorang dalam

kehidupannya. Mulai ketika memasuki masa kanak kanak, remaja, dewasa hingga

lansia. Sebagai contoh kecemasan yang dialami individu yang diungkapkan oleh

Elida Prayitno (dalam Donadan Ifdil, 2016), bahwa proses menjadi tua kadang

menyenangkan, kadang kurang menyenangkan, namun yang pasti menjadi tua

3
tidak terelakkan, karena merupakan proses yang alami. Menjadi tua merupakan

kecemasan tersendiri bagi individu karena akan memunculkan masalah psikososial

seperti kesepian, perasaan sedih dan depresi. Dalam persfektif religi, Ahmad

Mubarok (2000) mengemukakan bahwa perasaan cemas yang diderita manusia

bersumber dari hilangnya makna hidup (the meaning life). Makna hidup dimiliki

oleh manusia ketika ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh

orang lain serta merasa mampu mengerjakan sesuatu yang bermakna dari orang

lain. Manusia yang memiliki kecemasan adalah mereka yang tidak memiliki

prinsip hidup sehingga hidupnya menjadi tidak bermakna. Pendapat ini didukung

oleh Zakiah Drajat (1997) yang menyatakan bahwa pengaruh ilmu pengetahuan

modern telah menyebabkan orang hidup dalam kegelisahan dan kecemasan, karena

pengetahuan itu menyebabkan orang lupa pada agama, akibat selanjutnya

menghilangkan rasa bahagia dan ketenteraman masyarakat. Berdasarkan hal itu,

dewasa ini terlihat adanya fenomena kehampaan spiritual dalam diri manusia

modern dan untuk mengatasinya dapat diupayakan melalui konseling religius.

Konseling religius merupakan salah satu konseling dengan nuansa religi yang

bertujuan membantu individu/klien memahami diri sendiri, yakni mengenal

pribadi, menetapkan tujuan dan makna hidup, membentuk nilai yang menjadi

pegangan hidup serta mengembangkan potensi seoptimal mungkin. Individu

seperti ini akan mampu menjadi manusia yang efektif bagi kehidupannya yang

dinamis dan maju. Karena dorongan beragama dalam diri seseorang merupakan

dorongan psikis yang bersifat alami dalam karakter penciptaan manusia. Oleh

4
sebab itu, usa memfungsikan kembali spiritualitas seseorang untuk mencapai

kondisi psikis yang sehat dapat dilakukan dengan menerapkan terapi zikir berbasis

religiopsikoneuimunologi Karena zikir mengandung unsur psikoteraputik yang

efektif, tidak hanya dari sudut kesehatan mental tetapi juga kesehatan jasmani.

Bukti ilmiah menyatakan bahwa zikir merupakan perwujudan komitmen

keagamaan seseorang, sedangkan keimanan seseorang merupakan kekuatan

spiritual yang dapat digali dan dikembangkan untuk penyakit yang diderita

seeorang.Dalam tinjuan psikologis, zikir memiliki efek spiritual yang besar, yaitu

sebagai penambah rasa keimanan, pengabdian, kejujuran, ketabahan dan

kematangan dalam hidup. Terapi zikir ini merupakan penanaman nilainilai

tauhidiyah dalam diri seseorang Zikir dengan basis religiopsikoneuimunologi

merupakan salah satu alternatif mengatasi kecemasan. Hasil penelitian menyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara agama (religi), jiwa (psikis) dan tubuh

(neuroimunologi)

Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami

manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun (Fausiah, 2005). Cemas merupakan

suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif

dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas

berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek

sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu

sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada

5
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh

kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu

operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusa

(misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan

lain-lain

Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu

mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa

depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai

“mengerikan”( Sivalitar, 2007 )

Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah

laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Keduaduanya

merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap

kecemasan tersebut (Singgih D. Gunarsa, 2008:27).

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).

6
Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam

pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk

menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa

kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat

mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian

dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut ,peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut : “apakah ada pengaruh pendekatan religius

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendekatan religius terhadap penurunan

tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD polewali mandar

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi

di RSUD polewali mandar

7
Menganalisa apa pengaruh pendekatan religius terhadap

penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD

polewali mandar

1.3.2.2 Mengidentfikasi pengaruh pendekatan religius terhadap

penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD

polewali mandar

1.4 Manfaat

1.4.2 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan bacaan dan informasi serta acuan untuk penelitian

selanjutnya sekaligus dapat berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

1.4.3 Manfaat Praktis

1.4.3.1 Bagi RSUD polewali mandar

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

pengaruh pendekatan religius terhadap penurunan tingkat

kecemasan pasien pre operasi.

1.4.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang pengaruh pendekatan religius terhadap penurunan

tingkat kecemasan pasien pre operasi.

1.4.3.3 Bagi Masyarakat

8
penelitian ini dapat membantu pihak pendidikan dalam

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengaruh

pendekatan religius terhadap penurunan tingkat kecemasan

pasien pre operasi

1.4.3.4 Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan yang

Berhubungan dengan pendekatan religius untuk menurunkan

tingkat kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai