BAB I
PENDAHULUAN
dalam Sartika (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011
terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun
Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa
RI, 2009).
1
Berdasarkan data dari RSUD polewali mandar Kabupaten Polman pada tahun
2014, didapatkan jumlah kasus operasi sebanyak 2.683 kasus, menurun pada tahun
2015 dengan jumlah kasus operasi sebanyak 3.548 kasus dan meningkat pada
tahun 2016 dengan jumlah kasus operasi sebanyak 5.075 kasus. (Profil data dari
Pre operasi diartikan sebagai tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini merupakan awalan
yang dilakukan pada fase ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
hampir semua pasien karena kesulitan tersebut merupakan hal yang pertama kali
dirasakan oleh pasien dengan keadaan atau situasi, perlakuan dan tempat yang
berbeda, dalam hal ini prosedur operasi akan memberikan suatu reaksi emosional
kecemasan, baik kecemasan itu berasal dari dalam diri seperti cemas terhadap
suatu penyakit maupun yang berasal dari luar diri seperti ancaman dari orang lain.
2
subjektif yang tidak Tamama Rofiqah,menyenangkan mengenai kekhawatiran atau
ketegangan berupa perasaan cemas, tegang dan emosi yang di alami seseorang.
ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang dan kekurang mampuan
yang semakin maju berakibat pada semakin kompleksnya gaya hidup seseorang.
modernisasi yang dialami manusia saat ini mengakibatkan mereka tidak lagi
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan refleksi tentang eksistensi diri
sehingga setiap individu mudah letih baik jasmani maupun mental yang lambat
laun akan mengarah kepada gangguan fungsi kejiwaan atau bisa disebut dengan
gangguan mental. Dan yang kerap terjadi pada individu saat ini salah satunya
adalah kecemasan. Banyak hal yang kerap dicemaskan oleh seseorang dalam
kehidupannya. Mulai ketika memasuki masa kanak kanak, remaja, dewasa hingga
lansia. Sebagai contoh kecemasan yang dialami individu yang diungkapkan oleh
Elida Prayitno (dalam Donadan Ifdil, 2016), bahwa proses menjadi tua kadang
3
tidak terelakkan, karena merupakan proses yang alami. Menjadi tua merupakan
seperti kesepian, perasaan sedih dan depresi. Dalam persfektif religi, Ahmad
bersumber dari hilangnya makna hidup (the meaning life). Makna hidup dimiliki
oleh manusia ketika ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh
orang lain serta merasa mampu mengerjakan sesuatu yang bermakna dari orang
lain. Manusia yang memiliki kecemasan adalah mereka yang tidak memiliki
prinsip hidup sehingga hidupnya menjadi tidak bermakna. Pendapat ini didukung
oleh Zakiah Drajat (1997) yang menyatakan bahwa pengaruh ilmu pengetahuan
modern telah menyebabkan orang hidup dalam kegelisahan dan kecemasan, karena
dewasa ini terlihat adanya fenomena kehampaan spiritual dalam diri manusia
Konseling religius merupakan salah satu konseling dengan nuansa religi yang
pribadi, menetapkan tujuan dan makna hidup, membentuk nilai yang menjadi
seperti ini akan mampu menjadi manusia yang efektif bagi kehidupannya yang
dinamis dan maju. Karena dorongan beragama dalam diri seseorang merupakan
dorongan psikis yang bersifat alami dalam karakter penciptaan manusia. Oleh
4
sebab itu, usa memfungsikan kembali spiritualitas seseorang untuk mencapai
kondisi psikis yang sehat dapat dilakukan dengan menerapkan terapi zikir berbasis
efektif, tidak hanya dari sudut kesehatan mental tetapi juga kesehatan jasmani.
spiritual yang dapat digali dan dikembangkan untuk penyakit yang diderita
seeorang.Dalam tinjuan psikologis, zikir memiliki efek spiritual yang besar, yaitu
bahwa ada hubungan yang signifikan antara agama (religi), jiwa (psikis) dan tubuh
(neuroimunologi)
manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun (Fausiah, 2005). Cemas merupakan
suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif
dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas
berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek
sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu
5
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh
(misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan
lain-lain
depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai
laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Keduaduanya
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
6
Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
1.3 Tujuan
7
Menganalisa apa pengaruh pendekatan religius terhadap
polewali mandar
polewali mandar
1.4 Manfaat
8
penelitian ini dapat membantu pihak pendidikan dalam
tingkat kecemasan.