Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KEPERAWATAN DASAR PROFESI

KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Dasar Profesi

Dosen : Ns. Nikmatul Khayati, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 16

Imam Cahyadi (G3A020236)


Novita Sugiarti (G3A020196)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

A. PENGERTIAN
Dalam buku (Berman, A, et all, 2016) nutrisi adalah semua
interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsi. Dengan kata
lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan bagaimana tubuh
menggunakannya. Nutrisi adalah zat organik dan anorganik ditemukan
dalam makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Makanan yang
cukup asupan nutrisi terdiri dari keseimbangan: air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Makanan sangat berbeda gizinya nilai
(kandungan nutrisi dari sejumlah makanan tertentu), dan tidak ada
makanan menyediakan semua nutrisi penting. Nutrisi memiliki tiga fungsi
utama: menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh,
menyediakan bahan struktural untuk jaringan tubuh, dan mengatur proses
tubuh.
Kebutuhan nutrisi tubuh yang paling dasar adalah air. Karena setiap
sel membutuhkan pasokan bahan bakar yang terus menerus, kebutuhan
nutrisi yang paling penting, setelahnya air, adalah untuk nutrisi yang
menyediakan bahan bakar, atau energi. Penyediaan energi nutrisi adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Kelaparan memaksa orang untuk makan
nutrisi yang menyediakan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
energi mereka. Karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air
dirujuk menjadi makronutrien, karena dibutuhkan dalam jumlah besar
(misalnya, ratusan gram) untuk menyediakan energi. Mikronutrien adalah
itu vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil (misalnya,
miligram atau mikrogram) untuk memetabolisme nutrisi yang
menyediakan energi.
Nutrisi adalah substansi organik dan non organik yang ditemukan
dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan
baik (Kozier dalam Mubarak, 2008)
Pada negara maju dan berkembang penyakit degeneratif yang terus
meningkat, hal ini dikaitkan dengan pola makan dan perubahan gaya
hidup. Nutrisi merupakan determinan utama penyakit kronis yang dapat
dimodifikasi, sebab penyesuaian pola makan tidak hanya mempengaruhi
kesehatan saat ini, tetapi dapat menentukan individu apakah individu akan
memiliki penyakit kronis di masa depan (WHO, 2003). Di satu sisi diet
dapat menjadi factor risiko terjadinya penyakit dengan menyebabkan
peningkatan berat badan (obesitas), tekanan darah, glikosa dan kolesterol,
namun disisi lain diet menjadi salah satu strategi pencegahan penyakit dan
terapi (Pattola el al,2020).

B. Struktur dan Fungsi Nutrisi


Nutrisi digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu :
a) Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan
disakarida) dan gula kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri
dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan
susu adalah sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal, kentang,
beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat kompleks.
Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram
karbohidrat mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam
oksidasi lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran
pencernaan, yang membantu sintesis vitamin K dan B12,
memproduksi komponen karbon dalam sintesis asam amino
esensial.
Sirkulasi darah membawa glukosa ke sel sebagai sumber
energi dan untuk produksi substansi penting. Kadar glukosa darah
normal 80-110 mg/dL, pada kondisi puasa kadar glukosa darah 60-
80 mg/dL, dan pada 2 jam setelah puasa meningkat menjadi 140-
180 mg/dL, tergantung usia. Hiperglikemia dimana kadar glukosa
darah lebih tinggi dari normal akibat produksi atau penggunaan
insulin tidak adekuat, terjadi pada diabetes militus. Hipoglikemia
dimana kadar glukosa darah lebih rendah dari normal, dapat
sebagai tanda dari abnormalitas liver dan pankreas.
b) Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino,
yang dihubungkan dengan rantai peptida. Protein terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tubuh mensintesis
protein antara lain membentuk hemoglobin untuk membawa
oksigen ke jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan
albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah.
Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan
proses tubuh, pembentukan kembali protein sel, dan energi,
memelihara sistem imunitas tubuh, sel, cairan tubuh, tulang, kulit,
gigi, otot, rambut, darah, dan serum. Katabolisme protein memberi
4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari protein pada regulasi
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan katabolisme.
Diit protein diklasifikasikan menjadi :
1) Protein lengkap, berisi asam amino esensial untuk memelihara
jaringan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan. Tubuh tidak
dapat mensintesis asam amino esensial. Tubuh dapat
mensintesis asam amino nonesensial dari sumber lain. Sumber
protein lengkap antara lain daging, ikan, susu, keju, dan telur.
2) Protein lengkap sebagian, berisi asam amino untuk memelihara
kehidupan, tetapi tidak meningkatkan pertumbuhan.
3) Protein tidak lengkap, tidak berisi asam amino esensial untuk
memelihara kehidupan, membentuk jaringan, dan
meningkatkan pertumbuhan. Sumber protein tidak lengkap
antara lain buah dan sayuran, buncis, roti, sereal, beras, pasta,
kacang-kacangan.
Status protein diukur dalam keseimbangan nitrogen.
Keseimbangan nitrogen adalah jumlah nitrogen yang
digunakan sama dengan jumlah nitrogen yang dikeluarkan.
Keseimbangan nitrogen positif jika intake nitrogen lebih besar
dari nitrogen yang dikeluarkan. Keadaan ini terjadi jika
jaringan baru disintesis, misalnya sembuh dari sakit, latihan,
hamil, dan pertumbuhan masa anak. Keseimbangan nitrogen
negatif jika pengeluaran nitrogen lebih besar dari intake
nitrogen. Keadaan ini terjadi pada penyakit yang disebabkan
kerusakan jaringan, atau diet protein dan/atau kalori tidak
adekuat.
c) Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak,
kolesterol, dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang
terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak secara ideal
membentuk sekitar 20% berat badan pada orang yang tidak gemuk.
Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi,
simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan
transport vitamin larut lemak. Lemak yang dioksidasi
menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang
karena menetap di lambung lebih lama daripada karbohidrat atau
protein. Lemak diklasifikasikan sebagai lemak jenuh dan lemak
tidak jenuh. Daging sapi, daging domba, minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, dan minyak biji kelapa sawit mengandung asam
lemak jenuh lebih tinggi dan lebih keras. Daging ayam, ikan dan
sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan lebih lunak.
d) Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta
membantu dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin
diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
1. Vitamin larut lemak Vitamin larut lemak disimpan di hati atau
jaringan adiposa, sehingga intake vitamin berlebihan dapat
menyebabkan keracunan.
a. Vitamin A Vitamin A berfungsi untuk memelihara
penglihatan, memelihara jaringan epitel, meningkatkan
perkembangan tulang dan gigi, meningkatkan proliferasi
sel. Kekurangan vitamin A ditandai dengan buta senja atau
buta total, degenerasi sel keratin yang menyebabkan infeksi
mata, telinga, dan rongga hidung. Kulit menjadi kasar,
kering, dan bersisik, mata kering, perkembangan gigi dan
tulang tidak adekuat. Vitamin A disimpan di hati dan intake
berlebihan menyebabkan keracunan.
b. Vitamin D Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi tulang,
kartilago, dan gigi, memelihara calcium cairan ekstra
selular, dan untuk kontraksi otot. Kekurangan vitamin D
menyebabkan riketsia, kesehatan gigi kurang, otot kaku dan
kejang, osteomalasia (tulang lunak dan mudah fraktur
spontan).
c. Vitamin E Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang
membantu memelihara integritas membran sel dan
melindungi vitamin A dan C dari oksidasi. Kekurangan
vitamin E ditandai dengan meningkatnya hemolisis eritrosit,
refleks kurang, kerusakan fungsi neuromuskular, dan
anemia.
d. Vitamin K Vitamin K berfungsi untuk pembentukan
protrombin dan faktor pembekuan lain untuk pembekuan
darah. Kekurangan vitamin K dimanifestasikan dengan
perdarahan, dan penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.
2. Vitamin larut air
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan
diabsorbsi oleh jaringan, dan diekskresikan dalam urine.
a. Vitamin B kompleks Vitamin B1 (thiamine) berfungsi
dalam metabolisme karbohidrat, memelihara fungsi syaraf,
nafsu makan dan pencernaan. Gejala kekurangan vitamin
B1 adalah nafsu makan menurun, apatis, depresi mental,
fatigue, konstipasi, edema, gagal jantung, dan neuritis.
Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi dalam metabolisme
protein dan karbohidrat, memelihara kulit dan penglihatan.
Gajala kekurangan vitamin B2 adalah sudut mulut pecah-
pecah, dermatitis, dan peningkatan vaskularisasi kornea dan
penglihatan tidak teratur. Vitamin B3 (niacin) berfungsi
dalam metabolisme gliskogen, regenerasi jaringan, dan
sintesis lemak. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan
pellagra, ditandai dengan fatigue, sakit kepala, anoreksi,
penurunan berat badan, nyeri abdomen, diare, dermatitis,
gangguan syaraf. Vitamin B12 (cyanocobalamin) berfungsi
dalam membentuk eritrosit matang, dan sintesis DNA dan
RNA, absorbsi vitamin A. Kekurangan vitamin B12
menyebabkan anemi pernisiosa, dan kerusakan syaraf.
Asam folat berfungsi sebagai ko enzim metabolisme protein
dan pertumbuhan sel, membentuk eritrosit, perkembangan
tulang dan sumsum tulang belakang janin. Tanda
kekurangan asam folat adalah glositis, diare, anemi
makrositik, defek kelahiran (spina bifida)
b. Vitamin C Vitamin C penting untuk absorbsi Fe, melawan
infeksi, penyembuhan luka, pembentukan kolagen,
metabolisme beberapa asam amino. Vitamin C adalah
antioksidan, dan melindungi vitamin A dan E dari oksidasi
berlebihan. Kekurangan vitamin C ditandai dengan
penyembuhan luka kurang, rentan infeksi, retardasi
pertumbuhan dan perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi
berdarah.
e) Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi
metabolisme
a. Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang
dan gigi, pembekuan darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan
relaksasi otot, permeabilitas membran sel. Tanda dan gejala
kekurangan calcium adalah pertumbuhan pendek, ricketsia,
osteoporosis, tetani.
b. Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi
otot, sintesis protein. Tanda dan gejala kekurangan magnesium
adalah penyakit ginjal, tremor mengakibatkan kejang.
c. Sodium berfungsi untuk membantu memelihara keseimbangan
cairan tubuh dan asam basa. Makanan rendah sodium penting
bagi orang dengan penyakit jantung, hipertensi, edema,
gangguan ginjal, penyakit liver.
d. Potasium/kalium Fungsi potasium untuk sintesis protein,
keseimbangan cairan, dan regulasi kontraksi otot. Pembatasan
potasium dilakukan pada klien dengan kerusakan/gagal ginjal
e. Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang
dan gigi, keseimbangan asam basa, metabolisme energi,
struktur membran sel, regulasi hormon dan ko enzim. Tanda
dan gejala kekurangan fosfor adalah pertumbuhan pendek,
riketsia.
f. Besi (Fe) berfungsi untuk membawa oksigen melalui
hemoglobin dan myoglobin, unsur pokok sistem enzim.
Kekurangan besi ditandai dengan deplesi simpanan besi,
anemi, pucat.
g. Iodine Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang
meregulasi basal metabolisme rate. Kekurangan iodine
menyebabkan goiter.
h. Zinc Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan
dan penyembuhan, kematangan seksual dan reproduksi, unsur
utama beberapa enzim dalam energi dan metabolime asam
nukleat. Kekurangan zinc menyebabkan kerusakan
pertumbuhan, kematangan seksual, dan fungsi sistem imun,
lesi kulit, akrodermatitis, penurunan sensasi rasa dan penghidu
i. Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari
minum cairan dan makan makanan tinggi air, dan dengan
oksidasi makanan. Haus menandakan butuh air dan mendorong
seseorang untuk minum.

C. Anatomi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus halus, kolon/usus besar, dimana makanan masuk, berjalan, dan keluar
tubuh, dan organ asesoris yang berperan dalam proses pencernaan (lidah,
kelenjar saliva/ludah, gigi, hepar, pankreas, dan kandung empedu).
Mulut dilapisi membran mukosa. Lidah terdiri dari otot bertulang
dan dilapisi membran mukosa. Papila merupakan permukaan lidah yang
mengandung ujung perasa. Kelenjar saliva berada di sublingual, sub
mandibula, dan parotis. Kelenjar saliva mengeluarkan saliva yang
mengandung cairan dan enzim. Mengunyah mengurangi ukuran makanan,
dan mencampur makanan dengan saliva.
Faring terdiri dari otot yang dilapisi membrane mukosa, makanan
dan udara berjalan melewati struktur ini sebelum mencapai saluran keluar
yang tepat (epiglotis untuk makanan dan trakhea untuk udara). Epiglotis
menutup jalan napas selama menelan. Esofagus terdiri dari dinding otot
yang dilapisi membran mukosa, dan mendorong makanan dari mulut ke
lambung. Lambung dilapisi membrane mukosa dan mempunyai lapisan
otot dan lapisan luar fibroserous. Usus halus mempunyai lapisan mukosa,
2 lapisan otot, dan lapisan luar peritoneal viseral.
Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum, dan ileum. Kolon
mempunyai lapisan mukosa, 2 lapisan otot, dan lebih dari beberapa bagian,
lapisan luar peritoneal viseral. Kolon terdiri dari cecum, kolon (asenden,
transversum, desenden, dan sigmoid), dan rektum.
Organ asesoris berada di luar saluran gastrointestinal, tetapi
skresinya dibawa melalui duktus. Empedu yang dihasilkan hepar dibawa
melalui duktus hepatik dan duktus kistik ke kandung empedu. Duktus
empedu membawa empedu ke duodenum. Enzim pakreas dibawa ke
duodenum melalui duktus pankreatik.
D. Fungsi sistem pencernaan
Sistem pencernaan membentuk makanan yang diubah ke zat dimana sel
tubuh dapat mengabsorbsi dan menggunakannya.

a) Mencerna
Proses memecah makanan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, penyembuhan, dan pencegahan penyakit. Mencerna
meliputi proses mekanik dan kimia untuk mengubah makanan dalam
bentuk yang bisa dicerna.
Proses mekanik meliputi mengunyah, menelan, mencampur dan
menggerakkan makanan ke lambung dan duodenum. Dalam usus,
makanan diaduk dan dicampur dengan enzim pencernaan, dan
diabsorbsi mukosa usus halus. Peristaltik membawa makanan ke
dalam kolon untuk disimpan sampai dikeluarkan dari tubuh.
Proses kimia mengubah komposisi makanan yang masuk.
Karbohidrat, lemak, dan protein harus dipecah secara kimia untuk
diabsorbsi. Pencernaan karbohidrat meliputi hidrolisis polisakarida
(kecuali selulosa dan fiber) menjadi disakarida oleh enzim amilase.
Disakarida dihidrolisis menjadi monosakarida oleh enzim sukrase,
maltase, dan laktase yang disekresi oleh usus halus.
Pencernaan lemak dilakukan oleh emulsi lemak yang difasilitasi
oleh empedu. Emulsi memecah lemak menjadi lemak yang lebih kecil
dan diurai menjadi solution. Enzim lipase pankreas menghidrolisis
lemak kecil menjadi asam lemak dan gliserol.
Pencernaan protein meliputi hidrolisis protein menjadi asam
amino oleh enzim protease (pepsin dari cairan gaster, tripsin, dan
protease lain dari cairan pankreas, dan peptidase dari cairan usus
halus).
b) Absorbsi
Absorbsi adalah proses mencerna protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air yang secara aktif dan pasif dibawa melalui
mukosa usus halus ke darah atau sirkulasi limfatik. Asam amino,
monosakarida diabsorbsi ke aliran darah melalui kapiler usus halus.
Gliserol dan asam lemak diabsorbsi ke sistem limfatik melalui kapiler
limfatik di vili usus halus. Beberapa lemak netral yang diemulsi
diabsorbsi tanpa dicerna ke kapiler.
c) Metabolisme
Metabolisme adalah proses kimia kompleks yang terjadi di sel
yang digunakan untuk energi, untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.
Katabolisme adalah proses memecah zat kompleks menjadi zat simpel
(misalnya, memecah jaringan), dan anabolisme adalah proses
mengubah zat sederhana menjadi sesuatu yang lebih kompleks
(misalnya, perbaikan jaringan).
Sel hepar merubah glukosa menjadi glikogen oleh insulin. Proses
anabolisme ini disebut glikogenesis. Glikogen disimpan di hepar dan
jaringan otot, kemudian diubah kembali menjadi glukose oleh proses
katabolisme yang disebut glikogenolisis. Simpanan glukose oleh
insulin dalam bentuk deposit lemak (jaringan adiposa). Jika glukosa
yang masuk sel tidak cukup untuk kebutuhan sel, glukoneogenesis
(bentuk glukosa dari protein dan lemak di hepar) terjadi. Proses
katabolisme menghasilkan energi 4 kcal/g.
Lemak diubah menjadi jaringan adiposa dan disimpan di deposit
lemak tubuh. Simpanan deposit lemak membuat sumber energi paling
besar. Katabolisme lemak menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan
asam lemak. Asam lemak diubah oleh reaksi kimia yang disebut
ketogenesis menjadi keton. Dalam jaringan sel, keton diubah oleh
siklus asam sitras menjadi energi, karbon dioksida, dan air. Gliserol
diubah oleh glukoneogenesis menjadi glukosa. Lemak menghasilkan
energi 9 kcal/g.
Anabolisme protein membangun jaringan, menghasilkan antibodi,
membentuk sel darah, dan memperbaiki jaringan. Protein disimpan di
hepar dan jaringan otot atau diubah menjadi lemak. Katabolisme
protein menghidrolisis protein sel menjadi asam amino di jaringan sel.
Asam amino dipecah menjadi amoniak dan ketoacid. Proses ini terjadi
di sel hepar untuk membentuk glukosa dan urea.
d) Ekresi
e) Organ ekskretori (ginjal, kelenjar keringat, kulit, paru, dan usus)
mengeluarkan produk pembuangan dari tubuh. Air, toksin, garam, dan
nitrogen diekskresikan melalui ginjal, kulit, dan kelenjar keringat.
Karbon dioksida dan air diekskresikan melalui paru. Pembuangan
pencernaan diekskresikan melalui usus dan rektum.

E. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia


a) Bayi (Umur 0 – 12 bulan)
Bayi sebelum usia 6 bulan, nutrisi yang pokok adalah air susu ibu
(ASI eksklusif). Kalori yang dibutuhkan sekitar 110-120
kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160 ml/kg/hari.
Keuntungan pemberian ASI adalah:
1) ASI merupakan nutrisi yang komplet.
2) ASI mengandung lactobacillus bifidus, berguna untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya dalam
intestinal.
3) Protein (laktalbumin) lebih mudah dicerna bayi. Protein ASI
tidak dapat menyebabkan alergi.
4) Laktose dalam ASI lebih banyak dan lebih dapat
meningkatkan absorbsi kalsium dan mineral lain.
5) Mineral dalam ASI (calsium: pospor = 2 : 1) baik untuk bayi.
Zat besi ASI lebih mudah diabsorbsi.
6) Lipose ASI membantu bayi yang immatur dalam pencernaan
lemak.
b) Masa Toddler (Umur 1–3 tahun) dan pra sekolah (Umur 3–5 tahun)
Masa untuk mendidik pola, cara dan jenis makan yang benar.
Kebiasaan yang sebaiknya diajarkan pada usia ini antara lain:
1) Penyediaan makanan dalam berbagai variasi
2) Membatasi makanan manis
3) Konsumsi diet yang seimbang
4) Penyajian waktu makan yang teratur.
Kebutuhan kalori pada masing-masing usia:
1) 1) 1 tahun = 100 kcal / hari
2) 3 tahun = 300 -500 kcal / hari.
c) Anak sekolah (Umur 6 – 12 tahun)
Tabel Kebutuhan nutrisi anak umur 6 – 12 tahun

Usia Kalori Protein Cal Fe Vit Vit B Vit C


(th) (cal) (gr) (gr) (mg) A (mg) (mg)
(u)

5-6 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25

7-9 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25

10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,6 25

d) Masa adolescents atau remaja (Umur 13 – 21 tahun)


Lemak tubuh meningkat, mengakibatkan obesitas sehingga
menimbulkan stres terhadap body image yang dapat
mengakibatkan masalah kesehatan, seperti anoreksia nervosa,
bulimia.
e) Masa dewasa muda (Umur 23 – 30 tahun)
Kebutuhan nutrisi pada dewasa muda digunakan untuk
proses pemeliharaan dan perbaikan tubuh, dan untuk
mempertahankan keadaan gizi lebih baik.

f) Masa dewasa (Umur 31 - 45 tahun)


Masa dewasa merupakan masa produktif khususnya terkait
dengan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi pada masa dewasa ini
dibedakan antara tingkat pekerjaan ringan, sedang dan berat.

F. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO


1. Kekurangan nutrisi
a. Efek dari pengobatan
b. Mual/ muntah
c. Gangguan intake makanan
d. Radiasi/ kemoterapi
e. Penyakit kronis
f. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
g. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
h. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
i. Nafsu makan menurun     ( Wartonah, 2006 dan Alimul, 2006, hlm.
67)
2. Kelebihan nutrisi
a. Kelebihan intake
b. Gaya hidup
c. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
d. Penurunan laju metabolic
e. Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat   (Wartonah, 2006 dan Potter,
2005)
G. KARAKTERISTIK/ JENIS/ TIPE
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh ( Potter, 2005)

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan :

1. Body Mass Index


Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
2. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi 10% dari jumlah itu. (Wartonah, 2006)

H. PATOFISIOLOGI
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan
menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ
lain : perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi
congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan
pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal
dicurigai, terdapat banyak factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala.
Stress dan ansietas sering menjadi keluhan utama berupa indigesti,
anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan
konstipasi/ diare.
Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan
dan ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat
mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan
nutrisi ( Smeltzer, 2002).

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya
perubahan nutrisi adalah sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit
2. Albumin serum
3. Zat besi
4. Transferin serum
5. Kreatinin
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Keseimbangan nitrogen
9. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status
nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan
nilai limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/
penurunan kadar kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).

J. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system
pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral
total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan
atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan
transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan
lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan slang
pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi
atau yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi
parenteral total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH),
diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi karena
terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena
kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan
secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava
superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak,
protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini
memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN
bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang
beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien.
( Kozier, 2011, hlm.784-801)
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai
klien yang disesuaikan dengan kondisi klien
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan
klien yang anoreksik
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman
sesaat sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan
dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah
dipakai, set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang
sudah dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu
makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi (Kozier, 2011, hlm.782-783).

K. KOMPLIKASI
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak
sehat, obesitas, dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.

6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energy.
(Alimul, 2006, hlm.68).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Penilaian gizi
Dalam buku (Hollen & Stein 2021) salah satu cara terbaik untuk
menilai atau menentukan kebutuhan nutrisi klien jika klien berisiko
mengalami gangguan nutrisi maka dengan melakukan skrining.
Hal ini memungkinkan perawat untuk mencari area perhatian yang
mungkin mengindikasikan untuk penilaian kebutuhan nutrisi yang lebih
mendalam dan / atau rujukan kepada ahli gizi teregistrasi.
Komisi bersama merekomendasikan bahwa fasilitas menilai dan
menilai kembali kebutuhan nutrisi klien secara keseluruhan tinggal di
rumah sakit klien. Sebagai bagian dari pemeriksaan, akan sangat
membantu untuk menilai preferensi pribadi klien, termasuk "makanan
yang disukai" biasanya dimakan di rumah (dudek, 2018).
Proses pengkajian dan penilaian nutrisi melibatkan lebih banyak
hal. Ini adalah evaluasi berkelanjutan dari asupan klien dan kemampuan
makan, bagaimana klien mentolerir makanan, dan apakah klien menyukai
makanan yang diterima. Klien dengan luka signifikan atau kondisi medis
lain yang membuat mereka berisiko malnutrisi mungkin perlu dinilai lebih
sering (dudek, 2018).
Kriteria yang digunakan untuk skrining gizi atau penilaian
Kriteria untuk pemeriksaan atau penilaian nutrisi biasanya mencakup data
antropometri (misalnya, tinggi, berat), data laboratorium (misalnya,
albumin, pre-albumin), pemeriksaan fisik (misalnya, kondisi kulit, rambut,
dan paku), dan data penilaian objektif / subjektif.
Menilai alergi makanan klien dan mengevaluasi asupan jamu, obat-
obatan, atau makanan tertentu yang membuat klien berisiko interaksi obat-
makanan juga penting (Academy of Nutrition dan Dietetika, 2019).
Penting untuk diingat bahwa tidak ada seorang pun parameter khusus
untuk penilaian status gizi.
Kendati demikian, sejumlah pengujian dalam nilai laboratorium
biasa mungkin dapat membantu indikator gangguan gizi, termasuk total
protein, albumin, pra-albumin, jumlah sel darah putih (leukosit), total
jumlah limfosit, dan hemoglobin. Namun, beberapa parameter mungkin
menyesatkan dan tidak boleh dianggap benar. Misalnya, klien albumin
rendah, jumlah leukosit rendah, atau tingkat hemoglobin rendah mungkin
terkait dengan overhidrasi, trauma, atau infeksi daripada malnutrisi.
Saat mengevaluasi kriteria skrining nutrisi, waspadalah terhadap
perubahan berat badan klien, seperti penurunan berat badan yang tidak
disengaja lebih dari 5% dalam waktu singkat (mis., 3 bulan). Tidak
disengaja penurunan berat badan signifikan mungkin merupakan indikasi
gangguan nutrisi yang serius.
Menilai dan Memantau Makanan Klien dan Asupan Cairan
Selama skrining nutrisi, ada baiknya untuk menilai apa yang klien
telah makan di rumah untuk mendapatkan pemahaman dasar tentang apa
yang mungkin dibutuhkan klien dalam pengaturan perawatan akut.
Sebagai contoh, bertanya kepada klien “Berapa banyak makanan yang
biasanya Anda makan dalam 24 jam?" dapat membantu menentukan
apakah klien cenderung "melewati" atau tidak makanan atau mungkin
membutuhkan camilan tambahan sepanjang hari. Seorang klien
Penarikan kembali 24 jam juga dapat membantu menentukan jenis
makanan klien dan bagaimana klien menyukai makanan yang disiapkan.
Namun, metode yang lebih akurat mungkin penarikan 4 jam karena
mungkin saja sulit bagi klien untuk mengingat apa yang mereka makan
selama 24 jam terakhir. Pengamatan klien makan beberapa kali juga
membantu (Akademi Nutrisi dan Dietetika, 2019).
Saat memantau asupan klien dalam pengaturan perawatan akut,
tanyakan kepada mereka berapa banyak mereka makan di rumah sakit
dibandingkan di rumah dan bagaimana mereka menyukai makanan yang
mereka terima di rumah sakit. Ini bisa membantu mengidentifikasi potensi
masalah dengan makanan mereka atau jika ada perubahan yang perlu
dibuat.
Dokumentasikan persentase dan jenis makanan yang dimakan dan
amati nafsu makan klien, perilaku nonverbal, dan wajah ekspresi wajah
sebelum dan selama makan (Dudek, 2018). Mungkin juga berguna untuk
memantau jumlah kalori klien, terutama jika klien tersebut berisiko
malnutrisi.
1. Komponen pengkajian nutrisi :

Data skrining Data tambahan

Antropometri ·      Tinggi badan ·     Lipatan trisep

·      Berat badan ·     LILA

·      Berat badan ideal ·     Lingkar otot lengan


tengah
·      Indeks massa tubuh
·     Lingkar lengan tengah

Biokimia ·      Hemoglobin ·     Kadar transferin serum

·      Albumin serum ·     Nitrogen urea kemih

·      Hitung limfosit total ·     Ekskresi kreatinin kemih

Clinical ·      Kulit ·     Analisis rambut

·      Rambut dan kuku ·     Neurologi

·      Membran mukosa

Diet ·      Porsi makan dalam 24 jam ·     Riwayat diet

·      Frekuensi makan

Environment ·      Lingkungan

Fatique ·      Tingkat aktivitas ·     Penyakit tertentu yang


berhubungan dengan aktivitas

2. Riwayat keperawatan
a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi
secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga
meliputi tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap
pemeriksaan fisik yang rutin.
Tanda Klinis malnutrisi :

Area pemeriksaan Tanda- tanda

Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih

BB Berlebih/ kurang

Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada


petekie/ memar, lemak subkutan kurang

Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti


sendok

Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh

Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak,


kornea berawan

Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir


mulut, fisura vertical

Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus

Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang


Otot Lemah, mengecil

System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,


gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati

Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa


terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas

4. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa;
pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi; dan factor social, ekonomi, etnis atau
agama yang mempengaruhi nutrisi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:
a. Kesulitan  untuk mencerna makanan
b. Kesulitan untuk menelan makanan
c. Anoreksia, muntah
d. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
e. Depresi, stress, isolasi social
f. Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan
luka dan penurunan asupan sekunder akibat: pembedahan,
medikasi ( mis. kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah
mulut, kawat rahang
g. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi
radiasi, kemoterapi, tonsilektomi

Ditandai dengan:
Data obyektif Data subyektif
·         Berat badan 20%  atau lebih di Pasien mengatakan :
bawah BB ideal ·  Nyeri abdomen
·         Diare ·  Kram abdomen
·         Bising usus hiperaktif ·  Menghindari makan
·         Penurunan BB dengan asupan ·  Cepat kenyang setelah
makanan adekuat mencerna makanan
·         Membran mukosa pucat
·         Ketidakmampuan mencerna
makanan
·         Tonus otot menurun
·         Sariawan di rongga mulut
·         Steatorea
·         Kelemahan otot
·         Gangguan menelan
Laborat
·          Albumin serum
·          Transferin
·          Elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dapat
menunjukan peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kriteria Hasil:

 Nafsu makan meningkat


 Peningkatan masukan oral
 Peningkatan aktivitas
 Massa otot
 Berat badan

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :
 Timbang BB setiap hari
 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
 Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan
 Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum makan
 Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan
 Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
 Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan
untuk :
 Makan makanan kering (crakers) saat bangun tidur
 Makan makanan asin bila tidak ada pantangan
 Hindari makanan yang terlalu manis
 Makan kapan saja bila dapat ditoleransi
 Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat
makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan
sesudah makan.

Kolaborasi :

 Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat


pada ahli gizi
 Berikan suplemen makanan
 Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik (NGT)
 Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan
hiperosmolar.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:
 Perubahan pola kepuasan makan
 Penurunan indera pengecapan dan penciuman
 Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)
 Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
 Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar
 Pola makan disfungsional
 Peningkatan nafsu makan
 Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ditandai dengan :

Data Obyektif Data Subyektif


·      Disfungsi pola makan (mis. Pasien mengatakan :
Makan sambil melakukan aktivitas ·      Adanya pola makan yang
lain) tidak diinginkan
·      Aktivitas monoton ·      Adanya kelebihan frekuensi
·      Lipatan otot triseps > 25mm pada makan
wanita; >15mm pada pria
·      Obesitas, BB 20% melebihi tinggi
dan kerangka tubuh ideal
·      Kelebihan BB 10% melebihi
tinggi dan kerangka tubuh ideal
Laborat :
·      Albumin serum
·      Transferin
·      Elektrolit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan   Pasien dapat menunjukan


pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria Hasil :

 Peningkatan aktivitas dengan penurunan BB


 Mengidentifikasi pola makan yang menunjang penambahan BB
 Penurunan BB
 Lipatan otot triseps…
 BB ideal ….
 Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu
 Masukan adekuat tapi tidak berlebihan, cukup kalori, lemak,
protein, karbohidrat, vitamin, mineral, besi, dan kalsium

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

 Observasi aktivitas klien


 Tentukan factor penyebab peningkatan BB
 Timbang BB klien
 Tentukan keinginan dan motivasi klien untuk mengurangi BB
 Bantu klien untuk menentukan pola makan  tentang apa,
kapan, dan di mana pasien makan.
 Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi
adekuat  dan bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
 Anjurkan klien untuk mengikuti diet yang terdiri dari
karbohidrat kompleks dan protein, dan hindari gula, makanan
cepat saji, kafein atau minuman ringan.
 Ajarkan pemilihan makanan yang sesuai.
 Bantu pengurangan BB:
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi motivasi untuk makan
dan isyarat internal dan eksternal yang dikaitkan dengan
makan
 Tentukan dengan klien tentang jumlah penurunan BB yang
diinginkan
 Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan
tingkat aktivitas
 Rencanakan program latihan , pertimbangkan
aktivitas  klienyang dibatasi
 Susun rencana yang realistis dengan klien untuk memasukkan
pengurangan asupan makanan dan peningkatan penggunaan
energy
 Ajarkan teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan
kalori :
 Jangan makan pada saat melakukan kegiatan
 Minum segelas air sesaat sebelum makan
 Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak,
makanan manis, dan alcohol.
 Siapkan makanan dalam porsi kecil cukup untuk satu kali
makan
 Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga
sempurna

Kolaborasi :

 Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang


meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran energi Rujukan
Nutrisi perubahan
Indikator Utama Yang Mungkin Dibutuhkan Klien

Asupan Makanan

• Nafsu makan berubah atau berkurang

• Kebutuhan akan diet yang dibatasi atau dimodifikasi

• Kesulitan atau nyeri saat mengunyah atau menelan

• Masalah gigi seperti gigi tanggal atau gigi palsu

Perubahan dalam Tes Biokimia dan Data Laboratorium

• Tingkat albumin <3.5

• Tingkat prealbumin <15

Perubahan Berat atau Kondisi Lain

• Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas yang tidak disengaja

• Hilangnya massa tubuh tanpa lemak atau tanda-tanda malnutrisi

• Indeks massa tubuh (IMT) yang tidak sesuai dengan parameter yang
diharapkan klien (misalnya, <18,> 30)

• Alergi makanan atau risiko interaksi makanan-obat

• Mual, muntah, sakit perut, atau riwayat perut masalah

• Kondisi kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau kronis penyakit


paru obstruktif (PPOK)

• Menyembuhkan luka, luka bakar, atau risiko cedera tekanan (Mazur &
Litch, 2019).

 Memantau Karbohidrat, Lemak, dan Protein masukan


Jika klien menderita diabetes atau gangguan metabolisme lainnya,
mungkin saja diperlukan untuk memantau (atau mengajar klien untuk memantau)
asupan karbohidrat klien. Beberapa injeksi insulin bisa diprogram untuk
menyesuaikan dosis berdasarkan total asupan klien atau proyeksi asupan nutrisi.
Awalnya, prosedur ini mungkin membutuhkan konsultasi dengan spesialis seperti
pendidik perawat diabetes atau ahli diet terdaftar. Para profesional ini membantu
mengembangkan rencana makan dan kisaran target karbohidrat yang dapat
dikonsumsi klien setiap kali makan. Berdasarkan kebutuhan dan karakteristik unik
klien, dosis insulin sebelum makan ditentukan per individu. Meskipun karbohidrat
yang paling cepat berpengaruh pada tingkat glukosa klien, konsumsi dalam
jumlah besar lemak atau protein juga dapat berkontribusi pada kadar glukosa yang
lebih tinggi. Jadi, jumlah lemak dan protein yang dikonsumsi klien juga harus
dipertimbangkan (De Alaiz, 2018).

Sebagai bagian dari perencanaan pulang dan tindak lanjut, perawat dapat
membantu memperkuat pengajaran klien dan keluarga. Sumber daya elektronik
juga tersedia untuk klien, seperti database nutrisi online dari USDA yang
menyediakan kalkulator nutrisi dan informasi tentang ribuan makanan (USDA,
2016). Beberapa aplikasi tersedia di sebagian besar smartphone dan perangkat
lain. Seperti intervensi lainnya, kolaborasi antara perawat, klien, dan perawatan
kesehatan lainnya profesional sangat berharga. (Hollen & Stein 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
proses  keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. 2016. Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice 10th edition. by: Julie Levin Alexander

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC

Hollen, C, Stein M.N.L.2021. Concept-Based Clinical Nursing Skills :


FUNDAMENTAL TO ADVANCED. by Elsevier Inc.

Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan
aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta :EGC

Wartonah, Tarwoto. 2006.  KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai