Anda di halaman 1dari 4

Fakhrizal Amri

Ilmu Hukum/ 041275291

1. PPN dan PPnBM

PPN atas Bidang Usaha PPnBM (Barang mewah)

Merupakan jenis pajak yang sering ditemui Peraturan mengenai PPN dan PPnBM ada
dalam tagihan pembayaran/ tagihan belanja. dalam undang-undang yang sama karena
PPN atas bidang usaha dikenakan pada setiap PPnBM tidak dapat dikenakan sendiri tanpa
proses produksi dan distribusi, tetapi pajak pengenaan PPN. Hampir semua barang yang
terutang dikenakan kepada konsumen akhir dikonsumsi dikenakan PPN, sedangkan
yang memakai produk tersebut. Sistem pajak penyerahan PPnBM bersifat lebih spesifik
ini sesuai dengan yang tercantum dalam dasar yaitu pada saat penyerahan Barang Kena
hukum pengenaan PPN yaitu UU No.42 tahun Pajak (BKP) yang masuk dalam kategori
2009. barang mewah oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang menghasilkan barang
Dalam UU No.42 tahun 2009 tercantum hal mewah/pada waktu impor. Jadi dapat
yang berhubungan dengan PPN seperti : dikatakan bahwa PPnBM merupakan
pungutan pelengkap atas pengenaan PPN.
1. Objek PPN
Subjek PPnBM
 Penggunaan BKP tidak berwujud dari Subjek PPnBM adalah PKP yang
luar daerah pabean di dalam daerah menghasilkan BKP tergolong mewah dalam
pabean. lingkungan perusahaan atau pekerjaannya,
 Penyerahan BKP dan JKP di dalam dan pengusaha yang mengimpor barang yang
daerah pabean yang dilakukan oleh tergolong mewah. Walaupun demikian karena
pengusaha. PPn dan PPNBM merupakan pajak tidak
 Impor BKP. langsung, maka prinsipnya beban pajak dapat
 Ekspor BKP Berwujud atau TIdak digeser kepada pihak lain.
Berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak. Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2
2. Tarif PPN kategori yaitu :

Pengenaan tarif PPN penting untuk diketahui 1. Pengusaha Kena Pajak


agar pengusaha dapat mengenakan tarif
kepada konsumen dengan jumlah yang tepat. PKP adalah pribadi/badan dalam bentuk
Tarif PPN yang dikenakan sebagai berikut : apapun yang dalam kegiatan
usaha/pekerjaannya menghasilkan BKP,
 Tarif 10 %. mengimpor BKP, mengekspor BKP serta
melakukan usaha perdagangan,
 Tarif 0% untuk ekspor BKP dan BKP
memanfaatkan BKP tidak berwujud dari luar
Tidak Berwujud serta Ekspor Jasa
daerah pabean, melakukan usaha JKP/
Kena Pajak. memanfaatkan JKP dari luar daerah pabean.
3. Penyetoran dan Pelaporan PPN
Berikut ini beberapa contoh subjek PPnBM:
Pihak yang wajib menyetor dan melaporkan
PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak yang meliputi
Pihak yang disebut PKP adalah pribadi/badan pabrikan/ produsen.
usaha yang memiliki jumlah penjualan Pengusaha real estate,importir, indentor.
barang/jasa lebih dari Rp 4.8 miliar sesuai Pengusaha bidang pertanian, peternakan,
dengan PMK no. 197/PMK.03/2013. perikanan, kehutanan dan perkebunan.
Pemegang hak paten dan merk dagang.
Kontraktor/ sub kontraktor bangunan.
2. Pengusaha yang memilih menjadi PKP

Meliputi eksportir dan pedagang yang


menyerahkan BKP kepada PKP.

Objek PPnBM
Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang
No.42 tahun 2009, PPnBM dikenakan atas
Penyerahan BKP tergolong mewah yang
diserahkan oleh pengusaha yang
menghasilkan BKP barang mewah. Dilakukan
di dalam daerah pabean dan dilakukan dalam
kegiatan usaha/pekerjaan pengusaha

PPnBM dikenakan atas:

Barang yang bukan merupakan kebutuhan


pokok.
Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu.
Barang yang dikonsumsi untuk menunjukan
status atau barang umumnya digunakan oleh
masyarakat berpenghasilkan tinggi.
Pengecualian Objek PPnBM
Jenis barang yang tidak dikenakan PPnBM
diantaranya :

Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan


hasil kehutanan yang dipetik langsung/
disadap langsung dari sumbernya.
Barang hasil perburuan.
Barang hasil pertambangan.
Saham obligasi dan surat berharga.
Tata cara menghitung PPN dan PPn-BM
PPN = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajak
a.Cara menghitung PPN

Contoh:
PKP “A” menjual tunai BKP  kepada PKP “B” dengan harga jual sebesar Rp 50.000.000,00
PPN yang terutang adalah sebagai berikut:
10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
PPN sebesar Rp 5.000.000,00 tersebut merupakan pajak keluaran, yang dipungut oleh PKP “A”
sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan.
Contoh 2.
Seseorang mengimpor BKP dari luar daerah pabean dengan nilai impor sebesar Rp
150.000.000,00
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai
10% x Rp 150.000.000,00 = Rp 15.000.000,00
PPn-BM = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajak
b. Cara menghitung PPn-BM

Selama bulan Agustus 2009 terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:


1)    Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan seharga Rp 100.000.000,00
Pajak masukan yang harus dibayar melalui pabrikan tersebut adalah:
10% x Rp 100.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
2)   Penjualan hasil produksi seharga Rp 60.000.000,00
Pajak keluaran yang harus dipungut adalah
10% x Rp 60.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPN yang lebih dibayar dalam masa pajak yang bersangkutan adalah Rp 10.000.000,00 – Rp
6.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Kelebihan tersebut dapat dikompensasi dengan  pajak terutang masa pajak berikutnya atau dapat
diminta kembali (restitusi).
2. Alur Pemeriksaan Pajak

Anda mungkin juga menyukai