Anda di halaman 1dari 41

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Ekonomi


Kelas / Semester : XI/ 1
Pertemuan : 1 x Pertemuan
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami APBN dan APBD
Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi APBN dan APBD

Indikator :
 Mengemukakan pengertian APBN dan APBD
 Mengemukakan fungsi APBN dan APBD
 Mengemukakan tujuan APBN dan APBD

I. Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Mendiskripsikan pengertian APBN dan APBD
2. Menjelaskan fungsi dan tujuan APBN dan APBD
II. Materi Ajar / Materi Pokok :
APBN
Pemerintah dalm menjalankan tugasnya untuk melaksanakan dan mengatur pemerintahan
membutuhkan dukungan dari segala bidang. Salah satunya adalah dalam hal keuangan.
Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membangun negara ini. Oleh sebab
itu pemerintah berusaha mencari sumber-sumber yang sekiranya dapat digunakan untuk
pembiyaan kelangsungan hidup suatu negara. Sumber penerimaan yang dimaksud berasal
dari berbagai pendapatan antara lain ekspor migas dan non migas dan pinjaman luar negeri.
Keseluruhan penerimaan negara tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN). Dalam perkembangannya pemerintah menerapkan suatu sistem yaitu
otonomi daerah, dimana daerah diberi kesempatan untuk mengelola sumber-sumber
pendapatan untuk dimanfaatkan daerah tersebut. Sehingga di daerah muncul adanya
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar yang memuat rincian
pendapatan dan pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya satu tahun dimulai dari 1
januari sampai dengan 31 Desember.

1. Fungsi APBN :
Ö Alokasi
Pendapatan yang paling besar diterima oleh pemerintah adalah dari sektor pajak, oleh
sebab itu pajak harus dapat dialokasikan ke berbagai sektor pembangunan seperti
pembangunan jalan raya, jembatan dan fasilitas umum lainnya.
Ö Distribusi
Pajak selain digunakan bagi kepentingan umum, penggunaannya dapat didistribusikan
dalam bentuk subsidi dan dana pensiun
Ö Stabilisasi
APBN digunakan sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran sesuai apa yang
telah ditetapkan. APBN ini ditetapkan untuk menjaga kestabilan arus uang dan barang
sehingga dapat menghindari terjadinya inflasi dan deflasi.
2. Tujuan Penyusunan APBN
Adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelanjaan negara dalam melaksanakan
tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemkmuran masyarakat.
3. Prinsip Penyusunan APBN berdasarkan aspek :
1. Pendapatan
a. Mengintesifkan penerimaan sektor anggaran dalam jumlah dan ketepatan
penyetoran
b. Mengintesifkan penagihan dan pemungutan piutang
2. Pengeluaran
a. Hemat, tidak boros, efisien, dan berdaya guna
b. Terarah dan terkendali sesuai dengan anggaran dan program kegiatan
c. Mengusahakan membeli produk dalam negeri
4. Asas Penyusunan APBN :
1. Kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan negara
2. Dinamis
3. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas
4. Penajaman prioritas pembangunan, APBN harus mengutamakan pada pembiayaan
yang lebih bermanfaat.
5. Landasan Hukum APBN :
1. UUD 1945 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi : Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ditetapkan satu tahun
2. UU No. 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara.
3. Keppres RI No. 16 tahun 1994 tentang pelaksanaan APBN
6. Cara Penyusunan APBN

APBN

Lembaga DPR
Pemerintah Presiden (RAPBN)
(usul) APBN
Tahun lalu
Ket. RAPBN diterima maka akan disahkan sebagai APBN, namun bila tidak disetujui maka
menggunakan APBN tahun lalu.

Dalam APBN dikenal 3 istilah :


1. Surplus anggaran, dimana jumlah penerimaan lebih besar dari pengeluaran negara.
2. Defisit Anggaran, dimana jumlah penerimaan lebih kecil dari pengeluaran negara.
3. Anggaran Berimbang, jika penerimaan sama dengan pengeluaran.
4. Anggaran Dinamis, jika setiap tahun penerimaan negara mengalami kenaikan.
Kebijakan yang dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi terjadinya defisit anggaran :
1. Pengelolaan utang dalam dan luar negeri dilakukan dalam batas kemampuan anggaran
negara.
2. Menaikkan pajak
3. Stabilitas moneter serta penguatan nilai rupiah tetap dipelihara.
4. Mengurangi pengeluaran agregat (keseluruhan pengeluaran pemerintah)
5. Meningkatkan ekspor dan mengurangi impor

APBD

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut, dalam kerangka
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan
Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD. Tahun fiskal APBD
sama dengan tahun fiskal APBN.
Ö Struktur APBD :
1. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi hak Daerah.
2. Belanja Daerah adalah semua pengeluaaran Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.
3. Pembiayaan adalah transaksi Keuangan Daerah yang dimaksudkan untuk menutup
selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.
III. Metode Pembelajaran
Tanya Jawab, Diskusi
IV. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan tujuan 5 menit Ceramah Buku Ekonomi -
pembelajaran kepada siswa
b. Guru menggali pengetahuan 10 Tanya
siswa tentang APBN dan menit jawab
APBD
c. Guru membagi siswa dalam 5 menit
kelompok diskusi
((Membentuk semangat dalam
KBM)
II. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
1. Guru menjelaskan 10 Ceramah Powerpoint
pengertian APBN dan APBD menit
2. Guru menjelaskan Fungsi
dan tujuan APBN dan APBN 10 Ceramah Powerpoint
( ( Siswa mendengarkan dengan menit
cermat )
B. Elaborasi
1.Guru menugaskan siswa
untuk mendiskusikan
tentang pengertian, fungsi
dan tujuan APBN dan 15 Diskusi Buku Ekonomi
APBD dalam kelompok menit
masing-masing
2.Siswa melakukan
presentasi hasil diskusi
kelompok dan kelompok
lain menanggapi 15 Diskusi Buku Ekonomi
(menanamkan rasa toleransi, menit
jujur dan demokrasi)

C. Konfirmasi
Guru memberi penghargaan
kepada siswa yang telah
terlibat aktif dalam diskusi
dengan bertanya atau 10
menjawab pertanyaan menit
Guru melakukan refleksi
dengan membuat
kesimpulan dari hasil
diskusi.

III. Kegiatan Penutup


a. Siswa diminta membuat
kesimpulan tentang APBN dan
APBD
b. Guru memberi tugas kepada 5 menit
siswa
(menanamkan siswa untuk
dapat berfikir kritis dan 5 menit
berfikir secara logika)

IV. Alat / Sumber Belajar.


Alat Belajar :
- Buku Literatur
- Internet
- Powerpoint
Sumber belajar :
- Pengertian, tujuan dan Fungsi APBN dan APBD
- Prinsip, asas, dan cara penyusunan APBN
VI. Evaluasi
A. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan
1. Jelaskan pengertian APBN !
2. Jelaskan pengertian APBD !
3. Ada berapa kebijakan anggaran ? sebutkan !
B. Tehnik Penilaian :
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan serta kebenaran jawaban.
C. Bentuk Instrumen :
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50

Setelah pertemuan I selesai dilakukan tes tertulis


Soal
1. Jelaskan pengertian APBN dan APBD !
2. Jelaskan tujuan penyusunan APBN!
3. Jelaskan fungsi APBN!
4. Jelaskan cara penyusunan APBN!
5. APBN Indonesia mengalami defisit,apa maksudnya ?

Kunci Jawaban

1. Pengertian APBN adalah : Suatu daftar yang memuat perincian sumber-sumber


pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu
tahun (1 Januari– 31 Desember), yang ditetapkan dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Adapun
pengertian APBN adalah suatu daftar yang secara sistematis memuat sumbersumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1
tahun).
2. Tujuan APBN : sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam
melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi, memberi kesempatan
kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.
3. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka APBN mempunyai fungsi
sebagai berikut:
 a. Fungsi Stabilitas
APBN disusun sebagai pedoman dalam penerimaan dan pengeluaran keuangan
negara. Dengan disusunnya APBN, pemerintah diharapkan dapat menjaga kestabilan
arus uang dan arus barang sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi yang tinggi
maupun deflasi yang akan mengakibatkan kelesuan perekonomian (resesi).
 b. Fungsi Alokasi
Dalam APBN ditentukan besarnya anggaran pengeluaran masing-masing bidang, ini
berarti di APBN sektor pembangunan, departemen dan lembaga telah ditentukan
dengan jelas. Sehingga melalui APBN kita dapat mengetahui sasaran dan prioritas
pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
 c. Fungsi Distribusi
Pendapatan negara yang dihimpun dari berbagai sumber akan digunakan untuk
membiayai seluruh pengeluaran negara di berbagai sektor pembangunan dan di
berbagai departemen. Penggunaan dana harus dapat didistribusikan untuk berbagai
sektor pembangunan secara merata.
 d. Fungsi Pertumbuhan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi (Fungsi Regulasi atau
Fungsi Pengatur)
APBN juga dapat berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendali
tingkat inflasi, karena dalam APBN seluruh jumlah penerimaan dan pengeluaran
APBN digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya APBN
dapat berpengaruh pada pengendalian inflasi.
4.Penyusunan APBN di Indonesia mempunyai landasan hukum yang kuat, yaitu pasal 23
ayat 1 UUD 1945. Penyusunan APBN memiliki tujuan sebagai pedoman pengeluaran
dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam melaksanakan
kegiatan kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, anggaran pendapatan dan belanja
negara harus dirumuskan sedemikian rupa yang mencakup perkiraan periodik dari semua
pengeluaran dan sumber penerimaan.
5. APBN mengalami defisit artinya pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.

A. Norma Penilaian : Setiap 1 (satu) nomor jawaban benar ; nilai 10


Setiap 1 (satu) nomor jawaban hampir benar ; nilai 7.5
Setiap 1 (satu) nomor jawaban kurang benar, nilai 5
Setiap 1 (satu) nomor jawaban salah; nilai 2

Nilai akhir : Nilai ulangan lesan + nilai ulangan tertulis tertulis


2

Semarang, Juli 2012


Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 2 Semarang Guru Mapel

Drs. Bambang Nianto Mulyo, M.Ed Dra. Rahaju Widjajati, M.Pd.


NIP. 19610429 198603 1 007 NIP. 19590313 198603 2 102
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Ekonomi


Kelas / Semester : XI/ 1
Pertemuan : 2 x Pertemuan
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami APBN dan APBD
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasikan sumber-sumber peneriman Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
Indikator :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber APBN
2. Mengidentifikasi sumber-sumber APBD.
3. Menjelaskan pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian.

I. Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber APBN
2. Mengidentifikasi sumber-sumber APBD.
3. Menjelaskan pengaruh APBN dan APBD terhadap perekonomian.

II. Materi Ajar / Materi Pokok :


A. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
1. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Pusat
Pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam dan luar
negeri selama tahun anggaran yang bersangkutan.
1. Penerimaan dalam negeri
a. Penerimaan Perpajakan
- Pajak dalam negeri (PPh, PPN dan PPnBM, PBB, Bea Cukai, BPHTB)
- Pajak perdagangan internasional (bea masuk, pajak ekspor)
b. Penerimaan bukan pajak
 Bagian laba BUMN
- Privatisasi
- Asset recovery
 Penerimaan SDA
- Migas
- Non migas
Pertambangan umum :
- Iuran tetap
- Iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty)
Kehutanan
- Iuran Hak Pengusaha Hutan (HPH)
- Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
- Dana reboisasi
Perikanan
 PNPB lainnya (denda, lelang barang sitaan)
2. Hibah berupa semua penerimaan dari dalam dan luar negeri tanpa balas jasa.
Belanja Negara :
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Belanja pegawai dan TNI
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Pembayaran bunga untung dalam dan luar negeri
e. Subsidi (perusahaan negara dan swasta)
f. Belanja hibah
g. Bantuan sosial
h. Belanja lain-lain
2. Belanja pemerintah Daerah
a. Dana Perimbangan
 Dana bagi hasil merupakan bagian dana perimbangan yang digunakan
untuk mengatasi ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang
dilakukan dengan cara pembagian hasil antara pemerintah pusat dan
daerah penghasil dan sebagian penerimaan (perpajakan) nasional dan
sumber daya alam
 Dana alokasi umum merupakan transfer yang bersifat umum (block grant)
untuk mengatasi ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan
utama pemerataan kemampuan keunangan antar daerah
 Dana alokasi khusus merupakan transfer yang bersifat khusus (special
grant) untuk membiayai kebutuhan khusus daerah dan atau kepentingan
nasional
b. Dana otonomi khusus dan penyesuaian
 Dana otonomi khusus adalah dana yang diberikan oleh pemerintah
kepada daerah tertentu guna pembangunan suatu proyek tertentu
 Dana penyesuaian
- Dana penyesuaian murni diberikan kepada daerah provinsi yang dalam
perhitungan mengalami penurunan penerimaan DAU tahun anggaran sehingga
daerah tersebut akan menerima minimal sama dengan penerimaan DAU
ditambah dana penyesuaian penyeimbang murni.
- Dana penyesuaian Adhoc diberikan kepada daerah atau
provinsi/kabupaten/kota untuk pemberian gaji ke 13 bagi pegawai negeri sipil
didaerah.
Pembiayaan
1. Pembiayaan dalam negeri
a. Perbankan dalam negeri
b. Non perbankan dalam negeri
2. Pembiayaan luar negeri
a. Penarikan pinjaman LN
b. Pembayaran cicilan pokok LN
2. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah
Pendapatan Daerah
1. Bagian asli pendapatan daerah
a. pos pajak daerah
b. pos retribusi daerah
c. pos laba usaha perusahaan daerah
d. pos lain-lain pendapatan daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
a. pos bagi hasil pajak
b. pos bagi hasil bukan pajak sumber daya alam
c. pos Dana alokasi umum
d. pos Dana alokasi khusus
3. Bagian lain-lain penerimaan yang sah
a. Pos penerimaan dari pemerintah
b. Pos penerimaan dari propinsi
c. Pos penerimaan dari kabupaten/kota
d. Dana darurat
e. Lain-lain
Pembelanjaan daerah
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang dan jasa
3. Belanja perjalanan dinas
4. Belanja pemeliharaan
5. Belanja lain-lain
6. Belanja modal
7. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
8. Belanja tidak terduga
Pembiayaan daerah
1. Penerimaan Daerah
2. Pengeluaran Daerah

A. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan asli daerah bersumber dari:
1) Pajak daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang.
Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.
2) Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4) Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah, meliputi:
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
c) jasa giro;
d) pendapatan bunga;
e) tuntutan ganti rugi;
f ) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
Pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah, serta untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu
mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
B. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000, perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah dilakukan melalui dana perimbangan (DP), di antaranya sebagai berikut.
1) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh)
Perseorangan, dan Sumber Daya Alam (SDA).
(a) Penerimaan negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan 10%
untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.
(b) Penerimaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagi
dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah. Parkir
kendaraan merupakan salah satu pendapatan retribusi daerah.
(c) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan
umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat
dan 80% untuk daerah.
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DAU dialokasikan untuk: (a) provinsi, dan (b) kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri neto. Proporsi DAU
antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Pengaruh APBN dan APBD dalam perekonomian Indonesia


Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah tiang dari bangunan
ekonomi yang sangat penting dan tidak boleh goyah, apalagi ambruk, karena kendala
kebijakan dan faktor-faktor politis. Kini, kesinambungan pertumbuhan ekonomi sangat
tergantung pada nasib anggaran Negara, terutama kepastian dari sisi penerimaan, yang juga
terkait dengan dinamika luarnya. Masa depan ekonomi dapat dilihat dari ketahanan atau
kerapuhan anggarannya. Tanda- tanda kuat atau rapuhnya ekonomi juga dapat dilihat
langsung dari keadaan anggarannya. Untuk kasus indonesia, kondisi anggaran masih begitu
menyedihkan dan belum ada solusi komprehensif yang dilakukan pemerintah untuk
mengamankannya. Yang terjadi sebaliknya kebijakan dan perilaku politik eksekutif sekarang
ini cenderung merusak masa depan anggarannya sendiri.
III. Metode Pembelajaran
   Ceramah , diskusi kelompok, tanya jawab
IV. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (2 x 45 menit)
Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru mengulas -
kembali pembahasan materi 5 menit Ceramah Buku Ekonomi
yang lalu tentang fungsi
APBN dan APBD. Pada
APBN dan APBD dicatat
sumber-sumber pendapatan
negara.
b. Guru menyampaikan 5 menit Ceramah
tujuan pembelajaran
kepada siswa 10 Ceramah
c. Guru memberi menit
penjelasan yang singkat dan
jelas tentang sumber sumber
pendapatan negara yang
menjadi fokus dalam
pembelajaran kali ini.
(membentuk siswa untuk
dapat berfikir secara logika)

II. Kegiatan Inti


A. Eksplorasi 15 Ceramah Buku Ekonomi
1. Guru menjelaskan menit
Sumber-Sumber APBN Powerpoint
dan APBD
(siswa mendengarkan
dengan cermat) 5 menit
2. Guru membagi siswa
dalam beberapa
kelompok

B. Elaborasi 15 Diskusi Buku Ekonomi


1. Guru menugaskan siswa menit
untuk mengidentifikasi
sumber-sumber pendapatan
negara dalam APBN dan
APBD 15 Diskusi
2. Masing-masing kelompok menit
melakukan presentasi hasil
diskusi kelompok dan
kelompok lain menanggapi
(menumbuhkan sikap jujur,
disiplin dan kerja keras)

C. Konfirmasi 10
Guru memberi penghargaan menit
kepada siswa yang telah
terlibat aktif dalam diskusi
dengan bertanya atau
menjawab pertanyaan
Guru melakukan refleksi
dengan membuat
kesimpulan dari hasil
diskusi.
III. Kegiatan Penutup
a. Siswa diminta 5 menit
membuat kesimpulan
tentang Sumber-sumber
APBN dan APBD
b. Guru melakukan 5 menit
refleksi dengan
menambahkan kesimpulan
yang diberikan oleh siswa
(menanamkan siswa untuk
dapat berfikir kritis dan
berfikir secara logika)

Pertemuan II (2x45 menit)


Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru mengulas -
kembali pembahasan materi 10 Ceramah Buku Ekonomi
yang lalu tentang sumber- menit
sumber APBN dan APBD
(membentuk siswa untuk
dapat berfikir secara logika)
II. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
1. Guru bertanya kepada
siswa tentang pengaruh
APBN terhadap
perekonomian 10 Tanya Buku Ekonomi
2. Guru bertanya kepada menit Jawab Powerpoint
siswa tentang pengaruh
APBD terhadap
perekonomian 10 Tanya
3. Guru membagi siswa menit jawab
dalam beberapa
kelompok
(membentuk siswa untuk 5 menit
dapat berfikir kritis dan
berfikir secara logika)
B. Elaborasi
1. Guru menugaskan siswa
untuk mendiskusikan
pengaruh APBN dan APBD
terhadap perekonomian
2. Masing-masing kelompok 15 Diskusi
melakukan presentasi hasil menit
diskusi kelompok dan
kelompok lain menanggapi
(menumbuhkan sikap jujur, 15 Diskusi
disiplin dan kerja keras) menit

C. Konfirmasi
Guru memberi penghargaan
kepada siswa yang telah
terlibat aktif dalam diskusi
dengan bertanya atau
menjawab pertanyaan 15 Ceramah
Guru melakukan refleksi menit
dengan membuat
kesimpulan dari hasil
diskusi.
III. Kegiatan Penutup Ceramah
a. Guru melakukan
refleksi dengan membuat
kesimpulan dari materi yang
sudah dijelaskan dengan
melakukan tanya jawab
b. Guru memberikan 5 menit Tanya
tugas kepada siswa Jawab
(menumbuhkan sikap
disiplin dan kerja keras)

5 menit
V. Alat / Sumber Belajar.
Alat Belajar :
- Buku literatur
- Internet
Sumber Belajar :
- Sumber APBN
- Sumber APBD
VI. Evaluasi
Pertemuan I
A. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan
4. Sebutkan macam-macam sumber pendapatan pemerintah pusat !
5. Sebutkan macam-macam sumber pendapatan pemerintah daerah !
B. Teknik Penilaian :
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan serta kebenaran jawaban.
C. Bentuk Instrumen :
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50
Pertemuan II
A. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan
1. Apa yang dimaksud dengan Dana Alokasi Umum !
2. Apa yang dimaksud dengan Dana Alokasi Khusus !
3. Jelaskan pengaruh APBN/APBD terhadap perekonomian Indonesia !
B. Tehnik Penilaian :
Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan serta kebenaran jawaban.
C. Bentuk Instrumen :
1. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
2. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar;
nilai 80
3. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
4. Aktif jawaban salah; nilai 60
5. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50
Setelah pertemuan I dan II dilakukan tes tertulis
Soal :
1. Tuliskan dan jelaskan sumber-sumber pendapatan negara dalam APBN!
2. Jelsakan apa yang dimaksud dengan penerimaan Hibah!
3. Sebut dan jelaskan sumber-sumber pendapatan daerah !
4. Apa yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah ?
5. Apa yang dimaksud dengan dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi
khusus (DAK) ?
Kunci Jawaban
1. a. Penerimaan Pajak
Pajak merupakan pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk.
b.Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan bukan pajak merupakan penerimaan yang terdiri atas sumber daya
alam dan bagian pemerintah atas laba BUMN.
c.Hibah
Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan jasa yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri
yang tidak mengikat.
2. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan jasa yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri
yang tidak mengikat.
3. Pendapatan daerah bersumber dari:
1. Bagian asli pendapatan daerah
a. pos pajak daerah
b. pos retribusi daerah
c. pos laba usaha perusahaan daerah
d. pos lain-lain pendapatan daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
a. pos bagi hasil pajak
b. pos bagi hasil bukan pajak sumber daya alam
c. pos Dana alokasi umum
d. pos Dana alokasi khusus
3. Bagian lain-lain penerimaan yang sah
a. Pos penerimaan dari pemerintah
b. Pos penerimaan dari propinsi
c. Pos penerimaan dari kabupaten/kota
d. Dana darurat
e. Lain-lain
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
5. - Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
- Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.

a. Norma penilaian
Setiap 1 (satu) nomor jawaban benar ; nilai 10
Setiap 1 (satu) nomor jawaban kurang benar ; nilai 7.5
Setiap 1 (satu) nomor jawaban kurang benar, nilai 5
Setiap 1 (satu) nomor jawaban salah; nilai 2

Nilai akhir :

Nilai Ulangan lesan + Nilai ulangan tertulis


2

Semarang, Juli 2012


Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 2 Semarang Guru Mapel

Drs. Bambang Nianto Mulyo, M.Ed Dra. Rahaju Widjajati, M.Pd.


NIP. 19610429 198603 1 007 NIP. 19590313 198603 2 102
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Ekonomi


Kelas / Semester : XI/ 1
Pertemuan : 3 x Pertemuan
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami APBN dan APBD
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kebijakan pemerintah di bidang fiskal
Indikator :

1. Mengidentifikasi macam-macam kebijakan fiskal yang berlaku di indonesia


2. Merumuskan pengertian pajak dan fungsinya
3. Mengkategorikan pajak dan pungutan resmi lainnya sebagai sumber pendapatan
negara dan daerah
4. Menghitung pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan

I. Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Mendeskripsikan macam-macam kebijakan fiskal yang berlaku di Indonesia.
2. Mendeskripsikan pengertian pajak dan fungsi pajak
3. Mengidentifikas jenis-jenis pajak dan pungutan resmi lainnya sebagai sumber
pendapatan negara dan daerah
4. Menghitung PPH dan PBB

II. Materi Ajar / Materi Pokok :

Kebijakan Fiskal
Pemerintah merupakan faktor determinan yang menentukan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu perangkat kebijakan itu
adalah kebijakan fiskal (kebijakan anggaran). Kebijakan fiskal (anggaran) adalah kebijakan
penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan negara untuk memperbaiki keadaaan
ekonomi.
Tujuan kebijakan fiskal adalah memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan kesempatan
kerja dan menjaga kestabilan harga-harga secara umum. Dengan kata lain, kebijakan fiskal
mengusahakan peningkatan kemampuan pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Kebijakan anggaran dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan yaitu :
1. Pembiayaan fungsional (A.P Linier)
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa dengan tujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja (employment). Penerimaaan pemerintah dari sektor pajak
bukan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, tetapi mengatur pengeluaran
swasta. Oleh sebab itu, apabila terjadi pengangguran, penerimaan pajak tidak diperlukan,
sedangkan untuk mengatasi inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Namun jika kebijakan
pinjaman tidak berhasil maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mencetak uang.
2. Pengelolaan anggaran (Alvin Hansen)
Diperlukan anggaran berimbang, bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit,
dan jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran belanja surplus.
3. Stabilisasi anggaran otomatis
Dalam stabilisasi anggaran diharapkan terdapat keseimbangan antara penerimaan dan
pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah dengan sengaja. Dengan stabilisasi anggaran
ini, pengeluaran pemerintah lebih ditekankkan pada asas manfaat dan biaya relative dari
berbagai paket program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh.
4. Anggaran belanja seimbang
Cara yang dilakukan dalam hal ini adalah anggaran yang disesuaikan dengan keadaan
(managed budget). Tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang dalam jangka panjang.
Apabila tidak terjadi ketidakstabilan ekonomi, ditempuh anggaran defisit, sedangkan pada
masa inflasi ditempuh anggaran surplus.
Beberapa anggaran yang ditempuh oleh beberapa negara :
 Anggaran berimbang
Anggaran ini mengusahakan agar pengeluaran (belanja) dan pendapatan sama.
Keadaan ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran.
 Anggaran Surplus
Pada anggaran surplus, tidak semua penerimaan pemerintah dibelanjakan,
sehingga terdapat tabungan pemerintah. Asas ini tepat digunakan jika keadaan
ekonomi mengalami inflasi.
 Anggaran defisit
Pada anggaran defisit, anggaran disusun sedemikian rupa sehingga
pengeluaran lebih besar dari penerimaan. Anggaran ini menyebabkan inflasi
karena untuk menutup defisit harus dilakukan, misalnya dengan mencetak
uang dan meminjam uang.

Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarka UU (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak :
1. Budgetair, artinya pajak sebagai sumber dan bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Regulerend, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Syarat pajak :
Ö Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Ö Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis)
Ö Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Ö Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansi)
Ö System pemungutan pajak harus sederhana

Pajak Negara
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan adlah suatau pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat
yang berpenghasilan/atas penghasilan yang diterima adan diperolehnya dalam tahun
pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan
bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Dikenakan terhadap
orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun pajak.
Subjek PPh
1. Subjek pajak dalam negeri : orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai
suatu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan dan bentuk usaha tetap
(BUT).
2. Subjek pajak luar negeri
Tidak termasuk subjek pajak :
1. Badan perwakilan negara asing
2. Pejabat perwakilan diplomatic/konsulat/pejabat lain dari Negara asing
3. Organisasi internasional
Objek PPh :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, dll.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta misal keuntungan
karena pengalihan berupa hibah
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
f. Deviden
g. Royalty
h. Premi asuransi
Tidak termasuk objek pajak :
1. Bantuan/sumbangan/zakat
2. Warisan
3. Pembayaran dari pihak asuransi
4. Deviden dari cadangan laba yang ditahan
5. Iuran yang diterima dana pensiun
PTKP (penghasilan tidak kena pajak)
Tambahan
Tambahan untuk
untuk seorang
keluarga sedarah
isteri yang
Untuk diri Tambahan dan semenda
penghasilannya Masa
Dasar Hukum Wajib Pajak untuk WP dalam garis
digabung Berlaku
(WP) kawin keturunan lurus
dengan
paling banyak 3
penghasilan
orang
suami
1 Januari
1984 s/d
UU No.8 Tahun
Rp     960.000 Rp    480.000 Rp      960.000 Rp   480.000 31
1983
Desember
1993

1 Januari
1994 s/d

928/KMK.04/1993 Rp   1.728.000 Rp    864.000 Rp   1.728.000 Rp    864.000 31


Desember
1994

1 Januari
1995 s/d
UU No.10 Tahun
Rp   1.728.000 Rp    864.000 Rp   1.728.000 Rp    864.000 31
1994
Desember
1998

361/KMK.04/1998 Rp   2.880.000 Rp 1.440.000 Rp   2.880.000 Rp 1.440.000 1 Januari


1999 s/d

31
Desember
2000

1 Januari
2001 s/d
UU No.17 Tahun
Rp   2.880.000 Rp 1.440.000 Rp   2.880.000 Rp 1.440.000 31
2000
Desember
2004

1 Januari
2005 s/d

564/KMK.03/2004 Rp 12.000.000 Rp 1.200.000 Rp 12.000.000 Rp 1.200.000 31


Desember
2005

1 Januari
2006 s/d

137/PMK.03/2005 Rp 13.200.000 Rp 1.200.000 Rp 13.200.000 Rp 1.200.000 31


Desember
2008
1 Januari
UU No.36 Tahun
Rp 15.840.000 Rp 1.320.000 Rp 15.840.000 Rp 1.320.000 2009 s/d
2008 Sekarang

Tarif PPh orang pribadi tahun 2009


Lapisan penghasilan kena pajak Tarif
s.d Rp. 50.000.000 5%
>Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000 10 %
>Rp. 250.000.000 s.d Rp. 500.000.000 25 %
>Rp. 500.000.000 30 %

Tarif PPh Badan

Sampai dengan tahun pajak 2008, tarif Pajak Penghasilan Badan menganut tarif proporsional
dengan struktur sebagai berikut :

1. Lapisan Penghasilan Kena Pajak s.d. Rp 50 Juta kena tarif 10%


2. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp 50 Juta s.d. Rp 100 Juta kena tarif 15%
3. Lapisan Penghasilan Kena Pajak di atas Rp 100 Juta kena tarif 30%

Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem tarif tunggal atau single taxyaitu
28% dan akan menjadi 25% pada tahun 2010. Jadi berapapun penghasilan kena pajaknya,
tarif yang dikenakan adalah satu yaitu 28% atau 25%. Khusus untuk perusahaan terbuka yang
memenuhi syarat tertentu, tarif PPh Badan nya adalah 5% lebih rendah dari tarif umum.
Secara umum, perubahan tarif PPh Badan ini menguntungkan bagi perusahaan-perushaan
besar yang biasanya kena tarif lapisan tertinggi 30%. Namun bagi perusahaan-perusahaan
kecil, yang biasanya kena tarif dengan lapisan kena pajak rendah tentu saja akan merugikan
karena akan mengalami kenaikan tarif. Namun demikian, ada ketentuan baru dalam Pasal
31E yang memberikan fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif umum untuk Wajib
Pajak badan yang omzetnya tidak lebih dari Rp50 Milyar yang dikenakan terhadap
penghasilan kena pajak dari bagian omzet sampai dengan Rp4,8 Milyar.

 Contoh Cara Menghitung Pajak Penghasilan


Idwan memiliki penghasilan neto sebulan Rp. 2.000.000,- maka besarnya pajak penghasilan
yang harus dibayar idwan adalah :
Penghasilan setahun = 12 x Rp 2.000.000,- = Rp. 24.000.000,-
PTKP (diri pribadi) = Rp. 15.840.000,-
PKP (Penghasilan Kena Pajak) = Rp. 8.610.000,-
Pajak penghasilan terutang = 5% x Rp. 8.610.000,- = Rp. 408.000,- (setahun)
Jadi pajak penghasilan yang harus dibayar Idwan per bulan adalah
Rp. 408.000,- = Rp. 34.000,-
  12

PPN dan PPnBM


Adalah pajak yang dikenakan pada :
 Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
 Impor Barang Kena Pajak
 Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di Dalam
Daerah Pabean.
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
 Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Tarif PPN dan PPnBM
1. Tarif PPN adalah 10 %
2. Tarif PPnBM (10%-75%)
3. Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor BKP adalah 0 %
Yang wajib membayar/melapor PPN/PPnBM
1. PKP (pengusaha Kena Pajak)
2. Pemungut PPN/PPnBM
a. Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara
b. Bendaharawan pemerintah dan daerah
c. Dirjen Bea dan Cukai
4. PPN = dasar pengenaan pajak x tarif pajak
Cara menghitung PPN
PPN = dasar pengenaan pajak x tarif pajak

PPnBm dikenakan atas :


f. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan BKPTM tersebut didaerah Pabean (wilayah RI
meliputi darat, perairan dan udara serta tempat tertentu di ZEE dan Landasan
Kontinen) dalam kegiatan usahanya.
g. Impor BKPTM oleh siapapun
Cara menghitung PPnBM
PPnBM = dasar pengenaan pajak x tarif pajak

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Dasar hukumnya UU no. 12 Tahun 1985 diubah menjadi UU No. 12 Tahun 1994. Tarif
pajaknya 0,5 %.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, peraiaran) serta laut
wilayah Republik Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau
perairan (jalan lingkungan dalam kesatuan komplek bangunan, jalan tol, kolam renang, pagar
mewah, tempat olahraga, galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat
penampungan/kilang minyak, fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Njop dapat
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, NJOP pengganti.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak
untuk melaporkan data objek menurut ketentuan UU PBB.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Dirjen Pajak
untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Dirjen Pajak
menerbitkan SPPT berdasar SPOP.

Asas PBB :
- Memberi kemudahan dan kesedehanaan
- Adanya kepastian hukum
- Mudah dimengerti dan adil
- Menghindari objek ganda
Pengecualian Objek Pajak
1. Objek pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum
dan tidak mencari keuntungan. Contoh : masjid, rumah sakit, madrasah, panti
asuhan, museum dll
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah negara yang belum dibebani oleh suatu hak
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatic, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik
5. Digunakan oleh Badan Perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan. Penentuan pengenaan pajaknya diatur oleh Peraturan
Pemerintah. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang sebagian besar
penerimaannya merupkan pendapatan daerah yang digunakan untuk
penyediaan fasilitas yang dinikmati oleh Pemerintah pusat maupun daerah.
Besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk
masing-masing kota/kabupaten dengan besar setinggi-tingginya Rp.
12.000.000 untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai
beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak
yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan penuh
tanpa dikurangi NJOPTKP.
Subjek pajaknya adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu
hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki,
menguasai, memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda
pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
Dasar Pengenaan Pajak :
1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
2. Besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat
Gubernur/Walikota/Bupati (Pemda setempat).
3. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 % dan
setinggi-tingginya 100 % dari NJOP.
4. Besarnya presentase ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional.
Cara Perhitungan PBB :

PBB = tarif pajak x NJKP


= 0,5 % x (persentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP))

Pengurangan Pajak :
1. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan
karena sebab tertentu lainnya, berupa :
a. Lahan pertanian/perkebunan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas
yang dimiliki atau dimanfaatkan oleh wajib pajak perorangan.
b. Objek pajak yang nilai jualnya meningkat disebabkan karena adanya
pembangunan atau perkembangan lingkungan yang
dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh wajib pajak perseorangan yang
berpenghasilan rendah.
c. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh wajib pajak
perseorangan yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiun,
sehingga kewajiban PBB nya sulit dipenuhi.
d. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh wajib pajak
badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius
sepanjang tahun, sehingga tidak memenuhi kewajiban rutin
perusahaan.
e. Objek pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh masyarakat
berpenghasilan rendah lainnya sehingga kewajiban PBB nya sulit
dipenuhi.
2. Objek Pajak terkena :
a. Bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, dll
b. Sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit.

 Bea Materai
Adalah pajak atas dokumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan . Dasar hukumnya UU No.
13 Tahon 1985, untuk mengatur pelaksanaannya dikeluarkan Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 1995, kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah
No.24 Tahun 2000.
Prinsip umum pemungutan Bea Materai :
a. Bea Materai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen)
b. Satu dokumen hanya terutang satu bea materai
c. Rangkap / tindasan (yang ikut ditandatangani) tentang bea materai sama
dengan aslinya.
Tarif dokumen RP. 6.000,00 digunakan atas dokumen yang bernilai lebih dari Rp.
1.000.000,00 sedangkan tarif Rp. 3.000,00 dikenakan untuk dokumen yang mempunyai nilai
nominal Rp. 250.000,00 s.d Rp. 1.000.000,00.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)


a. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
b. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
bangunan oleh orang pribadi atau badan.
c. Hak Atas Tanah dan Bangunan, adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya.
Dasar hukumnya :
1. UU No. 21 Tahun 1997 diubah menjadi UU No. 20 tahun 2000
2. Peraturan Pemerintah No. 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena waris
dan hibah.
3. Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena
pemberian Hak Pengelolaan
4. Peraturan Pemerintah No. 113 Tahun 2000 besarnya NPOPTKP BPHTB
Objek pajak BPHTB adalah :
a. Pemindahan hak karena : jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris,
peleburan usaha, pemekaran usaha, hasiah, dll.
b. Pemberian hak baru karena : kelanjutan pelepasan hak, di luar pelepasan hak.
Tarif pajak ditetapkan sebesar 5 %

BPHTB = Nilai Perolehan Objek Pajak x tarif


= (NPOP-NPOPTKP) x 5 %
III. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Drill
4. Pemberian tugas
5. Diskusi

IV. Langkah-langkah pembelajaran


Pertemuan I ( 2 x 45 menit )
Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan tujuan 5 menit Ceramah -
pembelajaran yang akan dicapai
b. Guru menggali pengetahuan
siswa tentang kebijakan fiskal yang 15 Tanya
berlaku di indonesia menit jawab
(membentuk siswa untuk
berfikir secara kritis dan
berfikir menggunakan
logika)
II. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
a. Guru
menjelaskan tentang
pengertian kebijakan 10
fiskal menit Ceramah Buku Ekonomi
b. Guru mendeskripsikan
contoh dari kebijakan 15
fiskal yang berlaku di menit Ceramah
indonesia
(siswa mendengarkan
dengan cermat)
B. Elaborasi
Guru memberikan pertanyaan
tertulis yang berkaitan dengan 20 Drill Buku Ekonomi
materi kebijakan fiskal menit
Selama siswa mengerjakan
soal guru memonitoring dan
mengevaluasi jalannya
kegiatan pembelajaran
(membentuk sikap jujur,
kerja keras, disiplin dan
menumbuhkan rasa ingin
tahu)

C. Konfirmasi
a. Guru menugaskan
siswa untuk bertujar 5 menit Ceramah
pekerjaan
b. Guru melakukan 10
refleksi dengan memberikan menit
jawaban yang benar dan
siswa memberikan penilaian
III. Kegiatan Penutup
a. Guru menugaskan siswa
untuk mengumpulkan soal untuk 5 menit
dinilai
b. Guru membuat kesimpulan
dari kegiatan pembelajaran dengan 5 menit Tanya
melakukan tanya jawab kepada jawab
siswa
(membentuk siswa untuk
dapat berfikir kritis dan
berfikir secara logika)

Pertemuan II ( 2 x 45 menit )
Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru mengulas kembali 10 Ceramah Buku Ekonomi -
materi tentang pengertian kebijakan menit
fiskal
b. Guru melakukan tanya
jawab mengenai pengertian pajak 10 Tanya
dan pungutan resmi lainnya menit jawab
(Membentuk semangat
dalam KBM)
II. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
a. Guru menjelaskan
tentang pajak dan
pungutan resmi lainnya 15 Tanya Buku Ekonomi
sebagai sumber menit jawab
penerimaan negara
b. Guru
memberikan contoh lain
dari sumber-sumber 15 Ceramah
penerimaan negara menit
(siswa mendengarkan
dengan cermat)

B. Elaborasi
a. Guru menugaskan siswa
untuk mengerjakan soal
mengenai konsep pajak 15 Drill Buku Ekonomi
dan pungutan resmi lain menit Pemberian
yang digunakan sebagi tugas
sumber penerimaan
negara.
b. Guru menunjuk Seorang
siswa menuliskan
jawaban di papan tulis 10
(menumbuhkan sikap menit
disiplin, jujur dan kerja
keras)
C. Konfirmasi
Guru memberi penghargaan
berupa nilai kepada siswa
yang telah terlibat dalam 5 menit Ceramah
mengerjakan soal di papan
tulis
Guru melakukan refleksi
dengan memberikan
penjelasan jawaban yang
benar dari soal
III. Kegiatan Penutup
a. Guru membuat
kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran 5 menit Ceramah
b. Guru memberikan
tugas individu kepada
siswa 5 menit Pemberian
(menumbuhkan sikap tugas
disiplin, jujur dan kerja
keras)

Pertemuan III (2x45 menit)

Kegiatan waktu metode sumber tugas


I. Kegiatan awal
a. Guru mengulas kembali 5 menit Ceramah Buku Ekonomi -
materi tentang konsep
pajak
b. Guru membahas tugas 10 Tanya
individu yang telah menit jawab
diberikan kepada siswa
pada waktu kegiatan
pembelajaran sebelumnya
(Membentuk semangat
dalam KBM)

II. Kegiatan Inti


A. Eksplorasi
a.Guru menjelaskan 15 Ceramah Buku Ekonomi
pengertian pajak menit
penghasilan dan pajak bumi
dan bangunan
b.Guru menjelaskan 20 Ceramah
perhitungan PPH dan PBB menit
(siswa mendengarkan
dengan cermat)

B. Elaborasi
a. Guru menugaskan siswa
untuk mengerjakan soal 5 menit Drill Buku Ekonomi
yaitu menghitung PPh Pemberian
dan PBB tugas
b. Siswa menyiapkan bahan
kemudian membuat 20
perhitungan PPh dan PPB menit
(menumbuhkan sikap
disiplin, jujur dan kerja
keras)
c. Konfirmasi
Guru memonitor siswa dalam
mengerjakan tugas 5 menit
III. Kegiatan Penutup
a. Guru dan siswa
mengambil kesimpulan dari 5 menit
materi pembelajaran

b. Guru memberi tugas


kepada siswa untuk
melanjutkan tugas 5 menit Pemberian
perhitungan PPh/PBB untuk tugas
dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya
(membentuk siswa untuk
dapat bertanggung jawab dan
disiplin)

III. Alat / Sumber Pembelajaran


Alat Belajar :
- Buku Literatur
- Internet
Sumber Belajar / Materi :
- Kebijakan fiskal yang diterapkan di indonesia
- Konsep pajak dan pungutan resmi lainnya sebagai sumber penerimaan negar
- Pengertian pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
- Perhitungan pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan

IV. Evaluasi
Pertemuan I
A. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan
1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal ?
2. Sebutkan tujuan Kebijakan Fiskal !
3. Sebutkan jenis pembelanjaan Negara !
B. Teknik Penilaian :
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta tingkat kebenaran
C. Bentuk Instrumen
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50

Pertemuan II

2. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan


1. Apa yang dimaksud PPh ?
2. Sebutkan siapa saja yang termasuk dalam subjek pajak !
3. Sebutkan objek pajak penghasilan !
D. Teknik Penilaian :
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta tingkat kebenaran
E. Bentuk Instrumen
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50

Pertemuan III

A. Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan


1. Apa yang dimaksud dengan PBB ?
2. Sebutkan hal-hal apa saja yang dimasukkan dalam objek pajak PBB ?
3. Apa yang kamu ketahui tentang Bea Materai serta penggunaannya !
B. Teknik Penilaian :
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta tingkat kebenaran
C. Bentuk Instrumen
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50
Setelah pertemuan I, II dan III dilakukan tes tertulis
Soal :
1.Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal !
2.Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal, sebutkan jenis-jenis
tarif pajak beserta contohnya !
3. Pak Tono memiliki penghasilan neto sebulan Rp. 2.000.000,- maka besarnya
pajak penghasilan yang harus dibayar idwan adalah ?
4. Pengusaha N mengimpor BKP (Barang Kena Pajak) yang tergolong mewah
dengan nilai impor Rp50.000.000,-. Karena tergolong BKP mewah maka
pada barang tersebut dikenai dua macam pajak, yaitu PPn dan sekaligus
PPnBM. Pada BKP yang diimpor pengusaha N ini dikenakan tarif PPn 10%
dan tarif PPnBM 20%. Hitunglah PPn dan PPnBM !
5. Pak Ahmad memiliki tanah seluas 162,5 m2 dengan harga jual Rp400.000,-
per m2 dan memiliki bangunan seluas 50 m2 dengan harga jual Rp600.000,-
per m2.Hitunglah PBB yang harus dibayar Pak Ahmad!
Kunci Jawaban :
1. Semua kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran negara disebut dengan istilah Kebijakan Fiskal.
2. a. Tarif Tetap, yaitu tarif pajak yang ditetapkan dalam nilai rupiah tertentu yang
jumlahnya tetap (tidak berubah). Contoh: pajak meterai atau bea meterai yang
tarifnya tetap, yaitu sebesar Rp3.000,- dan Rp6.000,-.
b. Tarif Proporsional, yaitu tarif pajak yang menggunakan persentase tetap terhadap
berapa pun jumlah objek pajak sehingga jika dihitung, besarnya pajak akan
proporsional (sebanding) dengan besarnya jumlah objek pajak. Contoh: tarif PBB
(Pajak Bumi dan Bangunan) adalah sebesar 0,5% dari berapa pun jumlah objek
pajak.
c. Tarif Progresif, yaitu tarif pajak yang persentasenya semakin meningkat jika jumlah
objek pajak semakin bertambah. Contoh: Tarif pajak penghasilan yang ditentukan
sebagai berikut:
1) Penghasilan 0 - Rp25.000.000,- tarifnya 5%.
2) Penghasilan di atas Rp25.000.000,- - Rp50.000.000,-tarifnya 10%.
3) Penghasilan di atas Rp50.000.000,-Rp100.000.000,-tarifnya 15%,
dan seterusnya.
d. Tarif Regresif/Degresif, yaitu tarif pajak yang persentasenya justru
semakin menurun jika jumlah objek pajak semakin bertambah. Contoh:
1) Jumlah objek pajak 0 - Rp25.000.000,- tarifnya 15%.
2) Jumlah objek pajak di atas Rp25.000.000,- - Rp50.000.000,- tarifnya 12,5%.
3) Jumlah objek pajak di atas Rp50.000.000,- - Rp100.000.000,- tarifnya 10%, dan
seterusnya.

3. Penghasilan setahun = 12 x Rp 2.000.000,- = Rp. 24.000.000,-


PTKP (diri pribadi) = Rp. 15.840.000,-
PKP (Penghasilan Kena Pajak) = Rp. 8.610.000,-
Pajak penghasilan terutang = 5% x Rp. 8.610.000,- = Rp. 408.000,- (setahun)
Jadi pajak penghasilan yang harus dibayar Idwan per bulan adalah
Rp. 408.000,- = Rp. 34.000,-
12
4. PPn = 10% x Rp50.000.000,- = Rp5.000.000,-
PPnBM = 20% x Rp50.000.000,- = Rp10.000.000,-

5. NJOP tanah = 162,5 m2 x Rp400.000,- = Rp65.000.000,-


NJOP bangunan = 50 m2 x Rp600.000,- = Rp30.000.000,-
NJOP keseluruhan sebagai dasar pengenaan pajak = Rp95.000.000,-
NJOPTKP = Rp8.000.000,-
NJOP untuk perhitungan pajak Rp87.000.000,-
NJKP = 20% x Rp87.000.000,- = Rp17.400.000,-
(dikenakan 20% karena NJOP tidak mencapai 1 miliar rupiah dan bukan perumahan).
PBB yang harus dibayar Pak Rahmad = 0,5% x Rp17.400.000,- = Rp87.000,-.
PBB sebesar Rp87.000, hanya dibayar 1 x setahun.
Norma penilaian, Tes tertulis
Satu nomor jawaban benar; nilai 10
Satu nomor jawaban hampir benar; nilai 7.5
Satu nomor jawaban kurang benar; nilai 5
Satu nomor jawaban salah; nilai 2

Nilai Akhir : Drill+ Nilai ulangan lesan + Nilai Ulangan tertulis


3
Semarang, Juli 2012
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 2 Semarang Guru Mapel

Drs. Bambang Nianto Mulyo, M.Ed Dra. Rahaju Widjajati, M.Pd.


NIP. 19610429 198603 1 007 NIP. 19590313 198603 2 102

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Ekonomi


Kelas / Semester : XI/ 1
Pertemuan : 1 x Pertemuan
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami APBN dan APBD
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat
dan pemerintah daerah
Indikator :

1. Mengidentifikasi jenis pembelanjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah


2. Menganalisa kebijakan anggaran
I. Tujuan Pembelajaran :
Setelah Proses Pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Mendeskripsikan jenis pembelanjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
2. Menjelaskan kebijakan anggaran
II. Materi Ajar / Materi Pokok
Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah
Pusat dan Daerah
1. Pengeluaran Pemerintah Pusat
Belanja negara dan daerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan daerah serta pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Belanja negara dan daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
kementerian negara atau lembaga pemerintahan pusat. Belanja pemerintah pusat
dikelompokkan sebagai berikut.
a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.
b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi.
Rincian belanja negara dan daerah menurut fungsi, terdiri atas pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan, dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
c. Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:
1) belanja pegawai negeri dan TNI, yaitu belanja untuk gaji, pensiun, tunjangan beras, lauk-
pauk, dan biaya perjalanan Dinas.
2) belanja barang; yaitu pengeluaran negara untuk membeli barang-barang dalam negeri dan
luar negeri yang digunakan untuk penyelenggaran negara.
3) belanja modal;
4) Bunga dan cicilan utang, yaitu pengeluaran negara untu mencicil pokok pinjaman dan
bunganya.
5) subsidi; yaitu pengeluaran negara untuk membantu perusahaan negara dan perusahaan
swasta
6) belanja hibah;
7) bantuan sosial;
8) belanja lain-lain.
2. Pengeluaran Pemerintah Daerah
Pengeluaran pemerintah daerah terdiri :
a. Dana Perimbangan,
1. Dana bagi hasil
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
b. Dana otonomi khusus dan penyesuaian
Belanja terdiri atas tiga macam pengeluaran, yaitu belanja rutin, belanja modal, dan belanja
tidak terduga. Pengeluaran rutin, yaitu pembelanjaan yang dilakukan pada waktu-waktu
tertentu. Pembelanjaan yang termasuk dalam pos ini, di antaranya belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasional lainnya. Belanja
modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya. Adapun belanja tidak terduga,
yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya. Bagi hasil pendapatan ke daerah yang
menjadi otoritas dilakukan melalui tiga hal, di antaranya bagi hasil pajak ke kabupaten/kota,
bagi hasil retribusi ke kabupaten/kota, dan bagi hasil pendapatan lainnya ke kabupaten/kota.
Adapun pengeluaran pembiayaan, di antaranya untuk pembayaran pinjaman, penyertaan
modal pemerintah, belanja investasi permanen, dan pemberian pinjaman jangka panjang.
III. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
IV. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan waktu metode sumber tugas
I. Kegiatan awal
a. Guru menyampaikan -
tujuan pembelajaran yang 5 menit Ceramah
akan dicapai
b. Guru menggali
pengetahuan siswa tentang
jenis-jenis pengeluaran 10 Tanya
pemerintah menit jawab
(Menggali rasa ingin tahu
siswa)
II. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
a. Guru menjelaskan tentang
jenis-jenis pengeluaran
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
b. Guru membagi siswa
menjadi dua kelompok besar
(siswa mendengarkan 15 Ceramah Buku Ekonomi
dengan cermat) menit
B. Elaborasi
a. Guru menugaskan
kelompok pertama untuk
mengidentifikasi jenis
pengeluaran pemerintah 5 menit
pusat dan kelompok kedua
mengidentifikasi jenis
pengeluaran pemerintah
daerah
b. Masing-masing
kelompok mempresentasikan
hasil diskusi dan kelompok
lain menanggapi 20 Diskusi Buku Ekonomi
(menumbuhkan sikap jujur, menit
kerja keras, ingin tahu dan
bertanggung jawab)
C. Konfirmasi
Guru memberikan
penghargaan kepada siswa
yang aktif dalam
memberikan tanggapan
Guru memberikan
kesimpulan jawaban dari
hasil diskusi kelas
III. Kegiatan Penutup 15
a. Guru membuat menit
kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran dengan
melakukan tanya jawab
kepada siswa
b. Post test
(siswa mengerjakan
dengan jujur, disiplin,
tanggung jawab)

5 menit

5 menit

15
menit

V. Alat / Sumber Pembelajaran


Alat Belajar :
- Buku literatur
- Internet

Sumber Belajar / Materi :


- Jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat
- Jenis-jenis pengeluaran pemerintah daerah
VI. Evaluasi :

Pertemuan I
A.Jenis Tagihan : Pertanyaan Lesan
1. Apa saja yang termasuk pengeluaran pemerintah pusat ?
2. Apa saja yang termasuk pengeluran pemerintah daerah ?
B. Teknik Penilaian :
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta tingkat kebenaran
c. Bentuk Instrumen
a. Aktif dan sungguh-sungguh berfikir serta benar jawabannya; nilai 100
b. Aktif kurang sungguh-sungguh berfikir serta jawaban hampir benar; nilai 80
c. Aktif tetapi jawaban kurang benar; nilai 70
d. Aktif jawaban salah; nilai 60
e. Pasif tidak dapat menjawab; nilai 50
Setelah pertemuan I dilakukan test tertulis.
- Soal
1. Sebut dan jelaskan jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat !
2. Sebut dan jelaskan jenis-jenis pengeluaran pemerintah daerah !
Kunci jawaban
1. Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.
b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi.
Rincian belanja negara dan daerah menurut fungsi, terdiri atas pelayanan
umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan
hidup, perumahan, dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya,
agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
c. Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:
1) belanja pegawai;
2) belanja barang;
3) belanja modal;
4) pembayaran bunga utang;
5) subsidi;
6) belanja hibah;
7) bantuan sosial;
8) belanja lain-lain.
2. Pengeluaran pemerintah daerah terdiri atas pengeluaran belanja, bagi
hasil ke daerah yang menjadi otoritasnya, dan pembiayaan. Belanja terdiri
atas tiga macam pengeluaran, yaitu belanja rutin, belanja modal, dan
belanja tidak terduga. Pengeluaran rutin, yaitu pembelanjaan yang
dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Pembelanjaan yang termasuk dalam
pos ini, di antaranya belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasional lainnya.
Belanja modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya.
Adapun belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Bagi hasil pendapatan ke daerah yang menjadi otoritas
dilakukan melalui tiga hal, di antaranya bagi hasil pajak ke
kabupaten/kota, bagi hasil retribusi ke kabupaten/kota, dan bagi hasil
pendapatan lainnya ke kabupaten/kota. Adapun pengeluaran pembiayaan,
di antaranya untuk pembayaran pinjaman, penyertaan modal pemerintah,
belanja investasi permanen, dan pemberian pinjaman jangka panjang.
Norma Penilaian

Satu nomor jawaban benar; nilai 10


Satu nomor jawaban hampir benar; nilai 7.5
Satu nomor jawaban kurang benar; nilai 5
Satu nomor jawaban salah; nilai 2
Nilai Akhir : Nilai ulangan lesan + Nilai tes tertulis
2

Semarang, Juli 2012


Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 2 Semarang Guru Mapel

Drs. Bambang Nianto Mulyo, M.Ed Dra. Rahaju Widjajati, M.Pd.


NIP. 19610429 198603 1 007 NIP. 19590313 198603 2 102

Anda mungkin juga menyukai