Anda di halaman 1dari 8

1.

Anatomi Thorak

Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana


pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat
paru -paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang didalam rongga
dada diantara kedua paru -paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa
sistem diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ
yang terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung,
pembuluh darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).

Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut


terdiri dari sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang
melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga toraks
seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).

Muskulus interkostal merupakan tiga otot pipih yang terdapat pada tiap
spatium interkostalis yang berjalan di antara tulang rusuk yang
bersebelahan. Setiap otot pada kelompok otot ini dinamai berdasarkan posisi
mereka masingmasing:
1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial
2. m.interkostal internal terletak diantara m.interkostal eksternal dan
profundal

Muskulus interkostal profunda memiliki serabut dengan orientasi yang


samadengan muskulus interkostal internal. Otot ini paling tampak pada
dinding torakslateral. Mereka melekat pada permukaan internal rusuk -rusuk
yang bersebelahan sepanjang tepi medial lekuk kosta (Nugroho, 2015).

Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan m.interkostal


profundal, merentang diantara multiple rusuk, dan jumlahnya semakin
banyak diregio bawah dinding toraks posterior. Otot -otot ini memanjang
dari permukaan interna satu rusuk sampai dengan permukaan internarusuk
kedua atau ketiga di bawahnya (Nugroho, 2015).

Muskulus torakal transversus terdapat pada permukaan dalam dinding


toraks anterior dan berada pada bidang yang sama dengan m.interkostal
profunda. Muskulus torakal transversus muncul dari aspek posteriorprosesus
xiphoideus, pars inferior badan sternum, dan kartilage kosta rusuk sejati di
bawahnya.

Suplai arterial
Pembuluh-pembuluh darah yang memvaskularisasi dinding toraks
terutama terdiri dari arteri interkostal posterior dan anterior, yang berjalan
mengelilingi dinding toraks dalam spatium interkostalis di antara rusuk
-rusuk yang bersebelahan (Hudak, 2011).

Arteri interkostal posterior berasal dari pembuluh-pembuluh yang


berhubungan dengan dinding toraks posterior. Dua arteri interkostal
posterior yang paling atas pada tiap sisinya berasal dari arteri interkostal
suprima, yang turun memasuki toraks sebagai percabangan trunkus
kostoservikal pada leher. Trunkus kostoservikal merupakan suatu cabang
posterior dari arteri subklavian. Sembilan pasang arteri interkostal posterior
sisanya berasal dari permukaan posterior aorta torakalis (Hudak, 2011).
Pada sekitar level spatium interkostalis keenam, arteri ini bercabang
menjadi dua cabang terminal :
1.arteri epigastrik superior, yang lanjut berjalan secara inferior
menujudinding abdomen anterior.
2.arteri muskuloprenikus, yang berjalan sepanjang tepi kostal,
melewatidiafragma, dan berakhir di dekat spatium interkostal terakhirArteri
interkostal anterior yang menyuplai enam spatium interkostal teratas muncul
sebagai cabang lateral dari arteri torakal internal, sedangkan yang menyuplai
spatium yang lebih bawah berasal dari arteri muskuloprenikus. Pada tiap
spatium interkostalis, biasanya terdapat dua arteri interkostal anterior :
1.satu yang lewat di bawah tepi rusuk di atasnya,
2. satu lagi yang lewat di atas tepi rusuk di bawahnya dan kemudian
bertemu dengan sebuah kolateral percabangan arteri interkostal posterior
Distribusi pembuluh -pembuluh interkostal anterior dan posterior saling
tumpang tindih dan dapat berkembang menjadi hubungan anastomosis.

Suplai Vena
Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel dengan
pola suplai arterialnya. Secara sentral, vena -vena interkostal pada akhirnya
akan didrainase menuju sistem vena atau ke dalam vena torakal internal,
yang terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam leher. Vena -vena
interkostal posterior pada sisi kiri akan bergabung dan membentuk vena
interkostal superior kiri, yang akan didrainase ke dalam vena brakhiosefalik
kiri (Patriani, 2012).

Drainase Limfatik
Pembuluh limfatik pada dinding toraks didrainase terutama ke dalam
limfonodi yang berhubungan dengan arteri torakal internal (nodus
parasternal), dengan kepala dan leher rusuk (nodus interkostal), dan dengan
diafragma (nodus diafrgamatikus) (Patriani, 2012).

Innervasi
Innervasi dinding toraks terutama oleh nervus interkosta, yang
merupakan ramus anterior nervus spinalis T1 -T11 dan terletak pada
spatium interkostalis di antara rusuk-rusuk yang bersebelahan. Nervus
interkostal berakhir sebagai cabang kutaneus anterior, yang muncul baik
secara parasternal, di antara kartilage kosta yang bersebelahan, ataupun
secra lateral terhadap midline, pada dinding abdomen anterior, untuk
menyuplai kulit pada toraks, nervus interkostal membawa :
1.Inervasi somatik motorik kepada otot –otot dinding toraks
( intercostal,subcostal, and transversus thoracis muscles )
2.Innervasi somatik sensoris dari kulit dan pleura parietal,
3.Serabut simpatis postganglionic ke perifer.

Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks bagian atas
disuplai oleh cabang kutaneus, yang turun dari pleksus servikal di leher.
Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga menginnervasi
area lainnya :
1.Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis
2.Cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis kedua
berkontribusi kepada innervasi kutaneus permukaan medial lengan atas
3. Nervus interkostal bawah menyuplai otot, kulit, dan peritoneum
dinding abdomen

2. PRIORITAS TERAPI PADA PASIEN TRAUMA DADA


a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
f. Antibiotika.
g. Analgetika.
h. Expectorant

Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan


chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-
aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi
saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang
dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan
foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali
paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif
tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks
traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya
pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai
dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks
adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal
atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau
trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat
menyebabkan terjadinya hemotoraks.

3. PERTOLONGAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR TULANG


IGA

memberikan pertolongan kepada seseorang yang dicurigai mengalami patah


tulang, jangan menggerakkan atau memindahkan orang tersebut, kecuali
untuk menghindari cedera lebih lanjut. Sambil menunggu bantuan medis
datang, Anda dapat menghentikan perdarahan dengan memberikan tekanan
pada luka menggunakan perban steril, kain bersih, atau pakaian bersih.

Jika bantuan medis belum datang dan Anda sudah pernah mendapatkan
pelatihan cara memasang bidai atau penyangga (contoh kayu yang lurus),
pasanglah bidai ke area di atas dan di bawah lokasi tulang yang patah. Ingat,
jangan mencoba mengembalikan atau mendorong tulang yang mencuat ke
posisi aslinya.

Berikut adalah cara melakukan pembidaian sebagai pertolongan pertama


pada korban patah tulang:

 Lepaskan pakaian yang menutupi area tubuh yang dicurigai


mengalami patah tulang.
 Jika tidak bisa dilepas, gunting pakaian tanpa memindahkan bagian
tubuh yang patah.
 Rekatkan area patah tulang dengan penggaris atau tongkat sebagai
bidai.
 Apabila tidak ada perban gulung, Anda bisa melilit atau membebat
bidai dengan kertas koran atau sepotong pakaian.

Setelah pembidaian dilakukan, kompres bagian yang patah dengan es batu


untuk mengurangi pembengkakan dan meredakan rasa sakit. Jangan
memberikan kompres es langsung ke kulit. Bungkus es dengan handuk atau
kain terlebih dahulu.

Jika korban cedera pingsan atau bernapas pendek dan cepat, baringkan ia
dengan kepala sedikit lebih rendah dari tubuhnya. Jika memungkinkan,
angkat kakinya lebih tinggi dari badan. Jika korban cedera sadar, Anda
dapat memberikan obat pereda nyeri, seperti paracetamol.

Pertolongan pertama pada fraktur:

1. Periksa kondisi cedera korban. Periksa Airway (jalan


napas)─Breathing (napas korban)─Circulation (sirkulasi) dan tingkat
keparahan cedera dengan cepat.

Berhati-hatilah saat memeriksa cedera agar tidak menimbulkan terlalu


banyak gerakan.  Jika korban tidak sadarkan diri, segera lakukan resusitasi
jantung paru (RJP).

2. Cegah gerakan di area cedera. Lakukan imobilisasi (membatasi


gerakan) pada bagian yang patah.

Terdapat dua tipe imobilisasi yang dapat Anda lakukan:

 Imobilisasi tangan dasar. Korban dianjurkan untuk menopang cedera


dengan tangannya sendiri dengan memeganginya, jika
memungkinkan atau di mana tidak ada peralatan/bahan lain dalam
bentuk apa pun.
 Menggunakan bantalan (padding). Letakkan bantalan yang lembut
(baju, selimut, handuk kecil, dll.) pada bagian tubuh yang patah atau
pada lekukan tubuh terdekat pada daerah cedera untuk menopang.

Menopang bagian yang cedera dapat mengurangi rasa sakit dan mencegah
kerusakan lebih lanjut. Terus topang bagian yang patah hingga bantuan
medis tiba.

3. Hentikan perdarahan jika korban mengalami fraktur terbuka. Tekan


kuat luka dengan perban atau kain steril (prinsip balut tekan).

4. Jangan mencoba memindahkan korban, terutama jika korban


mengalami cedera kepala, leher, atau tulang belakang untuk menghindari
cedera yang lebih parah.

5. Jangan mencoba untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.

6. Jika memungkinkan, lakukan kompres dingin dengan es yang dibalut


handuk atau ice pack selama maksimal 20 menit.

7. Pantau kondisi korban dan perhatikan jika ada tanda-tanda syok.


Jika korban mengalami syok, baringkan korban dengan menempatkan kaki
lebih tinggi dari kepala.

4. MENGENAL PASIEN DENGAN FRAKTUR STERNUM

Fraktur sternum adalah cedera langka dengan insiden kurang dari


0,5% dari seluruh fraktur dan kurang lebih 3-8 % pada trauma tumpul dada.
Trauma pada sternum sebagian besar melintang pada batang sternal dan
jarang terjadi pada daerah manubrium ataupun xiphoid. Ada dua jenis
dislokasi sternum: posterior (tipe 1) atau anterior (tipe 2) pada manubrium.
Trauma toraks dapat disertai nyeri dada hebat sehingga
menimbulkan gagal napas sampai menyebabkan kematian. Pada kasus
fraktur sternal yang mengalami ketidakstabilan dinding toraks, dapat
mengalami distress napas, nyeri hebat, dan fraktur non-union, maka fiksasi
eksternal harus segera dikerjakan. Mengingat angka kejadian sangat kecil
dan kebutuhan akan fiksasi operatif yang tidak rutin dilakukan, maka sering
menjadi pitfallatas (kegagalan penyapihan pasien dari ventilasi mekanik).

5. MENJELASKAN PERBEDAAN PHENEUMOTHORAX DAN


HEMATORAX

Pheneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga


pleura (Harrison, 2000). Luka tembus dada merupakan penyebab umum dari
pheneumothorax traumatik pengumpulan udara dalam ruang potensial.
Pheneumothorax adalah cedera dada hebat yang disebabkan karena adanya
udara yang keluar dari paru kedalam ruang pleura (Brunner&Suddart,
2010).

Pada pheneumothorax udara atau gas terakumulasi antara pleura pariental


dan viseral. Bannyaknya udara yang terjebak dalam ruangan intrapleura
menentukan tingkat kolaps paru. Pheneumothorax diklarifikasikan sesuai
dengan penyebabnya yaitu traumatik, spontan, dan terapeutik (Harrison,
2000).

Hematorax merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada


rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang
menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul dikantong
pleura tidak bisa diserap oleh pleura (Muttaqin, 2008). Hematorax yaitu
trauma pada rongga torakx yang berakibat perdarahan (Patrick, 2002).
Penyebab paling umum dari hemathorax adalah trauma dada.

6. Menjelaskan Trauma Paru


7. Menjelaskan penanganan luka trauma pada jantung

Anda mungkin juga menyukai