Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Microsoft Excel adalah generasi terbaru dari program spreadsheet yang
berbasis windows. Software ini menggunakan istilah Workbook sebagai
dokumennya dimana didalamnya memuat beberapa lembar kerja yang dinamakan
worksheet. Setiap worksheet dapat diisi dengan data yang berbeda misalnya sheet
pertama diisi dengan data dan pengolahan data, sheet kedua diisi dengan
grafiknya dan seterusnya. Dengan menggunakan Microsoft Excel anda akan
mendapatkan banyak kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan perhitungan,
rekapitulasi, sortir, pembuatan tabel dan grafik.
Dalam dunia perminyakan, Microsoft Excel sering digunakan untuk mengolah
data sehingga pengenalan lebih dalam tentang penggunaan Microsoft Excel sangat
dibutuhkan.
1.2.Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menunjang pengetahuan dan
softskill sarjana Teknik Perminyakan sebagai ilmu dasar penguasaan IPTEK.
2

BAB II
CADANGAN VOLUMETRIK MINYAK DAN GAS

2.1. Tujuan Analisa


Untuk mengetahui cadangan volumetrik minyak dan gas melalui teori
perhitungan OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP (Original Gas In Place).

2.2 Dasar Teori


Teori Perhitungan (Original Oil In Place) OOIP dan (Original Gas In Place)
OGIP
7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 ( 1−𝑆𝑤 )
OOIP = ..........................................(2-1)
𝐵𝑜𝑖

OOIP : Original Oil In Place, STB


VB : Volume bulk, acre-ft
𝟇 : porosity, fraction
Sw : water saturation, fraction
Boi : volume factor oil, RB/stb
43560 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 (1−𝑆𝑤)
OGIP = ..........................................(2-2)
𝐵𝑔𝑖

OGIP : Original Gas In Place, SCF


Bgi : Volume factor gas, scf /cf
3

Metode Penentuan Volume Zona Produktif


Ada dua metode yang sering digunakan dalam penentuan volume zona produktif,
yaitu :

1. Metode Pyramidal

∆Vb = (An + An + 1 +√𝐴𝑛𝐴𝑛 + 1 ............................(2-3)
3
2. Metode Trapezoidal

∆Vb = (An + An + 1) .....................................................(2-4)
3
Syarat : metode trapezoidal digunakan bila An + 1/An ≥ 0.5
4

2.3. Prosedur Perhitungan


1. Jalankan Program Microsoft Excel melalui Start, Menu Program
2. Buat tabel data seperti di bawah ini pada worksheet yang tersedia
3. Hitung perbandingan luas area, An+1/An
a. Click pada cell C6
b. Masukkan persamaan pada cell C6 = B6/B5. Kemudian tekan Enter atau
klik tanda √.
c. Lakukan hal yang sama untuk cell C7 s/d C14
 Klik pada cell C6, posisikan mouse pada pojok kanan bawah
(sampai membentuk tanda “+”) kemudian klik dan tarik sampai
cell C14, atau
 Copy cell C6 dan paste kan pada cell C7 sampai cell C14
4. Tentukan persamaan yang akan digunakan
Syarat yang digunakan adalah apabila An+1/An > 0.5 digunakan metode
Trapezoidal. Bisa diketikkan secara manual metode yang digunakan pada cell
E6 sampai E14. Atau dapat kita gunakan fungsi logika “IF”
a. Klik pada cell E6
b. Gunakan fungsi “IF”, ketikkan pada cell E6 persamaan
=IF(C6>0.5;”Trapezoidal”;”Pyramidal”). Kemudian tekan Enter atau klik
tanda √.
5. Hitung Volume
a. Dengan persamaan untuk :
Metode Pyramidal

∆Vb = (An+An+1+√𝐴𝑛𝐴𝑛 + 1)
3
Metode Trapezoidal

∆Vb = (An+An+1)
2
b. Kemudian tekan Enter atau klik tanda √.
6. Buatlah tabel data di bawah ini pada worksheet yang tersedia
a. Gunakan Function Average pada cell I15 dan masukkan range kolom
yang akan dirata-rata yaitu cell I5 sampai I14 (ketik I5:I14).
5

b. Kemudian tekan Enter atau klik tanda √.


c. Lakukan perintah yang sama untuk kolom Saturasi dan Bo.
7. Hitung OOIP dan OGIP
a. Masukkan data-data yang sudah diketahui, yaitu Volume, Porositas,
Saturasi, dan Bo rata-rata pada kolom perhitungan OOIP dan OGIP.
b. Hitung OOIP dan OGIP dengan persamaan :
7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 (1−𝑆𝑤)
OOIP =
𝐵𝑜𝑖
43560 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 𝜙 𝑥 (1−𝑆𝑤)
OGIP =
𝐵𝑔𝑖

2.4. Data dan Perhitungan

Data perhitungan cadangan volumetrik minyak dan gas.

Tabel II – 1

Tabel Data Volume Reservoir


6

Tabel II – 2

Tabel Data Properties Perhitungan Rata-Rata Porositas, Swi, Boi, Bgi

2.5 Hasil Analisa :


7

2.6 Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan jumlah Original Oil
In Place (OOIP) dan Original Gas In Place (OGIP) dari sebuah reservoir. Data-
data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan secara volumetric, yaitu bulk
volume reservoir (Vb), Porositas Batuan (ɸ), saturasi fluida (Sw), dan factor
volume formasi fluida. Perhitungan perkiraan cadangan secara volumetric dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya initial hidrokarbon in place, ultimate
recovery, dan recovery factor.
Dalam praktikum ini bisa dilakukan beberapa langkah, yaitu memasukkan
data yang sudah tersedia, menghitung perbandingan luas area, menentukan
persamaan yang akan digunakan menghitung volume, memasukkan table data
properties, menghitung rata-rata data properties, menghitung OOIP dan OGIP.
OOIP adalah estimasi jumlah total hidrokarbon mula-mula yang
terperangkap dalam reservoir, baik yang bisa diproduksikan maupun yang tidak
bisa diproduksikan.
Sedangkan OGIP adalah jumlah total gas mula-mula yang terperangkap
dalam reservoir, baik yang bisa diproduksikan maupun tidak. Di dunia
perminyakan OOIP dan OGIP digunakan untuk menghitung hasil cadangan
minyak dan gas.
8

2.7 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum ini adalah:
1. OOIP adalah jumlah total hidrokarbon mula-mula yang terperangkap
dalam reservoir
2. OGIP adalah jumlah total gas mula-mula yang terperangkap dalam
reservoir
9

BAB III

SIFAT FISIK MINYAK

3.1 Tujuan Analisa

Tujuan praktikum komputer sifat fisik minyak adalah untuk mengetahui


cara perhitungan dan membuat grafik sifat fisik minyak dan gas dengan
menghitung kelarutan gas dalam minyak, faktor volume formasi minyak,
viskositas minyak, dan kompresibilitas minyak baik dalam tekanan bubble
ataupun tidak.
3.2 Dasar Teori

Teori Sifat Fisik Minyak

1. Kelarutan Gas Dalam Minyak (Rs)


 Untuk kondisi P<Pb
𝑃 1.2048
Rs = γg [(18.2 + 1.4) 100.0125𝐴𝑃𝐼−0.0009(𝑇−460) ] .......(3-1)
 Untuk kondisi P<Pb
Kelarutan gas dalam minyak diatas tekanan bubble point sama
dengan kelarutan gas dalam minyak pada bubble point.

2. Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)


 Untuk kondisi P<Pb
1.2
𝛾𝑔 0.5
Bo = 0.9759 + 0.000120 [𝑅𝑠 (𝛾𝑜 ) + 1.25(𝑇 − 460)] .......(3-2)
 Untuk kondisi P<Pb
Bo = BobEXP[−𝐶𝑜(𝑝 − 𝑃𝑏)] ...................................................(3-3)
Dimana :
Bob = faktor volume formasi minyak pada Pb, BBL/STB
3. Viskositas Minyak (μ0)
 Untuk kondisi P<Pb
𝑃 −0.14
μ0 = μ0b(𝑃𝑏) EXP(-2.5(10-4)(P – Pb)) .............................(3-4)
10

3.3 Prosedur Perhitungan

1. Jalankan program microsoft excel melalui start, menu program.

2. Masukkan data pada worksheet yang tersedia

3. a. Masukkan persamaan untuk menghitung Rs pada cell

b. Masukkan persamaan untuk menghitung Co pada cell

c. Masukkan persamaan untuk menghitung Bo pada cell

d. Masukkan persamaan untuk menghitung pada μ0 cell

4. Plot kurva

a. Sorot kolom yang akan di plot. Kemudian klik tab insert dan pilih chart
setelah itu pilih XY (Scatter)

b. Pada bagian berikutnya dapat kita lihat hasil plot Rs vs Tekanan

c.Letakkan grafik yang sudah dibuat sebagai sheet baru

5. Lakukan dengan langkah yang sama untuk membuat grafik

a. Co vs Tekanan

b. Bo vs Tekanan

c. μ0 vs Tekanan

3.4. Data Perhitungan

Diketahui :

Γo = 0.82 T = 703.5 ᵒR

γg = 0.88 GORTot = 346 SCF/STB

ᵒAPI = 41.03 μ0B = 0.577

Tekanan reservoir = 2375 Psi

Temperatur reservoir = 703.5 ᵒR

Tekanan Bubble = 2022 Psi

Tekanan Abandon = 500 Psi


11

3.5. Hasil Perhitungan

Tabel III-1

Tabel Data Sifat Fisik Minyak


12

Perhitungan :

Gambar 3.1.

Perhitungan Rs pada kondisi P<Pb


13

Gambar 3.2.

Perhitungan pada kondisi P> Pb

Gambar 3.3.

Perhitungan data Co
14

Gambar 3.4.
Perhitungan data Bo pada kondisi P<Pb

Gambar 3.5.

Perhitungan data Bo pada kondisi P>Pb


15

Gambar 3.6.

Perhitungan data μ0 pada kondisi P<Pb

Gambar 3.7.

Perhitungan data μ0 pada kondisi P>Pb


16

3.6 Hasil Analisa

Hasil analisa :

Rs = 113,5925543 Bo = 1,145575

= 117,0393697 = 1,177758

= 244,3847757 = 1,212882

= 315, 3856298 = 1,250876

= 388,9105237 = 1,291167

= 465,219593 = 1,333911

= 492,4922759 = 1,349403

= 509,2498049 = 1,358975

= 543,3854953 = 1,378597

= 543,3854953 = 1,376344

= 543,3854953 = 1,370587

= 543,3854953 = 1,36798

= 543,3854953 = 1,365543

= 543,3854953 = 1,363292

= 543,3854953
17

Co = 8,46744-E05 μo = 0,939858

= 6,20021E-05 = 0,840068

= 5,05448E-05 = 0,762526

= 4,36527E-05 = 0,697705

= 3,91235E-05 = 0,642086

= 3,59224E-05 = 0,592921

= 3,50184E-05 = 0,577000

= 3,45111E-05 = 0,567589

= 3,35754E-05 = 0,549223

= 3,27149E-05 = 0,551866

= 3,15662E-05 = 0,555640

= 3,05100E-05 = 0,559387

= 2,95085E-05 = 0,563213

= 2,85706E-05 = 0,567065

= 2,77026E-05 = 0,570888
18

3.7 Grafik
19
20
21
22

3.8 Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan data sifat fisik fluida
(minyak), sifat fisik tersebut meliputi kelarutan gas dalam minyak (rs), faktor
volume formasi (Bo), kompresibilitas (Co), serta viskositas (µo). Kelarutan gas
dalam minyak (Rs) adalah perbandingan volume minyak dan gas yang terlarut
dalam satu STB minyak pada kondisi dan temperatur reservoir.
Faktor volume formasi minyak adalah perbandingan volume minyak dan
gas terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak standar (19.7 Psi;
60ºF).
Kompresibilitas adalah perubahan volume minyak akibat adanya
perubahan tekanan.
Viskositas adalah ukuran ketahanan minyak terhadap aliran atau ukuran
besarnya keengganan minyak untuk mengalir.
Data sifat fisik minyak merupakan bagian penting yang perlu diketahui
dalam pekerjaan simulasi reservoir. Data sifat fisik ini juga akan menggambarkan
karakteristik dari fluida hidrokarbon yang dimiliki oeh setiap lapisan reservoir.
Tahap awal praktikum ini adalah memasukkan data yang telah tersedia
seperti tekanan saturasi, tekanan bubble, API, Yo, Yg, GOR Total, µo terhadap
tekanan saturasi dan tekanan bubble (1901 Psi). Setelah didapat semua data
perhitungan, semua hasil data ditransformasikan dalam bentuk plot atau kurva
terhadap tekanan. Tujuannya agar didapat hubungan keempat data sifat fisik
terhadap tekanan.
Dari perhitungan di atas, didapat harga kelarutan gas dalam minyak untuk
P<Pb adalah 113.5-543.78 scf/stb. Untuk P>Pb, hasilnya tetap yaitu 543.78
scf/stb. Untuk kompresibilitas (Co) dengan nilai P berkisar dari 500 Psi sampai
2301 Psi, didapat angka 8.46744E-05 – 2.77026E-05 Psia-1. Untuk faktor volume
formasi (Bo) dengan syarat P<Pb, didapat hasil yaitu 1.545575038 – 1.378546787
bbl/stb. Untuk P>Pb sebesar 1.376343596 – 1.363291514 bbl/stb. Untuk
viskositas (µo) P<Pb didapat 0.93985827 – 0.54422334 cp. Untuk P>Pb didapat
0.551866 – 0.570888 cp.
23

3.9 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mendapatkan nilai kelarutan minyak dalam gas baik P>Pb
maupun P<Pb.
2. Untuk mengetahui besarnya kelarutan gas dalam minyak yang berada
dalam larutan minyak satu barrel tanki pengumpulan minyak, ketika
minyak dan gas kedua-duanya masih berada dalam keadaan temperatur
dan tekanan reservoir.
3. Hasil:
 Kelarutan gas dalam minyak (Rs)
 P<Pb : 113.5 – 543.78 scf/stb
 P>Pb : 543.78 scf/stb
 Kompresibilitas minyak (Co) : 8.46744E-05 – 2.77026E-05
Psia-1
 Faktor volume formasi minyak (Bo)
 P<Pb : 1.545575038 – 1.378546787 bbl/stb
 P>Pb : 1.376343596 – 1.363291514 bbl/stb
 Viskositas Minyak (µo)
 P<Pb : 0.93985827 – 0.54422334 cp
 P>Pb : 0.551866 – 0.570888 cp
24

BAB IV
PERMEABILITAS RELATIF

4.1. Tujuan Analisa


Mencari korelasi hubungan antara Sw vs Krw dan Sw vs Krow.

4.2. Dasar Teori


Dalam hal ini, akan dicari korelasi hubungan antara Sw vs Krw dan Sw vs
Krow. Dari beberapa data pengukuran Sw, Krw, dan Krow, korelasi yang dicari
dalam bentuk polinomial.
4.3. Prosedur Perhitungan
1. Salin data pada worksheet baru.
2. Buat plot antara Sw vs Krw dan Sw vs Krow.
3. Dengan menggunakan cara yang sama untuk pembuatan grafik.
a. Sorot tabel yang akan diplot. Kemudian plotkan dengan
menggunakan chart pada tab insert.
b. Pilih XY (Scatter). Kemudian klik Next.
c. Lanjutkan sampai pada bagian Chart Options. Hilangkan tanda
“√” pada Show Legend.
d. Klik Next untuk menempatkan grafik dan kemudian klik Finish.
4. Mengatur Grafik
a. Klik ganda pada Point Series Krow, pilih Tab Axis dan pilih
tanda Secondary Axis. Klik OK.
b. Klik kanan pada Area grafik dan pilih Chart Options.
c. Pada Second Value (Y) axis : Ketikkan Krow.
d. Klik ganda pada Value (X) axis. Pada Tab Number pilih
Number.
e. Lakukan hal yang sama untuk Primary dan Secondary (Y)
Value.
25

f. Klik pada series yang sudah terbentuk lalu klik kanan lalu Add
Trendline.
g. Pilih Trendline ke Polynomial, lalu atur orde yang sesuai dengan
grafik.
h. Centang pada “ Display Equation on Chart “ dan “ Display R-
Squared Value on Chart “.
26

4.4. Data dan Perhitungan


Tabel IV-I
Tabel Data Sw, Krw, Krow, Sumur #1, #2, #3
27

4.5. Grafik
28
29
30
31

4.6 Pembahasan
Secara umum saturasi fluida adalah jumlah kandungan fluida yang berada
pori-pori di batuan. Secara khusus saturasi fluida adalah suatu ukuran yang
menyatakan berapa bagian atau persentase dari ruuang pori-pori satu batuan
reservoir yang terisi oleh fluida. Saturasi fluida tersebut dapat berupa saturasi
minyak (so), saturasi air (sw), dan saturasi gas (sg).
Permeabilitas batuan ( k ) merupakan nilai yang menunjukan kemampuan suatu
batuan untuk mengalirkan fluida. Berdasarkan jumlah fase mengalir dalam batuan
reservoir, permeabilitas di bedakan menjadi tiga yaitu :
Permeabilitas absolut, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida , di
mana fluida yang mengalir hanya satu fasa.
Permeabilitas efektif, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida, dimana
fluida yang ,mengalir lebih dari fasa. Harga permeabilitas efektif dinyatakan
sebagai ko, kg dan kw.
Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif dengan
absolut.
Permeabilitas sangat tergantung pada ada tidaknya cairan ataupun gas di dalam
rongga yang sama, pada grafik 4.1 , 4.2 , 4.3 , dan 4.4 penjumlahan air atau
saturasi air di perhatikan pada absis dan ordinat menunjukan permeabilitas
relative suatu fluida.
Pada keempat grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar saturasi air maka
permeabilitas airnya (Krw) akan semakin besar pula nilai dan sebaliknya, semakin
besar saturasi air maka permeabilitas minyak semakin kecil. Ini terjadi akibat
banyaknya air yang terkandung dalam batuan. Jika suatu batuan mengandung
banyak air, maka batuan tersebut lebih mudah untuk mengalirkan, dan begitu pula
sebaliknya.
32

4.7 Kesimpulan
1. Saturasi air ( Sw ) adalah jumlah kandungan air yang berada pada pori – pori
batauan.
2. Permeabilitas relatif air ( Krw ) adalah perbandingan antara kemampuan batuan
mengalirkan semua fluida dengan kemampuan batuan untuk mengalirkan air.
3. Permeabilitas relatif minyak ( Krow ) adalah perbandingan antara kemampuan
batuan mengalirkan semua fluida dengan kemampuan batauan untuk mengalirkan
minyak.
4. Hubungan Sw vs Krw dan Sw vs Krow :
® Sw dengan Krw berbanding lurus, semakin besar Sw maka Krw semakin
besar.
® Sw dan krow berbanding terbalik, semakin besar Sw maka krow semakin
kecil
- Persamaan yang di hasilkan dari praktikum :
® Sw vs Krw
Y = 31,34x5 + 74,889x4 – 82,834x3 + 44,44x2 – 12,604x +1,5442
R² = 0.99999
® Sw vs Krow

Y = 116,32x6 – 281,75x5 + 272,01x4 – 132,87x3 + 34,86x2 -4,6401x +


0,2447
R² = 0,9999
- Sumur # 2

® Sw vs Krow
Y = 97,879x6 – 257,75x5 + 288,84x4 – 141,82x3 + 40,358x2 – 5,7875x +
0,3261
R² = 0,999

® Sw vs Krow
Y = - 11,743x5 + 30,857x4 – 32,626x3 + 18,341x2 -6,0025x +0,9714
33

R² = 0,9996
- Sumur # 3
® Sw vs krw
Y = 1,1585x3 + 1,823x2 – 0,4007x + 0,0298
R² = 0,9996
® Sw vs krow
Y = 4,2987x4 – 10,144x3 + 14,5558x2 – 4,2478x + 0,7578
R²= 0,9999
34

BAB V

INFLOW PERFORMANCE RELATIONSHIP (IPR)

5.1. Tujuan Analisa


Menghitung Inflow Performance Relationship (IPR) pada berbagai fasa
dalam berbagai kondisi.
5.2. Dasar Teori
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang
performance aliran fluida dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana
performance (ulah) ini akan tergantung kepada PI secara grafis. Jika suatu sumur
dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi, maka :
𝑞
Pwf = Ps - ...................................................................................(5-1)
𝑃𝐼
Pada persamaan diatas terlibat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai
hubungan yang linier, yang disebut Inflow Performance Relationship, yang
menggambarkan reaksi-reaksi reservoir bila ada perbedaan tekanan didalamnya.
Bila q = 0, maka Pwf = Ps, dan bila q = PI x Ps, maka Pwf = 0. Sudut θ yang
dibuat oleh garis tersebut terhadap sumbu tekanan sedemikian rupa, sehingga :
𝑂𝐵 𝑃𝐼 𝑥 𝑃𝑠
tan θ = = = PI ..................................................................(5-2)
𝑂𝐴 𝑃𝑠
Jadi sebenarnya PI merupakan koefisien arah dari kurva IPR. Harga q pada titik
B, yaitu PI x Ps disebut sebagai potensial sumur, yaitu suatu laju produksi
maksimum yang dapat diberikan oleh reservoir, dan akan terjadi bila harga Pwf
sama dengan nol. PI tidak tergantung pada laju produksi yang merupakan hasil
dari kemungkinan produksi sepanjang garis AB. Hasil ini berhubungan dengan
persamaan aliran radial. Tetapi kurva IPR disini tidak selalu linier tetapi ini
tergantung pada jumlah fluida yang mengalir. Untuk fluida dua fasa kurva yang
terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI tidak lagi merupakan harga
yang konstan karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinu untuk
setiap harga Pwf.
35

5.3. Prosedur Perhitungan


Penentuan IPR untuk Satu Fasa
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan data hasil uji
tekanan dan produksi.
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf, dan qo.
𝑞
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan PI = ................(5-3)
(𝑃𝑠−𝑃𝑤𝑓)

3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf).


4. Hitung laju aliran minyak (qo) dan Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan : qo = PI (Ps – Pwf )...........................................................(5-4)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda.
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafis
kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
Penentuan IPR untuk Dua Fasa
Penentuan kurva IPR untuk aliran dua fasa pada faktor skin = 0 berdasarkan Ps,
Pwf, dan Pb adalah sebagai berikut :
A. Jika tekanan statik lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu Ps, Pwf, dan qo
2. Hitung Pwf/Ps
3. Tentukan laju produksi maksimum (q.maks) berdasarkan data dari
langkah 1, dengan persamaan :
𝑞𝑜
q max = 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
....................................................(5-5)
1−0.2( )−0.8( )
𝑃𝑠 𝑃𝑠

4. Pilih tekanan alir dasar (Pwf) dan hitung Pwf/Ps


5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
qo = qmax [1 − 0.2 ( 𝑃𝑠 ) − 0.8 ( 𝑃𝑠 ) ] ...................................(5-6)
6. Ulangi langkah 4 untuk harga Pwf yang berbeda.
7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6
pada grafik kartesian dengan qo pada sumbu datar dan Pwf pada
sumbu tegak.
8. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax.
36

9. Hitung Pwf dengan menggunakan persamaan


𝑞𝑜
Pwf = 0.0125 Ps [−1 + 81 (𝑞𝑚𝑎𝑥 )] ................................................(5-7)

10. Ulangi langkah 4 untuk harga qo yang berbeda.


B. Jika Ps>Pb dan Pwf>Pb
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data : Pwf, Ps dan qo
pada Pwf. Pwf dan Pb harus diketahui.
2. Hitung Index Productivity untuk sumur Pwf>Pb (kondisi aliran satu
fasa).
3. Dengan menggunakan harga PI tersebut, hitung q dengan qb = PI (Ps-
Pb).
𝑃𝐼 𝑥 𝑃𝑏
4. Hitung q max dengan persamaan qmax = qb + ....................(5-8)
1.8

5. Pilih Pwf<Pb dan hitung Pwf/Pb.


6. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan :
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
qo = qb + (qmax –qb) [1 − 0.2 ( ) − 0.8 ( ) ] .....................(5-9)
𝑃𝑠 𝑃𝑠

7. Ulangi langkah 5 untuk harga Pwf yang berbeda.


8. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 5 sampai dengan
langkah 7 pada grafik kartesian dengan meletakkan qo pada sumbu
mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal.
C. Jika Ps>Pb dan Pwf<Pb
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data : Pwf, Ps dan qo
pada Pwf. Pwf dan Pb harus diketahui.
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A, yaitu
A= 1-0.2(Pwf/Pb)-0.8(𝑃𝑤𝑓/𝑃𝑏)2 ................................................(5-10)
3. Hitung harga PI untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh yaitu :
𝑞𝑜
Pi = 𝑃𝑏 ........................................................................(5-11)
𝑃𝑠−𝑃𝑏+ ( )𝐴
1.8

4. Tentukan laju produksi pada Pwf = Pb, yaitu qb= PI(Ps-Pb) .......(5-12)
5. Hitung qmax dari persamaan qmax = qo + qb .............................(5-13)
37

6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh, kemudian hitung
Pwf/Pb.
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan
persamaan :
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
qo = qb +(qmax - qb)[1 − 0.2 ( 𝑃𝑏 ) − 0.8 ( 𝑃𝑏 ) ] ....................(5-14)

8. Ulangi lagi untuk langkah 6 dengan harga Pwf yang berbeda.


9. Plot Pwf vs qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai 8 dengan qo
sebagai sumbu x dan Pwf sebagai sumbu y.
Penentuan IPR untuk Yang Akan Datang
1. Plot data pada worksheet baru.
2. Hitung PI dengan rumus :
𝑞𝑜
PI = 𝑃𝑠−𝑃𝑤𝑓 ..........................................................................................(5-15)

3. Hitung (PI*)p dengan rumus :


𝑃𝐼
(PI*)p = 1 𝑃𝑤𝑓 ......................................................................(5-16)
(1+0.8 )
1.8 𝑃𝑠

4. Lalu hitung (Kro)p dengan rumus :


𝑆𝑜−𝑆𝑜𝑟 4
(Kro)p = (1−𝑆𝑜𝑟−𝑆𝑤𝑖) .........................................................................(5-17)

5. Kemudian hitung (Kro)f :


𝑆𝑜𝑓−𝑆𝑜𝑟 4
(Kro)f = (1−𝑆𝑜𝑟−𝑆𝑤𝑖) .........................................................................(5-18)

6. Hitung (PI*)f dengan rumus :


(𝐾𝑟𝑜)𝑓
(𝜇𝑜)𝑓
/(𝐵𝑜)𝑓
(PI*)f = (PI*)p ((𝐾𝑟𝑜)𝑝 ) ................................................................(5-19)
(𝜇𝑜)𝑝
/(𝐵𝑜)𝑝

7. Asumsikan berbagai harga Pwf, kemudian hitung qo dengan persamaan :


(𝑃𝐼∗)𝑓 (𝑃𝑠)𝑓 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
qo = [1 − 0.2 ((𝑃𝑠)𝑓) − 0.8 ((𝑃𝑠)𝑓) ] ................................(5-20)
1

8. Plotkan Pwf vs qo
38

5.4. Data dan Perhitungan


IPR satu fasa
Diketahui Data :
Ps 1950
Pwf 1550
qo 66

Hitung IPR satu fasa


Jawab
PI 0.165
qmax 321.75

Pwf qo
0 321.75
250 280.5
500 239.25
1000 156.75
1550 66
1950 0
39

IPR Dua Fasa, Ps<Pb


Diketahui data :
Ps 1950
Pwf 1550
Pb 2100
qo 66

Hitung IPR dua fasa, dengan Ps<Pb


Jawab
qmax 196.681

Pwf qo
0 196.681
500 176.25
1000 135.1293
1500 66
1950 0
40

IPR Dua Fasa Ps > Pb & Pwf < Pb


a. Pwf tes > Pb
Diketahui data :
Ps 2300
Pwf 1850
qo 610
Pb 1730

Hitung IPR dua fasa dengan Pwf tes > Pb


Jawab

PI 1.355556
qb 772.6667
qmax 2075.506

Pwf qo
0 2075.506
500 1913.136
1000 1576.641
1500 1066.022
1850 604.9852
2000 381.2794
2300 -113.146
41

b. Pwf tes < Pb


Diketahui data :
Ps 1720
Pwf 920
qo 620
Pb 1230

Hitung IPR dua fasa dengan Pwf tes< Pb


Jawab
A 0.4028
PI 0.8101
qb 396.981
qmax 1016.981

Pwf qo
0 1016.9812
500 884.612
920 646.743
1230 396.981
1500 128.105
1720 -126.3202
42

Peramalan Kurva IPR yang Akan Datang


Diketahui data :
Sekarang YAD
Ps, psi 2000 1750
Pwf, psi 1425
qo, bbl/hari 410
Vis, Oil, cp 3.06 3.5
Bo, bbl/stb 1.2 1.13
So rata2, fraksi 0.755 0.72

Jawab :
PI 0.71304
(PI*)p 0.81750
(Kro)p 0.90520
(Kro)f 0.71028
(PI*)f 0.59556

Peramalan Grafik IPR YAD & Sekarang


Pwf qo YAD qo sekarang
0 579.0217 908.335641
500 508.1211 817.502077
1000 361.5931 635.834949
1500 139.4379 363.334256
1750 0 193.021324
2000 -158.345 0
43

5.5. Perhitungan
IPR Satu Fasa :
PI = 0.165 IPR Dua Fasa, Ps < Pb
qmax = 321.75 qmax = 196.681
qo = 321.75 qo = 176.25
= 280.5 = 135.1293
= 239.25 = 66
= 156.75 =0
= 66
=0
IPR Dua Fasa Ps > Pb & Pwf< Pb
a. Pwf tes > Pb b. Pwf tes < Pb
PI = 1.35556 A = 0.4028
qb = 772.6667 PI = 0.8101
qmax = 2075.506 qb = 396.981
qo = 2075.506 qmax = 1016.981
= 1913.135 qo = 1016.981
= 1576.641 = 884.612
= 1066.022 = 646.743
= 604.9852 = 396.981
= 381.2794 = 128.105
= -113.146 = -126.3202
44

IPR yang Akan Datang


PI = 0.71304
(PI*)P = 0.81750
(Kro)p = 0.90520
(Kro)f = 0.71028
(PI*)f = 0.59556
qo YAD = 579.0217
= 508.1211
= 361.5931
= 139.4379
=0
= -158.345
qo sekarang = 908.335641
= 817.502077
= 635.834949
= 363.334256
= 193.021324
=0
45

5.6. Grafik
46
47
48
49
50

5.7. Pembahasan
Productivity Index (PI) suatu sumur adalah angka penunjuk (index) yang
digunakan untuk menyatakan kemampuan produksi suatu sumur pada kondisi
tertentu. Secara defenisi, PI adalah perbandingan antara laju produksi yang
dihasilkan suatu sumur, terhadap perbedaan tekanan (dramdown) antara tekanan
statik (Ps) dengan tekanan pada saat terjadi aliran (Pwf) didasar sumur.
Inflow Performance suatu sumur adalah gambaran tentang kemampuan
sumur yang bersangkutan untuk memproduksikan atau menghasilkan fluida.
Kemampuan sumur untuk menghasilkan fluida tergantung pada beberapa faktor,
yaitu sifat fisik fluida yang mengalir, dan perbedaan tekanan antara formasi
produktif dengan lubang sumur.
Harga PI yang diperoleh dari percobaan merupakan gambaran kualitatif
mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi. Dalam kaitannya dengan
perencanaan produksi suatu sumur, harga PI dapat dinyatakan secara grafis pada
laporan ini, yang disebut grafik IPR ( Inflow Performance Relationship ).
51

5.8 Kesimpulan
1. Inflow Performance Relationship (IPR) adalah metode penentuan besarnya
kemampuan reservoir mengalirkan fluida ke dasar sumur.
2. Productivity Index (PI) merupakan gambaran secara kualitas mengenai
kemampuan suatu sumur untuk berproduksi.
3. Pada IPR satu fasa, PI tidak bergantung pada laju produksi.
4. Pada IPR dua fasa, PI tidak konstan karena garis IPR akan berubah secara
kontinu untuk setiap harga Pwf.
5. Pada IPR yang akan datang, PI juga tidak konstan karena garis IPR akan
berubah secara teratur untuk setiap harga Pwf.
Hasil yang didapat dari praktikum :
- IPR Satu Fasa
PI = 0.165
qmax = 321.75
- IPR Dua Fasa, Ps<Pb
qmax = 196.681
- IPR Dua Fasa, Ps>Pb, Pwf tes > Pb
PI = 1.35556
qb = 772.667
qmax = 2075.506
- IPR Dua Fasa, Ps>Pb, Pwf tes < Pb
PI = 0.8101
qb = 396.981
qmax = 1016.981
A = 0.4028
- IPR Yang Akan Datang
PI = 0.71304
(PI*)p = 0.81750
(Kro)p = 0.95020
(Kro)f = 0.71028
(PI*)f = 0.55956
52

BAB VI

DRILL STEM TEST (DST)

6.1. Tujuan Analisa


Menentukan tekanan reservoir sebenarnya pada sumur yang sudah
berproduksi untuk mengefisienkan proses produksi.
6.2. Dasar Teori
Penentuan tekanan reservoir yang sebenarnya pada sumur yang sudah
berproduksi biasanya dilakukan dengan cara menutup seluruh sumur di lapangan
dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai keseimbangan. Hal ini sama sekali
tidak menguntungkan dalam hal proses produksi. Maka dilakukanlah satu metode
lain dengan menentukan tekanan dasar salah satu sumur (Pwf).
Tekanan dasar sumur biasanya diukur dalam interval waktu tertentu,
kemudian tekanan yang diperoleh dari hasil pengukuran diplot dan diinterpolasi
untuk mendapatkan tekanan statik sumur tersebut.
Dasar analisa ini dikemukakan oleh Horner, yang pada prinsipnya adalah
memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu.
Berdasarkan prinsip tersebut, maka sumur-sumur diproduksi dengan laju
alir tetap selama waktu ‘tp’, kemudian sumur ditutup selama waktu ‘∆t’, sehingga
didapat bentuk umum persamaannya adalah :
𝑞𝑥𝜇𝑥𝐵 𝑡𝑝+∆𝑡
Pws = Pi – 162,6 log ( )....................................................(6-1)
𝑘𝑥ℎ ∆𝑡
53

dimana :
Pws = tekanan dasar sumur, psi
Pi = tekanan mula-mula reservoir, psi
q = laju produksi sebelum sumur ditutup, bbl/d
μ = viskositas minyak, cp
B = faktor volume formasi, bbl/STB
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan formasi, ft
tp = waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam = (Np/q) x 24
∆t = waktu penutupan sumur, jam
(𝑡𝑝+ ∆𝑡)
Terlihat bahwa Pws diplot terhadap log [ ] akan merupakan garis
∆𝑡

lurus dengan kemiringan (slope, m) :


𝑞𝑥𝜇𝑥𝐵
m = 162.6 ...................................................................(6-2).
𝑘𝑥ℎ

Berdasarkan konsep tersebut, maka harga permeabilitas dapat ditentukan dari


slope ‘m’, sedangkan apabila garis tersebut diesktrapolasi ke harga ‘Horner
(𝑡𝑝+ ∆𝑡)
Time’ [ ] = 1, maka secara teoritis harga Pws sama dengan tekanan awal
∆𝑡

reservoir.
54

6.3. Prosedur Perhitungan


1. Jalankan Program Microsoft Excel melalui start menu program.
2. Masukkan data dari Tabel VI-1 pada worksheet yang tersedia.
𝑁𝑝
3. Hitung tp dengan persamaan : tp = ( 𝑞𝑜 ) x 24 ...............................................(6-3)
𝑑𝑡
4. Tentukan dt (dari Tabel Data Test) dalam jam dan hitung (𝑡𝑝+𝑑𝑡) ................(6-4)
𝑑𝑡
5. Plotkan antara (𝑡𝑝+𝑑𝑡) dengan P.

6. Tentukan titik terendah dimana kurva mulai membentuk garis lurus. Misal
𝑑𝑡
kurva mulai lurus pada titik P = 20 menit, maka plotkan kembali dengan P
(𝑡𝑝+𝑑𝑡)

(pada grafik yang sama), dimulai dari P20 menit sampai P1560 menit. Kemudian berikan
trendline pada kurva yang didapat.

7. Hitung Slope untuk satu cycle, dengan menggunakan persamaan yang didapat
dari Trendline kurva. Misal : Slope untuk satu cycle antara 0.01 dan 0.1 hitung
dengan persamaan : (4.0055*LN(0.1)+(4.0055*LN(0.01)+2777.2)..................(6-5)
162.5 𝑥 𝜇𝑜 𝑥 𝑞𝑜 𝑥 𝐵𝑜
8. Hitung Ko dengan persamaan : Ko = ...............................(6-6)
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑥 ℎ

9. Tentukan P1jam.
10. Hitung Skin dengan persamaan :
𝑃1𝑗𝑎𝑚−𝑃𝑤𝑓 𝐾𝑜
S = 1.151 x [( ) − 𝐿𝑂𝐺 (𝜙 𝑥 𝜇 𝑥 𝐶𝑜 𝑥 𝑟𝑤2 ) + 3.23].................(6-7)
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒

11. Hitung kembali P dengan persamaan yang didapat dari Trendline kurva.
Kemudian diplotkan kembali sehingga didapatkan kurva berupa garis lurus, yang
apabila dipotongkan dengan sumbu Y akan menunjukkan harga Ps dan P* (pada
(dt/dt+tp)=1).
12. Hitung P* pada saat (dt/dt+tp) = 1 dengan menggunakan persamaan Trendline
kurva.
55

6.4. Data dan Perhitungan


Tabel VI-I.
Tabel Data Drill Stem Test

Data Produksi
Pwf 2600
qo 290
Np 2683

Data Reservoir
Bo 1.33
H 40
μ 2
𝟇 0.13
Re 660
Rw 0.333
Co 1.50E-05

dt/menit dt/jam dt/(tp+dt) P


0 0 0 2454.19
0.5 0.00833 3.85E-05 2500.26
1 0.01667 7.5E-05 2549.4
2 0.03333 0.00015 2623.12
3 0.05 0.00038 2667.65
5 0.08333 0.0006 2702.97
8 0.13333 0.0009 2735.22
12 0.2 0.0012 2742.9
16 0.26667 0.00187 2745.97
20 0.33333 0.00225 2749.04
25 0.41667 0.00299 2750.58
56

30 0.5 0.00225 2752.11


40 0.66667 0.00299 2753.65
50 0.83333 0.00374 2755.18
60 1 0.00448 2755.95
75 1.25 0.0056 2756.72
90 1.5 0.00671 2757.49
105 1.75 0.00782 2758.25
120 2 0.00893 2759.02
135 2.25 0.01003 2759.33
150 2.5 0.01113 2759.79
170 2.83333 0.0126 2760.1
190 3.16667 0.01406 2760.56
210 3.5 0.01552 2761.02
240 4 0.0177 2761.33
270 4.5 0.01986 2761.63
300 5 0.02202 2761.79
330 5.5 0.02417 2762.09
360 6 0.02631 2762.55
390 6.5 0.02844 2762.86
420 7 0.03056 2763.17
480 8 0.03478 2763.63
540 9 0.03895 2764.09
600 10 0.0431 2764.4
660 11 0.0472 2764.7
720 12 0.05127 2765.16
780 13 0.05531 2765.62
900 15 0.06328 2766.09
960 16 0.06722 2766.24
1020 17 0.07112 2766.39
1080 18 0.07499 2766.55
57

1140 19 0.07882 2766.7


1200 20 0.08263 2766.85
1260 21 0.08641 2767.01
1320 22 0.09015 2767.16
1380 23 0.09386 2767.31
1440 24 0.09754 2767.47
1500 25 0.1012 2767.47
1560 26 0.10482 2767.47

tp 222.041
Slope 19.2542
Ko 162.76
P1jam 2755.95
Skin 5.48E-01
P* 2777
58

6.5 Perhitungan
tp 222.041
slope 19.2542
ko 162.76
P1jam 2755.95
Skin 5.48E-01

P*

2735.094
2737.992
2704.89
2742.585
2744.72
2746.684
2748.378
2749.579
2750.511
2751.442
2752.203
2753.403
2754.333
2755.092
2756.02
2756.778
2757.418
2757.971
2758.459
2759.895
2759.412
59

2759.871
2760.283
2760.832
2761.315
2761.747
2762.136
2762.49
2762.816
2763.117
2763.657
2764.131
2764.554
2764.934
2765.28
2765.957
2766.16
2766.412
2766.648
2766.869
2767.078
2767.275
2767.462
2767.639
2767.808
2767.969
2768.123
2768.27
60

6.6 Grafik
61

6.7. Pembahasan
Drill Stem Test (DST) / uji kandungan lapisan merupakan suatu pengujian
produktivitas formasi pemboran sewaktu pemboran masih melengkung. Uji sumur
DST dilakukan dengan cara pemboran dihentikan dan fluida formasi
diproduksikan melalui pipa bor. Tujuan dari DST untuk mengetahui kandungan
hidrokarbon suatu lapisan dan mengetahui karakteristik reservoir sebagai berikut,
yaitu permeabilitas, faktor skin, dan damage ratio. Drill Stem Test biasanya
dilakukan dalam dua periode pengaliran (uji alir pertama dan kedua) dan dua kali
penutupan (tutup pertama dan kedua).
Pada praktikum kali ini, ditentukan titik terendah dimana kurva yang
diplotkan dt/(tp+dt) dengan P mulai membentuk garis lurus pada titik P = 12
menit. Pada P = 12 menit sampai dengan P = 1560 menit terlihat jelas bahwa
kurva cenderung membentuk garis lurus. Di grafik 6.1 terlihat perbedaan antara
kurva yang berbentuk melengkung diplotkan dengan warna biru dan kurva yang
cenderung garis lurus diplotkan dengan warna merah.
Faktor skin merupakan ukuran hambatan terhadap aliran fluida reservoir
dari lapisan produktif menuju lubang sumur. Slope merupakan garis lurus build up
psi/cycle atau juga disebut gradien kemiringan garis.
62

6.8. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini didapatkan hasil sebagai berikut :
 Tp = 222.041
 Slope = 19.2542 psi / cycle
 Ko, md = 162.76 md
 P1 jam = 2755.95 psi
 Skin = 5.48E-01
 P* = 2777.7 psi
 Y = 4.1807 ln (x) + 2777.7
63

BAB VII
GAS DELIVERABILITY

7.1. Tujuan Analisa


Untuk mengetahui dan menganalisis Gas Deliverability dengan
menggunakan qsc dan Pwf.
7.2. Dasar Teori
Deliverability merupakan suatu hubungan antara penurunan laju produksi
dengan tekanan reservoir, sebagai akibat berlangsungnya proses “depletion” dari
suatu reservoir gas diperlukan dalam perencanaan pengembangan lapangan.
Persamaan yang digunakan adalah persamaan empiris yang selaras dengan hasil
pengamatan. Persamaan ini menyatakan antara qsc terhadap ∆p2 pada kondisi
aliran yang stabil.
qsc = C (Pr2-Pwf2)n ....................................................................(7-1)
dimana :
qsc = laju produksi pada keadaan standard
Pr = tekanan reservoir rata-rata pada waktu sumur ditutup
Pwf = tekanan alir dasar sumur
C = konstanta, tergantung pada satuan dari qsc dan P
n = harga konstan berkisar antara 0.5-1.0
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi atas
aliran.
Pembuatan grafik dengan sistem koordinat log-log berdasarkan persamaan
(1) akan menghasilkan hubungan yang linier.
log qsc = log C + n log ∆p2 ....................................................................(7-2)
∆p2 = (Pr2-Pwf2) ...............................................................................(7-3)
64

Untuk harga C dapat dicari secara grafis yaitu berdasarkan titik perpotongan
grafik dengan sumbu mendatar (qsc) dan satuannya dapat dinyatakan dalam
𝑀𝑀𝑆𝐶𝐹
[C] :(𝑃𝑠𝑖 2 )𝑛 .............................................................................................(7-4)

Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (∆p2). Satuan
ukuran lain yang digunakan dalam analisa “deliverability adalah Absolute Open
Flow Potential (AOFP). Besar potensial ini diperoleh, bila dalam persamaan (1)
dimasukkan harga Pwf sama dengan nol.
AOFP = C (Pr2)n ....................................................................................(7-5)
Analisa deliverabilitas berdasarkan persamaan (1) dikenal sebagai analisa
konvensional.
Ada 3 macam metode tes yang digunakan untuk mencapai deliverability, yaitu :
a. Back Pressure
b. Isochronal
c. Modified Isochronal
Pada kuliah ini kita gunakan Metode Back Pressure Test.
Analisa Deliverabilitas dengan Back Pressure Test
Back pressure merupakan metode tes sumur gas untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure)
yang berbeda-beda. Langkah dari Back Pressure Test adalah sebagai berikut :
1. Menstabilkan tekanan reservoir dengan jalan menutup sumur, dimana
dapat ditentukan Pt.
2. Sumur diproduksi diubah-ubah empat kali dan setiap kali sumur dibiarkan
berproduksi sampai tekanan mencapai stabil, sebelum diganti dengan laju
produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak diketahui dengan
penutupan sumur.
65

7.3. Prosedur Perhitungan


1. Hitung ∆p2 dengan persamaan :
𝑃𝑟 2 −𝑃𝑤𝑓2
∆Pn2 = .................................................................................(7-6)
104
2. Plot antara qsc vs ∆p2, dengan qsc sebagai sumbu X.
- Pilih tipe chart XY (scatter) dengan Chart sub-type berupa titik
(terletak paling atas).
3. Format Value (X) axis dan Value (Y) axis dengan logarithmic scale.
- Buat skala pada sumbu X dan Y dengan harga Min = 0.1 dan harga
Max = 1000
- Buat Value (X) axis dan Value (Y) axis memotong pada harga Min.
- Misalkan untuk skala pada sumbu X, klik kanan pada Value (X) axis.
4. Buat trendline dari chart yang didapat, dengan :
- Tipe : Power
- Option : Pilih Display Equation on Chart
5. Gunakan persamaan yang didapat dari trendline untuk menghitung harga
∆p2 pada qsc = 0.1, 10 dan 100.
6. Kemudian plotkan harga yang didapat dari langkah 5, pada grafik yang
sama. Kemudian beri trendline lagi seperti pada langkah 4.
7. Hitung n dengan persamaan : log qsc = log C + n log ∆p2
8. Tentukan titik perpotongan garis yang terbentuk dari trendline dengan
sumbu X, atau nilai qsc pada ∆p2 = 0.1
9. Hitung C dengan persamaan :
𝑞
C =(0.1 𝑥 104 )𝑛 .........................................................................................(7-7)

Dimana : q adalah qsc pada ∆p2 = 0.1


10. Dengan memberikan Pwf = 0 pada persamaan (1). Hitung ∆p2.
11. Tentukan Absolute Open Flow Potential (AOFP),
a. Secara grafis,
Dari harga ∆p2 = Pr2 tarik garis horizontal ke kanan hingga memotong
kurva, kemudian dari titik perpotongan tersebut tarik garis vertikal ke
66

bawah hingga memotong sumbu x. Titik perpotongan pada sumbu x


tersebut merupakan Absolute Open Flow Potential (AOFP).
b. Dengan persamaan,
AOFP dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
AOFP = C x (Pr2)n ...........................................................................(7-8)
67

7.4. Data dan Perhitungan


Tabel VII-1.
Tabel Data Analisa Gas Deliverabilitas
No qsc Tekanan, psia DP2
0 0 408.3 0
1 4.299 403.2 0.413865
2 9.26 396 0.989289
3 15.556 378.3 2.3598
4 20.211 361.7 3.5882

No qsc DP2
1 0.1 0.001995125
2 10 1.253054627

3 100 31.40291794

x 1.547
n 0.714796
C 0.011094
DP2 16.67089
AOFP 59.94296
68

7.5. Perhitungan
DP2 saat qsc 0.1 = 0.001995125
DP2 saat qsc 10 = 1.253054627
DP2 saat qsc 100 = 31.40291794
x = 1.547
n = 0.714796
C = 0.011094
DP2 = 16.67089
AOFP = 59.94296
69

7.6 Grafik
70

7.7 Pembahasan
Gas deliverability merupakan suatu hubungan antara penurunan laju produksi
dengan tekanan reservoirnya, sebagai akibat dari berlangsungnya proses depletion
dari suatu reservoir gas yang diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan
lapangan. Deliveraility sumur adalah kemampuan sumur (reservoir) untuk
mengalirkan fluida (gas).
Untuk mencapai deliverability, ada tiga macam metode, yakni Back
Pressure, Isochronal, dan metode Modified Isochronal. Dalam melakukan
praktikum ini, digunakan metode Back Pressure Test. Back pressure merupakan
metode tes sumur gas untuk mengetahui kemampuan sumur berproduksi dengan
memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda.
Dengan menggunakan metode apapun, grafik yang sudah dibuat itu, dapat
digunakan untuk menentukan Absolute Open Flow Potential (AOFP). AOFP
adalah istilah umum untuk menyatakan laju produksi maksimum teoritis tetapi
tidak punya arti fisik yang sesungguhnya. AOFP hanyalah suatu harga yang
dipegang untuk menetapkan tingkat laju produksi yang diizinkan.
71

7.8. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, didapat hasil :
x = 1.547
n = 0.714796
C = 0.011094
DP2 = 16.67089
AOFP = 59.94296
72

BAB VIII

PEMBAHASAN UMUM

Tujuan praktikum komputer cadangan volumetrik minyak dan gas adalah


untuk mengetahui cadangan volumetrik minyak dan gas melalui teori perhitungan
OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP (Original Gas In Place). Pada praktikum
perhitungan cadangan volumetrik minyak, didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut : volume total sebesar 15299.257 ac-ft, dengan 7 data menggunakan
persamaan trapezoidal dan 2 data menggunakan persamaan pyramidal.
Didapatkan porositas rata-rata sebesar 0.19 fraksi, saturasi rata-rata sebesar 0.3
fraksi, boi rata-rata sebesar 1.27 bbl/stb, bgi rata-rata sebesar 0.01371 cf/scf,
OOIP sebesar 1242991.5 stb dan OGIP sebesar 6465057597 scf.
Tujuan praktikum komputer sifat fisik minyak adalah untuk mengetahui
cara perhitungan dan membuat grafik sifat fisik minyak dan gas dengan
menghitung kelarutan gas dalam minyak, faktor volume formasi minyak,
viskositas minyak, dan kompresibilitas minyak baik dalam tekanan bubble
ataupun tidak. Sifat fisik minyak yang dicari nilainya pada praktikum ini adalah
Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs) dalam berbagai kondisi, viskositas minyak (μo)
dalam berbagai kondisi, dan Kompresibilitas Minyak (Co).
Tujuan praktikum komputer permeabilitas relatif adalah mencari korelasi
hubungan antara Sw vs Krw dan Sw vs Krow. Dalam hal ini, akan dicari korelasi
hubungan antara Sw vs Krw dan Sw vs Krow. Dari beberapa data pengukuran Sw,
Krw, dan Krow, korelasi yang dicari dalam bentuk polinomial.
Tujuan praktikum komputer Inflow Performance Relationship (IPR)
adalah menghitung IPR pada berbagai fasa dalam berbagai kondisi. Dalam
praktikum didapatkan nilai IPR dalam berbagai fasa dan kondisi sebagai berikut;
IPR Satu Fasa PI = 0.165 qmax = 321.75; IPR Dua Fasa Pwf tes>Pb PI =
1.355556, qb = 772.6667, qmax = 2075.506; IPR Dua Fasa Pwf tes<Pb PI =
0.8101, qb = 396.981, qmax = 1016.981, A = 0.4028; IPR Yang Akan Datang PI
73

= 0.71304, (PI*)p = 0.81750, (Kro)p = 0.95020, (Kro)f = 0.71028, (PI*)f =


0.55956.
Tujuan praktikum komputer Drill Stem Test (DST) adalah menentukan
tekanan reservoir sebenarnya pada sumur yang sudah berproduksi untuk
mengefisienkan proses produksi. Dalam praktikum didapatkan berbagai nilai
parameter sebagai berikut; tp = 222.041, slope = 19.2542, Ko = 162.76, P1jam =
2755.95, skin = 5.48E-01, P* = 2777.7
Tujuan praktikum komputer gas deliverability adalah mengetahui dan
menganalisis Gas Deliverability dengan menggunakan qsc dan Pwf. Dalam
praktikum didapatkan berbagai nilai parameter sebagai berikut; DP2 saat qsc 0.1 =
0.001995125, DP2 saat qsc 10 = 1.253054627, DP2 saat qsc 100 = 31.40291794, x
= 1.547, n = 0.714796, C = 0.011094, DP2 = 16.67089, AOFP = 59.94296
74

BAB IX
KESIMPULAN UMUM
1. Pada praktikum perhitungan cadangan volumetrik minyak, didapatkan
hasil perhitungan sebagai berikut; volume total sebesar 15299.257 ac-ft,
dengan 7 data menggunakan persamaan trapezoidal dan 2 data
menggunakan persamaan pyramidal. Didapatkan porositas rata-rata
sebesar 0.19 fraksi , saturasi rata-rata sebesar 0.3 fraksi, boi rata-rata
sebesar 1.27 bbl/stb, bgi rata-rata sebesar 0.01371 cf/scf, OOIP sebesar
1242991.5 stb dan OGIP sebesar 6465057597 scf.
2. Nilai yang dicari nilainya pada praktikum Sifat Fisik Minyak adalah
kelarutan gas dalam minyak (Rs) dalam berbagai kondisi, faktor volume
formasi minyak (Bo) dalam berbagai kondisi, viskositas minyak (μo)
dalam berbagai kondisi dan kompresibilitas minyak (Co).
3. Tujuan praktikum komputer permeabilitas relatif adalah mencari korelasi
hubungan antara Sw vs Krw dan Sw vs Krow.
4. Dalam praktikum IPR didapatkan nilai IPR dalam berbagai fasa dan
kondisi sebagai berikut, IPR Satu Fasa PI = 0.165 qmax = 321.75; IPR
Dua Fasa Pwf tes>Pb PI = 1.355556, qb = 772.6667, qmax = 2075.506;
IPR Dua Fasa Pwf tes<Pb PI = 0.8101, qb = 396.981, qmax = 1016.981, A
= 0.4028; IPR Yang Akan Datang PI = 0.71304, (PI*)p = 0.81750, (Kro)p
= 0.95020, (Kro)f = 0.71028, (PI*)f = 0.55956.
5. Dalam praktikum Drill Stem Test didapatkan berbagai nilai parameter
sebagai berikut; ; tp = 222.041, slope = 19.2542, Ko = 162.76, P1jam =
2755.95, skin = 5.48E-01, P* = 2777.7
6. Dalam praktikum Gas Deliverability didapatkan berbagai nilai parameter
sebagai berikut; DP2 saat qsc 0.1 = 0.001995125, DP2 saat qsc 10 =
1.253054627, DP2 saat qsc 100 = 31.40291794, x = 1.547, n = 0.714796,
C = 0.011094, DP2 = 16.67089, AOFP = 59.94296
75

DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas, Joko dan Hariyadi. 2005. Modul Kuliah Pengenalan Komputer
Teknik Perminyakan (TM 208). Yogyakarta: TM UPN

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/451/jbptitbpp-gdl-sarahsariu-22535-4-
2011ta3.pdf

http://pengetahuanpetroleumengineering.wordpress.com/home/petroleumkompre-
hensif/

http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/10/well-test-pada-sumur-minyak_27.html

http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/10/peran-well-test-ing-untuk-
evaluasi.html
LAMPIRAN
76
Tugas Mingguan 1
77
Tugas Mingguan 2
78
79
80
Tugas Mingguan 4
81
Tugas Minggua 5
82
83

n6
84
85

Anda mungkin juga menyukai