Anda di halaman 1dari 8

I.

Judul : Analisis Struktur Geologi

II. Tujuan Praktikum


1. Agar praktikan memahami aplikasi strukutur geologoi terhadap kondisi
lapangan.
2. Agar praktikan mampu untuk memecahkan masalah yang berkenaan
dengan geologi struktur.
3. Agar praktikan mampu memahami secara hubungan geologi struktur
dengan dunia pertambangan pada khususnya.

I. Landasan Teori
a) Perhitungan Cadangan Migas
Untuk lebih memahami perhitungan cadangan, ada beberapa defenisi yang
harus dimengerti yaitu Original Oil In Place (OOIP) dan Original Gas In Place
(OGIP) merujuk pada volume total hidrokarbon yang terkandung dalam reservoir
utama untuk diproduksi. Reserves atau recoverable reserves adalah volume
hidrokarbon yang secara ekonomis dapat diambil reservoir dengan
menggunakan teknologi yang tersedia, resources itu sendiri adalah reserves
ditambah semua cadangan reservoir yang ada, termasuk cadangan minyak dan
gas yang diketahui tidak dapat diproduksi secara teknologi atau secara
ekonomis.
Perhitungan cadangan hidrokarbon merupakan proses yang kompleks,
yang harus dilibatkan data-data geologi dan engineering. Metode geologi yang
banyak digunakan untuk menghitung cadangan adalah volumetric.
Untuk melakukan perhitungan OOIP atau OGIP, diperlukan data-data
sebagai berikut:
1. Depth Structure Map
2. Batas-batas hidrokarbon (OWC, GOC, GWC, dan lain-lain).
3. Net Isopach Reservoir Map
4. Data porositas
5. Data saturasi air (Sw)
Dari data-data tersebut dibuat Pay map, peta yang menggambarkan
ketebalan reservoir yang mengandung hidrokarbon.

1
Dari Pay Map dapat dihitung, bulk volume dari reservoir yang
mengandung hidrokarbon.
 Perhitungan OOIP dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

OOIP = 7758 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Boi

 Untuk perhitungan OGIP dengan menggunakan rumus berikut :

OGIP = 43560 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Bg

Keterangan :
7758 dan 43560 = Faktor Konvers dari acre Ft
Bv = Bulk Volume
Φ = Porositas
Sw = Saturasi air
Boi = Formation volume factor untuk minyak pada kondisi awal.
Bg = Formation volume factor untuk gas pada kondisi awal.

b) Longsoran (Failure)
Longsoran berkaitan erat dengan adanya suatu bidang discontinue (ketidak
selarasan) karena :
1. Hampir semua longsoran batuan terjadi akibat adanya
ketidakselarasan.
2. Diskontinuitas menjadi bidang dari longsoran dari batuan yang terdapat
struktur diskontinuitas.
3. Tegangan geser dari batuan menurun sepanjang bidang diskontinuitas.
4. Arah, jarak, serta sudut geser dari diskontinuitas menentukan suatu
kestabilan dan model longsoran dari lereng.
Diskontiniutas mempunyai banyak jenis baik dari asal terjadinya atau
terbentuknya tetapi tetap lonsor dengan 2 tipe dasar yaitu :
1. Diskontinuitas yang terdapat dalam set atau system (eg. Joint)
2. Diskontinuitas yang unik (eg. Fault) dimana harus dipertimbangkan
secara individual.

2
Tipe utama dari diskontinuitas adalah :
 Faults
 Joints
 Rekahan (Fissures)
 Belahan (Clevages)
 Bidang Geser
 Tension Cracks
Definisi yang dipakai dalam istilah geometri :
 Dip adalah kecondongan maximum dari bidang struktur diskontinuitas
terhadap bidang horizontal (0 – 900).
 Dip Direction adalah arah horizontal dari garis dip yang diukur searah jarum
jam dari utara (0 – 3600).
 Strike adalah arah dari lapisan yang tegak lurus dengan dip direction yang
terletak pada bidang horizontal.
 Plunge adalah dip dari garis seperti pada pertemuan dua bidang.
 Trend adalah arah dari proyeksi horizontal dari garis yang diukur searah
jarum jam dari utara.
Orientasi dari diskontinuitas relatif terhadap muka slope biasanya
merupakan faktor yang jelas dimana menunjukkan keefektifan sebagai bidang
lonsoran yang potensial.
Diskontinuitas ditujukan sebagai bidang dan arah digambarkan oleh dip dan
dip direction.

c) Teknik Presentasi Data Secara Grafik


Salah satu aspek penting dalam rock slope analysis adalah pengumpulan
data secara sistematik dan presentasi data geologi dimana akan mudah
dievaluasi dan digabungkan dalam bentuk analisis kestabilan. Dari pengalaman
para ahli proyeksi secara stereografi menyajikan suatu bentuk yang nyata untuk
mempersentasikan data-data geologi.
Banyak engineer yang tidak memakai metoda ini karena tidak familiar
dengan metode ini, karena mengira tidak ada korelasi dengan analisis
konvensional kemudian seiring dengan perjalanan waktu presentasi dengan
proyeksi spesifik dipakai oleh para enginrer yang meneliti kestabilan lereng.

3
Secara umum yang membedakan antara plane failure dengan wedge
failure adalah :
 Planar Failure
Persyaratan umum untuk terjadinya longsoran bidang untuk bidang longsor
yang tunggal adalah :
1. Bidang yang akan mengalami longsoran mempunyai arah yang paralel
dengan muka slope (± 200).
2. Dip dari bidang longsor harus lebih kecil dari slope angle.
3. Dip dari bidang longsor harus lebih besar dari friction angle dari bidang.
4. Permukaan yang terbatas yang mencegah kekurangan tegangan lateral
untuk mencegah terjadinya longsoran, harus terdapat dalam masa
batuan untuk terjadinya pergerakan.
 Wedge Failure
Persyaratan umum untuk wedge Failure adalah :
1. Longsoran baji terjadi bila 2 atau lebih set dari diskontinuitas
berpotongan satu sama lain.
2. Garis dari perpotongan mempunyai arah yang sama dengan arah
penggalian (± 200).
3. Dip dari perp[otongan garis harus lebih besar dari friction angle.

III. Tugas dan Pembahasan


A. Tugas
Halaman 3 untuk Perhitungan Cadangan Minyak dan halaman 9 untuk
Analisis Longsoran.
B. Pembahasan
Menghitung Cadangan Minyak dan Gas
a) Menghitung  dan Sw
 = (25 + 30 + 23 + 18 + 20 + 15 / 6 ) %
 = 21,8 %
 = 0,218
Sw = (52 + 58 + 47 + 37 + 40 + 30 / 6 ) %
Sw = 44 %
Sw = 0,44

4
b) Menghitung Volume Bulk
 A0 – A1
A0 / A1 = 0 / 300 = 0
A0 / A1 < 0,5 maka bentuknya : pyramidal

Vb1 = h/3 (A0 + A1 + (A0 x A1)


= 1/3 (0 + 300 + ( 0 x 300)
= 100 ft3
 A1 – A2
A1 / A2 = 300 / 3600 = 0,083
A1 / A2 < 0,5 maka bentuknya : pyramidal

Vb2 = h/3 (A1 + A2 + (A1 x A2)


= 5/3 (300 + 3600 + ( 300 x 3600)
= 110.423,0485 ft3
 A2 – A3
A2 / A3 = 3600 / 6200 = 0,581
A2 / A3 > 0,5 maka bentuknya : trapezoidal

Vb3 = h/2 (A2 + A3)


= 5/2 (3600 + 6200)
= 24.500 ft3
 A3 – A4
A3 / A4 = 6200 / 12.200 = 0,508
A3 / A4 > 0,5 maka bentuknya : trapezoidal

Vb4 = h/2 (A3 + A4)


= 5/3 (6200 + 12.200)
= 46.000 ft3

Vbtotal = Vb1 + Vb2 + Vb3 + Vb4


= 100 + 110.423,0485 + 24.500 + 46.000
= 181.023,0485 ft3

c) Menghitung OOIP dan OGIP


Boi = 1,1MBO / STB
Bg = 0,012 Cuft / SCF

5
 OOIP = 7758 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Boi
= 7758 x 181.023,0485 x 0,218 x (1 – 0,44) / 1,1
= 155.860.291,8 STB
= 155,86 MBO
 OGIP = 43.560 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Bg
= 43.560 x 181.023,0485 x 0,218 x (1 – 0,44) / 0,021
= 4,584 x 1010 SCF
C. Analisa
Pada perhitungan cadangan minyak dan gas bumi, hasil pengolahan
data yang diperoleh yaitu :
1. OOIP = 155,86 MBO
2. OGIP = 4,584 x 1010 SCF
Pada analisis Longsoran, jenis-jenis longsoran pada tiap-tiap problem
set yaitu :
1. Problem set 1 = longsoran planar
2. Problem set 2 = longsoran baji
3. Problem set 3 = longsoran planar

IV. Kesimpulan
1. Metode geologi yang banyak digunakan untuk menghitung cadangan
adalah volumetric.
2. Untuk melakukan perhitungan OOIP atau OGIP, diperlukan data-data
sebagai berikut:
- Depth Structure Map
- Batas-batas hidrokarbon (OWC, GOC, GWC, dan lain-lain).
- Net Isopach Reservoir Map.
- Data porositas
- Data saturasi air (Sw).
3. Dari data-data tersebut dibuat Play map, peta yang menggambarkan
ketebalan reservoir yang mengandung hidrokarbon.
4. Untuk menghitung Bulk volume dari reservoir yang mengandung
hidrokarbon dapat diketahui dari Pay
5. Perhitungan OOIP dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
OOIP = 7758 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Boi

6
6. Untuk perhitungan OGIP dengan menggunakan rumus berikut :
OGIP = 43560 x Bv x Φ x (1 – Sw) / Bg
Keterangan :
7758 dan 43560 = Faktor Konvers dari acre Ft
Bv = Bulk Volume
Φ = Porositas
Sw = Saturasi air
Boi = Formasi volume factor untuk minyak pada kondisi awal.
Bg = Formasi volume factor untuk gas pada kondisi awal.
7. Longsoran berkaitan erat dengan adanya suatu discontinue (ketidak
selarasan) karena :
 Hampir semua longsoran batuan terjadi akibat adanya
ketidakselarasan
 Diskontinuitas menjadi bidang dari lonsoran dari batuan yang
terdapat struktur diskontinuitas
 Tegangan geser dari batuan menurut sepanjang bidang
diskontinuitas
 Arah, jarak, serta sudut geser dari diskontinuitas menentukan suatu
kestabilan dan model lonsoran dari lereng
8. Diskontinuitas mempunyai banyak jenis baik dari asal terjadinya atau
terbentuknya tipe utama dari diskontinuitas adalah :
 Faults
 Joints
 Rekahan (Fissures)
 Belahan (Clevages)
 Bidang Geser
 Tension Cracks

DAFTAR PUSTAKA
Staf Asissten Laboratorium Geologi , 2004, Modul Praktikum Geologi Struktur,
Analisis Struktur Geologi I, Laboratorium Geologi, Universitas Islam Bandung,
Bandung.

7
8

Anda mungkin juga menyukai