CARA MENGGUNAKAN
SILINDER BORE GAUGE
7. Goyangkan ke kanan dan kekiri sampai tercapai angka pengukuran terbesar. Jika jarum
panjang berhenti sebelum angka nol maka hasil pengukuran ditambah dengan 0,01 * jumlah
strip sebelum nol. Misal jarum berhenti 15 strip sebelum nol maka hasil pengukuran = 80,40
+ (0,01 * 15) = 80,40 + 0,15 = 80,55 mm.
Jika berhenti setelah angka nol berarrti hasil pengukuran dikurangi dengan 0,01 * jumlah
strip setelah nol. Misal jarum berhenti 5 strip setelah nol maka hasil pengukuran = 80,40 –
(0,01 *5) = 80,40 – 0,05 = 80,35 mm
8. Tiap blok silinder ukur pada titik X dan Y pada tiga posisi yaitu posisi atas X 1 dan Y1 ,
posisi tengah X2 dan Y2 dan posisi bawah X3 dan Y3
9. Lalu masukkan hasil pengukuran pada table berikut
Contoh :
Pos.
ukur X-1 Y-1 X-2 Y-2 X-3 Y-3
Jml sil
Silinder 1 80,50 80,48 80,50 80,56 80,41 80,52
Silinder 2 80,49 80,54 80,50 80,52 80,49 80,50
Silinder 3 80,49 80,55 80,51 80,54 80,50 80,48
Silinder 4 80,52 80,53 80,50 80,53 80,46 80,49
10. Lalu masukkan hasil pengukuran pada table keovalan dan ketirusan
Contoh :
11. Dari data diatas ambil keovalan paling besar dan ketirusan paling besar untuk
menentukan pengerjaan akhir (oversize)
Contoh :
Ketirusan Maksimal : 0,09 mm
Keovalan Maksimal : 0,11 mm
Keausan Maksimal : . . . . . . . . (Selisih diameter silinder STD dengan hasil pengukuran
terbesar)
12. Kesimpulan
Jika pengukuran keausan maksimal < 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize
0,25 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize
0,50 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,50 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize
0,75 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,75 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize
1,00 mm