Anda di halaman 1dari 5

Cara Mengukur Diameter Silinder dengan Cylinder Bore Gauge (CBG)

Untuk mengukur diameter silinder pada mesin dengan ukuran yang tepat dan presisi maka
membutuhkan peralatan yang tepat dan dengan ketelitian yang tinggi maka digunakanlah alat ukur
mekanik yaitu Cylinder Bore Gauge atau disingkat dengan CBG. Alat ukur Cylinder Bore Gauge tidak
dapat digunakan sendiri melainkan membutuhkan alat ukur lainnya yaitu jangka sorong dan
micrometer luar.

Cylinder Bore Gauge merupakan alat ukur mekanik yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm atau
satu setrip pada dial gauge nilainya sama dengan 0,01 mm sehingga bila jarum pointer bergerak
satu putaran maka nilainya 1 mm.

Cylinder bore gauge sendiri terdiri dari beberapa komponen yaitu dial gauge, dial gauge securing
position, grip, replecement rod, replecement washer, replecement rod securing thread dan
measuring point.

Untuk mendapatkan hasil ukuran yang akurat maka ada beberapa hal yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengukuran, antara lain :
1. Pastikan alat ukur yang digunakan bersih dari kotoran karena kotoran yang menempel pada
alat ukur akan mempengaruhi hasil pembacaan ukurannya.
2. Pastikan juga bahan atau bidang yang akan diukur juga bebas dari kotoran. Apabila bidang
yang akan diukur ini kotor maka juga akan mempengaruhi terhadap hasil pengukuran.
3. Pastikan alat ukur yang digunakan dalam kondisi baik dan selalu lakukan set “0” pada alat
ukur sebelum digunakan.
4. Keterampilan dalam menggunakan alat ukur.
5. Pembacaan hasil ukuran yang tepat.
Langkah-langkah pengukuran diameter silinder :

Ukur diameter silinder dengan jangka sorong


Langkah pertama yaitu melakukan pengukuran diameter silinder menggunakan jangka sorong. Hasil
pengukuran dengan jangka sorong ini nantinya digunakan untuk menentukan pemilihan
replecement rod dan washer pada alat Cylinder Bore Gauge.

Cara menentukan replecement rod dan washer yang digunakan dapat dilakukan dengan melihat
hasil pengukuran dengan jangka sorong yaitu dengan melihat hasil pengukuran di belakang koma,
apakah lebih besar atau lebih kecil dari 0,5 mm.

Contoh :
Bila hasil pengukuran diameter dalam silinder dengan jangka sorong diperoleh hasil 72,30  mm,
maka replecement rod yang digunakan adalah 70 mm dan replecement washer yang digunakan
adalah 2 mm
Bila hasil pengukuran diameter dalam silinder dengan jangka sorong diperoleh hasil 72,70  mm,
maka replecement rod yang digunakan adalah 70 mm dan replecement washer yang digunakan
adalah 3 mm

Set “0” Cylinder Bore Gauge


Cara melakukan set “0” pada alat ukur Cylinder Bore Gauge dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Misal hasil pengukuran dengan jangka sorong yang digunakan adalah 72,30 mm.
Cara pertama
Setting micrometer luar sesuai dengan ukuran replecement rod dan washer yang digunakan yaitu
72 mm.
Letakkan replecement rod dan measuring point alat ukur Cylinder Bore Gauge ke dalam micrometer
luar kemudian set “0” (menempatkan jarum pointer ke ukuran ‘”0”) alat ukur Cylinder Bore Gauge
nya.

Cara Kedua
Setting micrometer luar  sesuai dengan ukuran yang didapatkan dengan jangka sorong yaitu pada
ukuran 72,30mm.
Letakkan replecement rod dan measuring point alat ukur Cylinder Bore Gauge ke dalam micrometer
luar kemudian set “0” (menempatkan jarum pointer ke ukuran ‘”0”) alat ukur Cylinder Bore Gauge
nya.

Cara Ketiga
Tepatkan jarum pointer pada angka “0”.
Letakkan replecement rod dan measuring point alat ukur Cylinder Bore Gauge ke dalam micrometer
luar kemudian ukur jarak antara replecement rod dan measuring pointnya.

Memasukkan Cylinder Bore Gauge pada silinder


Masukkan alat ukur Cylinder Bore Gauge secara diagonal ke dalam lubang silinder. Gerak-gerakkan
atau goyang-goyangkan Cylinder Bore Gauge sampai didapatkan penyimpangan jarum pointer
bergerak ke kanan paling jauh.

Perhatikan jarum pointer pada alat ukur Cylinder Bore Gauge apakah apakah jarum pointer
mengarah sebelum angka “0” atau mengarah sesudah angka “0”. Bila jarum pointer mengarah
sebelum angka “0” maka hasilnya ditambah dan apabila jarum pointer mengarah sesudah angka
“0” maka hasilnya dikurang.
Cara Mengukur Keausan Blok Silinder Dengan Silinder Bore Gauge :
1.    Gunakan jangka sorong untuk mengukur diameter dalam pada blok silinder , missal
diperoleh hasil pengukuran 80,40 mm.

2.    Gunakan mikrometer dan setel pada ukuran 80,40 mm.


3.    Selanjutnya tentukan replacement rod dan replacement washer pada silinder bore gauge.
Karena hasil pengukuran adalah 80,40 dan angka dibelakang koma < 0,50 maka pembulatan
kebawah menjadi 80 mm , sehingga memilih replacement rod 80 mm tanpa menggunakan
replacement washer.
Jika diperoleh ukuran missal 80,60 mm maka angka dibelakang koma > 0,50 mm sehingga
pembulatan ke atas menjadi 81 mm. sehingga memilih ukuran replacement rod 80 mm dan
replacement washer 1 mm. 
4.    Cara memasukkan replacement rod dan replacement washer adalah pertama lepas
replacement rod set screw lalu masukkan replacement rod dan replacement washer (jika
menggunakan replacement washer). Kemudian kencangkan replacement rod set screw kembali.
5.    Selanjutnya adalah mengkalibrasi Silinder Bore Gauge dengan mikrometer yang telah di stel
ukuran 80,40 mm. Caranya adalah pertama kendorkan pengunci outer ring pada dial indicator ,
kedua masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan replacement rod terlebih
dahulu, ketiga stel angka nol pada dial gauge tepat pada jarum panjang dengan memutar outer
ring, keempat kunci kembali pengunci outer ring. Silinder bore gauge siap digunakan.

6.    Masukkan replacement rod pada blok silinder terlebih dahulu lalu dengan measuring point
(Jangan memasukkan measuring point terlebih dahulu karena akan meninggalkan goresan pada
blok silinder).

7.    Goyangkan ke kanan dan kekiri sampai tercapai angka pengukuran terbesar. Jika jarum
panjang berhenti sebelum angka nol maka hasil pengukuran ditambah dengan 0,01 * jumlah
strip sebelum nol. Misal jarum berhenti 15 strip sebelum nol maka hasil pengukuran = 80,40 +
(0,01 * 15) = 80,40 + 0,15 = 80,55 mm.
Jika berhenti setelah angka nol berarrti hasil pengukuran dikurangi dengan 0,01 * jumlah strip
setelah nol. Misal jarum berhenti 5 strip setelah nol maka hasil pengukuran = 80,40 – (0,01 *5) =
80,40 – 0,05 = 80,35 mm
8.     Tiap blok silinder ukur pada titik X dan Y pada tiga posisi yaitu posisi atas X1 dan Y1 , posisi
tengah X2 dan Y2 dan posisi bawah X3 dan Y3
9.     Lalu masukkan hasil pengukuran pada table berikut
Contoh :

           Pos.
ukur X-1 Y-1 X-2 Y-2 X-3 Y-3
Jml sil
Silinder 1 80,50 80,48 80,50 80,56 80,41 80,52
Silinder 2 80,49 80,54 80,50 80,52 80,49 80,50
Silinder 3 80,49 80,55 80,51 80,54 80,50 80,48
Silinder 4 80,52 80,53 80,50 80,53 80,46 80,49

10.  Lalu masukkan hasil pengukuran pada table keovalan dan ketirusan

Contoh :

Pengamatan Keovalan Ketirusan


Jml sil X1-Y1 X2-Y2 X3-Y3 XB - XK YB - YK
Silinder 1 0,02 - 0,06 - 0,11 0,09 0,08
Silinder 2 - 0,05 - 0,02 - 0,01 0,01 0,04
Silinder 3 - 0,06 0,03 0,02 0,02 0,07
Silinder 4 - 0,02 - 0,03 -0,03 0,06 0,04

11.   Dari data diatas ambil keovalan paling besar dan ketirusan paling besar untuk menentukan
pengerjaan akhir (oversize)
Contoh :
Ketirusan Maksimal : 0,09 mm
Keovalan Maksimal : 0,11 mm
Keausan Maksimal  : . . . . . . . . (Selisih diameter silinder STD dengan hasil pengukuran terbesar)

12. kesimpulan
Jika pengukuran keausan maksimal < 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,25
mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,50
mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,50  mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,75
mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,75 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 1,00
mm

Anda mungkin juga menyukai