1478 3328 1 SM
1478 3328 1 SM
TOYOTA MOTOR
MANUFACTURING INDONESIA
ABSTRAK
Pada saat ini, industri berkembang pesat dalam hal ragam maupun jumlahnya di Indonesia. Setiap
industri mempunyai potensi untuk menimbulkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah
merupakan bahan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa
gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau
berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan
komponen/perakitan kendaraan bermotor roda empat merk TOYOTA serta perlengkapan mesin
pengolah/pengerjaan logam. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia menghasilkan limbah yang
bersifat berbahaya dan beracun dari kegiatan proses produksi dan dapat berpotensi menjadi
pencemar bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia adalah sludge IPAL, kerak cat/sludge painting, phosphat sludge,
thinner bekas, oli bekas, aki bekas, majun bekas, lampu TL bekas, kemasan bekas B3 (kaleng cat,
jerigen, kaleng thinner, drum), abu insinerator, dan limbah poliklinik. PT. Toyota Motor Manufacturing
Indonesia melakukan manajemen pengelolaan limbah B3 dengan baik sehingga tidak mencemari
lingkungan.
Kata kunci: Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pengelolaan Limbah B3, PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia
62
Cesar Ray Ratman, Syafrudin
Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia
63
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X
64
Cesar Ray Ratman, Syafrudin
Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia
kelas dunia yang memadukan teknologi tinggi, welding dapat dibagi menjadi tiga kelompok
keahlian sumber daya manusia, dan proses welding, yaitu welding frame, welding
kepedulian terhadap karyawan dan body, welding packing. Welding Shop memiliki
2
lingkungan. area 23.000 m. Disinilah proses
Sedangkan dalam hal produksi, penyambungan/pengelasan bagian-bagian
Karawang Plant menitikberatkan pada body kendaraan untuk menghasilkan satu
produksi Innova yang diajukan untuk pasar bagian utuh. Prosesnya adalah dengan
domestic dan internasional. Untuk CBU, menyatukan seluruh pressed part yang
tujuan ekspornya adalah ke negara – negara diproduksi oleh Stamping Shop. Hasil akhir
Timur Tengah ( Saudi Arabia, Uni Emirat dari proses ini adalah satu body kendaraan
Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, utuh.
Yordania, Syria, dan Libanon), negara –
negara kepulauan Pasifik ( Fiji dan Solomon), 3. Proses Painting
serta ke negara – negara Asia ( Brunei Setelah dari Welding Shop, satu body
Darussalam dan Thailand). Sedangkan untuk kendaraan utuh memasuki Painting Shop
CKD memiliki tujuan ekspor ke Malaysia, untuk menjalankan proses anti karat (electro
Filiphina, dan Vietnam. deeping coating), pengisian celah sambungan
dan pengecatan. Painting Shop yang memiliki
A. Proses Produksi luas 17.600 m2, memiliki fasilitas pengecatan
PT. Toyota Motor Manufacturing adalah Primer and Top Coat proses dengan sistem
salah satu industri yang bergerak di bidang robotik untuk mendapatkan hasil pengecatan
pembuatan komponen/perakitan kendaraan berkualitas tinggi. Selain itu, kedua puluh
bermotor roda empat merk TOYOTA serta robot yang digunakan juga memberikan
perlengkapan mesin pengolah/pengerjaan jaminan keamanan proses serta ramah
logam. Komponen kendaraan (part) yang lingkungan.
diproduksi meliputi komponen press part
(kijang, dyna dan passanger car), sedangkan 4. Proses Part Painting (Resin Shop)
komponen mesin kendaraan yang diproduksi Pengecatan plastic part sedikit berbeda
adalah muffler & exhaust pipe serta steering dengan pengecatan body kendaraan. Untuk
system. Tahapan proses produksi yang pengecatan plastic part seperti dash board,
dilakukan secara garis besar dapat dibagi bingkai spion, bumper dan sebagainya
dalam 6 kelompok, yaitu : dilakukan tanpa melalui proses degreasing
1. Proses Stamping maupun phosphating. Parts langsung dicat
2. Proses Welding dengan sistem penyemprotan (spray booth).
3. Proses Painting Setelah pengecatan selesai, parts
0
4. Proses Part Painting dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80 C
5. Proses Assembling untuk proses pengeringan cat dan langsung
6. Proses Delivery (VLD) dikirim ke unit assembling untuk dirangkai
Adapun penjelasan untuk masing-masing dengan komponen lainnya setelah melewati
tahapan proses diuraikan berikut ini. proses inspection. Pada proses parts painting
1. Proses Stamping dihasilkan limbah/cemaran berupa limbah
Stamping Shop ini proses pengepresan cair, gas, debu dan panas.
pembuatan body kendaraan dilakukan.
Lempengan-lempengan baja dicetak menjadi 5. Proses Assembling
bagian-bagian dari body kendaraan seperti Proses Assembling dimulai dari
kerangka, tangki bahan bakar, dan komponen pemasangan trimming process, yaitu
body subassembly (kabin, dek, rangka pemasangan part-part trimming, SPT
chasis). suspense, wire dan sebagainya pada body
Pembuatan pressed part untuk membentuk kendaraan. Proses berikutnya adalah proses
body kendaraan bermula dari lembar baja chasis, yaitu pemasangan bagian under body
yang kemudian dilakukan proses termasuk axle dan roda engine. Proses sub
pengepresan menjadi press part yang siap assy B/G akan dilakukan secara parallel
dikirim ke bagian pengelasan untuk disatukan (bersamaan) dengan proses chasis.
menjadi body kendaraan utuh. Selanjutnya adalah proses final assembling
dan setelah proses perakitan selaesai, akan
2. Proses Welding dilakukan final test terhadap kendaraan niaga
Pada prinsipnya proses welding yang tersebut meliputi : test rem, kekuatan mesin,
digunakan adalah spot welding. Proses kebocoran dan sebagainya. Setelah
65
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X
66
Cesar Ray Ratman, Syafrudin
Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia
67
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X
68
Cesar Ray Ratman, Syafrudin
Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia
dilakukan didasarkan pada kesesuain dengan 18 tahun 1999 j.o PP No. 85 tahun 1999
peraturan yang berlaku di Indonesia tentang dan ditunjang peraturan - peraturan yang
pengelolaan limbah B3 dan dampaknya lain. Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT.
terhadap lingkungan. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
Pengawasan yang dilakukan pemerintah adalah sludge IPAL, kerak cat/sludge
dipercayakan kepada Kementrian Lingkungan painting, phosphat sludge, thinner bekas,
Hidup (KLH), sesuai dengan PP No. 18 tahun oli bekas, aki bekas, majun bekas, lampu
1999 Jo PP No.85 tahun 1999. Dalam TL bekas, kemasan bekas B3 (kaleng cat,
pelaksanaan kegiatan pengawasannya KLH jerigen, kaleng thinner, drum), abu
melimpahkan kepada instansi yang insinerator, dan limbah poliklinik.
bertanggung jawab (BPLH) Kabupaten 2. Pengelolaan limbah B3 PT. Toyota Motor
setempat. Manufacturing Indonesia meliputi reduksi,
reuse & recycle, pewadahan dan
9. Pemanfaatan pengumpulan, pengangkutan intern,
Limbah yang dihasilkan PT. Toyota Motor inplant treatment, pemanfaatan,
Manufacturing Indonesia diupayakan untuk penyimpanan sementara, dan outplant
semaksimal mungkin dimanfaatkan. treatment. Selama ini outplant treatment
Pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Toyota untuk limbah B3 dilakukan oleh PT.
Motor Manufacturing Indonesia antara lain : HOLCIM Bogor, PT. Indocement dan
Drum bekas bahan B3 dimanfaatkan PPLI.
sebagai tempat limbah B3. 3. Sistem pengelolaan limbah B3 dengan
Untuk drum – drum bekas dan kaleng cat menggunakan insinerator, nilai DRE yang
yang sudah tidak terpakai dan kemasan dihasilkan adalah 80,59 % masih belum
bekas dikembalikan kepada Sub.Cont, memenuhi baku mutu peraturan Kep-
tidak dibuang begitu saja. 03/Bapedal/09/1995 yaitu 99,99%. Suhu
Recycle thinner dengan cara mendidihkan yang tidak tercapai dengan optimal
thinner yang menghasilkan uap yang menyebabkan pembakaran tidak
dapat digunakan kembali menjadi thinner. sempurna, sehingga efisiensi DRE kurang
dari 99%. Hal ini disebabkan oleh kurang
10. Biaya maksimal penggunaan insinerator yang
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Toyota seharusnya bisa lebih ditingkatkan lagi
Motor Manufacturing Indonesia setiap kinerjanya.
periodenya tidak dalam jumlah yang sedikit.
Total limbah B3 yang dikirim ke pihak ketiga SARAN
periode Juli 2010 adalah 28,94 ton.
Sedangkan yang kembali ke supplier adalah 1. Pemasangan label dan simbol sebaiknya
3,80 ton. Sedangkan biaya yang dikeluarkan dilakukan pemeriksaan rutin agar tetap
untuk mengelola limbah periode Juni 2010 berada pada kondisi yang semestinya.
adalah Rp. 43.069.800. Rinciannya dapat 2. Dalam penyimpanan kemasan limbah B3
dilihat di lampiran. dalam TPS hendaknya diberikan ruang
Dengan adanya sistem pengelolaan antar dinding dengan jarak minimal 100
limbah yang baik, maka selain ikut menjaga cm.
lingkungan, PT. Toyota Motor Manufacturing 3. Lebih meningkatkan dan memaksimalkan
Indonesia juga memperoleh keuntungan yaitu efisiensi kinerja insinerator yg belum
dapat memanfaatkan kembali apa yang tidak optimal, melakukan pemeliharaan dan
bermanfaat sehingga dapat mengurangi biaya perawatan sehingga umur pakai
produksi. Selain itu dengan adanya insinerator dapat berlangsung lama.
pengelolaan ini, jumlah biaya yang
dikeluarkan menjadi lebih rendah karena DAFTAR PUSTAKA
adanya inplant treatment di dalam _______. 1995. Keputusan Kepala Bapedal
perusahaan. 01/Bapedal/09/1995 Mengenai “Tata
cara teknis penyimpanan dan
KESIMPULAN pengumpulan limbah B3”
1. Pengelolaan limbah B3 PT. Toyota Motor _______. 1995. Keputusan kepala Bapedal
Manufacturing Indonesia menganut pada 02/Bapedal/09/1995 Mengenai
peraturan nasional di Indonesia yang “Dokumen limbah B3, mengatur pula
telah diatur oleh KLH melalui PP. nomor tentang tata cara pengisian form
dokumen limbah B3”.
69
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X
70