DISUSUN OLEH
Materai 6000
ii
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Kaltim
iii
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Ns. Joko Sapto P, S.Kp., MPHM Ns. Andi Lis A.G, S. Kep., M. Kep
NIDN. 4026116602 NIDN. 4029036801
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Kaltim
iv
PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SPO2 PADA
PASIEN POST CRANIOTOMY DI RUANG PERAWATAN ICUN
ABSTRAK
v
THE EFFECT OF ROM PASSIVE TOWARDS RESPIRATION AND SPO2 ON
POST CRANIOTOMY PATIENTS IN INTENSIV CARE UNIT
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners “Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju
Pernapasan Dan SpO2 Pada Pasien Post Craniotomy Di Ruang Perawatan ICU”
hambatan dan kesulitan, namun semua itu menjadi ringan berkat dukungan,
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
3. Ns. Andi Parellangi, M. Kep., MH. Kes selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners
6. Orang tua serta saudara saya yang selalu memberikan dukungan dalam
8. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih
banyak, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
vii
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini jauh dari kesempurnaan,
karena itu dengan hal terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Ners ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
untuk memberikan akses secara langsung ke otak. Prosedur ini dilakukan dengan
kepala berat, tumor otak, serta kelainan pembuluh darah pada otak, cedera kepala
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital atau degeneratif tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau
1
2
Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologic yang serius diantara
trauma kulit kepala, otak, dan tengkorak. Cedera kepala ringan adalah suatu
3
keadaan dimana GCS antara 13-15 ,dapat terjadi kehilangan kesadaran tidak lebih
dari 10 menit. Jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio atau hematom
(sekitar 55%). Pasien mengeluh pusing, sakit kepala ada muntah, ada amnesia
retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan neurologi (Brain injury
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit, dan sisanya yang memerlukan perawatan sekitar 80% dikelompokan
sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS),
dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat. Cedera kepala tersebut terutama
terjadi pada kelompok usia produktif atara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas
(Retnanengsih, 2015)
Penyebab utama cedera kepala serius adalah kecelakaan lalu lintas. Tingkat
kematian akibat kecelakaan lalu lintas di dunia pada 2013 mencapai 1,2 juta dan
melukai lebih dari 30 juta per tahun, dan 50% dari mereka menderita cedera
Indonesia (POLRI) pada 2013, ada 80 orang per hari atau 3 orang per jam
4
meninggal di jalan raya akibat kecelakaan lalu lintas dengan cedera kepala
kematian urutan ke sebelas diseluruh dunia, menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta
setiap tahun dan 500.000 kasus cedera kepala setiap tahunnya (Depkes RI, 2007).
Di Indonesia, dari 70% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera,
cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami
Dr.Karyadi pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada periode februari 2010-
gangguan mobilisasi untuk sementara waktu. Pasien dengan kondisi bedrest dapat
(Asmadi, 2009). Untuk mencegah kelemahan otot atau penurunan kekuatan otot,
dari mobilisasi dini, latihan berjalan dengan alat bantu, latihan ambulasi, dan
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). ROM bertujuan untuk
mencegah kontraktur sendi. Latihan ROM ada dua jenis yaitu ROM Pasif dan
ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan
perawat pada setiap gerakan. Di ruang ICU, latihan yang digunakan adalah latihan
ROM pasif (Suratun, dkk, 2008). Peningkatan aktivitas secara bertahap dapat
2009).
Syarat pasien Post Craniotomy yang akan dilakukan tindakan ROM Pasif
antara lain, pasien yang mengalami kelemahan otot, tirah baring, Post Craniotomy
komplikasi penyakit lain (penyakit pada sistem pernapasan, dan penyakit jantung),
tidak terjadi perdarahan pasca bedah, pasien dalam keadaan tenang atau tidak
gelisah. ROM dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, untuk pasien dengan Post
Craniotomy jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai setelah 24 jam pasca
trauma. Pelaksanaan dilakukan secara rutin dengan waktu latihan 10-15 menit
6
sebanyak 1-2 kali untuk memperbaiki kekuatan otot pasien. Salah satu tujuan
dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis di ICU adalah untuk
2005).
pernapasan adalah latihan fisik, hal ini sebagai akibat dari pemenuhan kebutuhan
dengan oksigen pada saat pengukuran, SpO2 dapat diukur dengan menggunakan
pengaruh tindakan ROM pasif terhadap laju pernapasan dan SpO2 pada pasien
Post Craniotomy yang dituangkan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners
Yang berjudul “Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan Dan SpO2 Pada
penggunaan ROM Pasif terhadap Laju Pernapasan Dan SpO2 Pada Pasien Post
Craniotomy diruang ICU. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, review akan
b. Memahami konsep Laju Pernapasan dan SpO2 Pada pasien Post Craniotomy
d. Memahami pengaruh ROM Pasif terhadap Laju Pernapasan Dan SpO2 Pada
Sumber literatur dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari jurnal database
online yang menyediakan jurnal artikel gratis dalam format PDF, seperti:
Pubmed, Proquest, Google scholar dan EBSCO. Sumber lain seperti, Laporan
Kesehatan Nasional, Tesis dan Disertasi juga dimanfaatkan. Tidak ada batasan
tanggal publikasi selama literatur tersebut relevan dengan topik penelitian. Akan
tetapi, untuk menjaga agar informasi tetap mutakhir, informasi yang digunakan
Untuk menyusun tinjuan literatur ini, telah dilakukan prosedur sebagai berikut :
Mendeley
c. Review Literatur
TINJAUAN LITERATUR
2.1.1 Definisi
sebagai berikut:
10
6. Tumor otak
7. Perdarahan (hemorrage)
2.1.3 Etiologi
benda tumpul.
2. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative tidak bergerak.
2.1.5 Patofisiologi
dikulit kepala, serta akan menyebabkan hematoma pada kulit kepala akibat
benturan yang akan menyebabkan cedera pada otak. Ketika terjadi trauma
fraktur linear, fraktur communited, fraktur depressed, dan fraktur basis yang
jaringan otak dan akan menyebabkan hematom, edema, dan konkusio. Hal
itu maka akan ditemukan kelainan respon fisiologis otak yang berakibat
kekurangan cairan dan nutrisi akibat efek dari anastesi selama proses
2.1.6 Komplikasi
1. Edema cerebral
2. Syok Hipovolemik
3. Hydrocephalus
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
6. Infeksi
2.1.7 Penatalaksanaan
2. Mempercepat penyembuhan
operasi.
movement positif.
6. Mobilisasi
trauma.
metabolisme otak
17
8. Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu tes diagnostik untuk
pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa.
(Manjoer, 2008).
18
2.2.1 Definisi
di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian
2007). Pada sekitar 90% (nilai bervariasi sesuai dengan konteks klinis)
oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran relatif dari jumlah
oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini dapat
diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau optode
a. Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
19
b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
d. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan
nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam
Islam Kendal juga dengan menggunakan oksimetri nadi. Alat ini merupakan
2005 )
Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode
pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu
sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan inframerah
melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun telinga,
bacaan saturasi :
2.3.1 Definisi
pernapasan terdiri dari saluran udara yang membawa udara dari dan ke
konduksi dan bagian pernapasan. Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk
2012)
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan
selaput lender. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.
cincin kartilago yang terdiri dari tulang tulang rawan yang terbentuk seperti
dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan
mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada.
Paru-paru berbentuk seperti spins dan berisi udara dengan pembagian udara
Antara Paru kanan, yang memiliki tiga lobus Dan paru kiri dua lobus
(Setiadi, 2007)
23
(O2) dan O2 yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ
menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam
alveolus paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang
positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini
komunikasi nonverbal;
25
diantaranya yaitu. Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan
yang berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang
1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang
4,6 liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria
dan wanita berbeda dimana kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita
4,2 liter.
2. Posisi tubuh. Nilai ka\pasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur
bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi, tekanan
basis lebih kecil dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut
besar nilainya.
26
volume paru statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru,
pada usia dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada
usia 40-50 tahun, sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai
7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja
penurunan fungsi paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu
ke waktu.
umum lainnya.
(lung growth). Mulai dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun
terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin
bahan yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya,
fungsi paru.
2.4.1 Definisi
sendi, di salah satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun,Heryati,Manurung, &
Raenah, 2008).
sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).
30
sebagai berikut:
1. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa Latihan pada tulang
2. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
yang sakit.
4. Memudahkan kenyamanan.
1. ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2 kali sehari
baring.
fisioterapi
2006 ) Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain
pada kasur.
arah kaki
yang berkisar 10 tahun terakhir dan merupakan suatu theoritical mapping atau
berkaitan dengan penelitian ROM Pasif sebagai variable bebas, dan laju
pernapasan dan SpO2 pasien Post Craniotomy sebagai variable terikat sehingga
3,967 dan
perubahan rata-
rata saturasi
oksigen sebesar
1,133
2 Penerapan Quasi Sampel : Rom Pasif, Lembar Dependen Hasil penelitian Google
Range Of Eksperimen 30 orang Status Monitoring t T-Test menyatakan Scholar
Motion t responden Hemodina status ada pengaruh
(Rom) mik hemodinami ROM Pasif
Terhadap Teknik : k terhadap
Peningkatan Purposive peningkatan
Status sampling status
Hemodinamik hemodinamik
(Spo2, pasien
Tekanan
Darah, Map)
Dan Kekuatan
Otot Pada
Pasien Stroke
Asri Endah
(2018)
Bernadetta
(2017)
36
Gehan A
(2015)
37
ICU
judul peleitian Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan Dan Spo2
Pada Pasien Post Craniotomy Di Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta dengan
kesimpulan penelitian bahwa Ada pengaruh ROM Pasif terhadap respirasi rate
dan saturasi oksigen dengan nilai signifikansi yang sama yaitu (p) 0,00
dengan perubahan rata-rata respirasi rate sebesar 3,967 dan perubahan rata-
Hemodinamik Dan Nyeri Pada Pasien Yang Nyeri Pada Pasien Yang
status hemodinamik dan terjadi penurunan skala nyeri yang dirasakan oleh
bahwa terjadi penurunan tekanan darah, respirasi, dan SpO2 pada pasien Post
eliminasi.
sekret di saluran pernapasan. Maka dari itu perlu dilakukan mobilisasi untuk
fungsi respirasi.
sirkulasi darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh dan perubahan gravitasi
tubuh sehingga perfusi, difusi, distribusi aliran darah dan oksigen dapat
39
ROM Pasif terhadap Respirasi rate dan saturasi oksigen, dimana ROM Pasif
dapat meningkatkan respirasi rate dan saturasi oksigen. Hal ini dikarenakan
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan SpO2. ROM Pasif merupakan
hemodinamik pasein hal ini di tunjang dari berbagai macam jurnal yang ada,
dimana ROM Pasif dapat meningkatkan respirasi rate dan saturasi oksigen. Hal
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta : EGC.
Holloway, N.M. (2014). MedicalSurgical Care Planing 4th ed. USA : Lippincott
Williams & Wilkins.
Kathryn, L. (2010). Pathophysiologyn The Biologic Basic for Disease in Adult and
Children 6th Edition. Canada : Mosby Elseveir.
Koniyo, M.A. (2011). Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada
Pasien Stroke Di Ruang Neuro. Jurnal health & Sport. Volume 3.
Lumandung, F. T., Siwu, J. F., & Mallo, J. F. (2014). Gambaran Korban Meninggal
Dengan Cedera Kepala Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Bagian Forensik BLU
RSUP PROF. Dr. RD Kandou Manado Periode Tahun 2011-2012. E- Clinic,
2(1).
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing, Edisi 4. ST Louis:
Mosby Elseveir.
Schurt, SL. (2001). AACN Prosedure Manual for Critical Care, Fourth Edition. W.B.
Sounders.
Szaflarski, J.P., Sangha, S., Lindsell, C.J., &Shutter, L.A. (2010). Prospective,
randomized, single-blinded comparative trial of intravenous levetiracetam
versus phenytoin for seizure prophylaxis. Neurocritical care.; 12 (2): 165–172.