1. Jelaskan langkah-langkah dalam melakukan valuasi ekonomi
Penentuan nilai atau harga terhadap sumberdaya alam dan lingkungan merupakan esensi atau pokok dari ekonomika lingkungan. Tanpa kita dapat memberikan nilai terhadap lingkungan baik yang berupa manfaat ataupun berupa kerugian atau kerusakan, maka usaha-usaha kita dalam mengelola lingkungan sulit dapat dikatakan efisien atau tidak efisien. Untuk mengetahui tingkat efisiensi itu harus digunakan suatu indikator tertentu, apakah suatu proyek menciptakan manfaat lebih besar daripada biayanya, ataukah proyek yang bersangkutan menghasilkan nilai sekarang neto (net present value) = NPV yang positif; atau menghasilkan internal rate of return (IRR) yang lebih besar dari tingkat bunga pinjaman investasi atau telah terjadi depiesi sumberdaya alam dan degradasi lingkungan. Guna mendapatkan kesimpulan di atas semua dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan baik itu dampak positif maupun dampak negative sebaiknya dapat dinyatakan dalam nilai rupiah atau mata uang tertentu. Tanpa menyatakan dalam nilai uang (rupiah atau dolar) akan sangat sulit untuk menilai layak tidaknya suatu proyek. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan valuasi ekonomi terhadap sumber daya alam dan lingkungan; a. Langkah pertama dalam melakukan penilaian adalah mengidentifikasi dampak penting dari suatu kegiatan atau kejadian. b. Langkah yang kedua mengkuantifikasikan besarnya dampak tersebut; misalnya berapa besar tingkat erosi tanah yang terjadi, berapa volume produksi pertanian yang hilang dan atau berapa energi listrik yang hilang, sehubungan dengan perubahan tingkat erosi tersebut; atau berapa banyak hilangnya produksi ikan karena pendangkalan di pantai akibat dari erosi tersebut. c. Langkah ketiga, dampak kuantitatif dinyatakan dalam nilai uang (harga) ini merupakan langkah yang paling sulit dalam proses penilaian lingkungan. d. Langkah keempat, membuat analisis ekonomi, misalnya dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat yang diperluas (extended benefit-cost analysis), atau analisis PDRB hijau. 2. Jelaskan cara dalam mengkuantifikasi dampak fisik lingkungan banyak cara untuk memberikan nilai pada unsur-unsur yang terkena dampak lingkungan. Dengan di ketahuinya nilai dampak lingkungan salah satunya dapat diketahui besarnya pungutan pencemaran yang akan dikenakan terhadap pencipta pencemaran sesuai dengan “polutter pays principle”. Secara teoritis, Prinsip Pencemar Membayar pada dasarnya merupakan sebuah kebijakan ekonomi dalam rangka pengalokasian biayabiaya bagi pencemaran dan kerusakan lingkungan, tetapi kemudian memiliki implikasi bagi perkembangan hukum lingkungan internasional dan nasional, yaitu dalam hal terkait dengan masalah tanggung jawab ganti kerugian atau dengan biaya-biaya lingkungan yang harus dipikul oleh pejabat public. PPP merupakan salah satu prinsip yang penting dalam pengelolaan lingkungan, selain prinsip the sustainable development, the prevention principle, the precautionary principle, and the proximity principle. Asas ini pertama-tama tercantum dalam beberapa rekomendasi The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 70-an yang pada dasarnya menyatakan bahwa asas pencemar membayar mewajibkan para pencemar mewajibkan para pencemar untuk memikul biaya-biaya yang diperlukan dalam rangka upaya-upaya yang diambil dalam oleh pejabat publik untuk menjaga agar kondisi lingkungan berada pada kondisi yang dapat diterima, atau dengan kata lain ialah bahwa biaya biaya-biaya yang diperlukan untuk menjalankan upaya-upaya ini harus tercermin di dalam harga barang dan jasa yang telah menyebabkan pencemaran selama dalam proses produksi atau proses konsumsinya.
Contoh kuantifikasi dampak fisik lingkungan
Penebangan hutan mangrove Dalam hal penebangan hutan mangrove kadang ada unsur erosi didalamnya. Dampak lingkungan yang terjadi bila ada penebangan hutan mangrove adalah hilangnya fungsi hutan mangrove itu. Yang utama adalah hilangnya kayu hutan mangrove itu sendiri dan juga menurunnya produksi ikan, udang dan kepiting karena mangrove merupakan tempat untuk berkembangnya kehidupan ikan, udang dan kepiting. Dengan mengetahui berapa luas dan volume kayu mangrove yang ada di dalamnya dapat di ketahui volume seluruh kayu yang hilang. Dengan mengalikan volume tersebut dengan harga kayu tegakan mangrove (unit rent) dapat diperoleh nilai dampak penebangan hutan terhadap hilangnya kayu hutan mangrove. Selanjutnya mengenai turunnya produksi udang dan kepiting saat diketahui dari dinas perikanan setempat atau dengan mengadakan survey terhadap nelayan yang menangkap udang dan kepiting. Setelah diketahui jumlah produksi udang yang hilang dan mengalikannya dengan harga pasarakan diperoleh nilai udang yang hilang akibat penebangan hutan mangrove itu. Hutan mangrove yang rusak juga kehilangan jasa lingkungan yang dapat dihasilkannya seperti kemampuannya menjadi tempat pemijahan ikan (hatchery), tempat pengasuhan ikan (nursery grown) dan menyerap karbon (carbon sink) serta tempat singgahan burung berimigrasi.