Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

I. konsep dasar teori keperawatan


A. Defenisi

Katarak adalah setiapkeadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi


akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2015).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadiakibat perubahan metabolisme lensa yang dapat menyebabkan
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
keduanya. Katarak biasanya terjadi dalam waktu yang bersamaan dan berjalan
progresif. Katarak dapat merupakan akibat kelainan lain padamata seperti
uveitis anterior, trauma mata tajam maupun tumpul,penggunaan kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemik sepertidiabetes mellitus, pajanan radiasi,
pajanan sinar ultraviolet(UV)dalamwaktu yang lama.

Penyakit katarak terutama disebabkan oleh proses degenerasi yang


berkaitan dengan usia (Mo’otapuetal.,2015).Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian katarak yaitu seperti jenis kelamin dan umur,rokok,
alkohol, sinar matahari, traumatik, pekerjaan, ekonomi, serta riwayat penyakit
sistemik yaitu diabetes mellitus (Ilyas, 2006, Lukas et al., 2017).
Penyebab penyakit mata katarakyang paling sering ditemukan adalah
disebabkan oleh umur. Umur menjadi penyebab yang paling sering
menyebabkan katarakkarena protein pada lensa mata akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya umur (Awopi et al.,2016).Katarak merupakan
penyakit yang dapat menyerang siapa saja, namun katarak banyak terjadi
padausia di atas 40 tahun (Hadini et al.,2016).Semakin bertambahnya umur
maka kekuatan lensa mata akan berubah. Kemampuan lensa untuk
menghamburkan cahaya matahari adalah salah satu perubahannya. Perubahan
ini terjadi dimulai saat berusia 40 tahun (Aini dan Santik,2018).Katarak
merupakan salah satu masalah yang harus segera diatasi. Katarak telah
menyebar ke seuluruh dunia dan prevalensi katarak di Indonesia telah
meningkat dari tahun ke tahun dan prevalensi katarak di Indonesia pada tahun
2013telah mencapai angka 1,8%. Maka dari ituperlu diteliti faktor apa saja
yang mempengaruhinya.
B. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut :

1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.


2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)  
b) Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di
bawah usia 40 tahun c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40
tahun d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40
tahun. Jenis katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran )
dan yang paling sering ditemukan.

Adapun tahapan katarak senilis adalah :

1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata


masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak- bercak kekeruhan yang
tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung
diabaikan.

2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih

3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus


berlangsung dan ber tambah sampai menyeluruh pada bagian lensa
sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada
saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan
kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.

C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata


2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk se perti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti
kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal. Faktor yang  paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
E. Manifestasi Klinis Katarak
1. Turunnya tajam penglihatantanpa disertai tanda radang pada
mata.Keparahan penurunan tajam penglihatan tergantung dari letak
danstadium kekeruhan lensa.
2. Diplopia atau pandangan ganda
3. Polypiad.Pandangan kabur atau berkabut
4. Sensitif terhadap cahaya, yang dikeluhkan pasien adalah rasa silauketika
melihat cahayaf.
5. Melihat halo disekitar lampug.
6. Sering berganti kacamatah.
7. Lensa berubah menjadi putih

F. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kor nea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 -25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak

H. Penatalaksanaan
1.Pencegahan Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah- buahan yang
banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk
mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis Ada dua macam teknik yang tersedia untuk
pengangkatan katarak :
a) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih
disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar
nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan k apsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan
terbaru pada ek strasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara
ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih
kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk
memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil
yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.  
b) Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat
pada  probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat
ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa
kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus
mata.
Usia lanjut dan Cidera mata Penyakit
Congenital atau
proses penuaan metabolic
bisa diturunkan
Patway

Nukleus mengalami perubahan


warna menjadi coklat kekuningan

Defisiensi Pengetahuan
Ansietas /cemas
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
kesekitar daerah lensa)
Tidak mengenal sumber
informasipenglihatan
Kurang terpapar
Hilangnya tranparansi lensa  terhadap informasi
tentang prosedur
tindakan pembedahan
Perubahan kimia dlm protein lensa

Resiko cidera
koagulasilensa

Gangguan penerimaan mengabutkan pandanganlensa


sensori/status

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


Menurunnya ketajaman influks air kedalam lensalensa pengangkatan katarak
penglihatan
Usia meningkat
Gangguan persepsi Risiko Infeksi
sensori-perseptual
Penurunan enzim menurun
penglihatan penglihatan

Denerasi pada lensa


katarak Post op Nyeri akut
II. Konsep Dasar Asuhan keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar


utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1.      Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,


suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2.      Riwayat kesehatan


a.       Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

b.      Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk


menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca,
pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan
soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai
satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien
pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.

c.       Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia


mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?

d.      Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama


atau kakek-nenek.

3.      Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara


keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada
lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan
trauma mata sebelumnya (James, 2005).

4.      Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah


sebagai berikut :

a.       Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,


adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah
pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang
lainnya.

b.      Pola aktifitas dan latihan

Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas


atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian,
2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2
34

c.       Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur


seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering
terbangun. 

d.      Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet
apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan
setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual
dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3
bulan terakhir.

e.       Pola eliminasi       

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan


atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan
untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.

f.       Pola kognitif perseptual


Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan
bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji
kualitas nyeri.

g.      Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya


seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.

h.      Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien


menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari
sebelum sakit hingga setelah sakit.

i.        Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi


terakhir dan adakah masalah saat menstruasi.

j.        Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem


pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.

5. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya
ketajaman.
2. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
3. Devisit pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit

4.      Nyeri b.d Luka pasca operasi.


5.      Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )

6.   Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.

6. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori
Kategori : psikologis
Subkategori : intergritas ego
1) Defenisi

Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal


yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.

2) penyebab

 Gangguan penglihatan

3) Batasan Karakteristik
a) Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Mendengarkan suara bisikan atau bayangan
 Merasakan sesuatu melalui indera
perabaan,penciuman,dan pengacapan
Objektif

 Distorsi sensori
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat,mendengar,mengecap,meraba
atau mencium sesuatu
b) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
 Menyatakan kesal

Objektif

 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu,tempat orang atau situasi
 Curiga
 Melihat kesatu arah
 Mondar mandir
 Bicara sendiri
b. Resiko cedera D.0136
Kategori : lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
1) Defenisi
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
2) Faktor resiko
Eksternal
 Terpapar pathogen
 Terpapar zar kimia toksis
 Terpapar agen nosokominial
 Ketidaknyamanan trsportasi

Internal

 Ketidaknormalan profil darah


 Perubahan orientasi afektif
 Perubahan sensasi
 Disfungsi autoimun
 Disfusi biokimia
 Hipoksia jaringan
 Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
 Malnutrisi
 Perubahan fungsi psikomotor
 Perubahan fungsi kognitif
c. Deficit pengetahuan D.0111
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran
1) Defenisi
Ketidaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu
2) Penyebab
 Keterbatasan kognitif
 Gangguan fungsi kognitif
 Kekeliruan mengikuti anjuran
 Kurang terpapar informasi
 Ketidaktahuan menenmukan sumber informasi
3) Batas kareteristik
a) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
 Menayakan masalah yang dihadapi

Objektif

 Menunjutkan perilaku tidak sesuai anjuran


 Menuntujkan persepsi yang keliru terhadap masalah

b) Gejala dan tanda minor

Objektif

 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


 Menunjutkan perilaku yang berlebihan
7. Intervensi Keperawatan
--Diagnosa gangguan persepsi sensorik

a. Observasi

 Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan


(mis. nyeri, kelelahan)

b. Terapeutik
 Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.
bising, terlalu terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
 Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai
kebutuhan

c. Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur


pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)

d. Kolaborasi

 Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan

 Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi


stimulus

- Diagnose resiko cidera


a. Tujuan /SLKI
1) Kejadian cidera menurun 5
2) Luka/lecet menurun 5
3) Ketegangan otot menurun 5
4) Fraktur menurun
5) Gangguan mobilitas menurun 5
6) Ekspresi wajah kesakitan menurun 5
b. Tindakan
Obsevasi
 Indentifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cidera
 Indetifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
ekstrimetas bawah

Teraupotik

 Sediakan pencahayaan yang memadai


 Pastikan barang pribadi dapat dijangkau
 Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat
digunakan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
sesuai(mis.tongkat atau alat bantu jalan)
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
rawat inap( mis.menggunakan telpontempat tidur
,penerangan ruanganan dan lokasi kamar mandi)

Edukasi

 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien


dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri
- Deficit pengetahuan
a. Tujuan /SLKI
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat 5
2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat 5
3) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 5
c. Tindakan
Obsevasi
 Indentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Teraupotik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

 Ajarkan memonitoring kemerahan,edukat atau ulserasi


 Anjurkan tidak menyentuh mata
 Ajarakan cara pelembab mata
 Ajarkan cara monitor reflex kornea

8. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan
terhadap pasien yang mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang
telah dirancang atau disusun sebelumnya.

9. Evaluasi Keperawatan
Hasil Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita katarak adalah
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada intervensi. Evaluasi ini
berdasarkan pada hasil yang di harapkan atau perubahan yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas,S. danSri, R.Y.2015,Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Balai Penerbit FK-UI,
Jakarta. hlm. 210

Mo’otapu, A., Rompas, S.,dan Bawotong, J. 2015,‘Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Katarak di Poli Mata RSUP Prof. Dr.
R.D Kandou Manado’, e-Journal Keperawatan (eKp), vol. 3, pp. 1–6

Lukas, V. R., Pangkerego, S. B.,dan Rumende, R. R. 2017,‘Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur’, E-Jurnal Sariputra, vol. 4, no. 2, pp.
82–87
Hadini, M.A., Eso, A. danWicaksono, S. 2016,‘Analisis Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Katarak Senilis Di RSU Bahteramas Tahun
2016’, pp. 256–267

Aini,N. A. dan Santik, Y.D.P. 2018, ‘Kejadian Katarak Senilis di RSUD Tugurejo’,
Higea Journal of Public Health,vol. 2, no 2

Subekti.M R P (2016)Perbedaan Lokasi Kekeruhan Katarak Padapasien Diabetes


Mellitus Dibandingkan Denganpasien Bukan Diabetes Mellitus Di Rsud
Bendan kota pekalongan: Fakultas Kedokteranuniversitas Muhammadiyah
Semarang

American Academy of Ophtalmology. Basic and clinical science course.section 11.


Lens and cataract.Singapore : 2010

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made


Kariasa. Jakarta : EGC
 
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran  Nettina,
Sandra M. 2001. Pedoman Praktik KeperawatanAlih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC
 
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
 
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
 
Luckman and sorensen’s,1993,  Medical Surgical Nursing  – .ed.4.- Philadelphia,
Pennsylvania : The Curtis Center 
 
Mansjoer, Arif.2001.  Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI
 
Doengoes, Marilynn. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
 
 

Anda mungkin juga menyukai