Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh:

Agam Ismail Nugraha

J.0105.18.042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

TAHAP PROFESI

2021
I. KONSEP KELUARGA

A. Definisi

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan


ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras
dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
(BKKBN, 1999)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
(Friedman, 1998)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI 1988).

B. Tipe Keluarga

 Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.


a. The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
b. The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi
ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe
keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
c. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
d. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
e. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
f. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
g. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti
dapur dan kamar mandi yang sama.

 Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe


keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai
berikut:
a. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
C. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.
 Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,
maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
 Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami
oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran
peran-peran sosial.
 Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
 Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
 Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan
dari fungsi perawatan kesehatan.
o Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
o Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
o Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
o Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
o Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

D. Tahap Perkembangan Keluarga


Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari
berikut ini:
1. Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
b) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak
baru lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
b) Mensosialisasikan anak;
c) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
c) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri.
7. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
a) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
b) mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak;
c) memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
c) Mempertahankan hubungan perkawinan;
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup)

II. KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal tekanan darah daalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140


mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada
seseorang klien pada tiga kejadian terpisah (ignatavicus, 1994). Menurut
WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut
borderline hypertension (Garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut
tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

B. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥18 tahun oleh the joint
National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High
blood Preasure(1998)
Batasan tekanan darah (mmHg) Kategori
Diastolic
<85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal-tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥115 Hipertensi berat
Systolic,saat diastolic < 90 mmHg
<140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas hipertensi sistolik terisolasi
≥160 Hipertensi sistolik terisolasi
Sumber: ignatavicius D,1994

C. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer


Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Faktornya adalah:
a. Genetic
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang
mereka yang tidak.
b. Jenis kelamin dan usia
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi
d. Berat badan
e. Gaya hidup
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi sekunder
adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya. Faktornya adalah:
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume
expansion dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal
kembali setelah beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri
besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%
lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dysplasia ( pertumbuhan abnormal jaringan
fibrous) . penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.
Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosterone menyebabkan
hipertensi dan hypokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul
dari benign adenoma dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang
dieksresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin
disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal
d. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
e. Neurogenic; tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
f. Kehamilan
g. Luka bakar
h. Peningkatan volume intravascular
i. Merokok : Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang
mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
j. Kegemukan
k. Stress: Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu
tekanan darah tinggi.

D. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output


(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf
otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh , system renin angiotensin dan autoregulasi
vascular.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga


dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat
tekanan arteri.Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri
melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh
karena itu, reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila
tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal
pada hipertensi belum diketahui . Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-
setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak
adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila


tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung . bila ginjal berfungsi secara
adekuat , peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah . kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada
ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan
arteri sitemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan


darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi
vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
control terhadap pelepasan aldosterone. Aldosterone sangat bermakna dalam
hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui peningkatan
aktivitas system saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek
inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya


tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi,
kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal
mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang
dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada orgam-organ
vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)
arteriol-arteriol. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan
infark miokard,stroke,gagal jantung, dan gagal ginjal.

Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam


hipertensi . autoregulasi vascular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relative konstan . jika aliran berubah,proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan
overload garam dan air.

Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang


secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki
gejala-gejala morning headache, pengihatan kabur,dan sesak nafas atau
dyspnea, dan atau gejala uremia. Tekanan darah diastolic >115 mmHg ,
dengan rentan tekanan diastolic antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna
meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri dan stroke.

E. Manifestasi Klinis

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:

1) Tidak Bergejala

Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
2) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri
kepala, kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis pasien hipertensi


diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah,
mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang
sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium

 Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume


cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

 BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi


ginjal.

 Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)


dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

 Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi


ginjal dan ada DM.

2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian


gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,


perbaikan ginjal.

5) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,


pembesaran jantung (Sobel, et al, 1999).
b. Penatalaksanaan Klinis

Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999), yaitu:

1) Penatalaksanaan Keperawatan

Adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting


dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang
tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat
banyak pilihan dalam menangani hipertensi, terutama bagi mereka
dengan peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini
menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam
menangani hipertensi ringan. Beberapa cara berikut membantu
menurunkan tekanan darah: mengurangi berat badan yang
berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi
alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan
olah raga ringan secara teratur. Cara lain yang secara independen
mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhenti
merokok. Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang
(tekanan diastolik 90-105 mmHg dan atau sistolik 160-180mmHg)
terapi ini dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan sebelum
mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada
hipertensi berat, perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi
harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan makanan tinggi
kalium dan kalsium serta rendah natrium juga dapat diberikan pada
penderita hipertensi ringan.

2) Penatalaksanaan Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan
efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan
penggunaan obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi, harga
obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan
memungkinkan penggunaan jangka panjang. Saat ini, pemberian
terapi farmakologis menunjukkan penurunan morbiditas dan
mortalitas pada penderita hipertensi.

Berdasarkan penelitian terbaru pada obat- obat


antihipertensi yang tersedia sekarang ini angiotensin converting
enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker
(ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid, beta-
blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi.

Diuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada


sebagian besar penelitian. Pada penelitian-penelitian tersebut,
termasuk Antihypertensive And Lipid Lowering Treatment To
Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam mencegah
komplikasi kardiovaskular akibat penyakit hipertensi. Pengecualian
datang dari Australian National Blood Pressure Trial, yang
melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih yang
memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka
yang memulai dengan diuretik. Diuretik menambah keampuhan
obat-obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan
lebih terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain. Diuretik
seharusnya dipakai sebagai pengobatan awal terapi hipertensi
untuk semua pasien, baik secara sendiri maupun kombinasi dengan
1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE inhibitor, ARBs, β-
Blocker, CCB), karena memberikan manfaat pada beberapa
penelitian. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau
merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain
tidak, maka pemberian obat dari golongan lain tersebut harus
dilakukan.

Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan dua atau


lebih obat-obat antihipertensi lain untuk mencapai target tekanan
darah yang diingini. Tambahan obat kedua dari golongan lain
seharusnya dimulai jika penggunaan obat tunggal pada dosis yang
adekuat gagal mencapai target tekanan darah yang diingini. Bila
tekanan darah di atas 20/10 mmHg dari target, pertimbangkan
untuk memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep
yang terpisah maupun pada dosis kombinasi tetap. Pemberian obat
antihipertensi dengan dua obat dapat mencapai target tekanan
darah yang diingini dalam waktu yang singkat, namun mesti
diperhatikan adanya hipotensi ortostatik, seperti pada pasien
diabetes mellitus, disfungsi otonom, dan beberapa kelompok usia
tua.

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian

1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga
b. Alamat
c. Telpon
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Komposisi
Nama J Hub U Pendid Status Imunisasi Ke
K . mu ikan t
Dng r BC Polio DPT Hepatiti Cam
s pak
G
KK 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

2. Genogram
3. Tipe Keluarga
4. Suku Bangsa
5. Agama
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
7. Aktivitas rekreasi keluarga
8. Riwayat Dan Tehap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya

A. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga

B. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Norma keluarga

C. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi perawatan kesehatan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
D. TUGAS PERAWATAN KELUARGA
1. Mengenal masalah keluarga
2. Mengambil keputusan
3. Merawat anggota keluarga yang sakit
4. Memelihara lingkungan
5. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan

E. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stress jangka pendek dan panjang
2. Kemampuan koping keluarga
3. Strategi koping
4. Strategi adaptasi

9. Pemeriksaan fisik
a. TTV

Pemeriksaan berupa tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, dan nyeri.


Klien yang mengalami hipertensi biasanya akan mengalami:

 Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung)


 Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosisklerosis pada erteri ekstremitas bawah)
 Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya
 Nyeri abdomen/massa feokromositoma)

b. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan
takipnea.
c. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek
kardiopulmonal, tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat.

d. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklorosis, penyakit jantung coroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta
perspirasi.
2) Tanda :Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan
darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural
mungkin berhubungan dengan regimen obat.
3) Nadi :Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,Perbedaan denyut
femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/brakhialis ;
denyut (popliteal, tibialis posterior,dan pedalis) tidak terba atau lemah
4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
5) Frekuensi / irama : Takikardi, berbagai disritmia
6) Bunyi jantung :Terdengar S2 pada dasr, S3 (CHF dini), dan S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri)
7) Murmur stenosis valvular
8) Desiran vascular terdengar diatas karotis, vemoralis, atau epigastrum
(stenosis arteri)
9) DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
10) Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
periver); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi)
11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa juga
kulit berwarna kemerahan (feokromositoma).

e. Eliminasi
Gejala : Adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu,
seperti infeksi/obsturksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
B. SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA
(BAILON DAN MAGLAYA, 1978)

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

1. Sifat Masalah

Skala :

 Tidak/kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2
 Keadaan sejahtera
1

2. Kemungkinan masalah dapat 2


diubah

Skala :
2
 Mudah
1
 Sebagian
0
 Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk dicegah

Skala :

 Tinggi 3
1
 Cukup 2
 Rendah
1

4. Menonjolnya masalah

Skala :

 Masalah berat, harus segera 2


ditangani
1
 Ada masalah tetapi tidak
1
perlu ditangani
 Masalah tidak dirasakan

0
JUMLAH
Skoring :

1. Tentukan skore untuk setiap criteria


2. Skor Aktual adalah Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan
dengan bobot

Skor
Skor Aktual = x Bobot
Angka Tertinggi

3. Jumlahkan skor aktual untuk semua kriteria


 
1. Analisa data

No Data Masalah
1 1. Kurang menunjukkan perilaku Ketidakefektifan
adaftif terhadap lingkungan pemeliharaan
2. Kurang menunjukkan pemahaman kesehatan
tentang prilaku sehat
3. Tidak mampu menjalankan perilaku
sehat
4. Memiliki riwayat perilaku mencari
bantuan kesehatan yang kurang
5. Kurang menunjukkan minat untuk
meningkatkan perilaku sehat
6. Tidak memiliki system pendukung
(support system)
2 1. Keluhan pusing. Perilaku kesehatan
2. Berdenyut, sakit kepala subokspital cenderung beresiko
(terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa
jam).
3. Riwayat keluarga
4. TD : >140/90 mmhg
5. BB diatas batas normal

3 1. Menanyakan mengenai hipertensi Kurangnya


2. Menunjukkan perilaku tidak sesuai pengetahuan tentang
anjuran penyakit
3. Menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
4. Menjelanai pemeriksaan yang tidak
tepat

Diagnosa keperawatan

No Kode Diagnosa
1 00080 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2 00099 Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3 00063 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi

Diagnosa Keperawatan
Data Intervensi Keperawatan
Kode Diagnosa
1. Kurang menunjukkan 00080 Ketidakefektifan Edukasi Kesehatan Mengenai perilaku
perilaku adaftif terhadap pemeliharaan kesehatan hidup sehat
lingkungan 1. Idenifikasi kesiapan dan
2. Kurang menunjukkan kemampuan menerima informasi
pemahaman tentang 2. Identifikasi factor-faktor yang
prilaku sehat dapat meningkat dan menurunkan
3. Tidak mampu motivasi perilaku hidup bersih dan
menjalankan perilaku sehat
sehat 3. Sediakan maeri dan media
4. Memiliki riwayat pendidikan kesehatan
perilaku mencari bantuan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kesehatan yang kurang sesuai kesepakatan
5. Kurang menunjukkan 5. Berikan kesempatan klien untuk
minat untuk bertanya
meningkatkan perilaku 6. Jelaskan factor resiko yang dapat
sehat mempengaruhi kesehatan
6. Tidak memiliki system 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
pendukung (support sehat
system) 8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Edukasi program Pengobatan
1. Identifikasi penggunaan
pengobatab tradisional dan
kemungkinan efek terhadap
kesehatan
2. Fasilitasi informasi tertulis atau
gambar untuk meningkatkan
pemahaman
3. Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik
dan benar
4. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada pasien
selama pengobatan
5. Informasikan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan selama
pengobatan
6. Ajarkan kemampuan melakukan
pengobatan mandiri (self
medication )
1. Keluhan pusing. 00099 Perilaku kesehatan Dukungan Kepatuhan program
cenderung beresiko pengobatan
2. Berdenyut, sakit kepala
1. Identifikasi keptuhan menjalani
subokspital (terjadi saat program pengobatan
2. Buat komitmen menjalani program
bangun dan menghilang
pengobatan dengan baik
secara spontan setelah 3. Dokumentasikan aktivitas selama
proses pengobatan
beberapa jam).
4. Diskusikan hal-hal yang dapat
3. Riwayat keluarga mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
4. TD : >140/90 mmhg
5. Libatkan keluarga untuk
5. BB diatas batas normal mendukung program pengobatan
yang dijalani
6. Informasikan program pengobatan
yang harus dijalani
7. Informasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
8. Anjurkan pasen dan keluarga
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat
Edukasi program Pengobatan
7. Identifikasi penggunaan
pengobatab tradisional dan
kemungkinan efek terhadap
kesehatan
8. Fasilitasi informasi tertulis atau
gambar untuk meningkatkan
pemahaman
9. Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik
dan benar
10. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada pasien
selama pengobatan
11. Informasikan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan selama
pengobatan
Ajarkan kemampuan melakukan
pengobatan mandiri (self
medication )
1. Menanyakan mengenai 00063 Kurangnya pengetahuan Edukasi Kesehatan mengenai hipertensi
hipertensi tentang penyakit 1. Idenifikasi kesiapan dan
2. Menunjukkan perilaku kemampuan menerima informasi
tidak sesuai anjuran 2. Identifikasi factor-faktor yang
3. Menunjukkan persepsi dapat meningkat dan menurunkan
yang keliru terhadap motivasi perilaku hidup bersih dan
masalah sehat
4. Menjelani pemeriksaan 3. Sediakan maeri dan media
yang tidak tepat pendidikan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan klien untuk
bertanya
6. Jelaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indones
Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Sobel, Barry J, et all. (1999). Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi.
Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai