Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang
paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat
tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-
regangan. Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh.
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah
2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak
lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa
data seperti:
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari
contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur didefinisikan sebagai
kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
σ ca = P …………………………………………………… (1)
A
σc
σc= …………………………………….. (2)
(0,88 + (0,24 ))
Keterangan:
σ ca = nilai kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D, (Mpa)
σ c = nilai kuat tekan benda uji setelah dikoreksi yang mempunyai perbandingan
H/D = 2, (Mpa)
P = beban sumbu, (kN)
H = tinggi benda uji, (cm)
D = diameter benda uji, (cm)
A = luas permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji, (cm2 )
b. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas
batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi
lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral
pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran
partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
Е = Δσ……………………………………………………………………….(2.2)
Δεa
Keterangan:
E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ. = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas
yaitu :
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan
regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral
(lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat
ditentukan dengan persamaan :
V=–εl …………………………………………………………………………..(2.3)
εa
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh.
Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan
kualitas permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat
penekan saat pembebanan.
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh
tipe pecah, yaitu :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial (axial splitting)
c. Hancuran kerucut (cone runtuh)
d. Hancuran geser (homogeneous shear)
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner)
f. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and buckling)
Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan (a.l. Mekanika Batuan), dikenal istilah
RQD rock quality designation yaitu suatu penandaan atau penilaian kualitas batuan
berdasarkan kerapatan kekar. RQD penting untuk digunakan dalam pembobotan massa
batuan (Rock Mass Rating, RMR) dan pembobotan massa lereng (Slope Mass Rating,
SMR). Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan batuan
yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar)
berdasarkan rumus Hudson (1979, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) sbb:
Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan. Sistem pembobotan dapat
dilihat pada Tabel klasifikasi geomekanik (Tabel A, B, C, dan D). Pembobotan adalah
jumlah dari nilai bobot parameter pada Tabel A dan B. Pada tabel C jumlah nilai
tersebut dimasukkan ke dalam kelompok yang sesuai dengan pembobotan masing-
masing.
Pada Tabel C, nomer kelas dan pemerian dapat diberikan. Pada Tabel D makna dan
kegunaan tiap-tiap nomer kelas disampaikan di sini. Berdasarkan nilai RMR, jangkauan
atap (span) apat direncanakan, serta keleluasaan waktu yang tersedia agar terowongan
tidak runtuh dapat diperkirakan.