Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Febrian

Kelas : XI TKRO 1

Engine management system (EMS) adalah salah satu bagian penting dari mesin EFI. Engine
management system adalah sistem pengaturan engine yang mengatur dan mengontrol seluruh
sistem pada engine melalui electronic control unit (ECU) sehingga engine atau mesin dalam
kondisi serta perfoma terbaik.
Pada engine management system terdiri dari tiga komponen utama yaitu sensor, electronic
control unit atau ECU, dan actuator. Komponen engine management system tersebut memiliki
fungsi dan peranan masing-masing. Sensor memiliki fungsi sebagai input yang memberitahu
kondisi atau keadaan mesin. ECU merupakan pemroses yang mengolah inputan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Actuator memiliki fungsi sebagai output.
Pada engine management system (EMS) sensor akan mengambil berbagai data atau kondisi
mesin, data ini kemudian akan diterus ke ECU untuk dilakukan pemrosesan atau pengolahan.
Hasil olahan dari ECU akan dialirkan menuju ke actuator untuk mengatur kerja mesin. Kinerja
sistem-sistem pada mesin akan disesuaikan dengan berbagai kondisi yang ada pada mesin.
Lalu apa sih sebenarnya engine management system (EMS) itu? Apa saja fungsi engine
management system (EMS)? Bagaimana cara kerja engine management system (EMS)? Semua
akan di bahas pada artikel berikut ini.
DAFTAR ISI(show)
Fungsi Engine Management System (EMS)
Fungsi engine management system adalah sebuah sistem pada kendaraan yang mengatur secara
luas agar operasional mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan

elemen mesin seperti sensor, actuator, controller, dan lain sebagainya. Sistem pengaturan mesin
melibatkan pengaturan bahan bakar, air intake, dan juga waktu pengapian, agar diperoleh
momen dan tenaga sesuai spesifikasi.
Pembukaan pada throttle valve dapat dilakukan secara manual dengan sistem koneksi mekanis,
yang kemudian mengatur rasio udara atau bahan bakar ke dalam mesin, selanjutnya campuran
udara atau bahan bakar yang masuk itu akan menentukan tenaga dan momen yang dihasilkah
oleh mesin. Sistem konfigurasi kontrol secara mekanis dapat dikatakan sangat rumit, susah dalam
pembuatan, dan sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisien, sehingga
mengakibatkan emisi buangnya tidak bisa mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Sistem
pengontrolan secara elektroni untuk sistem injeksi bahan bakar (Bosch’s, D-Jetronic, dan L-
Jetronic) sudah diperkenalkan untuk menggantikan sistem konvesional karburator atau injeksi
mekanis.
Sistem kontrol elektronik akan menyebabkan pengendalian lebiha akurat dan tahan lama, serta
mempunyai beberapa kelebihan lain seperti mengurangi polusi lingkungan karena emisinya lebih
baik, hemat bahan bakar, stabilitas dan kontrol sistem juga lebih baik. Perkembangan teknologi
elektronika yang sangat pesat, termasuk di dalamnya semi conductor dan komputer sejak tahun
1970 juga berperan dalam meningkatkan tingkat kestabilan kendaraan dan harganya juga sudah
semakin terjangkau.
Sistem Kontrol Pada Engine Management System
Ada beberapa sistem kontrol pada engine management system yaitu sistem kontrol bahan bakar,
sistem kontrol induksi udara, dan sistem kontrol pengapian. Berikut pembahasan satu persatu
mengenai sistem kontrol pada engine management system:
1. Sistem Kontrol Bahan Bakar
Sistem kontrol bahan bakar merupakan salah satu bagian dari engine management system yang
memiliki fungsi atau tujuan untuk memberikan bahan bakar sesuai dengan kebutuhan mesin
sehingga daya mesin yang optimal, emisi gas buang yang seminimal mungkin, efisiensi
penggunaan bahan bakar, pengendaraan yang optimal di setiap kondisi mesin, mencegah
penguapan bahan bakar. Selain itu sistem kontrol bahan bakar juga berfungsi untuk mengevaluasi
kinerja dari berbagai komponen pada sistem bahan bakar serta kerusakan- kerusakan yang terjadi
pada sistem bahan bakar.

Sistem kontrol yang dilakukan secara elektronik ini terdiri dari beberapa komponen yang saling
berkesinambungan untuk mengontrol bahan bakar pada kendaraan. Sistem kontrol elektronik
bahan bakar terdiri dari sensor yang memiliki fungsi untuk mendeteksi dan memantau kinerja
mesin. Kemudian data-data ini dikirimkan ke sistem pengolah atau yang lebih dikenal dengan ECU
untuk dibandingkan dengan standar yang ada di memory dengan akurat. Selanjutnya hasil
dikirimkan untuk mengelola aktuator.
Proses pembakaran pada motor bensin memerlukan takaran campuran udara dan bahan bakar
agar bisa menghasilkan pembakaran yang maksimal. Campuran yang dikenal sebagai
perbandingan udara dan bahan bakar mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap hasil
pembakaran. Campuran ini harus berada pada daerah perbandingan yang sesuai yaitu sejumlah
14,7 kg udara membutuhkan udara sejumlah 1 kg bensin. Dalam bentuk volumetrik, 10.500 liter
udara berbanding 1 liter bensin pada tekanan satu atmosfir. Pada perbandingan ini akan
dihasilkan tenaga hasil pembakaran yang maksimal dan emisi gas buang yang rendah. Selanjutnya
perbandingan 14,7: 1 ini dikenal dengan perbandingan Stoichiometric.
Perbandingan stoichiometric lebih dikenal dengan istilah faktor lamda (λ). Lamda ini merupakan
perbandingan jumlah udara yang dipakai dengan jumlah udara secara teoritis.
Pada engine yang menggunakan system konvensional (misal karburator), perbandingan ideal
sangat susah tercapai. Dengan teknologi control elektronik, rata-rata perbandingan campuran
udara dan bakar tetap dipertahankan pada kodisi kurang lebih 1% dari perbandingan
stoichiometric. Oleh karena itu untuk sistem kontrol elektronik menggunakan perbandingan
stoichiometric sebagai pertimbangan untuk campuran bahan bakar yang sesuai dengan
kebutuhan mesin.
Pada proses penginjeksian bahan bakar terdapat tiga hal yang harus dilakukan oleh sistem
pengontrolan yaitu kuantitas bahan bakar, mode injeksi, dan fuel cut. Perhitungan kuantitas
dilaksanakan atas pertimbangan kondisi kerja mesin yaitu pada saat bekerja normal atau pada
saat starter. Electronic Control unit mangkalkulasikan waktu pembukaan bagi injector agar sesuai
dengan perbandingan stoichiometric dan kebutuhan mesin pada saat itu. Disamping itu juga
diperhitungkan mode injeksi yang sedang dilaksanakan. Adapun mode injeksi dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu mode simultan atauserempak, group atau kelompok, dan sequential.

Sementara untuk jumlah bahan bakar ditentukan oleh lamanya proses penginjeksian. Untuk fuel
cut diatur bersamaan dengan perhitungan durasi penginjeksian. Durasi penginjeksian diatur oleh
beberapa komponen engine management system berikut:Throttle position sensor switch
berfungsi untuk memberikan sinyal posisi pembukaan throotle sehingga ECU dapat menghitung
akselerasi, fuel cut, deselerasi dll.
Mass air flow sensor memiliki fungsi untuk memberikan informasi jumlah udara yang masuk ke
intake manifold
Water temperature sensor berfungsi untuk memberikan informasi temperature air pendingin
agar ECU dapat mengkalkulasi durasi injeksi seperti saat engine dingin, koreksi durasi saat start
dan lain sebagainya.
Cam shaft Position sensor berfungsi untuk memberikan informasi posisi putaran cam
shaft/crankshaft sehingga ECU dapat mengkalkulasi dimulainya saat penginjeksian, mode injeksi
dll.
Speed sensor berfungsi untuk memberikan data kecepatan kendaraan agar ECU tidak melakukan
fuel cut apabila kendaraan bergerak dengan kecepatan ± 8 km/jam atau kurang.
Switch posisi netral berfungsi untuk memberikan informasi posisi netral agar dapat
diperhitungkan fuel cut
Ignition Switch berfungsi untuk mendeteksi saat start sehingga ECU dapat melakukan
penambahan durasi injeksi saat start
Bateray memberikan informasi tegangan baterai agar dapat mengkompensasi tegangan baterai
Oksigen sensor berfungsi sebagai informasi atau umpan balik tentang hasil pembakaran sehingga
ECU dapat memperhitungkan campuran stoichiometric
2. Kontrol Sistem Induksi Udara

Perkembangan kontrol sistem induksi udara semakin pesat yang mana dahulu hanya untuk
mengukur jumlah udara yang masuk ke intake manifold sampai sekarang yang berfungsi juga
untuk pengaturan kontrol putaran idle dan putaran tinggi. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan
efisiensi volumetrik dari kendaraan. Sistem induksi udara adalah untuk filter meter, dan
mengukur asupan udara ke intake manifold. Udara mengalir ke mesin membuka bypass throttle.
Air valve mengirimkan udara secukupnya keintake. Udara disaring oleh saringan udara masuk ke
dalam intake manifold dalam berbagai volume.
Jumlah udara yang masuk ke mesin adalah fungsi dari pembukaan throttle valve sudut dan
putaran mesin. Udara bersih dari saringan udara (air cleaner) akan dialirkan menuju mass air flow
melalui measuring plate. Banyak sedikitnya udara yang mengalir tergantung dari besar
pembukaan yang dikontrol oleh intake chamber. Sementara itu besarnya udara yang masuk ke
intake chamber ditentukan oleh lebarnya katup throttle terbuka. Aliran udara masuk ke intake
manifold kemudian keruang bakar (combustion chamber). Jumlah udara yang masuk dideteksi
oleh mass air flow (L-EFI) atau dengan tekanan udara manifold absolute pressure sensor (D- EFI).
Terdapat beberapa sensor dan komponen pada kontrol sistem induksi udara. Berikut merupakan
beberapa sensor dan komponen engine management system yang mengatur proses pemasukan
udara atau induksi udara:
Air cleaner yang memiliki fungsi untuk menyaring udara yang masuk throtle body agar menjadi
bersih.
Throtle body memiliki beberapa fungsi yaitu untuk mengontrol jumlah induksi udara, sensor
pembukaan katup throtle dan bypass saat mesin idle.
Throtle valve memiliki fungsi untuk membuka dan menutup aluran induksi udara.
Idle air control (IAC) berfungsi untuk merubah jumlah udara yang masuk ketika mesin dalam
kondisi dingin.

Intake manifold merupakan tempat untuk menampung udara dan sebagai saluran masuk udara
ke ruang bakar.
Mass air flow atau MAF berfungsi untuk massa aliran udara yang masuk kedalam intake manifold.
Intake air temperatur atau IAT berfungsi untuk mengukur temperatur udara yang masuk ke intake
manifold.
Engine coolant temperatur atau ECT berfungsi untuk mengukur temperatur air pendingin.
Prinsip kerja dari sistem induksi udara adalah udara disaring oleh saringan udara masuk ke dalam
intake manifold dalam berbagai volume. Dimana Udara bersih dari saringan udara (air cleaner)
masuk ke mass air flow dengan membuka plat pengukur (measuring plate), besarnya plat
pengukur dan potensiometer bergerak pada poros yang sama sehingga sudut membuka plat
pengukur ini akan diubah nilai tahanan potensiometer. Variasi nilai tahanan ini akan dirubah
menjadi output voltage sensor ke ECM sebagai dasar untuk menentukan jumlah udara yang
masuk ke intake air chamber. Besarnya udara yang masuk ke intake chamber ditentukan oleh
lebarnya katup throttle terbuka. Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian ke ruang bakar
(combustion chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve mengalirkan udara langsung ke
intake chamber dengan mem-bypass throttle, jumlah udara yang masuk dideteksi oleh mass air
flow (L-EFI). Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian ke ruang bakar (combustion
chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve mengalirkan udara langsung ke intake
chamber untuk menambah putaran sampai fast idle.
3. Kontrol Sistem Pengapian
Kontrol sistem pengapian merupakan salah satu sistem kontrol pada engine manaegement
system atau EMS yang bertujuan untuk dapat memberikan sistem pengapian yang optimal hingga
dapat tercapai torsi atau tenaga yang optimal, irit bahan bakar, pengendalian yang baik, serta
meminimalisir terjadinnya knocking. Untuk mengatur timing pengapian mengacu pada beban dan
putaran yang ada pada memory ECU.

Durasi mengalirnya arus ke ignition coil mempengaruhi kualitas tegangan tinggi yang dihasilkan.
Oleh karena itu sistem pengapian membutuhkan pengontrolan waktu dan besarnya arus yang
mengalir. Pada jenis terbaru dari Engine Management Sistem adalah dengan mengintefrasikan
fungsi amplifikasi kedalam control unit sehingga banyak jenis system pengapian sekarang yang
dapat kita tenui tanpa menggunakan modul pengapian atau power transistor. Power transistor
berfungsi untuk mengganti kontak platina yang masih bekerja secara mekanik.
Kerjanya system pengapian adalah dengan cara memberi arus ntuk memaksimalkan pengapian
pada masing-masing silinder, pemicu kepada modul pengapian sehingga modul akan memberi
kesempatan bagi rangkaian primer ignition coil untuk membentuk rangkaian tertutup dan
menghasilkan induksi. Dengan demikian prinsip kerja system pengapian ini hampir sama dengan
system konvensional, dengan perbedaan waktu pembentukan medan magnet pada coil dikontrol
oleh ECU. Untuk menghasilkan sistem pengapian yang maksimal maka, beberapa kendaraan
sudah menggunakan sistem pengapian langsung atau direct ignition. Pada pengapian langsung
menggunakan satu koil satu silinder sehingga pengapian yang dihasilkan lebih maksimal.
Kontrol sinyal yang digunakan pada sistem pengapian terbagi menjadi beberapa komponen.
Berikut merupakan komponen engine management system:
Camshaft position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian.
Throtle position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian pada waktu idle atau
deselerasi.
Water temperatur sensor berfungsi untuk menambah kemampuan start dan agar temperatur
kerja cepat tercapai.
Mass air flow berfungsi untuk menentukan durasi penginjeksian agar diperoleh pengapian yang
optimal.
Knock sensor berfungsi untuk memonitor terjadinya engine knocking.

Batteray berfungsi untuk mempertahankan durasi pengaliran arus ke ignition coil selama bekerja.
Vehicle speed sensor berfungsi untuk menentukan timing pengapian saat warm up, akselerasi,
dan deselerasi.
Ignition Switch berfungsi untuk menentukan sistem pengapian bekerja normal atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai