Anda di halaman 1dari 7

ENGINE MANAGEMENT SYSTEM (EMS)

(Fendy Puji Suhermanto)

Engine management system (EMS) adalah salah satu bagian penting dari mesin


EFI. Engine management system adalah sistem pengaturan engine yang mengatur dan
mengontrol seluruh sistem pada engine melalui electronic control unit (ECU) sehingga engine
atau mesin dalam kondisi dan peforma terbaik.

Pada engine management system terdiri dari tiga komponen utama yaitu sensor, electronic
control unit atau ECU, dan actuator. Komponen engine management system tersebut memiliki
fungsi dan peranan masing-masing. Sensor adalah perangkat yang membaca keadaan ditiap
komponen mesin yang memiliki fungsi sebagai input yang memberitahu kondisi atau keadaan

1
mesin. ECU merupakan pemroses yang mengolah inputan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Actuator adalah perangkat yang diatur ECU yang memiliki fungsi sebagai output
atau pelaksana perintah.

Pada engine management system (EMS) sensor akan mengambil berbagai data atau kondisi
mesin, data ini kemudian akan diterus ke ECU untuk dilakukan pemrosesan atau pengolahan.
Hasil olahan dari ECU akan dialirkan menuju ke actuator untuk mengatur kerja mesin. Kinerja
sistem-sistem pada mesin akan disesuaikan dengan berbagai kondisi yang ada pada mesin.

Lalu apa sih sebenarnya engine management system (EMS) itu? Apa saja fungsi engine
management system (EMS)? Bagaimana cara kerja engine management system (EMS)?
Semua akan di bahas pada artikel berikut ini.

1.         Tujuan dari  EMS sendiri adalah :


                         a)         Performa engine yang tnggi.
                         b)         Irit dalam penggunaan Bahan bakar.
                         c)         Tingkat emisi gas buang yang ramah lingkungan.
           2.         Ciri ciri engine yang telah menggunakan Engine Management System         
adalah 
             a)         Menggunakan sistem injeksi dalam pencampuran udara dan bahan bakar.
              b)         Menggunakan sistem pengapian elektronik/ Komputer.
              c)         Memiliki Pengaturan Idle Speed Control (ISC).
              d)         Memiliki emisi gas buang yang ramah lingkungan.
              e)         Memiliki Malfungtion Indicator Light (MIL).
              f)         Memiliki protocol On Board Diagnosis  (OBD).

 Fungsi Engine Management System (EMS)

Fungsi engine management system adalah sebuah sistem pada kendaraan yang mengatur secara
luas agar operasional mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap saat melalui pengaturan
elemen mesin seperti sensor, actuator, controller, dan lain sebagainya. Sistem pengaturan mesin
melibatkan pengaturan bahan bakar, air intake, dan juga waktu pengapian, agar diperoleh momen
dan tenaga sesuai spesifikasi.

 Sistem Kontrol Pada Engine Management System

Ada beberapa sistem kontrol pada engine management system yaitu sistem kontrol bahan bakar,
sistem kontrol induksi udara, dan sistem kontrol pengapian. Berikut pembahasan satu persatu

2
mengenai sistem kontrol pada engine management system:

1. Sistem Kontrol Bahan Bakar


Sistem kontrol bahan bakar merupakan salah satu bagian dari engine management system yang
memiliki fungsi atau tujuan untuk memberikan bahan bakar sesuai dengan kebutuhan mesin
sehingga daya mesin yang optimal, emisi gas buang yang seminimal mungkin, efisiensi
penggunaan bahan bakar, pengendaraan yang optimal di setiap kondisi mesin, mencegah
penguapan bahan bakar. Selain itu sistem kontrol bahan bakar juga berfungsi untuk
mengevaluasi kinerja dari berbagai komponen pada sistem bahan bakar serta kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada sistem bahan bakar.

Sistem kontrol yang dilakukan secara elektronik ini terdiri dari beberapa komponen yang saling
berkesinambungan untuk mengontrol bahan bakar pada kendaraan. Sistem kontrol elektronik
bahan bakar terdiri dari sensor yang memiliki fungsi untuk mendeteksi dan memantau kinerja
mesin. Kemudian data-data ini dikirimkan ke sistem pengolah atau yang lebih dikenal dengan
ECU untuk dibandingkan dengan standar yang ada di memory dengan akurat. Selanjutnya hasil
dikirimkan untuk mengelola aktuator.
Durasi penginjeksian diatur oleh beberapa komponen engine management system berikut:

1. Throttle position sensor switch berfungsi untuk memberikan sinyal posisi pembukaan
throotle sehingga ECU dapat menghitung akselerasi, fuel cut, deselerasi dll. 
2. Mass air flow sensor memiliki fungsi untuk memberikan informasi jumlah udara yang
masuk ke intake manifold
3. Water temperature sensor berfungsi untuk memberikan informasi temperature air
pendingin agar ECU dapat mengkalkulasi durasi injeksi seperti saat engine dingin,
koreksi durasi saat start dan lain sebagainya.
4. Cam shaft Position sensor berfungsi untuk memberikan informasi posisi putaran cam
shaft/crankshaft sehingga ECU dapat mengkalkulasi dimulainya saat penginjeksian,
mode injeksi dll.

3
5. Speed sensor berfungsi untuk memberikan data kecepatan kendaraan agar ECU tidak
melakukan fuel cut apabila kendaraan bergerak dengan  kecepatan ± 8 km/jam atau
kurang.
6. Switch posisi netral berfungsi untuk memberikan informasi posisi netral agar dapat
diperhitungkan fuel cut 
7. Ignition Switch berfungsi untuk mendeteksi saat start sehingga ECU dapat melakukan
penambahan durasi injeksi saat start 
8. Bateray memberikan informasi tegangan baterai agar dapat mengkompensasi tegangan
baterai
9. Oksigen sensor berfungsi sebagai informasi  atau umpan balik tentang hasil pembakaran
sehingga ECU dapat memperhitungkan campuran stoichiometric

2. Kontrol Sistem Induksi Udara


Perkembangan kontrol sistem induksi udara semakin pesat yang mana dahulu hanya untuk
mengukur jumlah udara yang masuk ke intake manifold sampai sekarang yang berfungsi juga
untuk pengaturan kontrol putaran idle dan putaran tinggi. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan
efisiensi volumetrik dari kendaraan. Sistem induksi udara adalah untuk filter meter, dan
mengukur asupan udara ke intake manifold. Udara mengalir ke mesin membuka bypass throttle.
Air valve mengirimkan udara secukupnya keintake. Udara disaring oleh saringan udara masuk ke
dalam intake manifold dalam berbagai volume.

Jumlah udara yang masuk ke mesin adalah fungsi dari pembukaan throttle valve sudut dan
putaran mesin. Udara bersih dari saringan udara (air cleaner) akan dialirkan menuju mass air
flow melalui measuring plate. Banyak sedikitnya udara yang mengalir tergantung dari besar
pembukaan yang dikontrol oleh intake chamber. Sementara itu besarnya udara yang masuk ke
intake chamber ditentukan oleh lebarnya katup throttle terbuka. Aliran udara masuk ke intake
manifold kemudian keruang bakar (combustion chamber). Jumlah udara yang masuk dideteksi
oleh mass air flow (L-EFI) atau dengan tekanan udara manifold absolute pressure sensor (D-
EFI).
Terdapat beberapa sensor dan komponen pada kontrol sistem induksi udara. Berikut merupakan
beberapa sensor dan komponen engine management system yang mengatur proses pemasukan
udara atau induksi udara:

4
1. Air cleaner yang memiliki fungsi untuk menyaring udara yang masuk throtle body agar
menjadi bersih.
2. Throtle body memiliki beberapa fungsi yaitu untuk mengontrol jumlah induksi udara,
sensor pembukaan katup throtle dan bypass saat mesin idle.
3. Throtle valve memiliki fungsi untuk membuka dan menutup aluran induksi udara.
4. Idle air control (IAC) berfungsi untuk merubah jumlah udara yang masuk ketika mesin
dalam kondisi dingin. 
5. Intake manifold merupakan tempat untuk menampung udara dan sebagai saluran masuk
udara ke ruang bakar.
6. Mass air flow atau MAF berfungsi untuk massa aliran udara yang masuk kedalam intake
manifold.
7. Intake air temperatur atau IAT berfungsi untuk mengukur temperatur udara yang masuk
ke intake manifold.
8. Engine coolant temperatur atau ECT berfungsi untuk mengukur temperatur air pendingin.

Prinsip kerja dari sistem induksi udara adalah udara disaring oleh saringan udara masuk
ke dalam intake manifold dalam berbagai volume. Dimana Udara bersih dari saringan udara (air
cleaner) masuk ke mass air flow dengan membuka plat pengukur (measuring plate), besarnya
plat pengukur dan potensiometer bergerak pada poros yang sama sehingga sudut membuka plat
pengukur ini akan diubah nilai tahanan potensiometer. Variasi nilai tahanan ini akan dirubah
menjadi output voltage sensor ke ECM sebagai dasar untuk menentukan jumlah udara yang
masuk ke intake air chamber. Besarnya udara yang masuk ke intake chamber ditentukan oleh
lebarnya katup throttle terbuka. Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian ke ruang bakar
(combustion chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve mengalirkan udara langsung
ke intake chamber dengan mem-bypass throttle, jumlah udara yang masuk dideteksi oleh mass
air flow (L-EFI). Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian ke ruang bakar (combustion
chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve mengalirkan udara langsung ke intake
chamber untuk menambah putaran sampai fast idle.

3. Kontrol Sistem Pengapian


Kontrol sistem pengapian merupakan salah satu sistem kontrol pada engine manaegement system
atau EMS yang bertujuan untuk dapat memberikan sistem pengapian yang optimal hingga dapat
tercapai torsi atau tenaga yang optimal, irit bahan bakar, pengendalian yang baik, serta
meminimalisir terjadinnya knocking. Untuk mengatur timing pengapian mengacu pada beban
dan putaran yang ada pada memory ECU.

5
Durasi mengalirnya arus ke ignition coil mempengaruhi kualitas tegangan tinggi yang dihasilkan.
Oleh karena itu sistem pengapian membutuhkan pengontrolan waktu dan besarnya arus yang
mengalir. Pada jenis terbaru dari Engine Management Sistem adalah dengan mengintefrasikan
fungsi amplifikasi kedalam control unit sehingga banyak jenis system pengapian sekarang yang
dapat kita tenui tanpa menggunakan modul pengapian atau power transistor. Power transistor
berfungsi untuk mengganti kontak platina yang masih bekerja secara mekanik. 

Kerjanya system pengapian adalah dengan cara memberi arus ntuk memaksimalkan pengapian
pada masing-masing silinder, pemicu kepada modul pengapian sehingga modul akan memberi
kesempatan bagi rangkaian primer ignition coil untuk membentuk rangkaian tertutup dan
menghasilkan induksi. Dengan demikian prinsip kerja system pengapian ini hampir sama dengan
system konvensional, dengan perbedaan waktu pembentukan medan magnet pada coil dikontrol
oleh ECU. Untuk menghasilkan sistem pengapian yang maksimal maka, beberapa kendaraan
sudah menggunakan sistem pengapian langsung atau direct ignition. Pada pengapian langsung
menggunakan satu koil satu silinder sehingga pengapian yang dihasilkan lebih maksimal.

Kontrol sinyal yang digunakan pada sistem pengapian terbagi menjadi beberapa komponen.
Berikut merupakan komponen engine management system:

1. Camshaft position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian.


2. Throtle position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian pada waktu idle atau
deselerasi.

6
3. Water temperatur sensor berfungsi untuk menambah kemampuan start dan agar
temperatur kerja cepat tercapai.
4. Mass air flow berfungsi untuk menentukan durasi penginjeksian agar diperoleh
pengapian yang optimal.
5. Knock sensor berfungsi untuk memonitor terjadinya engine knocking.
6. Batteray berfungsi untuk mempertahankan durasi pengaliran arus ke ignition coil selama
bekerja.
7. Vehicle speed sensor berfungsi untuk menentukan timing pengapian saat warm up,
akselerasi, dan deselerasi.
8. Ignition Switch berfungsi untuk menentukan sistem pengapian bekerja normal atau tidak.

Diatas merupakan pembahasan mengenai engine management system (EMS).


      

Anda mungkin juga menyukai