Anda di halaman 1dari 7

Sensor Sensor Pada Mesin Mobil EFI

Dan Fungsinya
Manifold Absolute Pressure Sensor pada mobil yang menggunakan sistem EFI (Foto: Istimewa)

 Djay 29 November 2016 15:42

Hampir semua kendaraan roda empat yang beredar saat ini sudah menggunakan
sistem EFI atau Electronic Fuel Injection. Sistem EFI adalah sistem dimana
bahan bakar yang masuk ke ruang bakar di kontrol secara elektronik. Pada
dasarnya sistem ini memiliki 3 komponen utama yakni sensor, ECU dan
aktuator.
Sensor memiliki fungsi untuk mendeteksi keadaan mesin mulai dari bukaan
throtle gas, suhu mesin, kevakuman pada intake manifold dan lain sebagainya.
Data dari sensor tersebut kemudian diolah oleh ECU dan kemudian diteruskan ke
aktuator. Dalam sistem bahan bakar, aktuatornya adalah injektor yang berfungsi
menyemprotkan bahan bakar ke ruang bakar. Jadi besarnya bahan bakar yang
disemprotkan diatur oleh ECU berdasarkan informasi dari sensor sensor pada
mesin EFI itu sendiri. Lalu seperti apa bentuk sensor tersebut dan apa saja
macamnya? Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Sensor Air Flow Meter

Sensor ini memiliki fungsi mendekteksi aliran udara (volume) yang masuk ke
intake manifold. Air flow meter berupa potensio yang dilengkapi dengan pegas
pengembali dan measuring plate. Besar kecilnya udara yang masuk akan
berpengaruh pada putaran potensiometer. Karena potensiometer berputar maka
tegangan output dari potensiometer juga berubah. Besarnya tegangan dari
potensiometerini diterima ECU sebagai signal.
2. Manifold Absolute Pressure Sensor

Selain menggunakan air flow meter, volume udara yang masuk juga bisa dihitung
dengan MAP sensor. Sensor ini menghitung kevakuman atau tekanan pada intake
manifold. Besarnya kevakuman pada intake manifold diubah menjadi nilai tahanan
pada MAP Sensor.
3. Throttle Position Sensor

TPS terpasang pada throttle body. Sensor ini mendeteksi besarnya bukaan throttle
dalam bentuk nilai tahanan. Sama seperti air flow meter, TPS juga menggunakan
potensiometer. Cara kerjanya sama, ketika throttle berputar, potensiometer juga
berputar dan nilai tahanan juga berubah. Karena nilai tahananya berubah,
tegangan yang dikirim ke ECU juga ikut berubah. Nilai tegangan tersebut diterima
ECU sebagai signal.
4. Water Temperatur Sensor
Pada dasarnya sensor pada mesin mobil EFI menggunakan variable resistor atau
resistor yang nilai tahananya bisa berubah ubah. Selain potensiometer, variable
resistor yang digunakan untuk sensor lainya adalah thermistor. Resistor ini nilai
tahananya berubah tergantung pada suhu. Thermistor digunakan pada water
temperatur sensor atau WTS untuk mengetahui sushu air pendingin.Semakin
dingin suhu air, maka bahan bakar yang disemprotkan semakin banyak.
5. Intake Air Temperatur Sensor

Seperti namanya, IATS berfungsi untuk mengetahui suhu udara yang masuk
melalui intake manifold. Sensor ini juga berupa thermistor. Semakin dingin suhu
udara, maka bahan bakar yang disemprotkan melalui injektor
semakin banyak.
6. Crankshaft Position Sensor
Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi putaran mesin dan menentukan timing
pengapian. Fungsinya mirip dengan pulser pada sepeda motor. Pada beberapa
mobil, sensor ini diletakan dekat noken sehingga bernama Crankshaft Position
Sensor.
7. Oxygent Sensor

Oxygen sensor terletak di exhaust manifold untuk mendeteksi emisi gas buang.
Sensor ini berfungsi untuk mengevaluasi apakah campuran bahan bakar sudah
tepat atau belum.
Bagaimana Cara Melakukan Diagnosis Pada Mesin EFI ?
 juan

Ketika mengalami masalah pada kendaraan khususnya pada mesin EFI, tentu saja
masalah ini harus dicari. Ketika mesin EFI mengalami masalah maka lampu check
engine akan terus menyala ketika mesin tersebut hidup. Untuk mencari masalah
tersebut maka harus dilakukan diagnosis kerusakan (Diagnosis Trouble Code/
DTC). Pada kendaraan yang sudah EFI,  terdapat dua cara untuk mendiagnosis
kerusakan/ trouble pada sistem EFI tersebut, yaitu diagnosis dengan cara manual
(menggunakan service wire/ kabel jumper) dan diagnosis dengan menggunakan
alat tester (engine scanner).

Diagnosis manual dengan menggunakan multi tester

Ketika mendiagnosa kerusakan sensor EFI dengan menggunakan alat multi tester
atau multi meter terlebih dahulu kita harus mengetahui standard ukuran hambatan
dari masing masing sensor, karena mendeteksi/ mendiagnoasa kerusakan sensor
dengan multi tester adalah dengan cara membandingkan nilai hambatan/tahanan
pengukuran dengan standard nilai hambatan/tahanan pada masing-masing sensor

Diagnosis manual dengan menggunakan kabel jumper

Ketika melakukan diagnosis secara manula maka kita memerlukan special servise
tool berupa service wire atau kabel jumper. Prosedur melakukan diagnosis secara
manual ini artinya kita langsung menghubungkan 2 terminal di kotak DLC yaitu
terminal EFI (TE1) dan terminal massa (E1).

Sebelum melakukan diagnosis secara manual ada beberapa persyaratan yang


harus dipenuhi dahulu, yaitu antara lain tegangan baterai harus memiliki voltase 11
V atau lebih, katup throttle harus tertutup penuh, transmisi pada posisi N (netral),
semua aksesoris harus di off kan dan keadaan mesin sudah mencapai temperatur
kerjanya.

Ketika semua persyaratan diatas sudah terpenuhi, maka lakukan langkah


penjumperan antara terminal TE1 dan E1. Setelah itu putar kontak pada posisi on
(jangan distarter). Lihat kedipan pada lampu check engine (MIL). Untuk kode
kedipan pada setiap brand kendaraan tidaklah sama sehingga untuk memastikan
kode kedipan yang terjadi pada lampu check engine, maka cocokkanlah dengan
buku manual kendaraan tersebut.

Bila sudah diketahui kode kerusakan yang terjadi, maka lakukan langkah
pemeriksaan dan perbaikan sesuai kode yang ditunjukkan tersebut. Jika sudah
diperbaiki maka lakukan langkah penghapusan data memori DTC pada ECU (jika
data kerusakan ini tidak dihapus, maka ECU akan tetap mendeteksi komponen
tersebut masih bermasalah/ rusak). Cara melakukan penghapusan memori
kerusakan ini cukup mudah, bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melepas
kabel negatif baterai atau sekering EFI, tetapi sebaiknya anda hindari penghapusan
data dengan cara melepas kabel negatif pada baterai karena jika anda melepas
kabel negatif baterai maka anda juga akan menghapus memori yang lain sehingga
anda harus melakukan reset ulang, misalnya saja memori jam digital dan lain-lain.

Diagnosis menggunakan engine scanner EFI

Cara yang kedua untuk mengetahui kerusakan pada mesin EFI yaitu dengan
menggunakan engine scanner EFI. Langkah pemeriksaan dengan menggunakan
engine scanner EFI ini, pertama-tama pilih konektor scanner yang sesuai dengan
kotak DLC pada kendaraan yang hendak diperiksa. Setelah itu hubungkan scanner
EFI ke DLC pada kendaraan tersebut.
Setelah engine scanner terhubung maka lakukan pemeriksaan kerusakan yang
terjadi yang sebelumnya masukkan terlebih dahulu data spesifikasi kendaraan yang
hendak diperiksa. Setelah itu scanner tersebut sudah dapat berkomunikasi dengan
ECU. Untuk penggunaan alat engine scanner sendiri untuk setiap merk scanner
penggunaannya hampir sama, yaitu sebelum masuk pemeriksaan diagnosis
kerusakan pada sensor EFI maka pilihlah vehicle diagnosis kemudian masukkan
terlebih dahulu spesifikasi kendaraan yang akan diperiksa kemudian pilih bagian
engine kemudian pilih diagnosis trouble code (DTC). Jika terjadi kerusakan maka
engine scanner akan langsung membaca kerusakan tersebut dan akan
ditampilakan pada layar scanner. Setelah diketahui kerusakannya maka lakukan
langkah perbaikan. Setelah diperbaiki, lalu lakukan langkah penghapusan memori,
caranya sama dengan langkah penghapusan memori saat diagnosis secara
manual. Tapi dengan menggunakan engine scanner penghapusan memori dapat
dilakukan langsung menggunakan engine scanner tersebut tanpa perlu melepas
sekering EFI.

Anda mungkin juga menyukai