Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Engine Management System

(EMS)
1 komentar
Engine Management System (EMS) - Engine management system
(EMS) adalah salah satu bagian penting dari mesin EFI. Engine management system
adalah sistem pengaturan engine yang mengatur dan mengontrol seluruh sistem pada
engine melalui electronic control unit (ECU) sehingga engine atau mesin dalam kondisi
serta perfoma terbaik.

Pada engine management system terdiri dari tiga komponen utama yaitu sensor,
electronic control unit atau ECU, dan actuator. Komponen engine management system
tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Sensor memiliki fungsi sebagai
input yang memberitahu kondisi atau keadaan mesin. ECU merupakan pemroses yang
mengolah inputan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Actuator memiliki fungsi
sebagai output.

Pada engine management system (EMS) sensor akan mengambil berbagai data atau
kondisi mesin, data ini kemudian akan diterus ke ECU untuk dilakukan pemrosesan
atau pengolahan. Hasil olahan dari ECU akan dialirkan menuju ke actuator untuk
mengatur kerja mesin. Kinerja sistem-sistem pada mesin akan disesuaikan dengan
berbagai kondisi yang ada pada mesin.

Lalu apa sih sebenarnya engine management system (EMS) itu? Apa saja fungsi
engine management system (EMS)? Bagaimana cara kerja engine management
system (EMS)? Semua akan di bahas pada artikel berikut ini.

DAFTAR ISI(SHOW)

Fungsi Engine Management System (EMS)


Fungsi engine management system adalah sebuah sistem pada kendaraan yang
mengatur secara luas agar operasional mesin bisa tetap bekerja secara optimal setiap
saat melalui pengaturan elemen mesin seperti sensor, actuator, controller, dan lain
sebagainya. Sistem pengaturan mesin melibatkan pengaturan bahan bakar, air intake,
dan juga waktu pengapian, agar diperoleh momen dan tenaga sesuai spesifikasi.

Pembukaan pada throttle valve dapat dilakukan secara manual dengan sistem koneksi
mekanis, yang kemudian mengatur rasio udara atau bahan bakar ke dalam mesin,
selanjutnya campuran udara atau bahan bakar yang masuk itu akan menentukan
tenaga dan momen yang dihasilkah oleh mesin. Sistem konfigurasi kontrol secara
mekanis dapat dikatakan sangat rumit, susah dalam pembuatan, dan sulit untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan efisien, sehingga mengakibatkan emisi buangnya
tidak bisa mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Sistem pengontrolan secara elektroni
untuk sistem injeksi bahan bakar (Bosch’s, D-Jetronic, dan L-Jetronic) sudah
diperkenalkan untuk menggantikan sistem konvesional karburator atau injeksi mekanis.
Sistem kontrol elektronik akan menyebabkan pengendalian lebiha akurat dan tahan
lama, serta mempunyai beberapa kelebihan lain seperti mengurangi polusi lingkungan
karena emisinya lebih baik, hemat bahan bakar, stabilitas dan kontrol sistem juga lebih
baik. Perkembangan teknologi elektronika yang sangat pesat, termasuk di dalamnya
semi conductor dan komputer sejak tahun 1970 juga berperan dalam meningkatkan
tingkat kestabilan kendaraan dan harganya juga sudah semakin terjangkau.

Sistem Kontrol Pada Engine Management System


Ada beberapa sistem kontrol pada engine management system yaitu sistem kontrol
bahan bakar, sistem kontrol induksi udara, dan sistem kontrol pengapian. Berikut
pembahasan satu persatu mengenai sistem kontrol pada engine management
system:

1. Sistem Kontrol Bahan Bakar

Sistem kontrol bahan bakar merupakan salah satu bagian dari engine management
system yang memiliki fungsi atau tujuan untuk memberikan bahan bakar sesuai dengan
kebutuhan mesin sehingga daya mesin yang optimal, emisi gas buang yang seminimal
mungkin, efisiensi penggunaan bahan bakar, pengendaraan yang optimal di setiap
kondisi mesin, mencegah penguapan bahan bakar. Selain itu sistem kontrol bahan
bakar juga berfungsi untuk mengevaluasi kinerja dari berbagai komponen pada sistem
bahan bakar serta kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sistem bahan bakar.

Sistem kontrol yang dilakukan secara elektronik ini terdiri dari beberapa komponen
yang saling berkesinambungan untuk mengontrol bahan bakar pada kendaraan. Sistem
kontrol elektronik bahan bakar terdiri dari sensor yang memiliki fungsi untuk mendeteksi
dan memantau kinerja mesin. Kemudian data-data ini dikirimkan ke sistem pengolah
atau yang lebih dikenal dengan ECU untuk dibandingkan dengan standar yang ada di
memory dengan akurat. Selanjutnya hasil dikirimkan untuk mengelola aktuator.
Proses pembakaran pada motor bensin memerlukan takaran campuran udara dan
bahan bakar agar bisa menghasilkan pembakaran yang maksimal. Campuran yang
dikenal sebagai perbandingan udara dan bahan bakar mempunyai kontribusi yang
sangat besar terhadap hasil pembakaran. Campuran ini harus berada pada daerah
perbandingan yang sesuai yaitu sejumlah 14,7 kg udara membutuhkan udara sejumlah
1 kg bensin. Dalam bentuk volumetrik, 10.500 liter udara berbanding 1 liter bensin pada
tekanan satu atmosfir. Pada perbandingan ini akan dihasilkan tenaga hasil pembakaran
yang maksimal dan emisi gas buang yang rendah. Selanjutnya perbandingan 14,7: 1 ini
dikenal dengan perbandingan Stoichiometric. Perbandingan stoichiometric lebih
dikenal dengan istilah faktor lamda (λ). Lamda ini merupakan perbandingan jumlah
udara yang dipakai dengan jumlah udara secara teoritis.
BACA JUGA

• Mengenal 4 Ciri Motor 4 Tak Yang Harus Diketahui


• Mengenal Charcoal Canister (Fungsi Dan Cara Kerja)
• Mengenal Sistem Pendingin Udara (Pengertian, Jenis, dan Cara Kerja)

Pada engine yang menggunakan system konvensional (misal karburator),


perbandingan ideal sangat susah tercapai. Dengan teknologi control elektronik, rata-
rata perbandingan campuran udara dan bakar tetap dipertahankan pada kodisi kurang
lebih 1% dari perbandingan stoichiometric. Oleh karena itu untuk sistem kontrol
elektronik menggunakan perbandingan stoichiometric sebagai pertimbangan untuk
campuran bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan mesin.

Pada proses penginjeksian bahan bakar terdapat tiga hal yang harus dilakukan oleh
sistem pengontrolan yaitu kuantitas bahan bakar, mode injeksi, dan fuel
cut. Perhitungan kuantitas dilaksanakan atas pertimbangan kondisi kerja mesin yaitu
pada saat bekerja normal atau pada saat starter. Electronic Control unit
mangkalkulasikan waktu pembukaan bagi injector agar sesuai dengan perbandingan
stoichiometric dan kebutuhan mesin pada saat itu. Disamping itu juga diperhitungkan
mode injeksi yang sedang dilaksanakan. Adapun mode injeksi dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu mode simultan atauserempak, group atau kelompok, dan
sequential.

Sementara untuk jumlah bahan bakar ditentukan oleh lamanya proses penginjeksian.
Untuk fuel cut diatur bersamaan dengan perhitungan durasi penginjeksian. Durasi
penginjeksian diatur oleh beberapa komponen engine management system berikut:
1. Throttle position sensor switch berfungsi untuk memberikan sinyal posisi
pembukaan throotle sehingga ECU dapat menghitung akselerasi, fuel cut,
deselerasi dll.
2. Mass air flow sensor memiliki fungsi untuk memberikan informasi jumlah udara
yang masuk ke intake manifold
3. Water temperature sensor berfungsi untuk memberikan informasi temperature air
pendingin agar ECU dapat mengkalkulasi durasi injeksi seperti saat engine
dingin, koreksi durasi saat start dan lain sebagainya.
4. Cam shaft Position sensor berfungsi untuk memberikan informasi posisi putaran
cam shaft/crankshaft sehingga ECU dapat mengkalkulasi dimulainya saat
penginjeksian, mode injeksi dll.
5. Speed sensor berfungsi untuk memberikan data kecepatan kendaraan agar ECU
tidak melakukan fuel cut apabila kendaraan bergerak dengan kecepatan ± 8
km/jam atau kurang.
6. Switch posisi netral berfungsi untuk memberikan informasi posisi netral agar
dapat diperhitungkan fuel cut
7. Ignition Switch berfungsi untuk mendeteksi saat start sehingga ECU dapat
melakukan penambahan durasi injeksi saat start
8. Bateray memberikan informasi tegangan baterai agar dapat mengkompensasi
tegangan baterai
9. Oksigen sensor berfungsi sebagai informasi atau umpan balik tentang hasil
pembakaran sehingga ECU dapat memperhitungkan campuran stoichiometric

2. Kontrol Sistem Induksi Udara

Perkembangan kontrol sistem induksi udara semakin pesat yang mana dahulu hanya
untuk mengukur jumlah udara yang masuk ke intake manifold sampai sekarang yang
berfungsi juga untuk pengaturan kontrol putaran idle dan putaran tinggi. Hal ini
berfungsi untuk meningkatkan efisiensi volumetrik dari kendaraan. Sistem induksi udara
adalah untuk filter meter, dan mengukur asupan udara ke intake manifold. Udara
mengalir ke mesin membuka bypass throttle. Air valve mengirimkan udara secukupnya
keintake. Udara disaring oleh saringan udara masuk ke dalam intake manifold dalam
berbagai volume.

Jumlah udara yang masuk ke mesin adalah fungsi dari pembukaan throttle valve sudut
dan putaran mesin. Udara bersih dari saringan udara (air cleaner) akan dialirkan
menuju mass air flow melalui measuring plate. Banyak sedikitnya udara yang mengalir
tergantung dari besar pembukaan yang dikontrol oleh intake chamber. Sementara itu
besarnya udara yang masuk ke intake chamber ditentukan oleh lebarnya katup throttle
terbuka. Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian keruang bakar (combustion
chamber). Jumlah udara yang masuk dideteksi oleh mass air flow (L-EFI) atau dengan
tekanan udara manifold absolute pressure sensor (D-EFI).

Terdapat beberapa sensor dan komponen pada kontrol sistem induksi udara. Berikut
merupakan beberapa sensor dan komponen engine management system yang
mengatur proses pemasukan udara atau induksi udara:

1. Air cleaner yang memiliki fungsi untuk menyaring udara yang masuk throtle body
agar menjadi bersih.
2. Throtle body memiliki beberapa fungsi yaitu untuk mengontrol jumlah induksi
udara, sensor pembukaan katup throtle dan bypass saat mesin idle.
3. Throtle valve memiliki fungsi untuk membuka dan menutup aluran induksi udara.
4. Idle air control (IAC) berfungsi untuk merubah jumlah udara yang masuk ketika
mesin dalam kondisi dingin.
5. Intake manifold merupakan tempat untuk menampung udara dan sebagai
saluran masuk udara ke ruang bakar.
6. Mass air flow atau MAF berfungsi untuk massa aliran udara yang masuk
kedalam intake manifold.
7. Intake air temperatur atau IAT berfungsi untuk mengukur temperatur udara yang
masuk ke intake manifold.
8. Engine coolant temperatur atau ECT berfungsi untuk mengukur temperatur air
pendingin.

Prinsip kerja dari sistem induksi udara adalah udara disaring oleh saringan udara
masuk ke dalam intake manifold dalam berbagai volume. Dimana Udara bersih dari
saringan udara (air cleaner) masuk ke mass air flow dengan membuka plat pengukur
(measuring plate), besarnya plat pengukur dan potensiometer bergerak pada poros
yang sama sehingga sudut membuka plat pengukur ini akan diubah nilai tahanan
potensiometer. Variasi nilai tahanan ini akan dirubah menjadi output voltage sensor ke
ECM sebagai dasar untuk menentukan jumlah udara yang masuk ke intake air
chamber. Besarnya udara yang masuk ke intake chamber ditentukan oleh lebarnya
katup throttle terbuka. Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian ke ruang bakar
(combustion chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve mengalirkan udara
langsung ke intake chamber dengan mem-bypass throttle, jumlah udara yang masuk
dideteksi oleh mass air flow (L-EFI). Aliran udara masuk ke intake manifold kemudian
ke ruang bakar (combustion chamber) bila mesin dalam keadaan dingin, air valve
mengalirkan udara langsung ke intake chamber untuk menambah putaran sampai fast
idle.

3. Kontrol Sistem Pengapian

Kontrol sistem pengapian merupakan salah satu sistem kontrol pada engine
manaegement system atau EMS yang bertujuan untuk dapat memberikan sistem
pengapian yang optimal hingga dapat tercapai torsi atau tenaga yang optimal, irit bahan
bakar, pengendalian yang baik, serta meminimalisir terjadinnya knocking. Untuk
mengatur timing pengapian mengacu pada beban dan putaran yang ada pada memory
ECU.

Durasi mengalirnya arus ke ignition coil mempengaruhi kualitas tegangan tinggi yang
dihasilkan. Oleh karena itu sistem pengapian membutuhkan pengontrolan waktu dan
besarnya arus yang mengalir. Pada jenis terbaru dari Engine Management Sistem
adalah dengan mengintefrasikan fungsi amplifikasi kedalam control unit sehingga
banyak jenis system pengapian sekarang yang dapat kita tenui tanpa menggunakan
modul pengapian atau power transistor. Power transistor berfungsi untuk mengganti
kontak platina yang masih bekerja secara mekanik.

Kerjanya system pengapian adalah dengan cara memberi arus ntuk memaksimalkan
pengapian pada masing-masing silinder, pemicu kepada modul pengapian sehingga
modul akan memberi kesempatan bagi rangkaian primer ignition coil untuk membentuk
rangkaian tertutup dan menghasilkan induksi. Dengan demikian prinsip kerja system
pengapian ini hampir sama dengan system konvensional, dengan perbedaan waktu
pembentukan medan magnet pada coil dikontrol oleh ECU. Untuk menghasilkan sistem
pengapian yang maksimal maka, beberapa kendaraan sudah menggunakan sistem
pengapian langsung atau direct ignition. Pada pengapian langsung menggunakan satu
koil satu silinder sehingga pengapian yang dihasilkan lebih maksimal.

Kontrol sinyal yang digunakan pada sistem pengapian terbagi menjadi beberapa
komponen. Berikut merupakan komponen engine management system:

1. Camshaft position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian.


2. Throtle position sensor berfungsi untuk menentukan saat pengapian pada waktu
idle atau deselerasi.
3. Water temperatur sensor berfungsi untuk menambah kemampuan start dan agar
temperatur kerja cepat tercapai.
4. Mass air flow berfungsi untuk menentukan durasi penginjeksian agar diperoleh
pengapian yang optimal.
5. Knock sensor berfungsi untuk memonitor terjadinya engine knocking.
6. Batteray berfungsi untuk mempertahankan durasi pengaliran arus ke ignition coil
selama bekerja.
7. Vehicle speed sensor berfungsi untuk menentukan timing pengapian saat warm
up, akselerasi, dan deselerasi.
8. Ignition Switch berfungsi untuk menentukan sistem pengapian bekerja normal
atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai