Anda di halaman 1dari 6

Mengenal Common Rail dan cara kerjanya.

Mengapa teknologi ini penting bagi perkembangan bus dan kendaraan diesel saat ini di
Indonesia ?

Hal ini dikarenakan adanya regulasi tentang standart emisi gas Euro 4 agar lebih ramah
lingkungan dan juga keuntungan penghematan bahan bakar.

Singkatnya, Common Rail atau Injeksi Rel Bersama adalah salah satu metode injeksi
bahan bakar ke dalam ruang bakar dengan sistem penghasil tekanan ditempatkan
terpisah dari injektor itu sendiri.

Tentunya jika sebuah kendaraan yang menggunakan metode ini akan menyediakan
sebuah pompa yang akan mendistribusikan bahan bakar dalam tekanan tinggi.

Tekanan yang dibutuhkan kurang lebih 1600 sampai 2000 bartentunta lebih tinggi
dibandingkan dengan model diesel konvensional yang hanya membutuhkan tekanan
176-225 bar.

Jika sebuah mesin diesel menggunakan metode common rail ini tentunya bahan bakar
akan lebih irit, hal ini dapat dilihat pada bus HINO RN 285 generasi terbaru.

Sebagai pengontrol semprotan bahan bakar keruang bakar maka dikendalikan dengan
ECU (elektronic Control Unit).

Dengan ECU sensor akan membaca semua komponen mulai dari waktu injakan pedal
gas, rpm mesin, panas mesin, dll diatur oleh sensor.

Sehingga banyaknya solar yang disemprotkan keruang bakar akan diatur oleh ECU
sehingga menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat.

Keuntungan common rail


1. Hemat bahan bakar
2. Emisi gas buang rendah
3. Tenaga besar
4. Getaran lebih halus
5. Tidak berisik
Kekurangan common rail
Karena memiliki tekanan yang tinggi tentu ada beberapa resiko yang perlu diperhatikan
adalah kemungkinan kebakaran dan ledakan jika terjadi kebocoran.

Komponen common rail


 Accelerator pedal position sensor yang berfungsi untuk mendeteksi sudut
pembukaan pedal gas
 Air flow meter : pengukur aliran udara
 Intake air temperature sensor berfungsi memonitoring suhu udara masuk
 Turbo pressure sensor berfungsi memonitoring tekanan turbo
 Water temperature sensor berfungsi memonitoring suhu air
 Crankshaft position sensor berfungsi mendeteksi sudut putaran crankshaft
 Campshaft position sensor berfungsi untuk mengidentifikasi silinder yang berada
pada TMA (titik mati atas)
 Fuel pressure sensor yang berfungsi untuk mendeteksi tekanan bahan bakar
dalam rail
 SCV (Suction Control Valve) berfungsi untuk mengontrol jumlah bahan bakar
yang akan masuk ke suply pump.
 EDU (Electronic Driver Unit) berfungsi meneruskan sinyal injeksi ke ECU
 Injector yang berfungsi menyemprotkan bahan bakar sesui dengan sinyal yang
diterima.
Cara Kerja

Cara kerja common rail

1. Solar dari tangki didistribusikan oleh pompa yang masih dalam tekanan rendah.
2. Sebelumanya solar melalui filter bahan bakar
3. Setelah pompa terdapat sensor temperatur bahan bakar yang terhubung ke ECU
4. Selanjutanya terdapat katup regulasi tekanan.
5. Kemudian masuk ke pompa yang akan mendistribusikan bahan bakar dalam
tekanan tinggi (1600+ bar)
6. Selanjutnya bahan bakar akan masuk ke semua injektor
7. Dalam injektor terdapat sensor-sensor yang terhubung ke ECU, dan dari ECU
tersebut maka penyemprotan dikontrol.
8. Selain itu terdapat pembatas tekanan yang terhubung dengan ECU.
9. ECU bekerja memonitor, memproses dan mengontrol setiap tindakan, baik
kecepatan mesin, akselerasi posisi pedal, tekanan, radiator dan sensor
temperatur.

Mekanisme Common Rail Pada Truck Isuzu Giga


Pada tulisan sebelumnya saya membahas Mengenal ECM Dan Letak Sensor Pada
Common Rail Engine Truck Isuzu Giga dan sekarang saatnya membahas
Mekanisme Common Rail. Common rail sendiri adalah media untuk menampung
bahan bakar dengan tekanan tinggi. Bahan bakar bertekanan tinggi ini nantinya
dikirimkan ke tiap-tiap injector yang dikontrol secara electronic oleh ECM. Maka
dalam sistem heavy duty common rail, terdapat accumulator chamber dan inilah
yang disebut common rail atau fuel rail.

Bahan bakar bertekanan yang ditampung dalam fuel rail ini dirancang akan tetap
stabil setiap saat. Maka ketika mesin masih bekerja pada putaran rendah asap gas
buang bersih, begitu juga ketika mesin dalam putaran tinggi. Hasilnya, emisi gas
buang akan lebih bersih dengan power mesin optimal.

Setiap mesin type Common rail pasti memiliki “Pressure sensor” dan “Pressure
limiter”. Pressure sensor berfungsi memeriksa tekanan rail dan mengirimkan data
tekanan ke ECM. Jika tekanan dalam common rail mencapai batas tekanan yang
ditentukan, tekanan ini akan menekan pegas pressure limiter sehingga tekanan
dalam common rail akan dibebaskan.

Kontrol ini akan menentukan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan (fuel injection
quantity) dengan mempertimbangkan kondisi temperatur cairan pendingin mesin,
temperatur udara masuk, tekanan udara sekitar (barometric pressure), massa aliran
udara (mass air flow) dan beberapa switch input sebagai informasi koreksi terhadap
basic injection quantity yang dihitung oleh ECM berdasarkan kondisi kerja mesin
(putaran mesin, kedalaman injakan pedal gas dan boost pressure sensor). Tingkat
injeksi yang lebih banyak menunjukkan beban mesin bertambah, misalnya saat
pedal gas diinjak lebih dalam sementara putaran mesin relatif konstant.
Dari kondisi di atas kemudian dikombinasikan dengan kabutan bahan bakar
bertekanan tinggi, maka kontrol ini akan memperbaiki kadar emisi gas buang dan
memastikan pemakaian bahan bakar yang tepat.

Dibandingkan dengan governor mekanis yang digunakan pada sistem bahan bakar
konvesional, sistem kontrol elektronik ini mampu memberikan tingkatan kontrol lebih
akurat dalam mengatur jumlah injeksi bahan bakar karena memiliki 3 kontrol
sehingga respon acceleration feeling and pressing feeling menjadi lebih baik. Ketiga
kontrol tersebut antara lain:

Kontrol Jumlah Injeksi Saat Start

Saat mesin dihidupkan setelah kunci kontak diputar ke posisi START sampai kunci
kontak kembali ke posisi ON. Diposisi ini optimalisasi jumlah bahan bakar yang
diinjeksikan dikontrol berdasarkan informasi kondisi putaran mesin dan temperatur
cairan pendingin mesin. Saat temperatur rendah, jumlah injeksi bahan bakar akan
ditambah. Apabila mesin telah mencapai temperatur ideal atau “boosted quantity
mode” pada saat start akan dibatalkan dan akan berpindah ke “normal running
mode”.

Kontrol Putaran Idle

Kontrol ini dibuat untuk memperoleh idling yang stabil selama putaran idling apabila
terjadi perubahan kondisi putaran mesin. ECM akan mengatur putaran idling dan
mengontrol jumlah injeksi bahan bakar sesuai dengan kondisi kerja mesin beban
mesin agar putaran mesin aktual sesuai dengan target sehingga diperoleh putaran
idle yang stabil.

Kontrol Getaran Idle

Kontrol ini dibuat untuk memperkecil getaran mesin yang disebabkan adanya
perbedaan torsi yang dihasilkan setiap cylinder. Perbedaan torsi ini sangat mungkin
terjadi apabila jumlah injeksi bahan bakar setiap cylinder berbeda-beda atau bila
kemampuan injector bervariasi (injector performance). ECM akan mengoreksi
jumlah injeksi bahan bakar antar cylinder berdasarkan sinyal putaran dari crankshaft
position (CKP) sensor.

Anda mungkin juga menyukai