Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEUANGAN

“RUANG LINGKUP PEMBIAYAAN PENDIDIKAN”

Dosen : Dr. Teti Berliani, M.Pd


Setiawan, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
Afni Pramita Sitomorang AFC 118 030
Ayu Kristanti AFC 118 027
Era Yulia Agustina AFC 118 020
Rika Lenny AFC 118 014
Santalia AFC 118 031
Tirsya Doppery Yane AFC 118 024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan baik hingga selesai tepat waktu. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
Bapak Setiawan, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami, kami berharap akan
makalah “Ruang Lingkup Pembiayaan Pendidikan” ini dapat berkenan dan diterima oleh Bapak
dosen meskipun masih banyak kekurangannya. Tidak lupa juga mengucapkan banyak
terimakasih atas kerja sama anggota kelompok atas kontribusinya dalam penyusunan makalah
ini.

Harapan kami adalah semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi
para pembaca. Serta dapat memahami bagaimana yang dimaksud dengan Ruang Lingkup
Pembiayaan Pendidikan.

Masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca terkhususnya dari dosen pengampu agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Agar kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

Palangkaraya, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................3
D. MANFAAT PENULISAN............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................4

A. RUANG LINGKUP PEMBIAYAAN PENDIDIKAN.................................4


a. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan..............................4
b. Standar Nasional Pembiayaan Pendidikan................................................7
c. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan.................................................9
d. Alokasi Pembiayaan Pendidikan..............................................................12
e. Investasi Pembiayaan Pendidikan............................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20

A. KESIMPULAN............................................................................................20
B. SARAN........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
.....................................................Pendidikan memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sum
karena dari pendidikan kita dapat merubah cara berpikir dan cara bertindak seseorang dari
arah yang tidak baik kearah yang lebih baik dan lebih berguna, dan dari cara berpikir dan
bertindak itulah kualitas sumber daya seseorang dapat diketahui. Salah satu elemen
terpenting dalam mutu pendidikan adalah pembiayaan. Pembiayaan salah satu inti dari setiap
permasalahan pendidikan, apalagi jika dihubungkan dengan Pembiayaan Pendidikan pada
satuan pendidikan swasta yang seluruhnya bersumber dari dana masyarakat walaupun
sebenarnya ada bantuan dari pemerintah tetapi tidak terlalu signifikan untuk dibuat acuan
dalam penentuan kebijakan maka kualitas pendidikan tinggi swasta tentu sangat bergantung
pada bagiamana manajemen pembiayaannya.
Manajemen pembiayaan yang baik merupakan salah satu kunci dari keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan untuk memajukan atau meningkat kualitasnya. Dalam dunia pendidikan
terdapat manajemen pembiayaan pendidikan karena pembiayaan merupakan hal yang sangat
penting untuk berjalannya sebuah lembaga pendidikan di masa sekarang yang dalam hal ini
pemerintah juga mengaturnya dalan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional pasal 11 ayat 2 yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan. Pembiayaan pendidikan merupakan
proses dalam merencanakan, memperoleh, mengalokasikan dan mengelola biaya yang
berkaitan dengan penyelenggaraan proses pendidikan yang akan dan sedang dijalankan.
Dalam hal ini meliputi biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Pada dasarnya
pembiayaan pendidikan dapat dimaknai sebagai kajian tentang bagaimana pendidikan
dibiayai atau didanai. Pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai kajian tentang
bagaimana pendidikan dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu dibiayai dalam
proses pendidikan. Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan dengan sumber
pembiayaan dan alokasi pembiayaan pendidikan. Biaya dalam lembaga pendidikan biasanya
meliputi direct cost (pembiayaan langsung), indirect cost (biaya tidak langsung), social cost
(biaya publik), dan private cost (biaya dari keluarga siswa). Kegiatan pembiayaan meliputi 3

1
hal, yaitu 1) Budgeting (penyusunan anggaran), 2) Acconting (pembukuan), dan 3) Auditing
(pemeriksaan).
Pembiayaan Pendidikan memiliki standar nasionalnya yaitu berupa biaya minimum yang
diperlukan sebuah satuan pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama 1
tahun yang meliputi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal yang diatur dalam
Permendiknas no 41 tahun 2007. Pembiayaan Pendidikan ini memiliki berbagai sumber baik
instansi, organisasi maupun perorangan yang berpotensi untuk memberikan sebuah bantuan
kepada sekolah agar dapat melakukan kegiatan pendidikan, baik itu kegiatan reguler maupun
peningkatan mutu dan pembangunan. Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk seperti
donasi uang yang akan digunakan untuk membiayai program sekolah atau barang-barang
yang langsung dapat digunakan untuk mendukung kegiatan belajar. Dan para sumber
pembiayaan dapat memberikan bantuan dalam bentuk pembiayaan langsung maupun tidak
langsung. Dan pembiayaan ini di alokasikan ............................untuk pembangunan fisik dan non fisik serta
alokasi kegiatan rutin. Dasar-dasar yang dipakai untuk mengalokasikan pembiayaan pada
unit pendidikan biasanya menggunakan komponen siswa, guru, dan ruang belajar. Selain itu
ada pula pengalokasian biaya berdasarkan bobot tujuan-tujuan pendidikan, berdasarkan
peningkatan angka partisipasi siswa, dan berdasarkan penggunaan rumus-rumus alokasi
keuangan.
Berinvestasi pada pendidikan memberikan nilai balik yang tinggi, nilai balik pendidikan
adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan
dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia
kerja. Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis,
yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang
berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak
memiliki kecenderungan orientasi materi apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana itu ruang lingkup manajemen pembiayaan Pendidikan?
2. Bagaimana standar nasional pembiayaan Pendidikan?
3. Apa saja sumber-sumber pembiayaan Pendidikan?
4. Bagaimana mengalokasi pembiayaan Pendidikan?

2
5. Bagaimana investasi pembiayaan Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, pengenalan, serta pengalaman baru terhadap
kajian yang belum diteliti sebelumnya serta menambah kaidah wawasan penulis dan
wawasan pembaca khususnya untuk materi ruang lingkup manajemen pembiayaan
pendidikan.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup manajemen
pembiayaan pendidikan.
2. Bagi anggota kelompok penulis untuk dapat memahami bagaimana serta hal apa saja yang
terdapat di ruang lingkup manajemen pembiayaan pendidikan.

3
BAB II
ISI
A. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pada dasarnya pembiayaan pendidikan dapat dimaknai sebagai kajian tentang bagaimana
pendidikan dibiayai atau didanai. Pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai kajian
tentang bagaimana pendidikan dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu
dibiayai dalam suatu proses pendidikan. Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan
dengan sumber pembiayaan dan alokasi pembiayaan pendidikan. Biaya dalam lembaga
pendidikan biasanya meliputi direct cost dan indirect cost, sebagai berikut :
 Direct cost (pembiayaan langsung) yaitu pembiayaan yang langsung berproses dalam
produksi pendidikan, biaya pendidikan ini secara langsung dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Biaya langsung akan berpengaruhkepada output pendidikan. Biaya langsung
ini meliputi gaji guru dan personil lainnya, pembelian buku,fasilitas kegiatan belajar
mengajar, alat laboratorium, dan lainnya. Untuk pengajaran biaya langsung harus
memenuhi unsur sbb: inheren pada hasil, kuantitatif dapat dihitung, tidak dapat di
hindarkan indirect dapat melaksanakan pendidikan.
 Indirect cost (biaya tidak langsung) meliputi biaya hidup, transportasi, dan biaya-biaya
lainnya.

Social cost dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu sekolah yang harus dibayar oleh
masyarakat, sedangkan private cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk
membiayai sekolah anaknya. Masalah keuangan sangat erat hubunganya dengan budgeting
atau pembiayaan sedangkan masalah pembiayaan itu sendiri merupakan faktor yang sangat
penting dan menentukan kehidupan suatu organisasi seperti halnya lembaga-lembanga
pendidikan dan lembaga-lembaga lain. Di dalam pengertian umum keuangan, kegiatan
pembiayaan meliputi 3 hal, yaitu badgeting (penyusunan anggaran), acconting (pembukuan),
dan auditing (pemeriksaan).

4
Istilah anggaran seringkali ditangkap sebagai pengertian suatu rencana. Namun dalam
bidang pendidikan sering kali di temui 2 istilah yakni RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) dan RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah). Dalam 2 istilah tersebut “anggaran” bukanlah suatu rencana, istilah rencana telah
memberikan penekanan atas pemakaian istilah “anggaran’ sebagai suatu rencana. Budgeting
(penyusunan anggaran) dalam bentuk rencana kegiatan dan anggaran sekolah. Penganggaran
merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana
operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang  yang digunakan
sebagai pedoman dalam kurun waktu tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran  tergambar
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.  Penyusunan anggaran
merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun.
Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan
anggaran merupakan negosiasi atau perundingan atau kesepakatan antara puncak  pimpinan
dengan pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya
suatu  penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan tentang
pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana. Acconting
(pembukuan), pengurusan keuangan meliputi 2 hal yaitu pertama penggurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.
Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua
menyangkut urusan kewenangan tindak lanjut dari urusan pertama, yaitu menerima,
menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan
menentukan, tetapi hanya melaksanakan, dan dikenal dengan pengurusan bendahara. Sesuai
dengan ICW (Indonesia Comptaniliteits Wet, Peraturan Akutansi, Peraturan tentang
Perbendaharaan yang berlaku untuk Indonesia) pasal 77, Bendaharawan ialah orang atau
badan yang oleh negara diserahi tugas menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan
uang atau surat berharga dan barang-barang yang dimaksud pasal 55 ICW, sehingga dengan
jabatanya itu ia atau mereka mempunyai kewajiban mempertanggungjawabkan apa yang
menjadi urusanya kepada Padan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Auditing merupakan semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan,


penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendaharawan kepada
pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-unit yang ada di dalam Departemen,

5
mempertanggungjawabkan pengurusan keuangan ini kepada BPK melalui departemen
masing-masing. Hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan Pendidikan ada 2 hal, yaitu
faktor eksternal dan internal :

 Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berada diluar sistem pendidikan meliputi hal-hal
sebagai berikut 1) Berkembangnya demokrasi pendidikan, ketika bangsa Indonesia lepas
dari penjajahan, terlepas juga kekangan atas keinginan melakukan pendidikan. Di
Indonesia demokrasi pendidikan dirumuskan dengan jelas dalam Pasal 31 Undang-
Undang Dasar 1945 ayat (1) dan ayat (2), konsekuensi dari adanya demokrasi ini
Pemerintah menyediakan dana yang cukup untuk itu; 2) Kebijakan pemerintah, pemberian
hak kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan merupakan kepentingan suatu
bangsa agar mempertahankan dan mengembangkan bangsanya maka untuk mencapai
tujuan tersebut pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas guna meringankan dan
menunjang Pendidikan; 3) Tuntutan akan pendidikan, di dalam negeri tuntutan pendidikan
ditandai oleh segi kuantitas yaitu semakin banyaknya orang yang menginginkan
pendidikan dan segi kualitasnya yaitu naiknya keinginan memperoleh tingkat  pendidikan
yang lebih tinggi. Bagi suatu bangsa kenaikan tuntukan ini juga mempertinggi kualitas
suatu bangsa dan taraf hidup; dan 4) Adanya inflasi, inflasi adalah menurunnya nilai mata
uang suatu negara yang sangat berpengaruh pada biaya pendidikan karna harga dan satuan
biaya tertentu naik mengikuti kenaikan inflasi.
 Faktor Internal, yaitu faktor yang berada dalam sistem pendidikan meliputi hal-hal sebagai
berikut 1) Tujuan pendidikan, hal ini berpengaruh terhadap besarnya biaya pendidikan
suatu lembaga. Contoh, berubahnya tujuan pendidikan guru ke arah penguasaan 10
kompetensi dibandingkan dengan tujuan yang lama mempengaruhi besarnya biaya yang
harus dikeluarkan; 2) Pendekatan yang digunakan, dapat berupa strategi pembelajaran cara
lama yaitu metode ceramah dengan pengolahan klasikan tentu lebih murah jika
dibandingkan dengan metode lain dan pendekatan secara individual; 3) Materi yang
disajikan, materi pembelajaran yang menuntut dilaksanakannya berupa praktek atau
laboratorium menuntut lebih banyak biaya jika dibandingkan dengan materi pembelajaran
yang hanya teori; 4) Tingkat dan jenis pendidikan, dengan dasar pertimbangan lamanya
jam, beragam bidang pembelajaran, jenis materi yang diajarkan, banyaknya guru yang

6
terlibat serta kualitasnya, tuntutan terhadap kompetensi kelulusan, biaya pendidikan di
sekolah dasar akan berbeda jauh dengan biaya diperguruan tinggi.

B. Standar Nasional Pembiayaan Pendidikan


Standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang diperlukan sebuah satuan
pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama 1 tahun yang meliputi
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Standar pembiayaan diatur dalam
Permendiknas no 41 tahun 2007 di mana biaya minimum diatur berapa yang harus
dikeluarkan untuk setiap satuan pendidikan dan juga setiap jalur pendidikanya, baik jalur
umum atau jalur berkebutuhan khsusus. UU telah merinci berapa biaya yang harus
ditanggung setiap peserta didik selama setahun agar proses belajar dapat berjalan.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya
investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Lalu biaya
personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Dan biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi
gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangannya, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Permendiknas juga mengatur standar biaya nonpersonalia yang meliputi biaya alat tulis
sekolah (ATS), biaya bahan dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan
ringan, biaya daya dan jasa, biaya transportasi ataun perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya
asuransi, biaya pembinaan siswa atau ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek
kerja industri, dan biaya pelaporan. Permendiknas juga memuat standar pembiayaan untuk
DKI jakarta, untuk daerah lain, ada yang disebut indeks biaya, yakni angka yang menunjukan
perbandingan standar pembiyaan di daerah tersebut terhadap standar biaya di DKI Jakarta.
 Landasan Hukum Pembiayaan Pendidikan

7
UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional, pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah
dialokasikan dalam APBN dan APBD. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis
masyarakat adalah dengan berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum,
dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau
sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Standar Pembiayaan Pendidikan diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Nonpersonalia Tahun 2009 untuk
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD / MI), Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah (SMP / MTs), Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (SMA / MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB). Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 terdiri atas 4 pasal sebagai berikut:
1) Pasal 1
Standar biaya operasi nonpersonalia untuk SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA, SMK,
SDLB, SMPLB, dan SMALB adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai

8
kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun untuk SD / MI, SMP / MTs,
SMA / MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai bagian dari keseluruhan
dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara
teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.
2) Pasal 2

(1) Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per sekolah / program keahlian,
per rombongan belajar, dan peserta didik untuk SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA,
SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB menggunakan dasar biaya operasi
nonpersonalia per sekolah / keahlian program, per rombongan belajar, dan peserta
didik untuk SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan
SMALB di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

(2) Besaran standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per sekolah / program
keahlian, per rombongan belajar, dan peserta didik, serta besaran presentase
minimal biaya alat tulis sekolah (ATS) dan bahan dan alat habis pakai (BAHP),
untuk SD / MI , SMP / MTs, SMA / MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB
adalah keterkaitan dalam Lampiran I Menteri ini.

(3) Penghitungan standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 untuk masing-
masing daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi nonpersonalia DKI
Jakarta dengan indeks masing-masing daerah, keterkaitan dalam Lampiran II
Peraturan Menteri.

3) Pasal 3
Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum bisa memenuhi Standar Nasional
Pendidikan menggunakan biaya satuan yang lebih rendah dari standar biaya ini.
4) Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

C. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan


Sumber pembiayaan adalah berbagai sumber baik instansi, organisasi maupun perorangan
(pemberi dana /hibah) yang berpotensi untuk menyampaikan sebuah bantuan kepada sekolah

9
untuk dapat melakukan kegiatan, baik itu kegiatan reguler maupun peningkatan mutu dan
pembangunan. Pembiayaan dapat diberikan dalam berbagai bentuk seperti donasi uang (fresh
money) yang akan digunakan untuk membiayai program sekolah, satuan proyek tunggal yang
dilaksanakan sekolah dibawah pengawasan pemberi dana, atau barang-barang yang langsung
dapat digunakan untuk mendukung kegiatan sekolah. Sumber-sumber pembiayaan
mendukung pelaksanaan kegiatan disekolah baik dalam bentuk pembiayaan langsung
(dengan uang) maupun tidak langsung (dengan bantuan pembangunan atau barang). Sistem
Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Pada bab VIII
pasal 33-36 dijelaskan mengenai sumber daya pendidikan. Kategori pembiayaan pendidikan
terdiri dari beberapa bagian :
1. APBN dan APBD merupakan biaya langsung yang terkait dengan penggajian guru,
administrator, staf sekolah, pembelian peralatan, materi pelajaran dan gedung sekolah.
Dana pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari APBD. Dana APBD berasal dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota. Dana
tersebut tergantung pada kemampuan keuangan pemerintah setempat dan daerah lain. Dana
pendidikan yang berasal dari APBD diperuntukkan sama dengan dana yang berasal dari
APBN, yakni bisa untuk pendanaan rutin dan untuk pendanaan pembangunan, tergantung
pada kebutuhan sekolah. Untuk pendanaan rutin contohnya membayar gaji guru
bantu/tenaga honorer. Untuk pendanaan pembangunan direalisasikan untuk rehabilitasi
gedung, sarana olahrada dan sejenisnya. Dana APBN pun dapat digunakan untuk Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang setiap daerah mendapatkan jatah yang sama dan dana
APBD digunakan untuk Bantuan Operasional Pembangunan (BOP). Sedangkan dana rutin,
yaitu dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin seperti tambahan gaji guru, pendidikan,
penelitian, pengabdian masyarakat, biaya pemeliharaan, dan seterusnya.
2. Dana Penunjang Pendidikan, berupa beasiswa yang diterima oleh peserta didik untuk
menunjang biaya pendidikannya.
3. Dana dari Masyarakat yang berupa bantuan/sumbangan BP3 (sekarang menjadi SPP)
yaitu dana untuk peserta didik seperti untuk pembayaran seragam, buku, ATK, transport.
Selain sumbangan SPP juga ada dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai

10
pembangunan dalam berbagai bidang seperti sarana prasarana, alat belajar, media, dan
sebagainya.
4. Sumbangan dari Pemerintah Daerah setempat ialah sumbangan yang diterima oleh
sekolah dari pemerintah daerah setempat dimana sekolah tersebut berada.
5. Bantuan lain-lain adalah bantuan yang diterima oleh sekolah dari berbagai pihak selain
APBN dan APBD, Dana Penunjang Pendidikan, Dana dari Masyarakat, Sumbangan dari
Pemerintah Daerah setempat. Bantuan tersebut berasal dari kerjasama sekolah dengan
instansi lain atau yang sejenis. Diantaranya ialah bantuan yang berasal dari luar negeri.

Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan menjadi


tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sumber-
sumber pendapatan sekolah bisa berasal dari pemerintah, usaha mandiri sekolah, orang tua
siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain seperti hibah yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan yang berlaku, yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga
pendidikan swasta, serta masyarakat luas. PP No 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan Pasal 2 berisikan :

1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah


daerah, dan masyarakat.
2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik,
dan pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Selain penjelasan di atas ada pula sumber-sumber pendapatan sekolah seperti :

I. Pemerintah APBN : APBD Propinsi APBD Kabupaten/Kota


II. Orang Tua Siswa/Komite Sekolah :
Sumbangan Pelaksanaan Pendidikan (SPP) Bantuan Pengembangan Pendidikan (BPP)
Biaya Pendaftaran Murid Baru Biaya Ujian Akhir Semester
Biaya Ujian Akhir Sekolah Iuran Ekstra Kurikuler
Iuran Perpustakaan Bantuan lain yang ditentukan sekolah.
III. Yayasan Penyelenggara :
Biaya Operasional Sekolah Biaya Pengembangan Sekolah

11
IV. Donatur :
Bantuan sukarela masyarakat umum insidental Bantuan alumni
Bantuan sukarela masyarakat umum rutin
V. Hasil Usaha Sekolah :
Kantin Sekolah Koperasi Sekolah
Unit Usaha sekolah Penyewaan gedung dan fasilitas milik sekolah

D. Alokasi Pembiayaan Pendidikan

Pengalokasian adalah suatu rencana penetapan jumlah dan prioritas uang yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pendidikan disekolah (Depdiknas:2009). Alokasi keuangan
sekolah negeri atau swasta terdiri dari alokasi pembangunan fisik dan non fisik, alokasi
kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar, pembinaan kesiswaan, dan
kebutuhan rumah tangga. Dasar-dasar yang digunakan untuk mengalokasikan dana pada unit
pendidikan biasanya menggunakan komponen siswa, guru, dan ruang belajar. Selain itu ada
pula pengalokasian dana berdasarkan bobot tujuan-tujuan pendidikan, berdasarkan
peningkatan angka partisipasi siswa, dan berdasarkan penggunaan rumus-rumus alokasi
keuangan. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tata cara pengalokasian dana tersebut.

 Pengalokasian Dana atas Dasar Siswa


Cara yang paling umum digunakan untuk mengalokasikan dana pendidikan adalah
mengalokasikan dana berdasarkan atas perhitungan banyaknya siswa yang terdaftar.
Banyaknya siswa yang terdaftar di suatu sekolah dapat dihitung pada awal tahun ajaran,
pertengahan tahun ajaran, atau pada akhir tahun ajaran.
 Pengalokasian Dana atas Dasar Guru
Banyak negara yang mengalokasikan dana untuk gaji para guru sebesar 60% sampai
95% dari anggaran rutin pendidikan. Indonesia menetapkan belanja pegawai berkisar
antara 80% dari seluruh anggaran rutin kementrian. Dalam pengalokasian dana atas dasar
guru, perlu diperhatikan bahwa karakteristik guru bermacam-macam, ada guru pendidikan
dasar, guru pendidikan menengah, dan guru perguruan tinggi (dosen). Guru juga dapat

12
diklasifikasikan menurut bidang studi/mata kuliah dan guru kelas, menurut tempat tugas
kota dan desa, atau menurut gabungan dari berbagai penggolongan tersebut.
 Pengalokasian Dana atas Dasar Ruang Belajar
Dana berupa modal dalam pendidikan sering dinyatakan sebagai rata-rata pembuatan
ruang belajar. Dengan demikian, pengeluaran modal sering dialokasikan atas dasar jumlah
tertentu per ruang belajar. Ruang belajar kadang-kadang dibedakan menurut letak sekolah,
menurut jenjang sekolah, dan menurut jenis sekolah. Selain itu, terdapat pula ruang belajar
di desa dan dikota dan hal ini harus diperhitungkan dalam menentukan alokasi dana
pendidikan.
 Pengalokasian Dana atas Dasar Bobot Tujuan Pendidikan
Suatu keragaman dalam jumlah uang yang dinyatakan per satuan pendidikan dapat
dipakai untuk mencapa tujuan-tujuan yang berbeda. Misalnya, keragaman dalam jumlah
dana yang disediakan dapat dicapai dengan melakukan pembobotan terhadap satuan-
satuan pendidikan. Angka bobot yang lebih besar daripada satu, berarti bahwa lebih
banyak sumber dana yang harus dialokasikan pada satuan pendidikan tersebut, sedangkan
angka bobot yang sama atau kurang dari satu maka sumber dana yang harus dialokasikan
untuk satuan pendidikan tersebut dapat teteap tidak memerlukan penambahan atau dapat
pula diturunkan jumlahnya untuk yang angka bobotnya kurang dari satu.
 Pengalokasian Dana atas Dasar Peningkatan Angka Partisipasi
Angka partisipasi merupakan perbandingan antara jumlah siswa terhadap anak usia
sekolah pada suatu wilayah tertentu. Ada dua angka partisipasi yaitu Angka Partisipasi
Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APM adalah perbandingan antara
jumlah siswa usia tertentu terhadap jumlah penduduk usia tertentu pada suatu wilayah.
Misalnya, perbandingan antara jumlah siswa usia 7-12 tahun terhadap jumlah penduduk
usia 7-12 tahun di suatu kecamatan. APK adalah perbandingan antara jumlah siswa suatu
jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk usia yang relevan dengan usia
siswa pada jenjang pendidikan tersebut. Msalnya, perbandingan antara jumlah siswa SD
terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun di suatu kecamatan.
 Pengalokasian Dana atas Dasar Pengamatan terhadap Rumus-Rumus Alokasi
Keuangan

13
Rumus-rumus keuangan bukan merupakan satu-satunya obat yang mujarab untuk
mengatasi persoalan-persoalan pendidikan. Semuanya hanyalah alat yang mempunyai
keterbatasan-keterbatasan. Tiap-tiap rumus harus dibantu oleh pengamanan-pengamanan
dan pengawasan. Sebab jika hanya dana saja yang tersedia tetapi tidak ditunjang oleh yang
lainnya maka tidak ada jaminan bahwa dana-dana tersebut akan digunakan sebagaimana
digariskan oleh rumus tersebut. Rumus-rumus keuangan hanya dapat dipakai bersamaan
dengan tindakan-tindakan lainnya.

E. Investasi Pembiayaan Pendidikan


Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investment) telah berkembang
secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan
merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Menurut
Nurulfalik (2004), konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital
investment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), sebenarnya
telah mulai dipikirkan sejak zaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan
para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke-19 yang menekankan pentingnya investasi
keterampilan manusia. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an ketika
Theodore Schultz, yang merupakan peletak dasar teori human capital modern, berpidato
dengan judul “Investment in Humman Capital” di hadapan The American Economic
Association. Pesan utama dari pidato tersebut sederhananya adalah bahwa proses perolehan
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi
semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi. Schultz (1961) dan Deninson
(1962) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia
sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.
Cara pandang ini telah mendorong ketertarikan sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai
ekonomi dari pendidikan.

14
Alasan utama dari perubahan pandangan ini adalah adanya pertumbuhan minat dan
interest selama tahun 1960-an mengenai nilai ekonomi dari pendidikan. Pada tahun 1962,
Bowman, mengenalkan suatu konsep “Revolusi Investasi Manusia di Dalam Pemikiran
Ekonomis” Para peneliti lainnya seperti Deninson (1962), Becker (1969) dan yang lainnya
turut melakukan pengujian terhadap teori human capital ini.
Di negara-negara maju, pendidikan selain sebagai aspek konsumtif juga diyakini sebagai
investasi modal manusia (human capital investment) dan menjadi “leading sektor” atau salah
satu sektor utama. Oleh karena perhatian pemerintahnya terhadap pembangunan sektor ini
sungguh-sungguh, misalnya komitmen politik anggaran sektor pendidikan tidak kalah dengan
sektor lainnya, sehingga keberhasilan investasi pendidikan berkorelasi dengan kemajuan
pembangunan makronya.
Menurut Sumara (2005), pada tahun 1970-an penelitian-penelitian mengenai hubungan
antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi sempat mandeg karena timbulnya kesangsian
mengenai peranan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara, khususnya
di Amerika Serikat dan negara berkembang yang menerima bantuan dari Bank Dunia pada
waktu itu. Kesangsian ini timbul, antara lain karena kritik para sosiolog pendidikan
diantaranya Gary Becker (1964) yang mengatakan bahwa teori human capital lebih
menekankan dimensi material manusia sehingga kurang memperhitungkan manusia dari
dimensi sosio budaya.
Kritik Becker justru membuka perspektif dari keyakinan filosofis bahwa pendidikan tidak
pula semata-mata dihitung sebagai investasi ekonomis tetapi lebih dari itu dimensi sosial,
budaya yang berorientasi pada dimensi kemanusiaan merupakan hal yang lebih penting dari
sekedar investasi ekonomi. Karena pendidikan harus dilakukan oleh sebab itu terkait dengan
kemanusiaan itu sendiri (human dignity).
Penelitian Hick (1980), Wheeler (1980), dan beberapa peneliti neoklasik lain, telah dapat
meyakinkan kembali secara ilmiah akan pentingnya manusia yang terdidik menunjang
pertumbuhan ekonomi secara langsung bahkan seluruh sektor pembangunan makro lainnya.
Atas dasar keyakinan ilmiah itulah akhirnya Bank Dunia kembali merealisasikan program
bantuan internasionalnya ke berbagai negara. Kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan
ini menjadi semakin kuat setelah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dan
investasi fisik lainnya. Artinya, investasi modal fisik akan berlifat ganda nilai tambahnya di

15
kemudian hari jika pada saat yang sama dilakukan juga investasi SDM, yang secara langsung
akan menjadi pelaku dan pengguna dalam investasi fisik tersebut (Nurulfalik, 12).
Sekarang diakui bahwa pengembangan SDM suatu negara adalah unsur pokok bagi
kemakmuran dan pertumbuhan dan untuk penggunaan yang efektif atas sumber daya modal
fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia adalah suatu komponen integral dari semua
upaya pembangunan. Pendidikan harus meliputi suatu spektrum yang luas dalam kehidupan
masyarakat itu sendiri.
a) Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang
Profesor Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat
lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi, penyebabnya karena
pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.
Hal ni dikarenakan masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan
pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan
tidak pernah berpikir panjang.
Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji
mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka
panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah
disetujuinya oleh MPR untuk memperioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari
APBN atau APBD. Keputusan ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan
sebagai investasi jangka panjang. Menurut Nurkolis (2005), sedikitnya terdapat 3 alasan
untuk memperioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang :
1. Pendidikan Sebagai Alat Perkembangan Ekonomi
Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan
adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global.
Fungsi ini merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya
pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi secara ekonomis.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan
lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas
tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan.

16
Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah
mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), pendidikan life skill dan broad based education yang dikembang di
Indonesia akhir-akhir ini. Para penganut teori human capital berpendapat bahwa
pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat
moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-moneter dari pendidikan adalah
diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi,
kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena
peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu
berupa tambahan pendapatan seseorang setelah menyelesaikan tingkat pendidikan
tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan di bawahnya.
Sumber manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan
nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang
berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya.
Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi
oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan
pembangunan nasional.
2. Nilai Balikan Pendidikan
Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari
pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara
total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang
akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik investasi
pendidikan frelatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20% berbading
15%. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang
terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan
dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik
terhadap pendidikan juga tinggi (Suryadi, 1999; 247).
Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan.
Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27%, pendidikan menengah
15% dan pendidikan tinggi 13%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin

17
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali
bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat
pendidikan lainnya. Oleh karena itu maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus
direformasi. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan
bahwa alokasi dana untuk perguruan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar.
Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada
pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan
kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa
kajian menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah
berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan
pada jenjang pendidikan juga didasarkan pada kekuatan ekonomi peserta didik. Artinya
peserta didik di PTN yang berasal dari keluarga kaya dikenakan biaya pendidikan yang
lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model ini sesuai dengan
kriteria equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan UNESCO.
Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di
Indonesia adalah pendidikan dasar bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan
pada pendidikan dasar setidaknya bertumpu pada empat pilar yaitu; Learning to know,
Learning to do, Learning to be dan Learning live together yang dapat dicapai melalui
delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung,
meneliti, menghafal, dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional harusnya
diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas
menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya benar-benar dibebaskan dari
segala beban biaya. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani
mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan
dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.
3. Fungsi Non Ekonomis dalam Investasi Pendidikan
Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis,
yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan
manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada

18
tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara
psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin. Lalu fungsi politis yang merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap
perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya, pendidikan
membentuk siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan
yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang
berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan
perilakunya semakin demokratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan
memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik
dibandingkan dengan yag kurang berpendidikan. Kemudian fungsi budaya merujuk
pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan
sosial yang berbeda. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan
diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi
integrasi budaya nasional atau regional. Terakhir adalah fungsi kependidikan merujuk
pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada
tingkat sosial yang berbeda. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran
untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi,
ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin
berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat
terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan.
Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang
berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan
tidak memiliki kecenderungan orientasi materi atau uang apalagi untuk memperkaya
diri sendiri.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas anggota kelompok mengambil kesimpulan
bahwa pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai mana pendidikan dibiayai, siapa
yang membiayai serta siapa yang dibiayai dalam proses pendidikan yang meliputi direct cost
(pembiayaan langsung) dan indirect cost (biaya tidak langsung). Ada juga social cost atau
biaya publik, yaitu sekolah yang harus dibayar oleh masyarakat dan private cost adalah biaya
yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya. Keuangan sangat erat
hubunganya dengan budgeting atau pembiayaan, masalah pembiayaan sendiri merupakan
faktor penting yang menentukan kehidupan lembaga-lembaga pendidikan. Kegiatan
pembiayaan meliputi 3 hal, yaitu badgeting (penyusunan anggaran), acconting (pembukuan),
dan auditing (pemeriksaan). Dalam bidang pendidikan sering kali di temui 2 istilah yakni
RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan RAPBS (Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
Kemudian terdapat standar pembiayaan pendidikan yaitu biaya minimum yang
diperlukan sebuah satuan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan selama 1
tahun yang meliputi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal yang telah diatur
dalam Permendiknas no 41 tahun 2007. Permendiknas juga mengatur standar biaya
nonpersonalia yang meliputi biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya bahan dan alat habis pakai
(BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya transportasi
ataun perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa atau ekstra
kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan. Secara

20
khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20%
dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN
dan APBD.
Sumber pembiayaan adalah berbagai sumber baik instansi, organisasi, maupun
perorangan (pemberi dana /hibah) yang berpotensi untuk memberikan sebuah bantuan kepada
sekolah untuk dapat melakukan kegiatan pendidikan. Pembiayaan dapat berbentuk donasi
uang atau barang-barang yang secara langsung dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
sekolah. Kategori pembiayaan pendidikan terdiri dari beberapa bagian yaitu APBN dan
APBD, Dana Penunjang Pendidikan (beasiswa), Dana dari Masyarakat (SPP), Sumbangan
dari Pemerintah Daerah, serta Bantuan Lain-Lain (berasal dari kerjasama sekolah dengan
instansi lain).
Alokasi keuangan sekolah negeri atau swasta terdiri dari alokasi pembangunan fisik dan
non fisik, alokasi kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar,
pembinaan kesiswaan, dan kebutuhan rumah tangga. Dasar-dasar yang digunakan untuk
mengalokasikan dana pada unit pendidikan biasanya menggunakan komponen siswa, guru,
dan ruang belajar, selain itu pengalokasian dana berdasarkan bobot tujuan-tujuan pendidikan,
berdasarkan peningkatan angka partisipasi siswa, dan berdasarkan penggunaan rumus-rumus
alokasi keuangan. Tata cara pengalokasian dana adalah atas dasar siswa, guru, atas dasar
ruang belajar, atas dasar bobot tujuan pendidikan, atas dasar peningkatan angka partisipasi,
dan atas dasar pengamatan terhadap rumus-rumus alokasi keuangan.
Kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi semakin kuat setelah
memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dan investasi fisik lain, artinya investasi
modal fisik akan berlifat ganda nilai tambahnya jika pada sebelumnya dilakukan investasi
SDM, yang secara langsung akan menjadi pelaku dan pengguna dalam investasi fisik
tersebut. bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin
baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila
dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan, produktivitas tersebut dikarenakan
keterampilan teknis yang diperolehnya dari pendidikan. Sumber manusia yang berpendidikan
akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi.
Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk

21
membangun bangsanya. Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang
lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah
perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total
pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
B. Saran
Makalah ini di susun dengan harapan menjadi sumber ilmu dan informasi bagi para
pembaca, alangkah baiknya pembaca dapat mengoreksi dan memperbaiki segala kekurangan
yang ada pada makalah ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
utuk kebaikan penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/article/view/95
Daryanto. 2011. Adminstrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2080-96%20Implikasi%20Manajemen%20Keuangan
%20Sekolah.pdf
Wijaya, David.2009. Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah  Terhadap Kualitas
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur
https://deatitahastika.wordpress.com/2017/04/23/standar-pembiayaan-pendidikan/
http://impianqblogspot.blogspot.com/2019/04/pembiayaan-pendidikan-dan-landasan.html?m=1
https://anomsblg.wordpress.com/profesi-kependidikan/standar-pembiayaan-
pendidikan/#:~:text=Sistem%20pembiayaan%20pendidikan%20merupakan%20proses,untuk
%20memformulasikan%20dan%20mengoperasionalkan%20sekolah.&text=Biaya%20investasi
%20satuan%20pendidikan%20meliputi,manusia%2C%20dan%20modal%20kerja%20tetap.
http://fe.unj.ac.id/cdc/index.php/berita-terbaru/84-3-alasan-pendidikan-sebagai-investasi-jangka-
panjang
https://media.neliti.com/media/publications/56687-ID-investasi-pendidikan-suatu-fungsi-
untuk.pdf

22
23

Anda mungkin juga menyukai