OLEH :
NIM : 0175010087
KELAS : VI A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DWIJENDRA
TAHUN 2020
SURAT PERJANJIAN JUAL BELI TANAH
Kedua (Pembeli)
Pada hari ini Senin, tanggal 1 (satu) bulan Juni Tahun 2020 (dua ribu dua puluh), Pihak
pertama dengan ini berjanji untuk menyatakan dan mengikatkan diri untuk menjual kepada
pihak kedua dan pihak kedua juga berjanji menyatakan serta mengikatkan diri untuk membeli
Sebidang Tanah dengan Hak Milik yang diuraikan dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 56-
IV D yang berlokasi di alamat lengkap Jalan Hang Tuah No. 99X, Sanur, Denpasar, dengan
luas tanah 200 .m2 (200 meter persegi), dan untuk selanjutnya disebut Tanah. Dengan batas-
syarat dan ketentuannya diatur dalam 10 (sepuluh) pasal, seperti berikut di bawah ini:
Pasal 1
Jual beli tanah tersebut dilakukan dan disetujui oleh masing-masing pihak dengan
Rp 1.000.000.000,00 atau jumlah uang terbilang (dalam huruf) Satu Milyar Rupiah, dan
akan dibayarkan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama secara tunai selambat-lambatnya 3
Pasal 2
Pihak Pertama menjamin sepenuhnya bahwa Tanah yang dijualnya adalah milik sah atau hak
pihak pertama sendiri dan tidak ada orang atau pihak lain yang turut mempunyai hak, bebas
dari sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, hak kepemilikannya tidak
sedang dipindahkan atau sedang dijaminkan kepada orang atau pihak lain dengan cara
bagaimanapun juga, dan tidak sedang atau telah dijual kepada orang atau pihak lain.
Jaminan pihak pertama dikuatkan oleh dua orang yang turut menandatangani Surat Perjanjian
Pasal 4
PENYERAHAN TANAH
Pihak pertama berjanji serta mengikatkan diri untuk menyerahkan sertifikat tanah kepada
pembayarannya.
Pasal 5
STATUS KEPEMILIKAN
Sejak ditandatanganinya Surat Perjanjian ini maka tanah tersebut di atas beserta segala
keuntungan maupun kerugiannya beralih dari Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dengan
demikian hak kepemilikan tanah tersebut sepenuhnya menjadi hak milik Pihak Kedua.
Pasal 6
PEMBALIKNAMAAN KEPEMILIKAN
1. Pihak pertama wajib membantu pihak kedua dalam proses pembaliknamaan atas
kepemilikan hak tanah dan bangunan rumah tersebut dalam hal pengurusan yang
menandatangani surat-surat yang bersangkutan serta melakukan segala hak yang ada
2. Segala macam biaya yang berhubungan dengan balik nama atas tanah dari Pihak
Pasal 7
Kedua belah pihak bersepakat bahwa segala macam pajak, iuran, dan pungutan uang yang
Pasal 8
Perjanjian ini tidak berakhir karena meninggal dunianya pihak pertama, atau karena sebab
apapun juga. Dalam keadaan demikian maka para ahli waris atau pengganti pihak pertama
wajib mentaati ketentuan yang tertulis dalam perjanjian ini dan pihak pertama mengikat diri
untuk melakukan segala apa yang perlu guna melaksanakan ketentuan ini.
Pasal 9
HAL-HAL LAIN
Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dibicarakan serta diselesaikan secara
kekeluargaan melalui jalan musyawarah untuk mufakat oleh kedua belah pihak.
Pasal 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila terjadi perselisihan dan tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan atau mufakat
maka kedua belah pihak telah sepakat memilih menyelesaikan perkara secara hukum.
Tentang perjanjian ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak memilih menyelesaikan
Demikianlah Surat Perjanjan ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak di Denpasar
pada Hari Senin, Tanggal 1 (satu) Bulan Juni Tahun 2020 (dua ribu dua puluh) dalam
keadaan sadar serta tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
Saksi-Saksi:
a. Essentialia
Unsur essentialia merupakan bagian pokok dalam suatu perjanjian. Oleh karena itu,
harus mutlak adanya, sebab apabila perjanjian tidak memiliki bagian pokok, perjanjian
tersebut tidak memenuhi syarat.1 Dalam perjanjian jual-beli tanah milik Bapak Putu Sutama
Yasa, yang termasuk unsur essentialia adalah pokok dalam perjanjian itu yaitu Sebidang
Tanah dengan Hak Milik yang diuraikan dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 56-IV D yang
berlokasi di alamat lengkap Jalan Hang Tuah No. 99X, Sanur, Denpasar, dengan luas tanah
200 m2 (200 meter persegi), dan untuk selanjutnya disebut Tanah. Dengan batas-batas tanah
Adapun harga tanah tersebut diatas adalah Rp 1.000.000.000,00 atau jumlah uang terbilang
(dalam huruf) Satu Milyar Rupiah. Tanah serta harga tanah tersebut merupakan unsur pokok
dalam perjanjian tersebut diatas karena apabila tanah serta harga tersebut tidak ada maka
b. Naturalia
peraturan yang bersifat mengatur.2 Dalam perjanjian jual-beli tanah diatas yang termasuk
unsur naturalia adalah dalam Pasal 4 Penyerahan Tanah yaitu “Pihak pertama berjanji serta
mengikatkan diri untuk menyerahkan sertifikat tanah kepada pihak kedua selambat-
lambatnya 1 hari setelah pihak kedua melunasi seluruh pembayarannya”. Selanjutnya dalam
Pasal 5 STATUS KEPEMILIKAN “Sejak ditandatanganinya Surat Perjanjian ini maka tanah
1
Firman Floranta Adonara, 2014, Aspek Aspek Hukum Perikatan, CV. Mandar Maju, Jember, h. 111.
2
Ibid, hlm. 112.
tersebut di atas beserta segala keuntungan maupun kerugiannya beralih dari Pihak Pertama
kepada Pihak Kedua dengan demikian hak kepemilikan tanah tersebut sepenuhnya menjadi
c. Accidentalia
dinyatakan atau ditetapkan sebagai peraturan yang mengikat para pihak atau sebagai undang-
undang yang harus dilaksanakan. 3 Adapun unsur accidentalia dalam perjanjian jual-beli
bahwa “Apabila terjadi perselisihan dan tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan atau
mufakat maka kedua belah pihak telah sepakat memilih menyelesaikan perkara secara
hukum. Tentang perjanjian ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak memilih
dalam perjanjian jual-beli tanah tersebut diatas dianggap sebagai tambahan dalam perjanjian
Pasal 1457 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa “Suatu persetujuan, bahwa pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan“. Sebagai pihak pembeli dalam jual beli, pembeli
wajib membayarkan harga yang telah di perjanjikan. Dalam perjanjian jual – beli tersebut ada
dua subyek yang terkait, yaitu pihak satu ( penjual ) yang berjanji untk menyerahkan hak
milik atas suatu benda, sedang pihak yang lain ( pembeli berjanji untuk membayar harga
yang telah dijanjikan, sehingga timbul hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli
yang merupakan sifat dari perjanjian jual – beli. Barang yang menjadi obyek perjanjian jual –
beli merupakan unsur yang penting dalam perjanjian jual – beli, disamping harga.
3
Ibid
3. Contoh perjanjian yang dibuat sudah memenuhi syarat sah perjanjian
a. Adanya kesepakatan
b. Cakap
Perjanjian jual-beli diatas telah memenuhi syarat-syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320
a. Adanya Kesepakatan
Dalam perjanjian tersebut telah ada kesepakatan antara Pihak Pertama yaitu Bapak
Putu Sutama Yasa serta Dewa Made Sabda Saptadi yang telah menuliskan identitas
b. Cakap
Kedua pihak dalam perjanjian tersebut dapat dinyatakan cakap hukum karena kedua
pihak telah berumur diatas 21 yang mana dalam KUHPerdata Pasal 330 ayat 1 diatur
bahwa seseorang dianggap cakap hukum apabila telah berusia 21 tahun atau sudah
pernah menikah.
Adapun yang menjadi suatu hal tertentu atau objek dalam perjanjian tersebut ialah
tanah.
Yang dimaksud dengan sebab yang halal ialah objek dalam perjanjian bukan
adanya 2 saksi dalam perjanjian tersebut yaitu anak kandung dan istri pihak penjual.
4. Apabila salah satu dari pihak dalam contoh perjanjian tersebut melakukan
Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau
dilakukan tidak menurut selayaknya dilakukan. 4 Wanprestasi merupakan suatu cidera janji,
yang artinya ketidak tepatan janji karena suatu hal yang disengaja ataupun tidak disengaja
dalam perjanjian sewa menyewa yang dapat merugikan salah satu pihak dalam perjanjian
tersebut. Apabila terjadi wanprestasi maka pihak yang menyewakan sebagai pihak yang
dirugikan berhak menuntut pemenuhan prestasi kepada pihak penyewa sebagai pihak yang
Dalam perjanjian jual-beli tanah tersebut diatas apabila terjadi wanprestasi atau perselisihan
dan tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan atau mufakat maka kedua belah pihak telah
sepakat memilih menyelesaikan perkara secara hukum. Tentang perjanjian ini dan segala
Denpasar.
4
M Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, h. 60
5
Munir Fuady, 2014, Konsep Hukum Perdata, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 207