Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PEMBUATAN GRANUL

NAMA : DEVI SEPTIANI


NIM : 1900007
HARI PRAKTIKUM : RABU

NAMA DOSEN
apt. NOFRIYANTI , M. Farm
apt. WILDAN KHAIRI MUKHTADI, .M.Farm, S.ci

ASISTEN DOSEN
Berliani Aprilia Rahmadewi
Nida Larasati
Yoga Yudhistira
Dechania Samura
Dian Putri

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
deviseptiani@stifar-riau.ac.id
082386821702
PERCOBAAN I
PEMBUATAN GRANUL
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat dan mengevaluasi granul dengan baik dan benar
sesuai ketentuan yang berlaku dalam Farmakope Indonesia

II. PRINSIP PRAKTIKUM 


Merupakan sediaan padat dalam berbagai tablet dan bentuk yang diberikan
rektal, vaginal, uretra basil yang digunakan dalam pembuatan suppositoria harus
meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang terdapat pada rektum. Obat
harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik
parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer.
Secara sentral parasetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer,
mampu menghambat pembentukan prostaglandin di wilayah atau area inflamasi,
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.
Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi
hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati
(Wilmana, 1995).
Pembuatan tablet parasetamol memiliki banyak kesulitan karena daya alir
(fluiditas) dan kompaktibilitas parasetamol yang rendah sehingga dapat
menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan, oleh karena itu diperlukan upaya
untuk meningkatkan kompaktibilitas dan fluiditasnya agar dapat dibentuk menjadi
tablet dengan sifat fisik yang baik. Pembuatan tablet dengan sifat kompaktibilitas
dan fluiditas yang rendah, paling tepat jika digunakan metode granulasi basah
(Sheth et al, 1980).
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak
tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain.
Granul yang dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih
kompak (Soekemi, dkk., 1987). Dalam penggunaan metode granulasi basah ataupun
metode lainnya seperti metode granulasi kering, granul yang sudah terbentuk perlu
dievaluasi karena evaluasi inilah yang akan menentukan proses pembuatan layak
dilanjutkan atau tidak atau jika perlu harus dimodifikasi dalam formula yang dibuat,
selanjutnya tablet yang telah dicetakpun secepatnya harus dievaluasi karena tahap
ini akan menentukan sediaan tablet yang dihasilkan memenuhi persayaratan
sekaligus layak diedarkan atau tidak.
Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan
dalammemproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat
serbukdengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini
membutuhkanlarutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang
biasanyaditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994: 690).
Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk
dicampurdengan perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat sangat
dipengaruhioleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat ditambahkan dalam
keadaankering tanpa air. Jumlah bahan pengikat yang digunakan tergantung pada
bahanlainya dalam formula. Bahan pengikat yang ditambahkan harus
memberikankelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampur, tidak boleh
terlalu basahdan tidak boleh terlalu kering karena jika dibasahi secara berlebih
akanmenghasilkan granul yang terlalu keras, sedangkan jika pembasahannya
kurangakan menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan cenderung mudah
remuk(Ansel,2008:264)
euntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan
kompaktibilitas,sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat aliran/kompaktibilitas
buruk,mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan granul sesuai
untukhomogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui
hidrofilisasi(granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa
kehilangan kualitas campuran (Agoes, 2006: 195).
ACETAMINOPHENUM (asetaminofen) / Paracetamol ( farmakope Indonesia III , 1979
hal 37)

Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian  Hablur atau serbuk
hablur putih ; tidak berbau ; rasa pahit. Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P dalam 40 bagian gliserol P dan dalam
9 bagian propilenglikol p ; larut dalam larutan alkali hidroksida. Suhu lebur 169° sampai
172° Penyimpanan dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari cahaya. Khasiat dan
penggunaan Analgetikum; antipiretikum.

Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa :

1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya


digunakan saccharum lactis, amylum manihot, calci phosphas, calcii carbonas
dan zat yang lain.
2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dapat
merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici (10-20%),
solution methylcellulosum 5%.
3. Zat pelicin (liubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya yang digunakan adalah taleum 5%, magnesi stearas, acidum
stearicum.
4. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam
perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot, agar-agar, gelatinum,
natrium alginate. (Anief, M, 2005)
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Sudip
 Perkamen besar
 Alumunium
 Lem
 Timbangan
 Kotak korek api
 Etiket
 Lumpang talu
 Penggaris
 Gunting
 Batang pengaduk
 Tisu
Bahan :

 Amilum manihot
 Paracetamol
 Amprotab
 Talkum
 Mg sterat

V. PROSEDUR KERJA

Granul
b
- Buatlah mucilago amili 10% sebanyak 50 ml.
v
- Amylum sebanyak 5 gr dimasukkan kedalam beker gelas 50 ml, lalu
ditambahkan 1,5 bagian air (7,5 ml), diaduk dengan batang pengaduk
sampai terbentuk suspensi yang homogen. Lalu ditambahkan air sampai
tanda batas, kemudian dipanaskan diatas hotplate sampai terbentuk
larutan suspensi kental yang jernih mudah dituang (larutan kanji). Beker
gelas yang berisi musilagu amili diangkat lalu musilago diaduk sampai
dingin, kemudian ditimbang beratnya beserta batang pengaduk (A).
- Campur dan gerus homogen serbuk parasetamol, laktosa dan amylum
penghancur dalam didalam mortir / lumpang sampai homogen.
- Kemudian tambahkan larutan kanji sedikit demi sedikit sampai terbentuk
adonan yang dapat dikepal seperti bola salju yang bila kepalan tersebut
dipecah akan memberikan butiran-butiran terpisah. Berat musilago
ditimbang lagi beserta batang pengaduk.
- Catat jumlah larutan kanji yang digunakan dengan menghitung selisih
jumlah awal larutan kanji dengan jumlah larutan kanji yang tersisa (A-
B).
- Adonan tersebut diayak dengan ayakan mesh Iu dengan sedikit tekanan
memakai stamfer atau perata seperti botol yang dimiringkan, granul yang
didapat ditampung dalam satu wadah.
- Keringkan granul didalam lemari pengering pada suhu 50-60˚C selama
8-12 jam, kemudian diayak dengan mesh IG dan ditimbang jumlah
granul yang didapat.
- Jumlah fasa luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul
kering yang dihasilkan.
- Selanjutnya apabila pencetakan akan dilaksanakan maka granul kering
dan fasa luar dicampur homogen dan campuran ini siap dicetak menjadi
tablet.

VI. HASIL
Perhitungan :
92
Fasa dalam (92%) = × 700 mg = 644 mg
100
Pct = 500 mg × 50 = 25000 mg = 25 g
Amprotab (10%) = 70 mg × 50 tab = 3500 mg = 3,5 g
1
Musilago amili (10%) = × 32,2 g =10,73 g  11 g
3
Laktosa = 32,2 g – (25 + 3,5 + 10,73) = 2,6 g
Jumlah total fase dalam = 644 mg
Fase luar (8%)
1
Mg. Stearat (1%) : × 35,620 = 0,387 g
92
2
Talkum (2%) : × 35,620 = 0,774 g
92
5
Amprotab (5%) : × 35,620 = 1,935
92

Mucilago amilum + Batang pengaduk = 66,431


Mucilago amilum sisa = 51,479
A-B = 66,431 – 51,479 = 14,952  Mucilago yang terpakai

Bobot suppositoria : 3,02 g


3,03
Berat granul (fase dalam) : 35,620 g

10
Bobot granul teoritis = 25 + 3,5 + ( × 14,952) + 2,6 = 32,595 g
100

35,620 27,32 g
× 25 g = = 54 tablet
32,595 0,500 g
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini adalah percobaan pembuatan granul dengan zat aktif
parasetamol . Tujuan dilakukan percobaan ini adalah mampu membuat granul dengan baik
dan benar serta mampu melakukan evaluasi terhadap granul tersebut. Jadi tujuan pembuatan
granul ini nanti setlah jadi akan dikempa menjadi tablet paracetamol.

Parasetamol dibuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah disebabkan karena
paracetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga
menimbulkan kesulitan dalam pengempaan. Untuk obat dengan sifat kompatibilitas yang
kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena
dengan metode granulasi basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang
menyebabkan bobot menjadi terlalu besar, selain itu sifat parasetamol yang tahan terhadap
panas dan kelembaban cocok untuk dibuat menggunakan metode granulasi basah. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan
mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi
granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin,pembuatan tablet
dengan kompresi.
Pada praktikum kali ini mahasiswa telah mengetahui bagaimana proses pembuatan
tablet dengan menggunakan metode granulasi basah dan tidak mengalami permasalahan.
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan penambahan cairan pegikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi
massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas.

Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompressibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa
tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi. Dalam pembuatan ini terdiri dari fase dalam dan
fase luar. Fase dalam terdiri dari parasetamol 500 mg, amprotab 10%, Musilago amili 100 %,
laktosa dan untuk fase luarnya ada mg stearat 1%, talk 2 % dan amprotab 5%

Adapun bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan granulasi ini terdiri dari fase
dalam dan fase luar . fase dalam terdiri dari parasetamol 500 mg ,amprotab 10%,PVP 5%,
laktosa sedangkan untuk fasse luarnya terdiri dari mg stearat , talk, amprotab .
Yang pertama ada parasetamol tentu saja sebagai zat aktif nya, lalu ada amprotab
(amilum pro tablet ) 10% sebagai penghancur karena memiliki kekuatan pada aksi kapiler
yang akan menarik cairan ke dalam tablet dan diharapkan dapat mempercepat waktu hancur
tablet sehingga mempermudah paracetamol untuk melarut.selanjutnya ada musilaho amili 10
% merupakan bahan pengikat yang baik, dapat menghasilkan granul dan tablet yang mudah
hancur dalam tubuh dan bersifat netral, jadi bahan ini dapat meningkatkan kekerasan tablet,
menurunkan kerapuhan tablet dan mempercepat waktu hancur tablet.

Selanjutnya ada laktosa yang berfungsi sebagai bahan pengisi. Salah satu bahan
tambahan yang harus diperhatikan untuk mencapai tablet yang bermutu adalah konsistensi
pengisi. Bahan pengisi mempengaruhi sifat fisik dari tablet yaitu pada kompaktibilitas dan
kompresi, oleh sebab itu perlu dilakukannya penelitian bahan pengisi apa yang dapat
menghasilkan sifat fisik tablet yang baik.

Dan yang terakhir ada Mg.stearat dan talcum yaitu sebagai pelicin, Di dalam sediaan
tablet selain zat aktif biasanya juga diperlukan zat tambahan, sebagai contoh talk dan
magnesium stearat sebagai zat pelicin. Berdasarkan fungsi masing-masing bahan pelicin
tersebut talk berfungsi sebagai glidant dan magnesium stearat sebagai lubricant. Talk dan
magnesium mempunyai sifat hidrofobik yang akan membuat lapisan film pada partikel bahan
padat sehingga dapat mengurangi gesekan antara partikel dan memudahkan partikel tersebut
mengalir.

Dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah hal yang perlu disiapkan
adalah bahan dan alat. Kemudian hal pertama yang dilakukan adalah menimbang petri
kosong, laktosa dan amilum manihot, muchilago amili. Pada praktikum yang dilakukan,
laktosa dan amilum manihot ditimbang masing-masing sebanyak 80 gram. Setelah itu
membuat muchilago amili dengan cara menimbang sebanyak 25 gram lalu ditambahkan
aquadest sampai 25 ml dan setelah itu dipanaskan sampai mendidih. sampai terbentuk
suspensi kental yang mudah dituang , setelah itu musilago diangkat dan ditimbng beratnya
besert batang pengaduk.

Amilum merupakan bahan pengikat yang umum digunakan dengan konsentrasi 10%
dalam bentuk mucilago, Pembuatan mucilago harus hati-hati agar diperoleh mucilago yang
baik dan tidak terhidrolisis.. kemudian panaskan diatas hoplate sampai terbentuk suspensi
kental yang mudah dituang , setelah itu musilago diangkat dan ditimbng beratnya besert
batang pengaduk. Amilum merupakan bahan pengikat yang umum digunakan dengan
konsentrasi 10% dalam bentuk mucilago, Pembuatan mucilago harus hati-hati agar diperoleh
mucilago yang baik dan tidak terhidrolisis.

Lalu setelah jadi amilumnya itu campur dan gerus homogeny serbuk parasetamol,
kemudian tanmbahkan laktosa dan amprotab dan tambahkan larutan kanji yang telah dibuat
tadi sedikit demi sedikit jangan langsung sekaligus dan harus perlahan sedikit demi sedikit
dengan diaduk cepat , aduk sampai bisa dibentuk menjadi adonan dengan cara dikepal
kepal ,jika kepalan yg dibentuk tidak pecah dapat digunakan.

Lalu aduk adonan dengan diayak dengan ayakan mesh 14 dengan sedikit
menggunakan tekanan dari stamfer , tamping di satu wadah , dan terbentuk lah granul.
Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang
disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu
campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan
zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Namun pada bahan yang kami buat saat itu terlalu
berlebih dalam memberikan amilum sehingga tekstur nya tidak bisa digumpalkan dan pada
akhirnya ditambahdengan paracetamol kembali sehingga adonan dapat dibentuk dan dapat
diayak

Pada praktikum ini muchilago amili yang digunakan adalah sebanyak 39 ml. Setelah
terbentuk menjadi massa granul yang baik lalu granul basah diayak dengan ayakan no.12 dan
masukkan kedalam 6 petri dengan masing-masing petri sebanyak 25 gram dan setelah itu
masukkan kedalam oven dengan suhu 600C.

Pada percobaan pembuatan basah ini digunakan formula standar. Penambahan air
hangat sebanyak 25 ml. Jangan terlalu banyak karena dapat membuat formula menjadi
lembek. Pencampuran dan peracikan fase dalam harus benar-benar homogen karena akan
mengakibatkan tidak meratanya kandungan zat aktif pada granul dan tablet yang dihasilkan. 

Setelah dilakukan pengayakan, terbentuk granul-granul yang kemudian dioven pada


suhu 50°C selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada
pembentukan gumpalan-gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat
yang optimum. Pada proses pengeringan yang memegang peranan penting adalah ikatan antar
partikel akibat penggabungan atau rekristalisasi dan gaya van der Waals. Kandungan air yang
tinggi pada pasta dapat menyebabkan friabilitas tinggi dan kerapuhan pada tablet.
Kemudian massa granul kering kembali digranulasi dengan menggunakan nomor
ayakan yang lebih kecil, yaitu ayakan nomor 16. Granulasi ulang ini bertujuan agar massa
yang dibentuk menjadi tablet jauh lebih mudah untuk dikempa (Anief, 2004). Setelah semua
prosedur pembuatan granul ini selesai, maka dilanjutkan dengan uji evaluasi terhadap granul
Parasetamol yang telah dibuat, untuk kemudian dicetak menjadi tablet.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode yang digunakan pada
praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol adalah dengan menggunakan metode
granulasi basah. Pembuatan sediaan tablet dengan metode granulasi basah menggunakan
prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer atau pengisi
akan bersatu atau lengket dengan adanya pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya
air.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, Bandung : ITB

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indoneia,. edisi III.


Jakarta: Departemen Kesehatan.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal.
1355
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, in
Lieberman, H.A, and Lachman L.(Eds), Pharmaceutical Dosage Forms:
Tablets, Vol. I,114-116, 138, 147, 159, Marcell Dekker, Inc, New York.
Soekemi, R. A., Yuanita, T., Fat Aminah, Salim Usman. (1987). Tablet. Medan:
Mayang Kencana. Halaman 2-4, 41, 49.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Nonsteroid dan
Obat Piral, dalam Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, F, D.,
Purwantyastuti, Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 207- 220.
LAMPIRAN

PROSES PEMBUATAN ADONAN


GRANUL

PENIMBANGAN HASIL
PEMBUATAN GRANUL

PEMNUATAN AMILUM MUCILAGO


PENGAYAKAN ADONAN YANG
SUDAH DIBUAT UNTUK
DIJADIKAN GRANUL

Anda mungkin juga menyukai