I. TUJUAN
1. Mampu mengetahui serta melakukan sterilisasi alat dan bahan secara baik dan tepat
2. Mengetahui cara pembuatan sedian steril vial
3. Untuk mengetahui cara evaluasi sediaan vial
II. FORMULA
R/ efedhrin 5 mg / ml
Benzalkonium clorida 0,01 %
Aqua pi ad 10 ml
Ephedrini Sulfas 50 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya
Dosis : Sekali ½ ml sampa 1 ml
Catatan :
1. pH 4,5 – 7,0
2. Digunakan air untuk injeksi bebas udara
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A
4. Sediaan berkekuatan lain 25 mg
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak berwarna, sedapat
mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus steril, bebas pirogen (Anief, Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat
dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang
cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya
ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera
ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar
selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan
dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril ierupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya laruitan obat dalam air yang
bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995)
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda
dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011)
Berdasarkan R.VOIGHT(hal 464) menyatakan bahwa, botol injeksi vial ditutup dengan
sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi. Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
Efedrin sulfat adalah simpatomimetik potent yang merangsang kedua αdan β reseptor dan
mempunyai kegunaan klinis yang bersangkutan dengankedua aksi. Aksi yang berhubungan
dengan system syaraf yang manamemperlihatkan bagian untuk melepaskan norepinefrin
respon tiruan didapatketika syaraf adrenergi" dirangsang.
Ephedrine sulfat
Mekanisme Kerja : Efedrin secara langsung berperan sebagai agonis pada reseptor alfa
adrenergik dan beta adrenergik, serta secara tidak langsung
menyebabkan pelepasan norepinefrin pada persarafan simpatis. Hal ini
menyebabkan efek peningkatan tekanan darah, denyut jantung, cardiac
output serta peningkatan resistensi perifer
Penyimpanan : Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius, di tempat kering dan
terlindung dari cahaya.
VIII. PERHITUNGAN
Volume yang direncanakan = ( 20 + 2 ) x ( 10 ml x 0,5 ML )
= ( 20 + 2 ) x ( 10,5 ml )
= 22 x 10,5
= 231 ml ( untuk 20 vial )
= 11,55 ml ( untuk 1vial )
Perhitungan bahan bahan :
5 mg
1. Ephedrin sulfat = x 10 ml=50 mg/10 ml
1 ml
50 mg
= x 231 ml=¿ 1155 mg = 1,155 g
10 ml
( untuk 20 vial)
= 0,0577 g ( untuk 1 vial)
0,01
2. Benzal konium cl = x 231 ml=0,0231 g ( untuk20 vial )
100
= 0,001155 g ( untuk 1 vial )
Perhitungan isotonis
V = ( W1 x e1 x 111,1 ) + ( W2 x e2 x 111,1 )
= ( 1,155 g x 0,23 x 111,1 ) + ( 0,0231 x 0,18 x 111,1 )
= 29, 51 + 0,4619
= 29,97 ml ~ 30 ml ( volume yg sudah isotonis )
Volume yang belum isotonis
= 231 ml – 29,97 ml
= 201,03 ml
R/ efedhrin 57,7 mg / ml
Benzalkonium clorida 0,09 g
Aqua pi ad 10,5 ml
XI. PENIMBANGAN
5 mg
1. Ephedrin sulfat = x 10 ml=50 mg/10 ml
1 ml
50 mg
= x 231 ml=¿ 1155 mg = 1,155 g
10 ml
( untuk 20 vial)
= 0,0577 g ( untuk 1 vial)
0,01
2. Benzal konium cl = x 231 ml=0,0231 g ( untuk20 vial )
100
= 0,001155 g ( untuk 1 vial )
0,9
3. Nacl = x 201,03 ml=1,809 g 1809 mg
100
( untuk 20 vial)
= 0,09 g ( untuk 1 vial )
4. Aqua PI Ad 231 ml
B. Sterilisasi bahan
Diproduksi oleh :
PT. DEVIS FARMA DiproduksiOleh :
Pekanbaru – Riau PT. DEVIS PHARMA
PEKANBARU - RIAU
XVI . KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lachman, Leon dkk. 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi III Jilid 2. Jakarta :
UI Press.