Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KISTA PADA ANAK

Oleh :

Sonya Juita

2041412024

Dosen Pembimbing :

Drg. Puji Kurnia, MDSC, Sp.KGA

DEPARTEMEN PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kista Rahang


Salah satu kelainan dalam mulut yang sering ditemukan dalam praktik bedah
mulut adalah kista. Kista merupakan suatu rongga patologis yang berisi cairan
atau semi cairan, yang tidak disebabkan oleh akumulasi pus. Tidak semua kista
dibatasi oleh epitel; kista dapat menyebabkan pembesaran intraoral dan ekstraoral
yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak. Kista adalah pembentukan
rongga patologis di dalam subtansi organ dan merupakan suatu kantong yang
rapat, dilengkapi dengan suatu membran yang tegas.
Kata kista digunakan sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh
American Academy of Oral Pathology, yaitu lesi abnormal yang terdiri dari
kantung atau ruang baik dalam jaringan keras atau jaringan lunak mulut, yang
berisi cairan atau zat setengah padat, dan dibatasi oleh epitel dan tertutup dalam
sebuah kapsul jaringan ikat. Pada tahun 1974, Kramer telah mendefinisikan kista
sebagai rongga patologis yang memiliki cairan, isi setengah cair, atau gas dan
tidak terdapat nanah. Kebanyakan kista dilapisi oleh epitel, namun tidak semua
kista dilapisi epitel. Kista pada rongga mulut dan maksilofasial yang tidak
dilapisi oleh epitel adalah ekstravasasi kista lendir kelenjar ludah, kista tulang
aneurisma dan kista tulang soliter. Kebanyakan patolog memilih untuk
menggambarkan mereka sebagai rongga patologis yang tidak dilapisi oleh epitel
sebagai pseudo-kista.

B. Etiologi dan Patologi Kista


Kebanyakan kista rahang mempunyai sifat yang sama dan biasanya tumbuh
lambat dan ekspansif. Kista tumbuh dengan ekspansi dan mendorong gigi yang
berdekatan dengantekananbesar sehingga kista dapat menyebabkan perluasan
tulang kortikal.
Kista odontogenik berasal dari epitel odontogenik yang memiliki empat epitel
yaitu enamel organ, sisa-sisa epitel enamel, sisa dental lamina (sel Serrae), dan
sisa dari epitel selubung akar Hertwig (sel of rests Malassez) yang memiliki
potensi untuk menjadi kista yaitu kista odontogenik. Sebagai contoh sisa epitel
selubung akar Hertwig akan membentuk kista radikular. Kista dapat terbentuk
dalam tulang atau jaringan lunak.

C. Klasifikasi Kista Rahang


Pembagian kista dapat dibagi menurut lokasi, penyebab, tempat asal, dan
kandungan kista tersebut.Klasifikasi kista menurut WHO yaitu :

1. Pertumbuhan a. Kista Odontogenik Kista Gingival pada bayi (epstein


(Development pearls)
cyst) Kista Odontogenik Keratosis
(Kista primodial)
Kista Orthokeratinisasi
Odontogenik
Kista Dentigerous
Kista Erupsi
Kista Lateral Periodontal
Kista Gingival pada dewasa
Kista Glandular Odontogenik :
Kista Sialo-odontogenik
b. Kista Non- Kista Duktus Nasopalatinus
Odontogenik Kista Nasolabial
2. Inflamasi a. Kista Radikular Apikal
(Inflammatory Lateral
cyst) b. Kista Paradental (Inflammatory Collateral,
Mandibular Infected Buccal)
c. Kista Residual

D. Gambaran Klinis Kista Rahang


Gambaran klinis dari kista terkadang dapat ditemukan berupa pembengkakan
dan asimetris rahang namun tidak ada rasa sakit, kecuali jika adainfeksi sekunder.
Kista sering ditemukan pada saat pemeriksaan radiografis rutin. Kista juga dapat
ditemukan pada saat pemeriksaan dari gigi non vital, yaitu dari absesyang
ditemukan pada infeksi area sekunder dari kista itu sendiriatau dari gigi yang
hilang serta fraktur rahang. Dengan adanya daya ekspansi, kista menyebabkan
periosteum terangsang untuk mengekspansi tulang sehingga secara klinik kista
tampak sebagai benjolan yang licin, keras, dan tidak sakit. Kemudian tulang di
atasnya menjadi tipis dan pada saat palpasi jika ditekan dengan jari
dapatmenimbulkan bunyi seperti kulit telur yang diremas atau disebut juga egg
shell cracking (krepitasi). Kista dilapisi tulang yang sangat tipis dan akhirnya akan
tampak seperti bony shell (tulang yang tipis menghilang) sehingga hanya dilapisi
oleh mukosa mulut.

E. Kista Pada Anak


1. Kista Erupsi pada Anak
Kista erupsi merupakan merupakan suatu kista odontogenik yang
mengelilingi mahkota gigi, dinding epitelnya memiliki hubungan dengan mahkota
gigi sulung atau kadang gigi permanen yang sedang erupsi. Kista ini merupakan
kista jinak jaringan lunak yang berada di atas gigi sulung atau permanen yang
akan erupsi, timbul secara singkat sebelum kemunculan gigi di dalam rongga
mulut. Kista erupsi merupakan analog jaringan lunak pada kista dentigerous,
tetapi dikenal sebagai kesatuan klinis.
Kista erupsi terbentuk oleh kista jinak jaringan lunak yang disertai dengan
tidak erupsinya gigi sulung atau permanen maupun dari segi patologis. Satu-
satunya perbedaan dari kedua jenis kista adalah adanya gigi yang tidak erupsi
pada kasus kista erupsi yang terhambat di dalam jaringan lunak gingiva yang
menutupi tulang.sebelum gigi tersebut erupsi. Kista erupsi hampir mirip dengan
kista dentigerous. Kista ini banyak ditemukan pada anak-anak dari berbagai usia,
namun kadang-kadang juga ditemukan pada orang dewasa dalam kasus erupsi
yang tertunda. Pada pustaka lain disebutkan bahwa kista erupsi paling sering
terjadi pada kelompok usia 6-9 tahun, yaitu pada masa erupsi dari gigi molar dan
gigi insisivus. Meskipun gigi sulung maupun permanen dapat saja terlibat, namun
gigi anterior hingga daerah molar yang paling sering terlibat.
Kista erupsi merupakan kista jaringan lunak yang berasal dari pemisahan
folikel gigi dari mahkota gigi yang akan erupsi. Akumulasi cairan terjadi selama
pembentukan ruang folikel tersebut. Kista ini berasal dari jaringan epitel folikel
gigi yang masih melekat pada leher gigi dan menutupi mahkota gigi. Bila terjadi
trauma dan darah mengisi lesi ini, biasanya disebut sebagai hematoma erupsi.
Etiologi dari kista erupsi belum diketahui secara pasti. Menurut aguilo et al, dari
36 kasus ditemukan karies dini, trauma, infeksi dan kekurangan ruang untuk
erupsi yang mungkin menjadi penyebab kista erupsi. Gambaran klinis kista erupsi
tampak sebagai pembengkakan gingiva yang lunak, translusen dan bila terisi
darah akan berwarna biru keunguan. Pembengkakan pada mukosa di atas alveolar
ridge, lunak saat disentuh, berwarna ungu atau hitam kebiruan. Kebanyakan
asimptomatik tetapi dapat nyeri ketika dipalpasi. Warna lesi ini bervariasi, normal
hingga biru kehitaman atau coklat, tergantung pada jumlah cairan didalam kista.
Lesi yang tampak biru kehitaman mungkin karena mengandung darah akibat
trauma, seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kista erupsi pada insisivus sentralis rahang atas


Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa kista erupsi tumbuh di atas
mahkota gigi yang akan erupsi dan menekan jaringan mukosa di atasnya.
Gambaran radiografi kista erupsi tampak gambaran radiolusen tipis di bagian
korona gigi yang akan erupsi. Diagnosis banding kista erupsi adalah piogenik
granuloma, amalgam tattoo, bohn’s nodule dan eruption hematoma. Erupsi
hematoma disebabkan pendarahan pada jaringan gingiva selama erupsi dan
akumulasi darah pada luar epitel email, saat dalam kista cairan bercampur dengan
darah. Beda antara kista erupsi dan erupsi hematoma tidak terlalu nyata, kista
erupsi menunjukkan transluminasi di bawah pertumbuhan tetapi erupsi hematoma
tidak.
Kista erupsi seringkali ditemukan tanpa gejala, tetapi kadang nyeri dirasakan
saat dipalpasi. Secara klinis lesi muncul berbatas tegas, berfluktuasi,
pembengkakan tembus dialveolar dalam kaitannya dengan daerah gigi yang akan
erupsi. Darah didalam rongga kista menyebabkan warna biru ungu yang
menyebabkan orang tua takut bahwa anak memiliki penyakit serius seperti tumor
ganas. Untuk itu penjelasan yang adekuat oleh tenaga medis atau dokter gigi
kepada orangtua juga merupakan hal yang mesti dilakukan, selain perawatan yang
tepat sesuai kondisi yang diderita seorang anak. Tidak ada penanganan khusus
untuk kista erupsi karena berasal dari gigi yang akan erupsi. Orang tua pasien dan
pasien anak harus dapat diyakinkan bahwa folikel bias pecah secara spontan atau
dapat dilakukan pembedahan terbuka jika terinfeksi, dengan cara eksisi mukosa
untuk membebaskan mahkota gigi. Kista erupsi tidak perlu diobati dan
kebanyakan kista tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Intervensi bedah
diperlukan jika terasa nyeri, terjadi perdarahan, terinfeksi, atau menganggu
estetika. Perawatan mungkin tidak dibutuhkan ketika kista dapat pecah secara
spontan, sehingga memungkinkan gigi untuk erupsi. Jika hal ini tidak terjadi,
eksisi sederhana dari atap kista perlu dilakukan agar terjadi erupsi yang cepat dari
gigi. Sayatan sederhana atau eksisi parsial dari jaringan diatas kista untuk
mengekspos mahkota gigi yang tidak erupsi dan mengeluarkan cairan kista.
Penggunaan Er,laser Cr-YSGG yang digunakan untuk perawatan kista erupsi
disarankan oleh Boj et al. Metode ini memiliki keuntungan yaitu berkurangnya
paparan terhadap pisau bedah dan perdarahan yang berlebihan pada saat operasi,
serta pasien merasa nyaman. Penyembuhan jaringan lebih baik dan lebih cepat
dan tidak menyebabkan nyeri pasca operasi juga merupakan kelebihan dari
metode ini.
Perawatan konvensional bagi kista erupsi ialah marsupialisasi, yang
mengangkat jaringan yang menutupi gigi yang tidak erupsi. Perawatan pilihan lain
adalah insisi sederhana untuk membuka gigi yang tertutup dan mengeluarkan
cairan kista. Eksisi sederhana pada bagian atas gigi yang akan erupsi digabungkan
dengan insisi sederhana. Perawatan dengan diode laser merupakan gabungan
dalam insisi sederhana untuk mengurangi pendarahan.
2. Kista Dentigerous pada Anak
Kista dentigerous atau kista folikular, secara definisi dihubungkan dengan
mahkota gigi yang tidak erupsi atau yang sedang tumbuh. Kista dentigerous
adalah kista yang berasal dari folikel disekitar gigi yang belum erupsi, biasanya
terjadi pada usia muda, umumnya melibatkan impaksi molar ketiga bawah, molar
ketiga maksila dan daerah gigi premolar kedua mandibula. Lokasi lain yang relatif
sering adalah kaninus rahang atas, molar ketiga rahang atas dan premolar kedua
bawah. Jarang terjadi pada gigi desidui yang belum erupsi, lebih sering pada gigi
permanen. Insidensi tertinggi terjadinya kista dentigerous dengan rentang umur 10
sampai 30 tahun. Frekuensi tersering adalah laki-laki, dengan rasio 1,6:1.
Kista ini adalah tipe yang paling umum dari perkembangan kista
odontogenik, hingga sekitar 14%-24% dari seluruh kista epitelium di rahang.
Kista dentigerous menutupi mahkota yang belum erupsi dan melekat pada gigi di
daerah cemento enamel junction.
Patogenesis dari kista ini tidak diketahui, tetapi sepertinya terjadi karena
adanya akumulasi cairan antara sisa proliferasi enamel organ atau penurunan
enamel epitelium dan mahkota gigi. Seperti kista yang lain, ekspansi dari kista
dentigerous dihubungkan pada proliferasi epitel, pelepasan faktor bone resorbing,
dan peningkatan osmolaritas cairan kista sebagai hasil jalan pintas pada sel-sel
inflamasi dan deskuamasi sel epitel kedalam lumen kista.
Kista dentigerous yang kecil biasanya asimptomatis dan diketahui hanya
melalui pemeriksaan radiografi rutin atau saat dilakukannya pemeriksaan
radiografi untuk mengetahui penyebab gagalnya gigi erupsi. Kista dentigerous
dapat terinfeksi, dan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan. Infeksi tersebut
dapat muncul pada kista dentigerous yang berhubungan dengan gigi yang erupsi
sebagian atau perluasan dari lesi periapikal atau periodontal yang akan merusak
gigi disebelahnya.
Kista dentigerous dapat tumbuh hingga ukuran yang besar dan kista yang
besar dapat dihubungkan dengan ekspansi tulang yang tidak sakit didaerah yang
terkena. Kista merupakan lesi yang dapat meluas dan merusak bila terdapat di
rahang. Kadang-kadang dapat menyebabkan fraktur patologis pada mandibula.
Perluasan dari lesi ini cenderung kearah yang daya tahannya paling sedikit seperti
bukal lingual/palatal, kecuali di daerah posterior mandibula, lesi ini dapat meluas
kearah ramus dan lingual (karena ketebalan externaloblique ridge). Pada daerah
molar tiga, perluasan dapat kearah mesial, distal atau koronal tergantung dari
posisi gigi impaksi. Pertumbuhan kista dapat menyebabkan gigi impaksi dan gigi
yang bersebelahan berpindah tempat. Lesi-lesi yang luas dapat menyebabkan
asimetris wajah. Pasien dalam kasus ini terlihat pembengkakan ekstraoral
disekitar pipi sebelah kanan.

Gambar 2. Gambaran Ekstraoral


Secara radiografi kista dentigerous menunjukan daerah radiolusen.
Radiolusen biasanya terlihat berbatas jelas dan tegas, unilokular atau multilokular,
radiolusen perikoronal dan dengan batas sklerotik di sekitar mahkota gigi yang
tidak erupsi. Daerah radiolusen dimulai dari batas servikal. Kista yang terinfeksi
menunjukkan batasan tidak jelas. Kista dentigerous yang besar memberikan kesan
proses multilokuler karena persistensi dari tulang trabekula yang terlihat
radiolusen. Gigi yang tidak erupsi tersebut biasanya berpindah tempat dan akar
gigi didekatnya dapat mengalami resorbsi. Pemeriksaan radiologis pada kasus ini
didapatkan daerah radiolusen dan adanya gigi 46,47, 48 yang impaksi. Radiolusen
terlihat berbatas jelas dan tegas, unilokular, radiolusen perikoronal dan dengan
batas sklerotik disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi.
Gambar 3. Foto Panoramik Kista Dentigerous
Tujuan perawatan dari kista dentigerous adalah mengeliminasi kelainan
patologi dan mempertahankan gigi dengan bedah minimal intervensi. Pemilihan
jenis perawatan tergantung dari ukuran dan lokasi dari kista, umur pasien, gigi
yang terlibat, stage of root development, posisi gigi yang terlibat di dalam rahang
dan hubungan dengan gigi yang berdekatan serta keterlibatan dari struktur vital
yang ada.

Salah satu perawatan kista dentigerous adalah enukleasi dari kista bersamaan
dengan pengangkatan gigi yang belum erupsi. Bila erupsi dari gigi yang terlibat
dapat dipertimbangkan, gigi dapat dibiarkan ditempatnya setelah pengambilan
sebagian dari dinding kista. Pasien memerlukan perawatan ortodonti untuk
membantu erupsi gigi tersebut. Kista dentigerous yang besar juga dapat diterapi
dengan marsupialisasi. Marsupialisasi ini akan mengurangi tekanan pada kista,
yang akan menyebabkan berkurangnya ukuran defek tulang. Kista dapat diangkat
beberapa waktu kemudian dengan prosedur bedah yang tidak luas atau minimal,
tanpa menimbulkan defek yang luas.
Prognosis dari sebagian kista sangat baik, jarang terjadi rekurensi setelah
pengangkatan kista secara menyeluruh. Beberapa komplikasi yang potensial harus
dipertimbangkan, terutama kemungkinan lapisan dinding kista dentigerous dapat
bertransformasi menjadi ameloblastoma. Tetapi frekuensi terjadinya neoplastik
transformasi ini rendah. Mungkin terjadi beberapa karsinoma mukoepidermoid
intraoseus tumbuh dari sel-sel mukous pada daerah batas dari kista dentigerous.
DAFTAR PUSTAKA

Fajriani. (2018). Penatalaksanaan kista erupsi pada anak (Management of eruption


cyst on children). Makassar Dent J.
Fakhrurrazi. (2014). KISTA DENTIGEROUS PADA ANAK-ANAK.
Cakradonya Dent J.

Anda mungkin juga menyukai