Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

K (40 TAHUN) DENGANDIAGNOSA


MEDIS SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI GANGGUAN PROSES
PIKIR: WAHAM DI PANTI REHABILITASI BUMI KAHEMAN
SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Farhan Fauzi
NIM. 402020041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP SKIZOFRENIA
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang
yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) (Hawari,
2003).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu
menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman
diri (self insight) buruk (Hawari, 2003).
Menurut Davidson (2012) Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran emosi, dan perilaku-pikiran
yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara
logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek datar atau tidak sesuai; dan
berbagai gangguan aktivitas bizarre. Pasien menarik diri dari banyak orang
dan realitas, seringkali kedalam kehidupan fantasi yang penuh waham dan
halusinasi.
2. Macam-Macam Skizofrenia
Dalam buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2004) jenis-jenis skizofrenia
adalah :
a. Skizofrenia Simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terjadi. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada
permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan keluarganya atau
menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin mundur dalam
kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila
tidak ada orang yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi
“pengemis”, “pelacur” atau “penjahat” (Maramis, 2004).
b. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis
(2004) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan
psikomotor seperti perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis
ini. Waham dan halusinasi banyak sekali.
c. Skizofrenia Katatonik
Menurut Maramis (2004), skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya
akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh
gelisah katatonik atau stupor katatonik.
1) Stupor Katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama
sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara
tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini
dan mulai berbicara dan bergerak.
2) Gaduh Gelisah Katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi
tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi
oleh rangsangan dari luar.
d. Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit.
Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-
gejala skizofreniav simplek atau gejala campuran hebefrenia dan
katatonia. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang
jalannya agak konstan, (Maramis, 2004).
e. Episode Skizofrenia Akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah. Semuanya
seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya. Prognosisnya baik
dalam waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari enam bulan
penderita sudah baik. Kadang-kadang bila kesadaran yang berkabut tadi
hilang, maka timbul gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang
lainnya, (Maramis, 2004).
f. Skizofrenia Residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder.
Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia,
(Maramis, 2004).
g. Skizofrenia Skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau
gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2004).
3. Etiologi Skizofrenia
Menurut teori model diathesis stress skizofrenia dapat timbul karena adanya
integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang
yang rentan jika dikenai stressor akan lebih mudah untuk menjadi
skizofrenia. Berikut merupakan beberapa faktor penyebab dari skizofrenia
yaitu :
a. Faktor lingkungan
Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar
pada perkembangan skizofrenia. Stressor sosial juga mempengaruhi
perkembangan suatu skizofrenia. Diskriminasi pada komunitas minoritas
mempunyai angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
b. Faktor biologis
Penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik,
ketidakseimbangan kimiawi di otak, abnormalitas struktur otak, atau
abnormalitas dalam lingkungan prenatal. Berbagai peristiwa stress dalam
hidup dapat memberikan kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada
meraka yang telah memiliki predisposisi pada penyakit ini. Keturunan
dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga - keluarga penderita skizofrenia dan terutama pada anakanak
kembar satu telur (Maramis, 2004).
4. Manifestasi Klinis Skizofrenia
Dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa (2014) Gambaran gangguan jiwa
skizofrenia beraneka ragam dari mulai gangguan pada alam pikir, perasaan
dan perilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar. Sebelum seseorang
sakit, pada umumnya penderita sudah mempunyai cirri-ciri kepribadian
tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit disebut sebagai Kepribadian
Pramorbid, seringkali digambarkan sebagai orang yang mudah curiga,
pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik diri dan menyendiri serta
eksentrik (aneh). Gangguan jiwa Skizofrenia biasanya mulai muncul dalam
masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun). Seseorang dikatakan
menderita Skizofrenia apabila perjalanan penyakitnya sudah berlangsung
lewat 6 bulan. Sebelumnya didahului oleh gejala-gejala awal disebut sebagai
fase prodromal yang ditandai dengan mulai munculnya gejala-gejala yang
tidak lazim misalnya pikiran tidak rasional, perasaan yang tidak wajar,
perilaku yang aneh, penarikan diri dan sebagainya.
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Gejala Positif
Gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebgai
berikut :
1) Delusi atau waham, adalah kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan
kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu traffic di
jalan raya yang berwarna merah kuning hijau dianggap sebagai suatu
isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah
menjadi seorang paranoid, mereka selalu merasa selalu merasa
sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang.
2) Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan
yang datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau
melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu
sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations,
gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari
dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati,
memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan
sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur
pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembiran berlebihan.
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
6) Menyimpan rasa permusuhan.
7) Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien
skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.
Kebanyakan klien tidak mampu memahmi hubungan antara
kenyataan dengan logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu
mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan
dan tidak bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan berpikir
mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan persaan.
Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri
dengan keras tanpa memedulikan sekitarnya.
Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa
dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia, dia
juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada dan
sebagainya
b. Gejala Negatif
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia
adalah sebagai berikut :
1) Alam perasaan (affect) yang tumpul membuat emosi klien
skizofrenia menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi
baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia
tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien
skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin
bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa
mengekspresikan perasaan mereka.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul
atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3) Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap,
selalu menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia.
4) Klien dengan skizofrenia tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain,
dan tidak mengenal cinta.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
7) Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan
energy dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang
yang malas. Karena, klien skizofrenia hanya memiliki energy yang
sedekit, mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain makan dan tidur.
Gejala-gejala negatif skizofrenia seringkali tidak disadari atau kurang
diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak “mengganggu”
sebagaimana halnya pada penderita skizofrenia yang menunjukkan
gejala-gejala positif.
5. Rentang Respon Skizofrenia
Rentang respon neurologis skizofrenia
Respon adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan proses pikir


2. Persepsi akurat terganggu atau (waham)
3. Emosi konsisten menyimpang 2. Halusinasi
dengan pengalaman 2. Ilusi 3. Ketidakmampuan
4. Perilaku sesuai 3. Reaksi emosional untuk memproses
5. Hubungan sosial berkurang atau emosi
harmonis berlebihan 4. Perilaku tidak
4. Berperilaku aneh terorganisir
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
6. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


Isolasi Sosial

Penarikan diri secara sosial

Merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain

Merasa dirinya tidak berharga

Stress

Harga diri rendah

Ketidakefektifan koping individu dan ketidakefektifan koping keluarga
7. Terapi Skizofrenia
Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung
berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia
memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini
dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi
yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia
(psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikorelegius
(Hawari, 2003).
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat
antara lain sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif
maupun negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua
(atypical).
a) Termasuk golongan generasi pertama misalnya : Chlorpromazine
HCL (Largactil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL
(Melleril), Haloperidol (Haldol, Serenace).
b) Termasuk golongan generasi kedua misalnya : Risperidone
(Risperdal), Clozapine (Clozaril), Quetiapine (Serquel), Olanzapine
(Zyprexa).
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru
dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah
mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah
baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap
mendapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan dan latar belakang
penderita sebelum sakit (Pramorbid), adapun macam psikoterapi adalah
sebagai berikut :
1) Psikoterapi Suportif, dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak putus asa dan semangat
juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur
dan menurun.
2) Psikoterapi Re-edukatif, dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu.
3) Psikoterapi Re-konstruktif, dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi pribadi utuh seperti semula sebelum sakit.
4) Psikoterapi Kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali
fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang
baik dan buruk.
5) Psikoterapi Psiko-dinamik, dimaksudkan untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
c. Terapi Psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat
diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain, sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
1) Psikoterapi Perilaku, Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi
dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan
pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat diturunkan.
2) Psikoterapi keluarga, Terapi ini sangat berguna karena pasien
skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,
keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia
dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi
harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
terlalu mengecilkan hati.
3) Terapi kelompok, bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi
kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap penderita Skizofrenia
dimaksudkan gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat
diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali di jalan yang benar.
B. KONSEP GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
1. Definisi Waham
Myers, dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau
persepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang
membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi
seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling
sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan
gangguan jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam
menilai realita dan fantasi yang ada dalam dirinya. Terlepas dari khayalan
mereka, orang-orang dengan gangguan waham mungkin terus bersosialisasi,
bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selain itu,
beberapa bentuk waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita
skizofrenia. Akan tetapi, gangguan waham berbeda dengan skizofrenia. Jika
seseorang memiliki gangguan waham, fungsinya umumnya tidak terganggu
dan perilaku tidak jelas aneh, kecuali khayalan. Selain itu, waham ini bukan
merupakan kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.
2. Klasifikasi Waham
Berikut ini adalah macam-macam waham:
1. Waham Kebesaran ( Grandiosity)
Klien meyakini bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan
khusus. Keyakinannya ini diucapkan secara berulang-ulang, tetapi tidak
sesuai dengan realita yang ada. Misalnya seseorang yang mengakui bahwa
ia memiliki perusahaan disuatu negara.
2. Waham Persekusi (Persecution)
Klien meyakini bahwa ada seseorang atau suatu kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya. Misalnya seseorang merasa
tetangganya ingin mengancurkan hidup seseorang tersebut.
3. Waham Agama (Religion)
Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu agama. Keyakinan
yang tidak sesuai dengan realita itu terus-menerus diulanginya. Misalnya
seseorang mengakui bahwa ia adalah seorang nabi itusan Tuhan.
4. Waham Somatik (Somatic)
Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian dari tubuhnya terganggu atau
terserang suatu penyakit. Keyakinan yang tidak sesuai realitas ini
diucapkan berulang-ulang. Misalnya klien mengatakan “sum-sum tulang
saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya telah mengilang”.
5. Waham Nihilistik (Nihilistic)
Klien meyakini bahwa dirinya sudah tiada atau meninggal dan
keyakinannya terhadap hal ini diucapkan secara berulang-ulang. Misalnya
klien mengatakan “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.
6. Waham Bizar (Bizarre)
Suatu waham yang melibatkan fenomena keyakinan seseorang yang sama
sekali tidak masuk akal. Berikut merupakan bagian dari waham bizar,
diantaranya :
a) Waham sisip pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa
pikirannya bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain dan
telah dimasukkan ke dalam pikiran klien.Misalnya klien merasa
pemikiran yang ia pikirkan adalah bukan pikirannya tetapi pikiran
dari roh-roh.
b) Waham siar pikir adalah waham dimana klien memiliki keyakinan
yang tidak masuk akal bahwa orang lain dapat mendengar atau
menyadarai pikirannya.Misalnya klien sedang berpikir dan orang lain
mengetahui isi pikirannya.
c) Waham kendali pikir adalah waham dimana klien meyakini perasaan,
dorongan, pikiran, atau tindakannya berada dibawah kendali orang
lain atau pihak eksternal daripada dibawah kendalinya sendiri.
Misalnya klien merasa bahwa segala tindakan dan pikirannya di
bawah pengaruh orang lain.
3. Etiologi Waham
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan intrapersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan presepsi, pasien menekankan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham, karena ia merasa bahwa hidupnya tidak berguna
serta tidak diinginkan di suatu kelompok.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentngan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikal diotak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.
5) Faktor genetic
b. Fator Presipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamine, neropinepin dan zat halusinogen lain nya di duga dapat
menjadi pnyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga pasien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan
4. Manifestasi Klinis Waham
a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
2) Individu sangat percaya dengan keyakinannya
3) Sulit berpikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c. Perilaku dan Hubungan sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi Ragu-ragu
4) Mengancam secara verbal
5) Aktifitas tidak tepat
6) Streotif
7) Impulsive
8) Curiga
d. Fisik
1) Higiene Kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
5. Rentang Respon Waham
Rentang Respon Neurobehaviour
Respon adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan proses


2. Persepsi akurat menyimpang ilusi pikir: waham
3. Emosi konsisten 2. Reaksi emosional 2. Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan atau 3. Kesulitan memproses
perilaku sesuai kurang emosi
hubungan sosial 3. Ilusi 4. Ketidakteraturan
4. Perilaku aneh atau dalam perilaku
tak lazim Isolasi sosial
5. Menarik diri
6. Proses terjadinya waham
Proses terjadinya waham melibatkan fase-fase berikut ini :
a. Fase kurangnya kebutuhan manusia (Lack of human need)
Waham dimulai dengan terbatasnya kebutuhan fisik maupun psikis klien.
Secara fisik, klien dengan gangguan waham memiliki keterbatasan status
sosial dan ekonomi.
Selain klien dengan keterbatasan ekonomi, gangguan waham ini juga
dapat terjadi pada klien yang cukup secara finansial, tetapi memiliki
kesenjangan antara realita dan ideal diri yang sangat tinggi. Waham
terjadi karena klien merasa bahwa pengakuan atas keeksisan atau
kehadirannya adalah sesuatu hal yang sangat penting. Gangguan ini juga
terjadi akibat minimnya penghargaan saat tumbuh kembang.
b. Fase Kurangnya Kepercayaan Diri (Lack of self esteem)
Ketiadaan pengakuan dari lingkungan, tingginya kesenjangan antara ideal
diri dan realita, dan kebutuhan yang tak terpenuhi sesuai dengan standar
lingkugan membuat seseorang menderita, malu, dan merasa tidak
berharga.
c. Fase Kendali Internal dan Eksternal (Control internal & eksternal)
Bagi klien dengan gangguan waham, menghadapi kenyataan adalah suatu
hal yang sulit. Klien mencoba berpikir secara logis bahwa apa yang
diyakini dan apa yang dikatakannya adalah suatu kebohongan yang dia
lakukan untuk menutupi kekurangan. Kekurangan itu, seperti
ketidakcukupan materi, kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan,
merupakan sesuatu yang belum terpenuhi secara optimal.
d. Fase dukungan lingkungan (Environment support)
Kepercayaan beberapa orang dalam lingkungan terhadap klien membuat
klien merasa didukung.
e. Fase Kenyamanan (Comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya. Ia juga
menganggap bahwa semua orang sama, yaitu mereka akan mempercayai
dan mendukungnya. Keyakinan ini sering disertai dengan halusinasi dan
terjadi ketika klien menyendiri dari lingkungannya. Pada tahap
selanjutnya, klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial
(isolasi sosial)
f. Fase Peningkatan (Improving)
Ketiadaan konfrontasi dan upaya-upaya koreksi dapat meningkatkan
keyakinan yang salah pada klien. Tema waham yang sering muncul
adalah tema seputar pengalaman traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain. Waham memang bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Akan tetapi, penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif dan memperkaya keyakinan religiusnya.
7. Penatalaksanaan
Terapi yang diterima oleh pasien : ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K (40 TAHUN) DENGANDIAGNOSA
MEDIS SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI GANGGUAN PROSES
PIKIR: WAHAM DI PANTI REHABILITASI BUMI KAHEMAN
SOREANG KABUPATEN BANDUNG

RUANG RAWAT: REHAB SOSIAL


I. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. K
Umur : 40 tahun
Pendidikan terakhir : Smp
Agama : Islam
Status Marital : Janda
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. D
Umur : 45 tahun
Hubungan dengan klien : Suami
II. ALASAN MASUK
Keluhan Utama
Klien mengatakan banyak arwah dan Rohr oh dalam dirinya
Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga klien mengatakan SMRS klien bertingkah laku aneh seperti berbicara
sendiri dan juga ketawa ketawa sendiri, selain itu klien juga mengaku bahwa
dirinya memiliki 2 bagian tubuh yang berbeda dan juga klien bias merubah
dirinya sendiri dengan tubuh cadanganya. Peristiwa tersebut terjadi setelah klien
melahirkan anak yang ke 3 dan anaknya yang baru berusia 2 minggu oleh klien
dibawa keluar rumah dan anaknya diberikan kepada orang lain. Karena
keluarganya merasa resah dengan tingkah laku klien sehingga klien dibawa ke
klinik nur ilahi dan dilakukan pengobatan, namun karena klien sering kambuh
sehingga klien sering masuk keluar klinik nur ilahi pada tahun 2013. Sehingga
klien terakhir dirujuk ke panti rehabilitasi bumi kemahan sejak tahun 2019
sampai sekarang.
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan bahwa roh yang ada di dalam
tubuhnya sering mengajak berkomunikasi dan juga menyuruh kepada klien, klien
juga mengatakan bahwa dirinya bias berganti tubuh dengan tubuh keduanya.
Klien mengatakan bahwa roh yang ada dalam tubuhnya sudah ada sejak klien
berusia 6 bulan di dalan kandungan ibunya.
1. Pernah mengalami ganggan jiwa dimasa lalu: tidak ya √ (tahun: 2013)
2. Pengobatan Sebelumnya berhasil √ kurang berhasil tidak
berhasil
Alasannya: Klien tidak patuh terhadap pengobatan yang dijalankan
III. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial budaya
Keluarga klien Klien merasa Klien merasa sendirian
mengatakan bahwa kehilangan kedua dan tidak ada yang
kakak kandungnya juga orang tuanya yang mempercayainya, tidak
mengalami gangguan meninggal pada tahun ada yang mau
jiwa dan di rawat juga 2000. mendengarkan
di panti bumi kaheman pendapatnya

2. Faktor Presipitasi
Neurobiologis Psikologis Sosial budaya
Klien merasa tidak ada
yang tidak sejalan dan
sepemikiran dengan
dirinya

IV. ANGGOTA KELUARGA YANG GANGGUAN JIWA


apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: ya tidak
Hubungan dengan klien: kakak dari ayahnya
=genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Memiliki penyakit keturunan yang sama
: Tinggal serumah
klien tinggal bersama suaminya. Klien memiliki keturunan gangguan jiwa dari
kakak kandungnya yang sama berpikiran tentang roh yang masuk ke dalam tubuh
seseorang.
V. PENGAMALAMAN MASA LALU YANG MENYENANGKAN
1. Kehilangan: klien mengatakan sangat kehilangan kedua orang tuanya, karena
sudah meninggal
2. Kegagalan: klien merasa gagal terhadap pernikahannya
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaa umum: TD: 110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit
2. Antopometri: BB : 76 kg, TB: 150 cm
3. Keluhan fisik: tidak ada
4. Pemeriksaan fisik:
a. Sistem integument: kulit kering, terdapat bekas luka koreng dibagian kaki
kanan
b. Sistem kardiovaskular: Konjungtiva terlihat ananemis. Tidak terdapat
peningkatan JVP, tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak
terdapat kardiomegali, saat di perkusi pada daerah lapang jantung
terdengar suara dullness. bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lub dub.
c. Sistem respirasi: Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak ada penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada
simetris,
d. Sistem gastrointestinal: mulut simetris, gigi tidak lengkap, lidah berwarna
pucat tapi bersih, terdapat caries, tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen, bising usu 8x/menit.
e. sistem urogenital: Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran
ginjal, tidak ada rasa nyeri
f. sistem reproduksi: -
g. sistem persarafan
h. Sistem musculoskeletal: Ektremitas atas: ROM kedua tangan kiri dan
kanan dapat digerakan dengan bebas ke segala arah. Dapat melakukan
fleksi dan ekstensi pada persendian tidak ada nyeri pada area tangan.
Kekuatan otot kanan dan kiri: 5/5
i. Ektremitas bawah: akral dingin, tidak ada edema, ROM kedua kaki dapat
bergerak ke segala arah
j. Sistem haemopoietik: -
k. Sistem endokrin: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
kelenjar limfe
l. Sistem pengindraan: tidak bisa melihat dalam jarak dekat
5. Pola aktivitas sehari-hari
No ADL Sebelum di RS Selama di rawat
1 Nutrisi (makan dan Makan 3x/hari, minum Makan 2x/hari, minum
minum) ± 6 gelas ± 5 gelas
2 Eliminasi (BAB BAB 1x/hari, BAK 4- BAB 1x/hari, BAK 3-
dan BAK) 5x/hari 4x/hari
3 Istirahat tidur 6-8 jam 7-8 jam
4 Aktivitas Mandiri Mandiri
5 Persobal hygiene Mandi 2x/hari, gosok Mandi 1x/hari, gosok
gigi 2xhari, keramas gigi 1x/hari, keramas
2x/hari 3x/hari

VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien menyukai seluruh tubuhnya, namun klien mengatakan bahwa muka
adalah bagian yang paling disukai karena muka merupakan yang paling
sering terihat. tidak ada bagian tubuh yang tidak klien sukai.
b. Identitas diri
Sebelum dirawat klien merupakan seorang ibu persit di lanud sulaeman
dan sudah menikah dan dikarunia 3 orang anak.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dirinya sekarang sebagai pasien di bumi
kemahan yang dilatih untuk melakukan kegiatan sosial seperti bersih-
bersih dan memotong rumput
d. Ideal diri
Harapan yang diinginkan klien adalah pulang dan menjalankan
kehidupannya dan juga klien ingin bekerja.
e. Harga diri
Klien mengatakan bersyukur terhadap kondsinya saat ini.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti: anak
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok: klien mengatakan selama di panti
rutin melakukan kegiatan bersih-bersih, memotong rumput dan memasak
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan tidak
ada yang percaya dengan pendapat klien
Masalah Keperawatan
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan yakin bahwa Allah itu ada, Allah itu maha baik, penuh
kasih sayang kepada umatnya. Klien mengatakan bahwa berdoa untuk
meminta pertolongan hanya kepada Allah.
b. Kegiatan ibadah
Klien jarang melaksanakan sholat 5 waktu, melakukan tawassulan
seminggu sekali, serta membaca al-quran jika klien ingin mengaji. Klien
juga mengatakan melaksanakan puasa romadhon namun tidak melakukan
sholat teraweh.
VIII. PEGKAJIAN STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan :

Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai


Berpakaian tidak seperti biasanya √ Sesuai

Jelaskan:

Masalah Keperawatan :
2. Cara bicara :

Cepat Gelisah Apatis


Keras Inkoheren tidak mampu memulai
pembicaraan
Lambat Membisu √ Sesuai
Jelaskan: pembicaraan klien berpindah-pindah dan sulit dimengerti, intonasi
Masalah keperawatan : gangguan pola piker: waham
3. Aktivitas Motorik :

Lesu Tegang Gelisah


Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif √ Sesuai
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Waham
4. Suasana hati:

Sedih Ketakutan Putus asa


Khawatir Gembira berlebihan √ Sesuai

Jelaskan : klien sedih karena ingin pulang


Masalah Keperawatan:
5. Afek

Datar Tumpul Labil √ Sesuai


Tidak Sesuai

Jelaskan:
Masalah Keperawatan
6. Interaksi selama wawancara :

Bermusuhan Tidak kooperatif mudah tersinggung


Kontak mata kurang Defensive Curiga
Seduktif Berhati-hati √ Kooperatif

Jelaskan: klien selalu mempertahankan pendapatnya dan tidak mau mendengarkan


masukan dari perawat
Masalah Keperawatan :
7. Persepsi

Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)


Visual (penglihatan) Gustatori Ilusi
(pengecapan)
√ Sesuai
Jelaskan:

8. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi Inkoheresn


Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme
Irelevansi Verbigerasi Word salad √ Sesuai

Jelaskan : klien mengatakan bahwa roh roh yang masuk kedalam dirinya banyak.
Masalah Keperawatan : waham
9. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria


Defersonalisasi Ide yang terkait √ Pikiran magis
√ Waham: Sesuai
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar piker √ Sisip pikir Kontrol pikir
Jelaskan: klien merasa bahwa roh roh yang ada di dalam dirinya yang selalu
memberikan motivasi serta klien mengatakan bahwa klien bisa merubah dirinya
menjadi tubuh yang keduanya
Masalah Keperawatan: waham sisip pikir
10. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Stuppor √ Allert


Disorientasi waktu Disorientasi tempat Disorientasi
orang

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
11. Memori

√ Gangguan daya ingat jangka √ Gangguan daya ingat jangka


panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Sesuai

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi

Jelaskan :
Masalah Keperawatan
13. Kemampuan penilaian

√ Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna


Tidak ada gangguan

Jelaskan:.
Masalah Keperawatan :
14. Daya tilik diri (Insight)

Mengingkari penyakit yang diderita √ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


Mengetahui sakit yang dideritanya

Jelaskan: klien mengatakan bahwa dirinya dibawa ke klinik jiwa dan panti rehabilitasi
ini karena pemikirannya dan ada dalam isi hatinya yang sering berkomunikasi dengan
pasien.
Masalah Keperawatan :
IX. TERAPI MEDIS
Nama obat Dosis Indikasi
Haloperidol 2 mg x 1 Haloperidol adalah obat untuk mengatasi
gejala skizofrenia. Haloperidol bekerja
dengan cara mengembalikan keseimbangan
zat kimia alami di dalam otak yaitu dengan
memblokir reseptor dopamine postsinaptik.
Dengan begitu pikiran menjadi lebih
tenang dan jernih, tidak gugup, tidak
berperilaku agresif, serta tidak ada
keinginan untuk menyakiti orang lain.
Trihexiphinydile 2 mg x Obat ini untuk mengatasi gejala penyakit
Parkinson dan gejala ekstrapiramidal
akibat penggunaan obat seperti
antipsikotik. gejala ekstrapiramidal
meliputi kaku tubuh, gerakan yang tidak
normal dan tidak terkendali serta tremor.
Trihexyphenidyl merupakan golongan obat
antimuskarinik yang bekerja dengan cara
menghambat zat alami asetilkolin. Dengan
begitu, obat ini dapat membantu
mengurangi kekakuan otot dan mengatur
fungsi otot serta membantu meningkatkan
kemampuan berjalan pada penderita
Parkinson
Chlorpromazine 1 mg x 1 Obat ini untuk menangani gejala psikosis
pada skizofrenia. Chlorpromazine
merupakan obat antipsikotik jenis
phenothiazine. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat reseptor dopamine D2
yang ada diotak, sehingga dapat meredakan
gejala psikosis. Obat ini akan membantu
penderita skizofrenia untuk bisa berfikir
lebih jernih, lebih tenang, dan mengurangi
halusinasi, sehingga penderita bisa
melakukan aktivitas sehari-hari.

X. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: Genetik Gangguan proses
klien mengatakan bahwa ↓ pikir: Waham sisip
roh roh ada banyak dalam Aktivitas pada jaras pikir
dirinya, ada di dalam mesolimbic berlebih
batinnya yang selalu ↓
memotivasi klien jika klien Menginduksi psikosis
merasa malas untuk ↓
melakukan kegiatan di Dopamine meningkat
panti. Roh roh ada dalam ↓
dirinya berjumlah banyak Produksi neurotransmitter
yang sudah menetap di meningkat
dalam tubuh klien sejak ↓
klien berumur 6 bulan di Gejala positif
dalam kandungan ibunya, ↓
dan pasien juga Skizofrenia
mempunyai 2 tubuh yang ↓
berbeda dan bias berganti Merasa roh roh masuk ke
tubuh. dalam tubuhnya
Do: ↓
1. proses pikir tangensial Gangguan proses
2. isi pembicaraan sulit berpikir: waham sisip
dimengerti pikir
3. aktivitas motoric
kompulsif
4. interaksi selama
wawancara: defensive
5. proses pikir tangensial
6. Isi pikir: ide yang terkait
dan pikiran magis
7. Waham somatic,
kebesaran, sisip pikir
8. Memori konfabulasi
9. tingka konsentrasi:
mudah dialihkan
10. daya tilik diri:
menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.

XI. DIAGNOSA PRIORITAS


Gangguan proses piker: waham sisip pikir, waham somatik
XII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
Nama Klien : Ny. K Dx Medis: Skizofrenia
No Medrek : Ruang: Rehab Sosial
Dx. Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
26- Gangguan Pasien mampu: Setelah 1 kali pertemuan SP1
04- proses pikir: 1. Berorientasi pada pasien mampu 1. Identifikasi kebutuhan pasien
202 Waham realitas secara 1. memenuhi kebutuhannya 2. Bicara konteks realita (tidak
0 bertahap mendukung atau membantah waham
2. Mampu berinteraksi pasien)
dengan orang lain dan 3. latih pasien untuk memenuhi
lingkungan kebutuhannya
3. Menggunakan obat 4. Masukan dalam jadwal harian pasien
dengan prinsip 6B
27- Setelah 1 pertemuan pasien Sp 2
04- mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
202 1. Menyebutkan kegiatan 2. Tanyakan program pengobatan
0 yang sudah dilakukan 3. jelaskan pentingnya penggunaan obat
2. Menyebutkan manfaat pada pasien dengan waham
dari program pengobatan 4. jelaskan akibat bila tidak rutin
melakukan pengobatan sesuai program
5. jelaskan akibat bila putus obat
6. jelaskan cara mendapatkan obat/
berobat
7. jelaskan pengobatan dengan prinsip 5B
8. latih pasien minum obat
9. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
28- Setelah 1 pertemuan pasien SP 3
04- mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
202 1. Menyebutkan kegiatan 2. Identifikasi potensi/ kemampuan yang
0 yang sudah dilakukan dimiliki
2. Menyebutkan serta 3. Pilih dan latih potensi/ kemampuan
memilih kemampuan yang yang dimiliki
dimiliki 4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah 1 pertemuan pasien SP 4
mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, 2 &
1. menyebutkan kegiatan 3)
yang sudah dilakukan 2. Pilih kemampuan yang dapat dilakukan
2. mampu memilih 3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain
kemampuan lain yang yang dimiliki
dimiliki 4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah 1 pertemuan, SP 1
1. Mengidentifika si keluarga mampu: 1. Identifikasi masalah keluarga dalam
waham pasien 1. Mengidentifikasi masalah merawat pasien
2. Memfasilitasi pasien 2. Menjelaskan tentang cara 2. jelaskan tentang proses terjadinya
untuk memenuhi merawat pasien waham
kebutuhannya 3. Jelaskan tentang cara merawat pasien
3. Mempertahankan waham
program pengobatan 4. Latih (simulasi) cara merawat
pasien secara optimal 5. RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah 1x pertemuan SP 2
keluarga pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
1. Menyebutkann kegiatan 2. Latih keluarga merawat pasien
yang sudah dilakukan 3. RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
2. memperagakan cara merawat pasien
merawat pasien
Setelah 1 pertemuan keluarga SP 3
pasien mampu : 1. Evaluasi kemampuan keluarga
1. Mengidentifikasi masalah 2. Evaluasi kemampuan pasien
2. Menjelaskan cara merawat 3. RTL keluarga: Follow Up dan rujukan
pasien

XIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama klien: Ny. K No. Medrec:
Nama dan Nama dan
No Tanggal & Jam Implementasi Evaluasi
Paraf Paraf
1 26 April 2020 1. Melakukan pengkajian status S: klien mengatakan bahwa
15.00 mental saya berbicara sesuai dengan
Hasil: didapatkan bahwa klien prakteknya yang saya alami.
mengalami gangguan proses O: didapatkan bahwa klien
pikir: waham sisip pikir. mengalami gangguan proses
1. Mengidentifikasi Kebutuhan pikir: waham sisip pikir. klien
klien selalu mempertahankan
Respon: klien membutuhkan pendapatnya dan tidak mau
teman untuk bercerita untuk mendengarkan pendapat
menyampaikan ide-ide dan orang lain.
pendapatnya. A: Gangguan Proses pikir:
2. Membicarakan konteks realita waham sisip pikir belum
Respon: klien selalu teratasi
mempertahankan P: mengulang SP 1
pendapatnya dan tidak mau 1. Bicara konteks realita
mendengarkan pendapat (tidak mendukung atau
orang lain. klien mengatakan membantah waham
bahwa saya berbicara sesuai pasien)
dengan prakteknya yang saya 2. latih pasien untuk
alami. memenuhi kebutuhannya
3. Masukan dalam jadwal
harian pasien
2 27 April 2021 1. Membicarakan konteks realita S: klien mengatakan tahu
13.00 (tidak mendukung atau bahwa pak Karno sudah tidak
membantah waham pasien) ada, namun sudah melekat
Respon: klien mengatakan dalam batinnya. Klien juga
tahu bahwa Roh roh tidak mengatakan bahwa orang
ada, namun sudah melekat yang meninggal sudah
dalam batinnya. Klien juga bersama Allah, namun itu
mengatakan bahwa orang teorinya, kalau saya sesuai
yang meninggal sudah dengan yang saya alami.
bersama Allah, namun itu O: -
teorinya, kalau saya sesuai A: gangguan proses pikir:
dengan yang saya alami. waham sisip pikir belum
2. Melatih pasien untuk teratasi
memenuhi kebutuhannya P: mengulang SP 1
3. Memasukan dalam jadwal 1. Bicara konteks realita
harian pasien (tidak mendukung atau
membantah waham
pasien)
2. latih pasien untuk
memenuhi kebutuhannya
3. Masukan dalam jadwal
harian pasien
3 28 April 2021 1. Membicarakan konteks realita S: klien mengatakan bahwa
14.00 (tidak mendukung atau apa yang dialaminya belum
membantah waham pasien) bisa dimengerti oleh orang
Respon: klien mengatakan lain, karena untuk dapat
bahwa apa yang dialaminya memahaminya membutuhkan
belum bisa dimengerti oleh pengalaman dan tingkatan
orang lain, karena untuk dapat ilmu yang tinggi seperti
memahaminya membutuhkan profesor
pengalaman dan tingkatan O:
ilmu yang tinggi seperti A: gangguan proses pikir:
profesor waham belum teratasi
2. latih pasien untuk memenuhi P: mengulang SP 1
kebutuhannya 1. Bicara konteks realita
3. Masukan dalam jadwal harian (tidak mendukung atau
pasien membantah waham
pasien)
2. latih pasien untuk
memenuhi kebutuhannya
Masukan dalam jadwal harian
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Deden, Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperwatan Jiwa. Yogyakarta : Gosien Publish Hing
Davidson, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M. 2012. Psikologi Abnormal Ed. 9, Cet.3.
Jakarta: Rajawali Pers
Hawari. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peran Keluarga Dukung
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Depkes
Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya: Airlangga
UniversityPress
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sutejo. (Tanpa Tahun). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yusuf Ah, Endang Hanik, Miranti, Fani. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Yosep, Iyus. Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama

Anda mungkin juga menyukai