Dosen Pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh :
Farhan Fauzi
NIM. 402020041
A. KONSEP SKIZOFRENIA
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang
yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) (Hawari,
2003).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu
menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman
diri (self insight) buruk (Hawari, 2003).
Menurut Davidson (2012) Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran emosi, dan perilaku-pikiran
yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara
logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek datar atau tidak sesuai; dan
berbagai gangguan aktivitas bizarre. Pasien menarik diri dari banyak orang
dan realitas, seringkali kedalam kehidupan fantasi yang penuh waham dan
halusinasi.
2. Macam-Macam Skizofrenia
Dalam buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2004) jenis-jenis skizofrenia
adalah :
a. Skizofrenia Simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terjadi. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada
permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan keluarganya atau
menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin mundur dalam
kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila
tidak ada orang yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi
“pengemis”, “pelacur” atau “penjahat” (Maramis, 2004).
b. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis
(2004) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan
psikomotor seperti perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis
ini. Waham dan halusinasi banyak sekali.
c. Skizofrenia Katatonik
Menurut Maramis (2004), skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya
akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh
gelisah katatonik atau stupor katatonik.
1) Stupor Katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama
sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara
tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini
dan mulai berbicara dan bergerak.
2) Gaduh Gelisah Katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi
tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi
oleh rangsangan dari luar.
d. Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit.
Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-
gejala skizofreniav simplek atau gejala campuran hebefrenia dan
katatonia. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang
jalannya agak konstan, (Maramis, 2004).
e. Episode Skizofrenia Akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah. Semuanya
seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya. Prognosisnya baik
dalam waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari enam bulan
penderita sudah baik. Kadang-kadang bila kesadaran yang berkabut tadi
hilang, maka timbul gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang
lainnya, (Maramis, 2004).
f. Skizofrenia Residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder.
Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia,
(Maramis, 2004).
g. Skizofrenia Skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau
gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2004).
3. Etiologi Skizofrenia
Menurut teori model diathesis stress skizofrenia dapat timbul karena adanya
integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang
yang rentan jika dikenai stressor akan lebih mudah untuk menjadi
skizofrenia. Berikut merupakan beberapa faktor penyebab dari skizofrenia
yaitu :
a. Faktor lingkungan
Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar
pada perkembangan skizofrenia. Stressor sosial juga mempengaruhi
perkembangan suatu skizofrenia. Diskriminasi pada komunitas minoritas
mempunyai angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
b. Faktor biologis
Penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik,
ketidakseimbangan kimiawi di otak, abnormalitas struktur otak, atau
abnormalitas dalam lingkungan prenatal. Berbagai peristiwa stress dalam
hidup dapat memberikan kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada
meraka yang telah memiliki predisposisi pada penyakit ini. Keturunan
dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga - keluarga penderita skizofrenia dan terutama pada anakanak
kembar satu telur (Maramis, 2004).
4. Manifestasi Klinis Skizofrenia
Dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa (2014) Gambaran gangguan jiwa
skizofrenia beraneka ragam dari mulai gangguan pada alam pikir, perasaan
dan perilaku yang mencolok sampai pada yang tersamar. Sebelum seseorang
sakit, pada umumnya penderita sudah mempunyai cirri-ciri kepribadian
tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit disebut sebagai Kepribadian
Pramorbid, seringkali digambarkan sebagai orang yang mudah curiga,
pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik diri dan menyendiri serta
eksentrik (aneh). Gangguan jiwa Skizofrenia biasanya mulai muncul dalam
masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun). Seseorang dikatakan
menderita Skizofrenia apabila perjalanan penyakitnya sudah berlangsung
lewat 6 bulan. Sebelumnya didahului oleh gejala-gejala awal disebut sebagai
fase prodromal yang ditandai dengan mulai munculnya gejala-gejala yang
tidak lazim misalnya pikiran tidak rasional, perasaan yang tidak wajar,
perilaku yang aneh, penarikan diri dan sebagainya.
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Gejala Positif
Gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebgai
berikut :
1) Delusi atau waham, adalah kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan
kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu traffic di
jalan raya yang berwarna merah kuning hijau dianggap sebagai suatu
isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah
menjadi seorang paranoid, mereka selalu merasa selalu merasa
sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang.
2) Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan
yang datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau
melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu
sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations,
gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari
dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati,
memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan
sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur
pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembiran berlebihan.
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
6) Menyimpan rasa permusuhan.
7) Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien
skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.
Kebanyakan klien tidak mampu memahmi hubungan antara
kenyataan dengan logika. Karena klien skizofrenia tidak mampu
mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan
dan tidak bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan berpikir
mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan persaan.
Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri
dengan keras tanpa memedulikan sekitarnya.
Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa
dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia, dia
juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada dan
sebagainya
b. Gejala Negatif
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia
adalah sebagai berikut :
1) Alam perasaan (affect) yang tumpul membuat emosi klien
skizofrenia menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi
baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia
tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien
skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin
bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa
mengekspresikan perasaan mereka.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul
atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3) Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap,
selalu menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia.
4) Klien dengan skizofrenia tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain,
dan tidak mengenal cinta.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
7) Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan
energy dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang
yang malas. Karena, klien skizofrenia hanya memiliki energy yang
sedekit, mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain makan dan tidur.
Gejala-gejala negatif skizofrenia seringkali tidak disadari atau kurang
diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak “mengganggu”
sebagaimana halnya pada penderita skizofrenia yang menunjukkan
gejala-gejala positif.
5. Rentang Respon Skizofrenia
Rentang respon neurologis skizofrenia
Respon adaptif Respon maladaptif
↑
Isolasi Sosial
↑
Penarikan diri secara sosial
↑
Merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain
↑
Merasa dirinya tidak berharga
↑
Stress
↑
Harga diri rendah
↑
Ketidakefektifan koping individu dan ketidakefektifan koping keluarga
7. Terapi Skizofrenia
Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung
berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia
memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini
dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi
yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia
(psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikorelegius
(Hawari, 2003).
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat
antara lain sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif
maupun negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua
(atypical).
a) Termasuk golongan generasi pertama misalnya : Chlorpromazine
HCL (Largactil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL
(Melleril), Haloperidol (Haldol, Serenace).
b) Termasuk golongan generasi kedua misalnya : Risperidone
(Risperdal), Clozapine (Clozaril), Quetiapine (Serquel), Olanzapine
(Zyprexa).
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru
dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah
mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah
baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap
mendapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan dan latar belakang
penderita sebelum sakit (Pramorbid), adapun macam psikoterapi adalah
sebagai berikut :
1) Psikoterapi Suportif, dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak putus asa dan semangat
juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur
dan menurun.
2) Psikoterapi Re-edukatif, dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu.
3) Psikoterapi Re-konstruktif, dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi pribadi utuh seperti semula sebelum sakit.
4) Psikoterapi Kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali
fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang
baik dan buruk.
5) Psikoterapi Psiko-dinamik, dimaksudkan untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
c. Terapi Psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat
diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain, sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
1) Psikoterapi Perilaku, Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi
dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan
pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat diturunkan.
2) Psikoterapi keluarga, Terapi ini sangat berguna karena pasien
skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,
keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia
dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi
harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
terlalu mengecilkan hati.
3) Terapi kelompok, bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi
kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap penderita Skizofrenia
dimaksudkan gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat
diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali di jalan yang benar.
B. KONSEP GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
1. Definisi Waham
Myers, dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau
persepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang
membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi
seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling
sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan
gangguan jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam
menilai realita dan fantasi yang ada dalam dirinya. Terlepas dari khayalan
mereka, orang-orang dengan gangguan waham mungkin terus bersosialisasi,
bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selain itu,
beberapa bentuk waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita
skizofrenia. Akan tetapi, gangguan waham berbeda dengan skizofrenia. Jika
seseorang memiliki gangguan waham, fungsinya umumnya tidak terganggu
dan perilaku tidak jelas aneh, kecuali khayalan. Selain itu, waham ini bukan
merupakan kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.
2. Klasifikasi Waham
Berikut ini adalah macam-macam waham:
1. Waham Kebesaran ( Grandiosity)
Klien meyakini bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuasaan
khusus. Keyakinannya ini diucapkan secara berulang-ulang, tetapi tidak
sesuai dengan realita yang ada. Misalnya seseorang yang mengakui bahwa
ia memiliki perusahaan disuatu negara.
2. Waham Persekusi (Persecution)
Klien meyakini bahwa ada seseorang atau suatu kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya. Misalnya seseorang merasa
tetangganya ingin mengancurkan hidup seseorang tersebut.
3. Waham Agama (Religion)
Klien memiliki keyakinan berlebihan terhadap suatu agama. Keyakinan
yang tidak sesuai dengan realita itu terus-menerus diulanginya. Misalnya
seseorang mengakui bahwa ia adalah seorang nabi itusan Tuhan.
4. Waham Somatik (Somatic)
Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian dari tubuhnya terganggu atau
terserang suatu penyakit. Keyakinan yang tidak sesuai realitas ini
diucapkan berulang-ulang. Misalnya klien mengatakan “sum-sum tulang
saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya telah mengilang”.
5. Waham Nihilistik (Nihilistic)
Klien meyakini bahwa dirinya sudah tiada atau meninggal dan
keyakinannya terhadap hal ini diucapkan secara berulang-ulang. Misalnya
klien mengatakan “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.
6. Waham Bizar (Bizarre)
Suatu waham yang melibatkan fenomena keyakinan seseorang yang sama
sekali tidak masuk akal. Berikut merupakan bagian dari waham bizar,
diantaranya :
a) Waham sisip pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa
pikirannya bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain dan
telah dimasukkan ke dalam pikiran klien.Misalnya klien merasa
pemikiran yang ia pikirkan adalah bukan pikirannya tetapi pikiran
dari roh-roh.
b) Waham siar pikir adalah waham dimana klien memiliki keyakinan
yang tidak masuk akal bahwa orang lain dapat mendengar atau
menyadarai pikirannya.Misalnya klien sedang berpikir dan orang lain
mengetahui isi pikirannya.
c) Waham kendali pikir adalah waham dimana klien meyakini perasaan,
dorongan, pikiran, atau tindakannya berada dibawah kendali orang
lain atau pihak eksternal daripada dibawah kendalinya sendiri.
Misalnya klien merasa bahwa segala tindakan dan pikirannya di
bawah pengaruh orang lain.
3. Etiologi Waham
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan intrapersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan presepsi, pasien menekankan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham, karena ia merasa bahwa hidupnya tidak berguna
serta tidak diinginkan di suatu kelompok.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentngan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikal diotak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.
5) Faktor genetic
b. Fator Presipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamine, neropinepin dan zat halusinogen lain nya di duga dapat
menjadi pnyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga pasien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan
4. Manifestasi Klinis Waham
a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
2) Individu sangat percaya dengan keyakinannya
3) Sulit berpikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c. Perilaku dan Hubungan sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi Ragu-ragu
4) Mengancam secara verbal
5) Aktifitas tidak tepat
6) Streotif
7) Impulsive
8) Curiga
d. Fisik
1) Higiene Kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
5. Rentang Respon Waham
Rentang Respon Neurobehaviour
Respon adaptif Maladaptif
2. Faktor Presipitasi
Neurobiologis Psikologis Sosial budaya
Klien merasa tidak ada
yang tidak sejalan dan
sepemikiran dengan
dirinya
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Memiliki penyakit keturunan yang sama
: Tinggal serumah
klien tinggal bersama suaminya. Klien memiliki keturunan gangguan jiwa dari
kakak kandungnya yang sama berpikiran tentang roh yang masuk ke dalam tubuh
seseorang.
V. PENGAMALAMAN MASA LALU YANG MENYENANGKAN
1. Kehilangan: klien mengatakan sangat kehilangan kedua orang tuanya, karena
sudah meninggal
2. Kegagalan: klien merasa gagal terhadap pernikahannya
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaa umum: TD: 110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit
2. Antopometri: BB : 76 kg, TB: 150 cm
3. Keluhan fisik: tidak ada
4. Pemeriksaan fisik:
a. Sistem integument: kulit kering, terdapat bekas luka koreng dibagian kaki
kanan
b. Sistem kardiovaskular: Konjungtiva terlihat ananemis. Tidak terdapat
peningkatan JVP, tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak
terdapat kardiomegali, saat di perkusi pada daerah lapang jantung
terdengar suara dullness. bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lub dub.
c. Sistem respirasi: Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak ada penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada
simetris,
d. Sistem gastrointestinal: mulut simetris, gigi tidak lengkap, lidah berwarna
pucat tapi bersih, terdapat caries, tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen, bising usu 8x/menit.
e. sistem urogenital: Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran
ginjal, tidak ada rasa nyeri
f. sistem reproduksi: -
g. sistem persarafan
h. Sistem musculoskeletal: Ektremitas atas: ROM kedua tangan kiri dan
kanan dapat digerakan dengan bebas ke segala arah. Dapat melakukan
fleksi dan ekstensi pada persendian tidak ada nyeri pada area tangan.
Kekuatan otot kanan dan kiri: 5/5
i. Ektremitas bawah: akral dingin, tidak ada edema, ROM kedua kaki dapat
bergerak ke segala arah
j. Sistem haemopoietik: -
k. Sistem endokrin: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
kelenjar limfe
l. Sistem pengindraan: tidak bisa melihat dalam jarak dekat
5. Pola aktivitas sehari-hari
No ADL Sebelum di RS Selama di rawat
1 Nutrisi (makan dan Makan 3x/hari, minum Makan 2x/hari, minum
minum) ± 6 gelas ± 5 gelas
2 Eliminasi (BAB BAB 1x/hari, BAK 4- BAB 1x/hari, BAK 3-
dan BAK) 5x/hari 4x/hari
3 Istirahat tidur 6-8 jam 7-8 jam
4 Aktivitas Mandiri Mandiri
5 Persobal hygiene Mandi 2x/hari, gosok Mandi 1x/hari, gosok
gigi 2xhari, keramas gigi 1x/hari, keramas
2x/hari 3x/hari
VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien menyukai seluruh tubuhnya, namun klien mengatakan bahwa muka
adalah bagian yang paling disukai karena muka merupakan yang paling
sering terihat. tidak ada bagian tubuh yang tidak klien sukai.
b. Identitas diri
Sebelum dirawat klien merupakan seorang ibu persit di lanud sulaeman
dan sudah menikah dan dikarunia 3 orang anak.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dirinya sekarang sebagai pasien di bumi
kemahan yang dilatih untuk melakukan kegiatan sosial seperti bersih-
bersih dan memotong rumput
d. Ideal diri
Harapan yang diinginkan klien adalah pulang dan menjalankan
kehidupannya dan juga klien ingin bekerja.
e. Harga diri
Klien mengatakan bersyukur terhadap kondsinya saat ini.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti: anak
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok: klien mengatakan selama di panti
rutin melakukan kegiatan bersih-bersih, memotong rumput dan memasak
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan tidak
ada yang percaya dengan pendapat klien
Masalah Keperawatan
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan yakin bahwa Allah itu ada, Allah itu maha baik, penuh
kasih sayang kepada umatnya. Klien mengatakan bahwa berdoa untuk
meminta pertolongan hanya kepada Allah.
b. Kegiatan ibadah
Klien jarang melaksanakan sholat 5 waktu, melakukan tawassulan
seminggu sekali, serta membaca al-quran jika klien ingin mengaji. Klien
juga mengatakan melaksanakan puasa romadhon namun tidak melakukan
sholat teraweh.
VIII. PEGKAJIAN STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan :
Jelaskan:
Masalah Keperawatan :
2. Cara bicara :
Jelaskan:
Masalah Keperawatan
6. Interaksi selama wawancara :
8. Proses pikir
Jelaskan : klien mengatakan bahwa roh roh yang masuk kedalam dirinya banyak.
Masalah Keperawatan : waham
9. Isi pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
11. Memori
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Jelaskan:.
Masalah Keperawatan :
14. Daya tilik diri (Insight)
Jelaskan: klien mengatakan bahwa dirinya dibawa ke klinik jiwa dan panti rehabilitasi
ini karena pemikirannya dan ada dalam isi hatinya yang sering berkomunikasi dengan
pasien.
Masalah Keperawatan :
IX. TERAPI MEDIS
Nama obat Dosis Indikasi
Haloperidol 2 mg x 1 Haloperidol adalah obat untuk mengatasi
gejala skizofrenia. Haloperidol bekerja
dengan cara mengembalikan keseimbangan
zat kimia alami di dalam otak yaitu dengan
memblokir reseptor dopamine postsinaptik.
Dengan begitu pikiran menjadi lebih
tenang dan jernih, tidak gugup, tidak
berperilaku agresif, serta tidak ada
keinginan untuk menyakiti orang lain.
Trihexiphinydile 2 mg x Obat ini untuk mengatasi gejala penyakit
Parkinson dan gejala ekstrapiramidal
akibat penggunaan obat seperti
antipsikotik. gejala ekstrapiramidal
meliputi kaku tubuh, gerakan yang tidak
normal dan tidak terkendali serta tremor.
Trihexyphenidyl merupakan golongan obat
antimuskarinik yang bekerja dengan cara
menghambat zat alami asetilkolin. Dengan
begitu, obat ini dapat membantu
mengurangi kekakuan otot dan mengatur
fungsi otot serta membantu meningkatkan
kemampuan berjalan pada penderita
Parkinson
Chlorpromazine 1 mg x 1 Obat ini untuk menangani gejala psikosis
pada skizofrenia. Chlorpromazine
merupakan obat antipsikotik jenis
phenothiazine. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat reseptor dopamine D2
yang ada diotak, sehingga dapat meredakan
gejala psikosis. Obat ini akan membantu
penderita skizofrenia untuk bisa berfikir
lebih jernih, lebih tenang, dan mengurangi
halusinasi, sehingga penderita bisa
melakukan aktivitas sehari-hari.
X. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: Genetik Gangguan proses
klien mengatakan bahwa ↓ pikir: Waham sisip
roh roh ada banyak dalam Aktivitas pada jaras pikir
dirinya, ada di dalam mesolimbic berlebih
batinnya yang selalu ↓
memotivasi klien jika klien Menginduksi psikosis
merasa malas untuk ↓
melakukan kegiatan di Dopamine meningkat
panti. Roh roh ada dalam ↓
dirinya berjumlah banyak Produksi neurotransmitter
yang sudah menetap di meningkat
dalam tubuh klien sejak ↓
klien berumur 6 bulan di Gejala positif
dalam kandungan ibunya, ↓
dan pasien juga Skizofrenia
mempunyai 2 tubuh yang ↓
berbeda dan bias berganti Merasa roh roh masuk ke
tubuh. dalam tubuhnya
Do: ↓
1. proses pikir tangensial Gangguan proses
2. isi pembicaraan sulit berpikir: waham sisip
dimengerti pikir
3. aktivitas motoric
kompulsif
4. interaksi selama
wawancara: defensive
5. proses pikir tangensial
6. Isi pikir: ide yang terkait
dan pikiran magis
7. Waham somatic,
kebesaran, sisip pikir
8. Memori konfabulasi
9. tingka konsentrasi:
mudah dialihkan
10. daya tilik diri:
menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.
Dermawan Deden, Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperwatan Jiwa. Yogyakarta : Gosien Publish Hing
Davidson, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M. 2012. Psikologi Abnormal Ed. 9, Cet.3.
Jakarta: Rajawali Pers
Hawari. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peran Keluarga Dukung
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Depkes
Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya: Airlangga
UniversityPress
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sutejo. (Tanpa Tahun). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yusuf Ah, Endang Hanik, Miranti, Fani. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Yosep, Iyus. Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama