Anda di halaman 1dari 67

BAB IV

DESAIN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI

4.1 Penentuan Debit Rencana


Penentuan debit rencana saluran irigasi berdasarkan nilai debit kebutuhan air
irigasi pada tiap saluran yang telah dihitung. Nilai debit rencana dapat dilihat dari
bagian Nomenklatur Sistem Jaringan Irigasi.

4.2 Penentuan Jenis atau Tipe Saluran


Saluran yang digunakan untuk system jaringan irigasi teknis berupa saluran
pasangan, lining permukaan dengan tujuan :
• Mencegah kehilangan air akibat rembesan
• Mencegah gerusan dan erosi
• Mencegah merajalelanya tumbuhan air
• Mengurangi biaya pemeliharaan
• Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
• Tanah yang dibebaskan lebih kecil

4.3 Kecepatan Maksimum Saluran Pasangan


Nilai kecepatan maksimum saluran pasangan berdasarkan KP-03 tentang
kecepatan maksimum saluran pasangan diketahui :
• Pasangan batu : kecepatan maksimum 2 m/dt
• Pasangan beton : kecepatan maksimum 3 m/dt
• Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang dizinkan
• Ferrocemen : kecepatan 3 m/dt

4.4 Koefisien Kekasaran


Koefisien kekasaran Strickler k ¿) yang dianjurkan pemakaiannya adalah :
• Pasangan batu : 60 ¿)
• Pasangan beton : 70 ¿)
• Pasangan tanah : 35-45 ¿)
• Ferrocemen : 70 ¿)

TUGAS BESAR 35
IRIGASI
4.5 Perhitungan Elevasi Saluran
Dari gambar peta situasi denah irigasi nilai elevasi pada hulu dan hilir saluran
dapat diketahui, dimana selanjutnya dapat dihitung nilai perbedaan elevasi hulu
dan hilir saluran. Setelah nilai perbedaan elevasi hulu dan hilir saluran didapatkan,
selanjutnya dapat dicari nilai kemiringan dasar saluran dengan menggunakan
rumus :
• i = Δh/L
dimana :
•i = Kemiringan dasar saluran
• Δh = Nilai perbedaan elevasi hulu dan hilir saluran
• L = Panjang saluran
Untuk perhitungan keseluruhan nilai perbedaan elevasi antara hulu dan hilir
saluran, serta nilai kemiringan dasar saluran, dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perbedaan Elevasi Hulu dan Hilir, Serta Kemiringan Dasar Saluran(Desa
Pisang dan Desa Molen)
no Saluran bentuk kode panjang saluran Elevasi ∆H Ì
M Hulu Hilir M ∆H/ L
1 Tersier Persegi TM1k1 1395,000 155,031 152,089 2,942 0,00211
2 Tersier Persegi TM1k2 1272,000 153,271 151,004 2,267 0,00178
3 Tersier Persegi TM1k3 1494,000 155,624 152,089 3,535 0,00237
4 Tersier Persegi TM1k4 1370,800 154,779 153,357 1,422 0,00104
5 Sekunder trapesium SMk5 1941,106 156,418 151,004 5,414 0,00279
6 Tersier Persegi TM2k1 961,600 163,586 158,993 4,593 0,00478
7 Tersier Persegi TM2K2 950,000 162,141 155,624 6,517 0,00686
8 Tersier Persegi TM2k3 1083,570 160,956 154,779 6,177 0,00570
9 Tersier Persegi TM2k4 764,380 156,418 153,271 3,147 0,00412
10 Sekunder trapesium SMk4 2237,570 166,235 163,128 3,107 0,00139
11 Tersier Persegi TM3k1 840,170 165,761 161,904 3,857 0,00459
12 Tersier Persegi TM3k2 840,000 161,904 156,541 5,363 0,00638
13 Tersier Persegi TM3k3 855,480 168,372 166,235 2,137 0,00250
14 Tersier Persegi TM3k4 931,420 169,839 163,586 6,253 0,00671
15 Sekunder trapesium SMk3 1005,700 168,372 166,235 2,137 0,00212
16 Tersier Persegi TP1k1 810,480 166,891 161,904 4,987 0,00615
17 Tersier Persegi Tp1k2 941,610 169,372 163,853 5,519 0,00586
18 Tersier Persegi TP1k3 821,250 166,235 163,586 2,649 0,00323
19 Tersier Persegi TP1k4 650,000 169,839 166,235 3,604 0,00554
20 Sekunder trapesium SPk2 2586,870 169,839 168,788 1,051 0,00041
21 Tersier Persegi TP2k1 886,690 169,372 166,235 3,137 0,00354
22 Tersier Persegi TP2k2 439,140 171,236 169,470 1,766 0,00402
23 Sekunder trapesium SPk1 1600,580 171,236 169,470 1,766 0,00110
24 Primer trapesium PB1 2458,390 175,000 171,236 3,764 0,00153

( Sumber : Data Perencanaan)

TUGAS BESAR 36
IRIGASI
Tabel 4.2 Perbedaan Elevasi Hulu dan Hilir, Serta Kemiringan Dasar Saluran (Desa
Keripik dan Desa Sanggar)
no Saluran bentuk kode panjang saluran Elevasi DH İ
M Hulu Hilir m ∆h/l
1 Tersier Persegi TSki1 912,370 158,993 154,779 4,214 0,00462
2 Tersier Persegi TSki2 523,760 148,028 146,662 1,366 0,00261
3 Tersier Persegi TSki3 1818,000 156,418 150,046 6,372 0,00350
4 Tersier Persegi TSki4 1936,340 161,904 155,729 6,175 0,00319
5 Sekunder trapesium SSki5 837,400 156,812 149,005 7,807 0,00932
6 Tersier Persegi TS2ki1 1150,980 164,481 156,541 7,940 0,00690
7 Tersier Persegi TS2Ki2 1382,670 156,815 150,046 6,769 0,00490
8 Tersier Persegi TS2ki3 1892,960 160,956 156,812 4,144 0,00219
9 Tersier Persegi TS2ki4 611,520 156,815 153,553 3,262 0,00533
10 Sekunder trapesium SSki4 860,370 157,579 153,553 4,026 0,00468
11 Tersier Persegi TS3ki1 2560,430 161,904 159,240 2,664 0,00104
12 Tersier Persegi TS3ki2 1348,140 160,956 157,092 3,864 0,00287
13 Tersier Persegi TS3ki3 1668,810 164,481 157,579 6,902 0,00414
14 Tersier Persegi TS3ki4 1303,430 159,708 156,815 2,893 0,00222
15 Sekunder trapesium SSki3 2860,290 161,904 157,579 4,325 0,00151
16 Tersier Persegi TK1ki1 1313,530 166,498 162,141 4,357 0,00332
17 Tersier Persegi TK1ki2 1140,810 164,341 162,397 1,944 0,00170
18 Tersier Persegi TK1ki3 1207,730 166,498 163,586 2,912 0,00241
20 Sekunder trapesium SKki2 1547,250 169,372 162,141 7,231 0,00467
21 Tersier Persegi TK2ki1 986,740 173,231 169,372 3,859 0,00391
22 Tersier Persegi TK2ki2 963,090 173,231 166,498 6,733 0,00699
23 Sekunder trapesium SKki1 986,760 174,212 170,636 3,576 0,00362
24 Primer trapesium PB2 5101,140 175,000 173,231 1,769 0,00035

( Sumber : Data Perencanaan)

4.6. Perencanaan Profil Saluran


Dalam perencanaan saluran untuk menentukan nilai perbandingan kemiringan
talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W), dapat dilihat pada
table 4.3 (Form Lampiran – KP 03) dan Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03).
Tabel 4.3 Karakteristik Saluran Yang Dipakai Dengan Gambar A.2.1
Debit Kemiringan Perbandingan Faktor
dalam talut b/h kakasaran
m³/dt 1:m n k
       
0.15 - 0.30 1.0 1.0 35
0.30 - 0.50 1.0 1.0 - 1.2 35
0.50 - 0.75 1.0 1.2 - 1.3 35
0.75 - 1.00 1.0 1.3 - 1.5 35

1.00 - 1.50 1.0 1.5 - 1.8 40


1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40
3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40
4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40

5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5


6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5
7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5
9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5

TUGAS BESAR 37
IRIGASI
10.00 - 11.00 2.0 3.9 - 4.2 45
11.00 - 15.00 2.0 4.2 - 4.9 45
15.00 - 25.00 2.0 4.9 - 6.5 45
25.00 - 40.00 2.0 6.5 - 9.0 45
(Sumber : KP-03 – Saluran)

Tabel 4.4 Tinngi Jagaan Untuk Saluran Pasangan


Debit Tanggul (F) Pasangan (F1)
m³/dt m m
˂ 0,5 0,40 0,20
0,5 - 1,5 0,50 0,20
1,5 - 5,0 0,60 0,25
5,0 - 10 0,75 0,30
10,0 - 15,0 0,85 0,40
˃ 15,0 1,00 0,50
(Sumber : KP-03 – Saluran)

MAN
W

1 1
m h m

Gambar 4.1 (Gambar A.2.1)

4.6.1 Perencanaan Profil Saluran Primer


Profil saluran primer yang akan direncanakan yaitu satu saluran primer dari
dua saluran primer yaitu saluran primer Desa Nihi dan Desa Kambara. Saluran
primer yang akan direncanakan yaitu saluran primer Desa Nihi.

TUGAS BESAR 38
IRIGASI
a. Perencanaan Profil Saluran Primer Desa Pisang (, SPPi)
Berdasarkan data debit rencana, dari table 4.3 (Form Lampiran – KP 03) dan
Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan
kemiringan talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Beton
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 3 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 70 ¿) Sub Bab 4.4
• Perbandingan kemiringan talut (1:m) : 1,5 Tabel A.2.1
• Tinggi jagaan (F) : 0,25 Tabel 4.4

b. Perhitungan Dimensi Saluran Primer Desa Nihi (SPPi)


• Bentuk saluran Trapesium
• Data teknis :
 Q=2,597634 m/det
 i=0.00035
 m=1.5
 ks=70 m/det
 n=2
 Vijin= 3m/detik
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= h(b+m.h) x ks x R 3 x ι 2
A2 1
Q= h(3.h+ 1,5h) x 70 x 3 x 0.00035 2
P
h(3. h+m . h) 23 1
Q= h(3.h+1.5h) x 70 x 2
x 0.00035 2
3.h+ 2h √ 1+m
h(3. h+1.5 . h) 23
2.6= h(3.h+1,5h) x 70 x x 0.0187
3.h+ 2h √ 1+1.52
2
h (4,5 h2 )
2
2,6 = h(4,5h ) x 70 x
10
[
6,6 h2 ] 3
x 0.0187

3
2,6 = 9 h x 1.309
2
6,6 h
8
2,6 = 1.36 h 3 x 1.309
8
2.6h 3 = 1,36 x 1.309

TUGAS BESAR 39
IRIGASI
8
2,6 h 3 = 1.78
3
2,6 8
H= [ ]
1.78
H= 1.152  1.5 cm
B= 3.h
B=3x1.5= 4,5cm
• Hitung luas tampang
 A= h (b+m.h)
= 1,5 (4,5+1,5.1,5)
= 10,125 m2
• Hitung keliling basah
 P= b+2.h √ 1+m2
= 4,5+2.1,5 √ 1+1,52
=9,908 m
• Radius hidraulis
A
 R=
P
10,125
=
9,908
= 1,0219 m
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 70. 1,0219 3 . 0,00035 2
= 1,32 m/det  3 m/det
• Debit
 Q=A.V
Q= 10.125 x 1.32
Q=13.365 m3 /detik

TUGAS BESAR 40
IRIGASI
Gamabar 4.2 Profil Saluran Primer Desa Nihi
4.6.2 Perencanaan Profil Saluran Sekunder
Saluran sekunder terdiri dari Sepuluh saluran sekunder yaitu lima saluran
sekunder Desa Molen dan pisang dan Lima saluran sekunder Desa Kripik dan
sanggar. Dalam perencanaan profil saluran dipilih tiga saluran sekunder yang akan
direncanakan, dua saluran sekunder Desa kripik dan satu saluran sekunder Desa
Molen.

a. Perencanaan Profil Saluran Sekunder 5 Desa keripik (SSKi5)


Berdasarkan data debit rencana, dari table 4.3 (Form Lampiran – KP 03) dan
Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan
kemiringan talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Beton
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 3 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 70 (m1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Perbandingan kemiringan talut (1:m) : 1,0 Tabel A.2.1
• Tinggi jagaan (F) : 0,20 Tabel 4.4

b. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder 5 Desa kripik (SSKi5)


Untuk perencanaan kedalaman air pada saluran (h) diasumsikan = 2,0 m
• Bentuk saluran Trapesium
• Data teknis :
 Q=0.45661 m/det
 i=0,009323
 m=1
 ks=70 m/det
 n=1,2
 Vijin= 3m/detik
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= h(b+m.h) x ks x R 3 x ι 2
A2 1
Q= h(3.h+ 1h) x 70 x 3 x 0.009323 2
P

TUGAS BESAR 41
IRIGASI
2
h(3. h+m . h) 3 1
Q= h(3.h+1h) x 70 x 2
x 0.009323 2
3.h+ 2h √ 1+m
h(3. h+1. h) 23
0,45= h(3.h+1h) x 70 x x 0.0965
3.h+ 2h √ 1+12
2
h (4 h2)
0,45 = h(4h ) x 70 x 2

5,828 h2
10
[ ] 3
x 0.0965

3
0,45 = 8 h x 6,755
2
5,828 h
8
0,45= 1,37 h 3 x 6,755
8
0,45h 3 = 1,37 x 6,755
8
0,45 h 3 = 9,254
3
0,456 8
H= [
9,254 ]
H= 0.32  0.4 cm
B= 3.h
B=3x0,4= 1,2cm
• Hitung luas tampang
 A= h (b+m.h)
= 0,4 (1,2+1.0,4)
= 0,64 m2
• Hitung keliling basah
 P= b+2.h √ 1+m2
= 1,2+2.0,4 √ 1+12
=2,33 m
• Radius hidraulis
A
 R=
P
0.64
=
2,33
= 0,2746 m
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 70. 0.2746 3 . 0,009323 2
= 2,855 m/det  3 m/det

TUGAS BESAR 42
IRIGASI
• Debit
 Q= A.V
Q=0,64 x 2,855
Q=1,8272 m³/dtk

Gambar 4.3 Profil Saluran Sekunder 1 kripik (SSKi5)

c. Perencanaan Profil Saluran Sekunder 5 Desa Molen (SSMk5)


Berdasarkan data debit rencana, dari table 4.3 (Form Lampiran – KP 03) dan
Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan
kemiringan talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Beton
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 3 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 70 (m1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Perbandingan kemiringan talut (1:m) : 1,0 Tabel A.2.1
• Tinggi jagaan (F) : 0,20 Tabel 4.4

d. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder 5 Desa Molen (SSMk5)


• Bentuk saluran Trapesium
• Data teknis :
 Q=0.565927 m/det
 i=0,002789
 m=1
 ks=70 m/det
 n=1,2
 Vijin= 3m/detik

TUGAS BESAR 43
IRIGASI
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= h(b+m.h) x ks x R 3 x ι 2
A2 1
Q= h(3.h+ 1h) x 70 x 3 x 0,002789 2
P
h(3. h+m . h) 23 1
Q= h(3.h+1h) x 70 x 2
x 0,002789 2
3.h+ 2h √ 1+m
h(3. h+1. h) 23
0,56= h(3.h+1h) x 70 x x 0.0528
3.h+ 2h √ 1+12
2
h (4 h2)
2
0,56 = h(4h ) x 70 x
10
[
5,828 h2 ] 3
x 0.0528

3
0,56 = 8 h x 3,696
2
5,828 h
8
0,56= 1,37 h 3 x 3,696
8
0,56h 3 = 1,37 x 3,696
8
0,56 h 3 = 5,063
3
0,56 8
H= [
5,063 ]
H= 0.4379  0.5 cm
B= 3.h
B=3x0,5= 1,5cm
• Hitung luas tampang
 A= h (b+m.h)
= 0,5 (1,5+1.0,5)
= 1 m2
• Hitung keliling basah
 P= b+2.h √ 1+m2
= 1,5+2.0,5 √ 1+12
=2,9142 m
• Radius hidraulis
A
 R=
P
1
=
2,9142
= 0,343 m

TUGAS BESAR 44
IRIGASI
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 70. 0.343 3 . 0,002789 2
= 1,81 m/det  3 m/det

• Debit
 Q= A.V
Q=0,5 x 1,81
Q=0,905

Gambar 4.3 Profil Saluran Sekunder 5 Desa Molen (SSMk5)

e. Perencanaan Profil Saluran Sekunder 3 Desa Keripik (SSki3)


Berdasarkan data debit rencana, dari table 4.3(Form Lampiran – KP 03) dan
Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan
kemiringan talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Beton
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 3 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 70 (m1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Perbandingan kemiringan talut (1:m) : 1,0 Tabel A.2.1
• Tinggi jagaan (F) : 0,25 Tabel 4.4

f. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder 3 Desa Keripik (SSki3)


• Bentuk saluran Trapesium

TUGAS BESAR 45
IRIGASI
• Data teknis :
 Q=0,66697 m/det
 i=0,001512
 m=1
 ks=70 m/det
 n=1,2
 Vijin= 3m/detik

• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= h(b+m.h) x ks x R 3 x ι 2
A2 1
Q= h(3.h+ 1h) x 70 x 3 x 0,001512 2
P
h(3. h+m . h) 23 1
Q= h(3.h+1h) x 70 x 2
x 0,001512 2
3.h+ 2h √ 1+m
h(3. h+1. h) 23
0,66= h(3.h+1h) x 70 x x 0.0388
3.h+ 2h √ 1+12
2
h (4 h2)
2
0,66 = h(4h ) x 70 x
10
[
5,828 h2 ] 3
x 0.0388

3
0,66 = 8 h x 2,716
2
5,828 h
8
0,66= 1,37 h 3 x 2,716
8
0,66h 3 = 1,37 x 2,716
8
0,66 h 3 = 3,72
3
0,66 8
H= [ ]
3,72
H= 0.5228  1 m
B= 3.h
B=3x1= 3cm
• Hitung luas tampang
 A= h (b+m.h)
= 1 (3+1.1)
= 4 m2
• Hitung keliling basah
 P= b+2.h √ 1+m2
= 3 +2.1 √ 1+12

TUGAS BESAR 46
IRIGASI
=5,828 m

• Radius hidraulis
A
 R=
P
4
=
5,828
= 0,686 m

• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 70. 0.686 3 . 0,001512 2
= 2,118 m/det  3 m/det
• Debit
 Q= A.V
Q=4 x 2,118
Q=8,470 m/det

Gambar 4.4 Profil Saluran Sekunder 3 Desa Keripik (SSki3)

4.6.3 Perencanaan Profil Saluran Tersier


Saluran tersier terdiri dari delapan belas saluran tersier Desa Pisang dan molen
dan tujuh belas (17) saluran tersier Desa Keripik dan sanggar. Dalam perencanaan

TUGAS BESAR 47
IRIGASI
profil saluran dipilih tiga saluran tersier yang akan direncanakan, dua saluran
tersier Desa Molen dan satu saluran tersier Desa Keripik.

a. Perencanaan Profil Saluran tersier 5 Ka 1 Desa Kripik (ST5ki1)


Berdasarkan data debit rencana, Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat
ditentukan nilai tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Batu
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 2 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 60 (m 1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Tinggi jagaan (F) : 0,20 Tabel 4.4

b. Perhitungan Dimensi Saluran tersier 5 Ka 1 Desa Kripik (ST5ki1)


• Bentuk saluran Persegi
• Data teknis :
 Q=0,14894 m/det
 i= 0,004619
 m=1
 ks=60 m/det
 n=2
 Vijin= 2m/detik
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= A × ks × R 3 × ι 2
A2 1
Q= (B×h) x 60 x 3 x 0,004619 2
P
(B × h) 32 1
Q= (2.h×h) × 60 × x 0,004619 2
(B+2 ×h)
2. h ×h 23
0,148=(2.h×h) x 60 x x 0,0679
2.h+ 2× h
2
(2 h2)
2
0,148 = (2h ) x 60 x
[ ]
4 h2
3
x 0.0679

TUGAS BESAR 48
IRIGASI
10
3
0,148= 4 h x 4,074
2
4h
8
0,148= 1 h 3 x 4,074
8
0,148h 3 = 1 x 4,074
8
0,148 h 3 = 4,074
3
0,148 8
H= [4,074 ]
H= 0.288  0.5 cm
B= 2.h
B=2x0,5= 1 m
• Hitung luas tampang
 A= (B×h)
= (1×0,5)
= 0,5 m2
• Hitung keliling basah
 P= ( B+2 ×h)
= (1+2×0,5)
=2 m
• Radius hidraulis
A
 R=
P
0,5
=
2
= 0,275 m
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 60. 0.275 3 . 0,004619 2
= 1,617 m/det  2 m/det
• Debit
 Q= A.V
Q=0,5 x 1,617
Q=0,809 m/det

TUGAS BESAR 49
IRIGASI
Gambar 4.5 Profil Saluran tersier 5 Ka 1 Desa Kripik (ST5ki1)

c. Perencanaan Profil Saluran tersier 5 Ka 4 Desa Molen (STM5k4)


Berdasarkan data debit rencana, Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat
ditentukan nilai tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Batu
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 2 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 60 (m1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Tinggi jagaan (F) : 0,40 Tabel 4.4
d. Perhitungan Dimensi Saluran tersier 5 Ka 4 Desa Molen (STM5k4)
Untuk perencanaan kedalaman air pada saluran (h) diasumsikan = 1,5 m
• Bentuk saluran Persegi
• Data teknis :
 Q=0,147384 m/det
 i= 0,001037
 m=1
 ks=60 m/det
 n=2
 Vijin= 2m/detik
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= A × ks × R 3 × ι 2
A 23 1
Q= (B×h) x 60 x x 0,001037 2
P

TUGAS BESAR 50
IRIGASI
(B × h) 32 1
Q= (2.h×h) × 60 × x 0,001037 2
(B+2 ×h)
2. h ×h 23
0,147=(2.h×h) x 60 x x 0,0322
2.h+ 2× h
2
(2 h2)
0,147 = (2h ) x 60 x 2

4 h2
10
[ ] 3
x 0.0322

3
0,147= 4 h x 1,932
2
4h
8
0,147= 1 h 3 x 1,932
8
0,147h 3 = 1 x 1,932
8
0,147 h 3 = 1,932
3
0,147 8
H= [1,932 ]
H= 0.38  0.5 m
B= 2.h
B=2x0,5= 1 m
• Hitung luas tampang
 A= (B×h)
= (1×0,5)
= 0,5m 2

• Hitung keliling basah


 P= ( B+2 ×h)
= (1+2×0,5)
=2 m
• Radius hidraulis
A
 R=
P
0,5
=
2
= 0,250 m
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 60. 0.250 3 . 0,001037 2

TUGAS BESAR 51
IRIGASI
= 0,767 m/det  2 m/det
• Debit
 Q= A.V
Q=0,5 x 0,767
Q=0,383 m/det

Gambar 4.6 Profil Saluran tersier 5 Ka 4 Desa Molen (STM5k4)

e. Perencanaan Profil Saluran tersier 4 Ka 2 Desa Molen (STM4k2)


Berdasarkan data debit rencana, Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat
ditentukan nilai tinggi jagaan (F) atau (W)
• Material pasangan : Batu
• Kecepatan maksimum yang diijinkan : 2 m/dtk
• Koefisien kekasaran dinding saluran strickler (k) : 60 (m1/ 3 /dtk ¿ Sub Bab 4.4
• Perbandingan b/h (n) : 2 Ketentuan
• Tinggi jagaan (F) : 0,20 Tabel 4.4

f. Perhitungan Dimensi Saluran tersier 4 Ka 2 Desa Molen (STM4k2)


• Bentuk saluran Persegi
• Data teknis :
 Q=0, 0,11581 m/det
 i= 0,00686
 m=1

TUGAS BESAR 52
IRIGASI
 ks=60 m/det
 n=2
 Vijin= 2m/detik
• Perhitungan dimensi
 Q= A x V
2 1
Q= A × ks × R 3 × ι 2
A2 1
Q= (B×h) x 60 x 3 x 0,00686 2
P
(B × h) 32 1
Q= (2.h×h) × 60 × x 0,00686 2
(B+2 ×h)
2. h ×h 23
0,115=(2.h×h) x 60 x x 0,0828
2.h+ 2× h
2
(2 h2)
2
0,115 = (2h ) x 60 x
10
[ ]
4 h2
3
x 0.0828

3
0,115= 4 h x 4,968
2
4h
8
0,115= 1 h 3 x 4,968
8
0,115h 3 = 1 x 4,968
8
0,115 h 3 = 4,968
3
0,115 8
H= [4,968 ]
H= 0.243  0.5 m
B= 2.h
B=2x0,5= 1 m

• Hitung luas tampang


 A= (B×h)
= (1×0,5)
= 0,5 m2
• Hitung keliling basah
 P= ( B+2 ×h)
= (1+2×0,5)
=2 m
• Radius hidraulis

TUGAS BESAR 53
IRIGASI
A
 R=
P
0,5
=
2
= 0,250 m
• Kecepatan aliran
2 1
 V= ks. R 3 .ι 2
2 1
= 60. 0.250 3 . 0,00686 2
= 1,971 m/det  2 m/det
• Debit
 Q= A.V
Q=0,5 x 1,971
Q=0,986 m/det

Gambar 4.7 Profil Saluran tersier 4 Ka 2 Desa Molen (STM4k2)

TUGAS BESAR 54
IRIGASI
Tabel 4.5 Perbedaan Elevasi Hulu dan Hilir, Serta Kemiringan Dasar Saluran(Desa Pisang dan
Desa Molen)

IRIGASI
no Saluran bentuk kode panjang saluran Elevasi ∆H Ì A Q koefisien manning kemiringan talut (A) penampang Keliling basah (P) jari2 hidraulis (R) lebar saluran (B) tinggi aliran (h) tinggi jagaan (f) tinggi saluran (N) kecepatan aliran debit saluran
M Hulu Hilir M ∆H/ L ( ha) m/det KS 1:m M m m m m m m/detik m/det

TUGAS BESAR
1 Tersier Persegi TM5k1 1395,000 155,031 152,089 2,942 0,00211 129,600 0,136 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,735 3,471
2 Tersier Persegi TM5k2 1272,000 153,271 151,004 2,267 0,00178 98,000 0,103 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,595 3,191
3 Tersier Persegi TM5k3 1494,000 155,624 152,089 3,535 0,00237 117,700 0,124 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,838 3,676
4 Tersier Persegi TM5k4 1370,800 154,779 153,357 1,422 0,00104 140,320 0,147 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,217 2,434
5 Sekunder trapesium SMk5 1941,106 156,418 151,004 5,414 0,00279 485,620 0,566 70 1,0 1,000 2,914 0,343 1,500 0,500 0,200 1,200 1,811 1,811
6 Tersier Persegi TM4k1 961,600 163,586 158,993 4,593 0,00478 127,100 0,136 60 - 0,720 2,400 0,300 1,200 0,600 0,200 1,000 1,858 1,337
7 Tersier Persegi TM4K2 950,000 162,141 155,624 6,517 0,00686 110,260 0,116 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,971 0,986
8 Tersier Persegi TM4k3 1083,570 160,956 154,779 6,177 0,00570 115,000 0,121 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,797 0,898
9 Tersier Persegi TM4k4 764,380 156,418 153,271 3,147 0,00412 129,300 0,136 60 - 0,720 2,400 0,300 1,200 0,600 0,200 1,000 1,725 1,242
10 Sekunder trapesium SMk4 2237,570 166,235 163,128 3,107 0,00139 481,660 0,562 70 1,0 2,560 4,663 0,549 2,400 0,800 0,200 1,200 1,749 4,476
11 Tersier Persegi TM3k1 840,170 165,761 161,904 3,857 0,00459 80,260 0,084 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,613 0,806
12 Tersier Persegi TM3k2 840,000 161,904 156,541 5,363 0,00638 96,200 0,101 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,902 0,951
13 Tersier Persegi TM3k3 855,480 168,372 166,235 2,137 0,00250 97,500 0,102 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,190 0,595
14 Tersier Persegi TM3k4 931,420 169,839 163,586 6,253 0,00671 94,430 0,094 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,950 0,975
15 Sekunder trapesium SMk3 1005,700 168,372 166,235 2,137 0,00212 368,390 0,425 70 1,0 2,560 4,663 0,549 2,400 0,800 0,200 1,300 2,163 5,538
16 Tersier Persegi TP2k1 810,480 166,891 161,904 4,987 0,00615 101,670 0,107 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,867 0,933
17 Tersier Persegi Tp2k2 941,610 169,372 163,853 5,519 0,00586 106,600 0,112 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,822 0,911
18 Tersier Persegi TP2k3 821,250 166,235 163,586 2,649 0,00323 66,600 0,070 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,352 0,676
19 Tersier Persegi TP2k4 650,000 169,839 166,235 3,604 0,00554 48,200 0,051 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,200 1,772 0,886
20 Sekunder trapesium SPk2 2586,870 169,839 168,788 1,051 0,00041 323,070 0,377 70 1,0 9,000 8,743 1,029 4,500 1,500 0,200 1,200 1,439 12,947
21 Tersier Persegi TP1k1 886,690 169,372 166,235 3,137 0,00354 126,000 0,109 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,416 0,708
22 Tersier Persegi TP1k2 439,140 171,236 169,470 1,766 0,00402 103,300 0,132 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,509 0,755
23 Sekunder trapesium SPk1 1600,580 171,236 169,470 1,766 0,00110 229,300 0,268 70 1,0 9,000 8,743 1,029 4,500 1,500 0,200 1,000 2,371 21,335
24 Primer trapesium PB1 2458,390 175,000 171,236 3,764 0,00153 1888,040 2,434 70 1,5 10,125 9,908 1,022 4,500 1,500 0,250 2,000 2,779 28,136

55
Tabel 4.6 Perbedaan Elevasi Hulu dan Hilir, Serta Kemiringan Dasar Saluran (Desa Keripik dan
Desa Sanggar)

IRIGASI
no Saluran bentuk kode panjang saluran Elevasi DH İ A Q koefisien manning kemiringan talut (A) penampang Keliling basah (P) jari2 hidraulis (R) lebar saluran (B) tinggi aliran (h) tinggi jagaan (f) tinggi saluran (N) kecepatan aliran debit saluran
M Hulu Hilir m ∆h/l ( ha) (l/det) KS 1:m M m m m m m/detik m/det

TUGAS BESAR
1 Tersier Persegi TS5k1 912,370 158,993 154,779 4,214 0,00462 141,800 0,149 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,617 0,809
2 Tersier Persegi TS5k2 523,760 148,028 146,662 1,366 0,00261 140,650 0,148 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,215 0,608
3 Tersier Persegi TS5ki3 1818,000 156,418 150,046 6,372 0,00350 58,600 0,062 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,409 0,705
4 Tersier Persegi TS5ki4 1936,340 161,904 155,729 6,175 0,00319 50,200 0,053 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,344 0,672
5 Sekunder trapesium SSki5 837,400 156,812 149,005 7,807 0,00932 391,250 0,457 70 1,0 0,640 2,331 0,275 1,200 0,400 0,200 1,200 2,854 1,826
6 Tersier Persegi TS4ki1 1150,980 164,481 156,541 7,940 0,00690 112,000 0,118 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,977 0,988
7 Tersier Persegi TS4Ki2 1382,670 156,815 150,046 6,769 0,00490 129,920 0,136 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,665 0,833
8 Tersier Persegi TS4ki3 1892,960 160,956 156,812 4,144 0,00219 92,800 0,097 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,114 0,557
9 Tersier Persegi TS4ki4 611,520 156,815 153,553 3,262 0,00533 73,800 0,078 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,738 0,869
10 Sekunder trapesium SSki4 860,370 157,579 153,553 4,026 0,00468 408,520 0,478 70 1,0 1,440 3,497 0,412 1,800 0,600 0,200 1,200 2,650 3,815
11 Tersier Persegi TS3ki1 2560,430 161,904 159,240 2,664 0,00104 142,700 0,150 60 - 4,500 6,000 0,750 3,000 1,500 0,200 1,000 1,597 7,189
12 Tersier Persegi TS3ki2 1348,140 160,956 157,092 3,864 0,00287 137,200 0,144 60 - 1,280 3,200 0,400 1,600 0,800 0,200 1,000 1,743 2,231
13 Tersier Persegi TS3ki3 1668,810 164,481 157,579 6,902 0,00414 146,400 0,154 60 - 0,980 2,800 0,350 1,400 0,700 0,200 1,000 1,916 1,877
14 Tersier Persegi TS3ki4 1303,430 159,708 156,815 2,893 0,00222 145,200 0,153 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,780 3,561
15 Sekunder trapesium SSki3 2860,290 161,904 157,579 4,325 0,00151 571,500 0,667 70 1,0 4,000 5,828 0,686 3,000 1,000 0,200 1,300 2,118 8,470
16 Tersier Persegi TK2ki1 1313,530 166,498 162,141 4,357 0,00332 106,500 0,112 60 - 1,280 3,200 0,400 1,600 0,800 0,200 1,000 1,875 2,401
17 Tersier Persegi TK2ki2 1140,810 164,341 162,397 1,944 0,00170 149,700 0,157 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,560 3,120
18 Tersier Persegi TK2ki3 1207,730 166,498 163,586 2,912 0,00241 148,000 0,155 60 - 2,000 4,000 0,500 2,000 1,000 0,200 1,000 1,856 3,711
20 Sekunder trapesium SKki2 1547,250 169,372 162,141 7,231 0,00467 404,200 0,472 70 1,0 1,000 2,914 0,343 1,500 0,500 0,200 1,200 2,345 2,345
21 Tersier Persegi TK1ki1 986,740 173,231 169,372 3,859 0,00391 98,300 0,133 60 - 1,280 3,200 0,400 1,600 0,800 0,200 1,000 2,036 2,607
22 Tersier Persegi TK1ki2 963,090 173,231 166,498 6,733 0,00699 135,640 0,142 60 - 0,500 2,000 0,250 1,000 0,500 0,200 1,000 1,990 0,995
23 Sekunder trapesium SKki1 986,760 174,212 170,636 3,576 0,00362 233,940 0,273 70 1,0 1,000 2,914 0,343 1,500 0,500 0,200 1,000 2,065 2,065
24 Primer trapesium PB2 5101,140 175,000 173,231 1,769 0,00035 2009,410 2,598 70 1,5 10,125 9,908 1,022 4,500 1,500 0,250 2,000 1,322 13,390

56
4.8 Desain Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi dan sadap yang akan direncanakan merupakan bangunan bagi
antara saluran sekunder 1 Desa Molen dengan saluran sekunder 2 Desa Molen dan
akan disadap pada saluran tersier 4 kuarter Desa Molen.

Data-data perencanaan :
Tabel 4.3 Dimensi Saluran

No Saluran Bentuk b (m) h (m) m

1 SPk2 2,4 0,8 1,0

2 SMk3 2,4 0,8 1,0

3 TM3k1 1,0 0,5 –

4 TM3k2 1,0 0,5 –

5 TM3k3 1,0 0,5 –

6 TM3k4 1,0 0,5 –

(Sumber : Data Perencanaan)

TUGAS BESAR 57
IRIGASI
Tabel 4.4 Elevasi Saluran Rencana
NO Nama Saluran debit 10% Q tinggi alir dasar saluran muka pengaturan bangunan ì saluran
(m3/det) (m) air aliran ukur
1 SPk2 0,377 0,477 0,800 169,039 169,839 pintu sorong mercu 0,00079547
2 SMk3 0,425 0,525 0,800 165,435 166,235 pintu sorong mercu 0,0003575
3 TM3k1 0,084 0,184 0,600 165,161 165,761 pintu sorong mercu 0,0007141
4 TM3k2 0,101 0,201 0,500 161,404 161,904 pintu sorong mercu 0,0005952
5 TM3k3 0,102 0,202 1,000 167,372 168,372 pintu sorong mercu 0,0011689
6 TM3k4 0,094 0,194 0,500 168,739 169,239 pintu sorong mercu 0,0005368

(Sumber : Data Perencanaan)

4.8.1 Saluran Sekunder 3 Desa Molen (SSMk3)


Dalam perencanaan bangunan bagi dan sadap, tahapan perencanaan dimulai
dengan perhitungan pintu sorong, perhitungan dimensi pintu sorong, perhitungan
bangunan pengukur debit dan perhitungan kolam olak.

a. Perhitungan Pintu Sorong


Dalam merencanakan pintu sorong, factor-faktor yang harus dipertimbangkan
antara lain :
- Beban yang bekerja pada pintu
- Alat pengangkat : 1. Mesin
2. Manusia
- Kedap air dan sekat
- Bahan bangunan

V²/2g

H1
h1
h2
ß

Gambar 4.8 Kedalaman Air di Hulu, Kedalaman Air di Hilir Pintu dan Bukaan
Pintu Sorong
Dimana:
- Kedalaman hulu (h₁) diambil sama dengan kedalaman saluran sekunder hulu
(SSMk3).
- Kedalaman air di hilir pintu (h₂) diambil 20 cm lebih rendah dari h₁.

TUGAS BESAR 58
IRIGASI
- Bukaan pintu sorong (a) diambil = 0,3 meter.
Sehingga didapat data :
- h₁ = 0.8 m
- h² = 0,8 – 0,2 = 0,6 m
- a = 0,3 m
- Dari grafik, koefisien (k) :
h ₂ 0.6
• = =2
a 0,3
K = 0,57
h ₁ 0.8
• = = 2,67
a 0,3

Gambar 4.9 Grafik Koefisien K Untuk Debit Tenggelam Dari Dari Schmidt
(Sumber : Kriteria Pelaksanaan-04)
- Koefisien µ :
h ₁ 0,8
• = = 2,67
a 0,3
µ = 0,56
• Sudut pintu (β) = 90º

Gambar 4.10 Grafik Koefisien Debit untuk Permukaan Pintu Datar atau Lengkung

TUGAS BESAR 59
IRIGASI
(Sumber : Kriteria Pelaksanaan-02)
b. Perhitungan Dimensi Pintu Sorong
- Rumus debit (Q) pada pintu sorong :
Q = K . µ . a . b . √ 2. gh₁
dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• K = Faktor aliran tenggelam
• µ = Koefisien debit
• a = Bukaan pintu sorong (m)
• b = Lebar pintu sorong (m)
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• h₁ = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
- Dimensi lebar pintu b :
Qss ₂
b=
K . µ. a . √ 2. g . h₁
dimana :
• Nilai Q dinaikan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
Debit.
• Menaikan nilai Q juga menjaga agar aliran di atas mercu bangunan ukur, tetap
tetap dalam kondisi “CRITICAL” pada saat terjadi kenaikan debit.
sehingga :
0,477
b=
0,57 . 0,56 .0,2 . √2 . 9,81 .0,8
= 1,8 m ~ 2 m
dipakai 2 buah pintu sorong dengan b = 1 m.

TUGAS BESAR 60
IRIGASI
Gambar 4.11 Sketch Pintu Sorong

Gambar 4.12 Potongan A-A


c. Perhitungan Bangunan Pengukur Debit
- Bangunan ukur yang digunakan tipe :
• Mercu ambang lebar
• Mercu muka bulat

Gambar 4.13 Mercu Ambang Lebar Muka Bulat

TUGAS BESAR 61
IRIGASI
- Rumus debit pelimpah
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . h ₁1,5
Dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• Cd = Koefisien debit
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• br = Lebar mercu (m)
• h₁ = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)
- Dalam perencanaan lantai udik mercu diturunkan sebesar 0,30 meter. Sehingga
kedalaman aliran menurut kedalaman aliran saluran sekunder hulu adalah h₂ + Δz
(0,6 + 0,3 = 0,9 meter).

Gambar 4.14 Tampak Samping Mercu Ambang Lebar Muka Bulat


- Yang diperhitungkan pada bangunan pengukur debit adalah nilai bc (lebar mercu
ambang lebar)
- Tinggi muka air hulu (h1) = 0,5 m di atas mercu.
- Tinggi muka air hulu (h1) diperkirakan
- Kecepatan aliran menuju mercu
QSS 2 0,477
V= = = 0,248 m/dtk
( b .h) (2,4 . 0,8)
dimana :
• Q = Debit SS2 naik 10%
• b = Lebar dasar saluran SS2
• h = h2 + Δz
- Tinggi kecepatan
V 1² 0,248
= = 0,012 m
2g 2. 9,81
- Sehingga tinggi energi aliran (H1) menjadi

TUGAS BESAR 62
IRIGASI
H1 = h₁ + 0,012
= 0,5 + 0,012
= 0,512 m
- Lebar mercu ambang lebar “bt”
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . H 11,5
dimana :
• Nilai Cd untuk mercu muka bulat tipe ambang lebar = 1,03
Muka Bulat Cd = 1,03

Gambar 4.15 Lebar Mercu Muka Bulat (Cd)


sehingga :
Q
bc =
Cd .2 /3 . √ 2/ 3. g . H 1,5
0,477
=
1,03. 2/3 . √ 2/3 . 9,81 .0,5121,5
= 0,448 m ~ 0,5 m Karena bc < b, maka h₁ tidak perlu diturunkan.
- Dari hasil perhitungan di atas didapatkan lebar mercu ambang lebar
untuk bangunan ukur “bc” = 1,1 m. Karena digunakan dua pintu sorong
maka nilai bc disamakan dengan nilai lebar dasar saluran SSMk4.

TUGAS BESAR 63
IRIGASI
Gambar 4.16 Sketch Mercu Ambang Lebar Muka Bulat

d. Perhitungan Kolam Olak (Kolam Peredam Energi)

2
1

Kolam Olak

Gambar 4.17 Kolam Olak (Peredam Energi)

- Kolam olak digunakan untuk peredam energi (bangunan terjunan) yang


diakibatkan oleh kemiringan saluran/kecepatan < Vijin
- Perhitungan dimensi kolam olak vlugter

TUGAS BESAR 64
IRIGASI
• Dimisalkan muka air hilir akan diturunkan sebesar 1,5 meter dari muka air
Z = 1,5 m.
• Elevasi muka air hulu = 169,839– 0,2 = + 169,639

Gambar 4.18 Penurunan Muka Air Sebesar Z = 1,5 m


- Debit persatuan lebar (ɡ) :
Q
ɡ=
b
dimana :
• Q = Debit yang akan masuk saluran (m³/dtk)
• b = Lebar saluran
Nilai Q yang dipakai yaitu nilai Q yang sudah dinaikan 10% sebagai antisipasi
suatu saat terjadi kenaikan debit.
0,477
ɡ= = 0,198 m’/dtk
2,4

g g g g g g g

Gambar 4.19 Debit Persatuan Lebar (ɡ)


- Menghitung kedalaman kritis (hc)

ɡ2 = 3 0,1982 = 0,158 m
hc =
√ √
3

g 9,81
- Menghitung nilai (Z/hc)

TUGAS BESAR 65
IRIGASI
Z 1,5
= = 9,49
hc 0,158
- Sehingga nilai t :
t = 3,0 hc + 0,1 Z
= 3,0 . 0,158 + 0,1 . 1,5
= 0,624 m ~ 0,7 m
- Tinggi ambang yang yang dibutuhkan :
hc
a = 0,28 hc .
√ Z
0,158
= 0,28 . 0,158 .
√ 1,5
= 0,014 m
Mercu Ambang Lebar

h1

Kolam Olak

t
a

Gambar 4.20 Tinggi Ambang Kolam Olak


- Elevasi kolam olak :
Elevasi kolam olak = elevasi muka air hilir – t
= 168,788– 0,7
= + 168,088

- Menghitung nilai D :
D = Elevasi muka air hulu - h₁ - elevasi kolam olak
= 169,639– 0,5 – 160,088
= 9,051 m
Dimana :
• h₁ = Tinngi aliran di atas ambang mercu 0,5 m Gambar 4.12
- Panjang kolam olak minimum :
L = D = 9,051 m

TUGAS BESAR 66
IRIGASI
Gambar 4.21 Sketch Bangunan Bagi Saluran Sekunder Satu dan Dua Desa Molen

TUGAS BESAR 67
IRIGASI
4.8.2 Saluran Tersier 2 Desa Molen(STM3k2)
Dalam perencanaan bangunan bagi dan sadap, tahapan perencanaan dimulai
dengan perhitungan pintu sorong, perhitungan dimensi pintu sorong, perhitungan
bangunan pengukur debit dan perhitungan kolam olak.

a. Perhitungan Pintu Sorong


Dalam merencanakan pintu sorong, factor-faktor yang harus dipertimbangkan
antara lain :
- Beban yang bekerja pada pintu
- Alat pengangkat : 1. Mesin
2. Manusia
- Kedap air dan sekat
- Bahan bangunan

V²/2g

H1
h1
ß
h2

Gambar 4.22 Kedalaman Air di Hulu, Kedalaman Air di Hilir Pintu dan Bukaan
Pintu Sorong
Dimana:
- Kedalaman hulu (h₁) diambil sama dengan kedalaman saluran sekunder hulu
(Nh, SS1).
- Kedalaman air di hilir pintu (h₂) disamakan dengan kedalaman aliran saluran
tersier (TM3k2) h₂ = 0,5 meter.
- Bukaan pintu sorong (a) diambil = 0,2 meter.
Sehingga didapat data :
- h₁ = 0,8 m
- h² = 0,5 m
- a = 0,2 m

TUGAS BESAR 68
IRIGASI
- Dari grafik, koefisien (k) :
h ₂ 0,5
• = = 2,5
a 0,2
K = 0,78
h ₁ 0.8
• = =4
a 0,2

Gambar 4.23 Grafik Koefisien K Untuk Debit Tenggelam Dari Dari Schmidt
(Sumber : Kriteria Pelaksanaan -04)
- Koefisien µ :
h ₁ 0.8
• = =4
a 0,2
µ = 0,58
• Sudut pintu (β) = 90º

TUGAS BESAR 69
IRIGASI
Gambar 4.24 Grafik Koefisien Debit untuk Permukaan Pintu Datar atau Lengkung
(Sumber : Kriteria Pelaksanaan-02)
Sehingga nilai a:
0 ,201
a=
0,78 .0,58 . 1 . √ 2 .9,81 . 0,8
= 0,12 m

b. Perhitungan Dimensi Pintu Sorong


- Rumus debit (Q) pada pintu sorong :
Q = K . µ . a . b . √ 2. gh₁
dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• K = Faktor aliran tenggelam
• µ = Koefisien debit
• a = Bukaan pintu sorong (m)
• b = Lebar pintu sorong (m)
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• h₁ = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
- Dimensi lebar pintu b :
Qss ₂
b=
K . µ. a . √ 2. g . h₁
dimana :
• Nilai Q dinaikan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
Debit.
• Menaikan nilai Q juga menjaga agar aliran di atas mercu bangunan ukur, tetap
tetap dalam kondisi “CRITICAL” pada saat terjadi kenaikan debit.
sehingga :
0,201
b=
0,78 .0,58 . 0,12 . √2 . 9,81. 0,8
=1m
dipakai 1 buah pintu sorong dengan b = 1 m.

TUGAS BESAR 70
IRIGASI
Gambar 4.25 Sketch Pintu Sorong

Gambar 4.26 Potongan A-A

c. Perhitungan Bangunan Pengukur Debit


- Bangunan ukur yang digunakan tipe :
• Mercu ambang lebar
• Mercu muka bulat

TUGAS BESAR 71
IRIGASI
Gambar 4.27 Mercu Ambang Lebar Muka Bulat
- Rumus debit pelimpah
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . h ₁1,5
Dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• Cd = Koefisien debit
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• br = Lebar mercu (m)
• h₁ = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)
- Dalam perencanaan lantai udik mercu diturunkan sebesar 0,30 meter. Sehingga
kedalaman aliran menurut kedalaman aliran saluran sekunder hulu adalah h₂+Δz
(0,5 + 0,3 = 0,8 meter).

Gambar 4.28 Tampak Samping Mercu Ambang Lebar Muka Bulat


- Yang diperhitungkan pada bangunan pengukur debit adalah nilai bc (lebar mercu
ambang lebar)
- Tinggi muka air hulu (h1) = 0,5 m di atas mercu.
- Tinggi muka air hulu (h1) diperkirakan
- Kecepatan aliran menuju mercu
QSS 2 0,201
V= = = 0,402 m/dtk
( b .h) (1 . 0,5)

TUGAS BESAR 72
IRIGASI
dimana :
• Q = Debit SS2 naik 10%
• b = Lebar dasar saluran SS2
• h = h2 + Δz
- Tinggi kecepatan
V 1² 0,402
= = 0,0204 m
2g 2. 9,81
- Sehingga tinggi energi aliran (H1) menjadi
H1 = h₁ + 0,0204
= 0,5 + 0,0204
= 0,5204 m
- Lebar mercu ambang lebar “bt”
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . H 11,5
dimana :
• Nilai Cd untuk mercu muka bulat tipe ambang lebar = 1,03
Muka Bulat Cd = 1,03

Gambar 4.29 Lebar Mercu Muka Bulat (Cd)


sehingga :
Q
bc =
Cd .2 /3 . √ 2/ 3. g . H 1,5
0,201
=
1,03. 2/3 . √ 2/3 . 9,81 .0,5204 1,5
= 0,304 m ~ 0,4m Karena bc < b, maka h₁ tidak perlu diturunkan.
- Dari hasil perhitungan di atas didapatkan lebar mercu ambang lebar untuk
bangunan ukur “bc” = 0,4 m. Karena digunakan satu pintu sorong maka nilai bc
disamakan dengan nilai lebar dasar saluran tersier (TM3k2).

TUGAS BESAR 73
IRIGASI
Gambar 4.30 Sketch Mercu Ambang Lebar Muka Bulat
d. Perhitungan Kolam Olak (Kolam Peredam Energi)

2
1

Kolam Olak

Gambar 4.31 Kolam Olak (Peredam Energi)

- Kolam olak digunakan untuk peredam energi (bangunan terjunan) yang


diakibatkan oleh kemiringan saluran/kecepatan < Vijin
- Perhitungan dimensi kolam olak vlugter
• Dimisalkan muka air hilir akan diturunkan sebesar 1,5 meter dari muka air
Z = 1,5 m.
• Elevasi muka air hulu = 161,904 – 0,5 = + 161,404

Gambar 4.32 Penurunan Muka Air Sebesar Z = 1,5 m

TUGAS BESAR 74
IRIGASI
- Debit persatuan lebar (ɡ) :
Q
ɡ=
b
dimana :
• Q = Debit yang akan masuk saluran (m³/dtk)
• b = Lebar saluran
Nilai Q yang dipakai yaitu nilai Q yang sudah dinaikan 10% sebagai antisipasi
suatu saat terjadi kenaikan debit.
0,201
ɡ= = 0,201 m’/dtk
1

g g g g g

Gambar 4.33 Debit Persatuan Lebar (ɡ)


- Menghitung kedalaman kritis (hc)

ɡ2 = 3 0,2012 = 0,16 m
hc =
√ √
3

g 9,81
- Menghitung nilai (Z/hc)
Z 1,5
= = 9,375
hc 0,16
- Sehingga nilai t :
t = 3,0 hc + 0,1 Z
= 3,0 . 0,16 + 0,1 . 1,5
= 0,63 m ~ 0,65 m
- Tinggi ambang yang yang dibutuhkan :
hc
a = 0,28 hc .
√ Z
0,16
= 0,28 . 0,16 .
√ 1,5
= 0,0146 m ~ 0,015 m

TUGAS BESAR 75
IRIGASI
Mercu Ambang Lebar

h1
Kolam Olak

t
a

Gambar 4.34 Tinggi Ambang Kolam Olak


- Elevasi kolam olak :
Elevasi kolam olak = elevasi muka air hilir – t
= 156,541 – 0,65
= + 155,891
- Menghitung nilai D :
D = Elevasi muka air hulu - h₁ - elevasi kolam olak
= 160,404 – 0,5 – 155,891
= 5,013 m
Dimana :
• h₁ = Tinngi aliran di atas ambang mercu
- Panjang kolam olak minimum :
L = D = 5,013 m

Gambar 4.35 Sketch Bangunan Sadap Saluran Sekunder Satu dan Saluran Tersier
Tiga Kuarter Dua Desa Molen

TUGAS BESAR 76
IRIGASI
4.8.3 Saluran Tersier 1 Desa Molen (STM3k1)
Dalam perencanaan bangunan bagi dan sadap, tahapan perencanaan dimulai
dengan perhitungan pintu sorong, perhitungan dimensi pintu sorong, perhitungan
bangunan pengukur debit dan perhitungan kolam olak. Namun karena saluran
tersier tiga kuarter satu Desa Molen langsung mengalir kesawah, untuk
perencenaan mercu ambang lebar dam kolam olak tidak diperhitungkan.

a. Perhitungan Pintu Sorong


Dalam merencanakan pintu sorong, factor-faktor yang harus dipertimbangkan
antara lain :
- Beban yang bekerja pada pintu
- Alat pengangkat : 1. Mesin
2. Manusia
- Kedap air dan sekat
- Bahan bangunan
• Perencanaan bukaan pintu sorong (a)
- Diambil lebar pintu sorong b = 1 sehingga
Q= Q = K . µ . a . b . √ 2. gh₁
Dimana :
- Nilai Q dinaikan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
Debit. Q = 0,184 m³/dtk
- A = Luas bukaan pintu sorong = b . a (m²)
- V = Kcepatan Aliran (m/dtk) = 1,613 m³/dtk
Sehingga :
0 , 184
a=
0,78 .0,58 . 1 . √ 2 .9,81 . 0,8
= 0,11 m
- Dalam perencanaan lantai udik diturunkan sebesar ΔZ = 0,30 meter.

TUGAS BESAR 77
IRIGASI
Gambar 4.32 Kedalaman Air di Hulu dan Bukaan Pintu Sorong

Gambar 4.36 Sketch Pintu Sorong

Gambar 4.37 Potongan A-A

TUGAS BESAR 78
IRIGASI
Gambar 4.38 Sketch Bangunan Sadap Saluran Sekunder Tiga dan Saluran Tersier
Tiga Kuarter Satu Desa Molen

TUGAS BESAR 79
IRIGASI
4.8.4 Saluran Tersier 4 Desa Molen (STM3k4)
Dalam perencanaan bangunan bagi dan sadap, tahapan perencanaan dimulai
dengan perhitungan pintu sorong, perhitungan dimensi pintu sorong, perhitungan
bangunan pengukur debit dan perhitungan kolam olak.

a. Perhitungan Pintu Sorong


Dalam merencanakan pintu sorong, factor-faktor yang harus dipertimbangkan
antara lain :
- Beban yang bekerja pada pintu
- Alat pengangkat : 1. Mesin
2. Manusia
- Kedap air dan sekat
- Bahan bangunan

V²/2g

H1
h1
ß
h2

Gambar 4.39 Kedalaman Air di Hulu, Kedalaman Air di Hilir Pintu dan Bukaan
Pintu Sorong
Dimana:
- Kedalaman hulu (h₁) diambil sama dengan kedalaman saluran sekunder hulu
(Nh, SS1).
- Kedalaman air di hilir pintu (h₂) disamakan dengan kedalaman aliran saluran
tersier (Nh 2, Ka 2) h₂ = 1 meter.
- Bukaan pintu sorong (a) diambil = 0,2 meter.
Sehingga didapat data :
- h₁ = 0,8 m
- h² = 0,5 m
- a = 0,2 m

TUGAS BESAR 80
IRIGASI
- Dari grafik, koefisien (k) :
h ₂ 0,5
• = = 2,5
a 0,2
K = 0,78
h ₁ 0.8
• = =4
a 0,2
- Koefisien µ :
h ₁ 0.8
• = =4
a 0,2
µ = 0,58
• Sudut pintu (β) = 90º

Sehingga nilai a:
0 , 194
a=
0,78 .0,58 . 1 . √ 2 .9,81 . 0,8
= 0,11 m

b. Perhitungan Dimensi Pintu Sorong


- Rumus debit (Q) pada pintu sorong :
Q = K . µ . a . b . √ 2. gh₁
dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• K = Faktor aliran tenggelam
• µ = Koefisien debit
• a = Bukaan pintu sorong (m)
• b = Lebar pintu sorong (m)
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• h₁ = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
- Dimensi lebar pintu b :
Qss ₂
b=
K . µ. a . √ 2. g . h₁
dimana :
• Nilai Q dinaikan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
Debit.

TUGAS BESAR 81
IRIGASI
• Menaikan nilai Q juga menjaga agar aliran di atas mercu bangunan ukur, tetap
tetap dalam kondisi “CRITICAL” pada saat terjadi kenaikan debit.
sehingga :
0,194
b=
0,78 .0,58 . 0 , 11 . √ 2 . 9,81. 0,8
=1m
dipakai 1 buah pintu sorong dengan b = 1 m.

Gambar 4.40 Sketch Pintu Sorong

Gambar 4.41 Potongan A-A

c. Perhitungan Bangunan Pengukur Debit


- Bangunan ukur yang digunakan tipe :

TUGAS BESAR 82
IRIGASI
• Mercu ambang lebar
• Mercu muka bulat

Gambar 4.42 Mercu Ambang Lebar Muka Bulat


- Rumus debit pelimpah
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . h ₁1,5
Dimana :
• Q = Debit (m³/dtk)
• Cd = Koefisien debit
• g = Pecepatan gravitasi (9,8 m/dtk²)
• br = Lebar mercu (m)
• h₁ = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)
- Dalam perencanaan lantai udik mercu diturunkan sebesar 0,30 meter. Sehingga
kedalaman aliran menurut kedalaman aliran saluran sekunder hulu adalah h₂+Δz
(0,5 + 0,3 = 0,8 meter).

Gambar 4.43 Tampak Samping Mercu Ambang Lebar Muka Bulat


- Yang diperhitungkan pada bangunan pengukur debit adalah nilai bc (lebar mercu
ambang lebar)
- Tinggi muka air hulu (h1) = 0,5 m di atas mercu.
- Tinggi muka air hulu (h1) diperkirakan

TUGAS BESAR 83
IRIGASI
- Kecepatan aliran menuju mercu
QSS 2 0,194
V= = = 0,388 m/dtk
( b .h) (1 . 0,5)
dimana :
• Q = Debit SS2 naik 10%
• b = Lebar dasar saluran SS2
• h = h2 + Δz
- Tinggi kecepatan
V 1² 0,388
= = 0,0197 m
2g 2. 9,81
- Sehingga tinggi energi aliran (H1) menjadi
H1 = h₁ + 0,0197
= 0,5 + 0,0197
= 0,5197 m
- Lebar mercu ambang lebar “bt”
Q = Cd . 2/3 . √ 2/3 . g . bc . H 11,5
dimana :
• Nilai Cd untuk mercu muka bulat tipe ambang lebar = 1,03
Muka Bulat Cd = 1,03

Gambar 4.44 Lebar Mercu Muka Bulat (Cd)


sehingga :
Q
bc =
Cd .2 /3 . √ 2/ 3. g . H 1,5
0,194
=
1,03. 2/3 . √2/3 . 9,81 .0,5197 1,5
= 0,29 m ~ 0,3m Karena bc < b, maka h₁ tidak perlu diturunkan.
- Dari hasil perhitungan di atas didapatkan lebar mercu ambang lebar untuk
bangunan ukur “bc” = 0,3 m. Karena digunakan satu pintu sorong maka nilai bc
disamakan dengan nilai lebar dasar saluran tersier (STM3k4).

TUGAS BESAR 84
IRIGASI
Gambar 4.45 Sketch Mercu Ambang Lebar Muka Bulat
d. Perhitungan Kolam Olak (Kolam Peredam Energi)

2
1

Kolam Olak

Gambar 4.46 Kolam Olak (Peredam Energi)

- Kolam olak digunakan untuk peredam energi (bangunan terjunan) yang


diakibatkan oleh kemiringan saluran/kecepatan < Vijin
- Perhitungan dimensi kolam olak vlugter
• Dimisalkan muka air hilir akan diturunkan sebesar 1,5 meter dari muka air
Z = 1,5 m.
• Elevasi muka air hulu = 169,839– 0,5 = + 169,339

Gambar 4.47 Penurunan Muka Air Sebesar Z = 1,5 m

TUGAS BESAR 85
IRIGASI
- Debit persatuan lebar (ɡ) :
Q
ɡ=
b

dimana :
• Q = Debit yang akan masuk saluran (m³/dtk)
• b = Lebar saluran
Nilai Q yang dipakai yaitu nilai Q yang sudah dinaikan 10% sebagai antisipasi
suatu saat terjadi kenaikan debit.
0,194
ɡ= = 0,194 m’/dtk
1

g g g g g

Gambar 4.48 Debit Persatuan Lebar (ɡ)


- Menghitung kedalaman kritis (hc)

ɡ2 = 3 0,1942 = 0,156m
hc =
√ √
3

g 9,81
- Menghitung nilai (Z/hc)
Z 1,5
= = 9,615
hc 0,156
- Sehingga nilai t :
t = 3,0 hc + 0,1 Z
= 3,0 . 0,156 + 0,1 . 1,5
= 0,618 m ~ 0,65 m
- Tinggi ambang yang yang dibutuhkan :
hc
a = 0,28 hc .
√ Z
0,156
= 0,28 . 0,156.
√ 1,5
= 0,014 m

TUGAS BESAR 86
IRIGASI
Mercu Ambang Lebar
h1
Kolam Olak

t
a

Gambar 4.49 Tinggi Ambang Kolam Olak


- Elevasi kolam olak :
Elevasi kolam olak = elevasi muka air hilir – t
= 163,586– 0,65
= + 162,936
- Menghitung nilai D :
D = Elevasi muka air hulu - h₁ - elevasi kolam olak
= 169,339– 0,5 – 162,936
= 5.903m
Dimana :
• h₁ = Tinngi aliran di atas ambang mercu
- Panjang kolam olak minimum :
L = D = 5,903 m ~6,0m

Gambar 4.50 Sketch Bangunan Sadap Saluran Sekunder Satu dan Saluran Tersier
Tiga Kuarter Empat Desa Molen

TUGAS BESAR 87
IRIGASI
4.8.5 Saluran Tersier 3 Desa Molen (STM3k3)
Dalam perencanaan bangunan bagi dan sadap, tahapan perencanaan dimulai
dengan perhitungan pintu sorong, perhitungan dimensi pintu sorong, perhitungan
bangunan pengukur debit dan perhitungan kolam olak. Namun karena saluran
tersier tiga kuarter tiga Desa Molen langsung mengalir kesawah, untuk
perencenaan mercu ambang lebar dan kolam olak tidak diperhitungkan.

a. Perhitungan Pintu Sorong


Dalam merencanakan pintu sorong, factor-faktor yang harus dipertimbangkan
antara lain :
- Beban yang bekerja pada pintu
- Alat pengangkat : 1. Mesin
2. Manusia
- Kedap air dan sekat
- Bahan bangunan
• Perencanaan bukaan pintu sorong (a)
- Diambil lebar pintu sorong b = 1 m sehingga
Q=A.V
Dimana :
- Nilai Q dinaikan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
Debit. Q = 0,202 m³/dtk
- A = Luas bukaan pintu sorong = b . a (m²)
- V = Kcepatan Aliran (m/dtk) = 1,190 m³/dtk
Sehingga :
0 ,202
a=
0,78 .0,58 . 1 . √ 2 .9,81 . 0,8
= 0,12 m
- Dalam perencanaan lantai udik diturunkan sebesar ΔZ = 0,30 meter.

TUGAS BESAR 88
IRIGASI
Gambar 4.51 Kedalaman Air di Hulu dan Bukaan Pintu Sorong

Gambar 4.52 Sketch Pintu Sorong

Gambar 4.53 Potongan A-A

TUGAS BESAR 89
IRIGASI
Gambar 4.53 Sketch Bangunan Sadap Saluran Sekunder Satu dan Saluran Tersier
Tiga Kuarter Tiga Desa Molen.

TUGAS BESAR 90
IRIGASI
4.9 Desain Bangunan Kantong Lumpur
Fungsi bangunan kantong lumpur yaitu untuk mencegah masuknya sedimen
ke saluran irigasi. Sedimen yang masuk ke saluran irigasi akan mengendapi
saluran irigasi maupun bangunan-bangunan irigasi.
Bangunan Kantong Lumpur terletak di bagian awal (hulu) saluran primer atau
setelah bangunan pengambilan (Intake). Berfungsi untuk menangkap sedimen
sebelum masuk ke saluran primer.
Data yang dibutuhkan :
1. Data analisis saringan diameter butiran sedimen (sampel sedimen diambil
dan diuji analisis saringan dan tentukan diameter terkecil d0).
2. Rencana pembilasan yang biasanya dilakukan seminggu sekali.
3. Debit pengambilan pada bangunan intake.
4. Data topografi pada lokasi kantong lumpur (kontur).

Bendungan

Jalan Inspeksi

Sungai

Saluran Pembilas
Intake Pintu Pembilas

Pintu Saluran Primer

Kantong Lumpur

Gambar 4.54 Sketch Bangunan Kantong Lumpur


4.9.1 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas berfungi untuk membilas/menguras sedimen yang
tertangkap di saluran kantong lumpur. Pembilasan biasanya dilakukan sekali
dalam seminggu. Saat pembilasan pintu saluran primer ditutup dan pintu saluran
pembilas dibuka, sehingga sedimen yang terperangkap dikantong lumpur akan
terbuang ke sungai.

TUGAS BESAR 91
IRIGASI
4.9.2 Ukuran Partikel Sedimen
Berdasarkan hasil analisis saringan, dimisalkan bahwa ukuran partikel
terkecil sedimen yang kurang dari 0,08 mm akan terangkut ke saluran irigasi.
Sehinnga perlu saluran kantong lumpur untuk mengendapkan ssedimen tersebut.
Dari hasil analisi saringan tersebut dapat diketahui ukuran butiran sedimen
terkecil sehingga untuk nilai d0 diambil = 0,08 mm.
Diasumskan bahwa air yang dielakkan (diambil dari intake mengandung
0,05% sedimen yang harus diendapkan atau disebut juga konsentrasi sedimen
pada air. Jumlah kandungan sedimen dalam air sebesar 0,05% 0,0005

4.9.3 Perhitungan Volume Kantong Lumpur


Bangunan Kantong lumpur yang direncanakan merupakan bangunan
kantong lumpur antara bangunan intake dengan saluran primer Desa Pisang.
Debit (Q) saluran primer Desa nihi yaitu 2,434 m³/dtk. Untuk menentukan
volume kantong lumpur, tergantung pada jarak (L) dan waktu pembilasan (T).
V0 = 0,0005 . Qn . T
dimana :
• V0 = Volume kantong lumpur (m³)
• Qn = Debit pengambilan Intake (m³/dtk)
= 1,2 . Qsal.primer
= 1,2 . 2.434 m³/dtk
= 2,921 m³/dtk
• T = Jarak/Interval waktu pembilasan = 7 hari 604800 detik
Sehingga :
V0 = 0,0005 . Qn . T
= 0,0005 . 2,921. 604800
= 883,31 m³

4.9.4 Kebutuhan Luas Permukaan Rata-Rata Saluran Kantong Lumpur


Qn
L . B=
w
dimana :
• L = Panjang saluran kantong lumpur (m)

TUGAS BESAR 92
IRIGASI
• B = Lebar saluran kantong lumpur (m)
• Qn = Debit rencana (m³/dtk)
• w = Kecepatan pengendapan sedimen (mm/dtk)
Nilai w ditentukan dari grafik 7.4 (KP-02/hal.169) berdasarkan diameter
sedimen hasil uji analisis saringan (d0) dan suhu air rata-rata (biasanya t = 20º).
Berdasarkan grafik nilai “w” kecepatan pengendapan sedimen diperoleh :
w = 5 mm/dtk atau 0,005 mm/dtk Gambar 4.41

Gambar 4.55 Gambar Hubungan Antara Diameter Saringan dan Kecepatan


Endap Untuk Air Tenang (Sumber : KP-02/Hal.166)
sehingga :
2,921
L . B=
0,005
= 584,2 m² ≈ 600 m²
- Menentukan Nilai L dan B
Syarat L/B ˃ 8, agar tidak terjadi “meander” di dalam saluran. Meander
yaitu terjadinya kelokan aliran akibat endapan seidimen.

TUGAS BESAR 93
IRIGASI
Gambar 4.57 Terjadinya Meander Akibat Endapan Sedimen
Untuk memenuhi syarat tersebut maka :
• B diambil = 4,5 m
• L diambil = 133.33 m
Cek :
L/B = 133,33/4,5 = 29,629 ˃ 8 Ok!
L.B = 133,33 . 4,5 = 600 m² Ok!

Gambar 4.58 Panjang Saluran Kantong Lumpur

Gambar 4.59 Lebar Saluran Kantong Lumpur

4.9.5 Perhitungan Kedalaman Aliran (Hn) Saluran Kantong Lumpur


- Perkiraan luas tampang saluran kantong lumpur.
Qn
An =
Vn

TUGAS BESAR 94
IRIGASI
dimana :
• Qn = Debit rencana (m³/dtk)
• An = Luas tampang saluran (m²)
• Vn = Kecepatan aliran kantong lumpur (m/dtk)
Nilai “Vn” biasanya diambil 0,40 m/dtk untuk mencegah tumbuhnya vegetasi
pada saluran kantong lumpur. Selain itu, agar partikel-partikel yang lebih besar
tidak langsung mengendap di hilir intake. Diambil “Vn” = 0,40 m/dtk.
sehingga :
Qn = An . Vn
2,921 = An . 0,40
2,921
An = = 7,3025 m²
0,40
- Dengan nilai B = 4,0 m, maka kedalaman air Hn menjadi :
An = B . Hn
7,3025 = 4,5 . Hn
7,3025
Hn = = 1,628 m ≈ 1,7 m
4,5

Gambar 4.60 Kedalaman Air Saluran Kantong Lumpur (Hn)


- Keliling basah (Pn)
Pn = 4,5 + (2 . √ 1,72 +1 ,5² )
= 9,034 m
- Radius Hidraulik
An 7,3025
Rn = = = 0,785 m
Pn 9,304
- Kemeringan (In)
Vn ²
¿= 2/ 3
( Rn . Ks)²

TUGAS BESAR 95
IRIGASI
dimana :
• Ks = 70 (Nilai koefisien kekasaran Strickler pasangan beton)
Sehingga :
0 , 40²
¿=
(0,7852 /3 .70)²
= 4,509 . 10−5
Catatan : (Nilai In boleh dicari boleh tidak, karena perbedaan elevasinya cukup
kecil, sehingga dapat diabaikan).

4.9.6 Perhitungan Kedalaman Kantong Lumpur (Hs)


• Asumsi awal kecepatan untuk aliran pembilasan dipakai Vs = 1,5 m/dtk
• Debit untuk pembilasan diambil
Qs = 1,2 . Qn
= 1,2 . 2,921
= 3,505 m³/dtk
- Luas penampang Kantong Lumpur
Qs = As . Vs
3,505 = As . 1,5
3,505
As = = 2,34 m²
1,5
- Tinggi kantong lumpur (Hs)
As = B . Hs
2,34 = 4,5 . Hs
2,34
Hs = = 0,52 m
4,5

Gambar 4.61 Kedalaman Kantong Lumpur (Hs)


- Panjang keliling basah (Ps)

TUGAS BESAR 96
IRIGASI
Ps = 4,4 + 2 . 0,52
= 5,44 m
- Radius hidraulik (Rs)
As 2,34
Rs = = = 0,43 m
Ps 5,44
- Kemiringan dasar kantong lumpur (Is)
Vs ²
Is= 2 /3
( Rs . Ks)²
dimana :
• Ks = 70 (Nilai koefisien kekasaran Strickler pasangan beton)
• Vs = 1,5 m/dtk
Sehingga :
1 , 5²
Is=
(0,43 2/3 . 70)²
= 0,001414
- Kontrol terhadap bilangan Froude (Fr)
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik maka kecepata aliran harus dijaga
agar tetap Sub Kritis (Sub Critical) Fr ˂ 1
V
Fr =
√g . h
dimana :
• Fr = Froude Number
• V = Vs = 1,5 m/dtk (Kecepatan Aliran)
• g = Percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s²)
• H = Hs = 0,35 m (Tinggi aliran/kantong lumpur)
sehingga : crt
1,5
Fr = = 0,664 ˂ 1 Ok!
√ 9,81. 0,52
Catatan : (Jika bilangan Froude (Fr) didapat ˃ 1, maka akan terjadi aliran
CRITICAL hingga SUPER CRITICAL. Jika kecepatan aliran lebih besar, proses
pengendapan sedimen akan terganggu. Jika demikian maka lebar saluran (B)
harus dibesarkan).

TUGAS BESAR 97
IRIGASI
4.9.7 Penentuan/Perhitungan Ukuran Butiran Yang Akan Terbilas
Berdasarkan diagram SHIELDS (Gambar 7.6-Hal 170, KP-02) dapat
diperoleh diameter butiran sedimen yang akan bergerak terbilas didalam kantong
lumpur pada saat dilakukan pembilasan. Untuk pembacaan diagram Shields, maka
tegangan geser kritis ¿crt) harus diketahui.
τ crt = ρ . g . Hs . Is
dimana :
• τ crt = Tegangan geser kritis (N/m²)
• ρ = Rapat masa air (1000 kg/m³)
• g = Percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s²)
• Hs = 0,52 m (Tinggi kantong lumpur)
• Is = 0,001414 (Kemiringan dasar kantong lumpur)
sehingga :
τ crt = 1000 . 9,81 . 0,52 . 0,001414
= 7,213 N/m²

Gambar 4.62 Tegangan Geser Kritis dan Kecepatan Geser Kritis Sebagai Fungsi
Besarnya Butir Untuk Ps = 2.650 kg/m³ (Pasir) (Sumber KP-02/Hal.170)
• Dari grafik Shields, diperoleh nilai d = 9,25 mm, yang artinya bahwa diameter
dibawah diameter butiran sedimen yang diameternya lebih kecil dari 9,25 mm
akan ikut terbilas pada saat dilakukan pembilasan. Namun diameter diatas 9,25
mm tidak akan terangkat/terbilas, sehingga akan berpotensi terjadi pengendapan di

TUGAS BESAR 98
IRIGASI
kantong lumpur. Maka perlu dilakukan pengerukan sedimen manual dengan alat
berat dan lain sebagainya.

4.9.8 Perhitungan Panjang Efektif Kantong Lumpur


Untuk perhitungan Panjang efektif kantong lumpur, maka volume kebutuhan
kantong lumpur harus dihitung terlebih dahulu. Bangun kantong lumpur terdiri
dari bangun ruang Balok dan Prisma.
Vbalok = panjang . lebar . tinggi
= L . B . Hs
dimana :
• L = 133.33 m (Panjang saluran kantong lumpur)
• B = 4,5 m (saluran kantong lumpur)
• Hs = 0,52 m (Tinggi kantong lumpur)
sehingga :
Vbalok = 133.33 . 4,5 . 0,52
= 311,99 m³
Selanjutnya menghitung volume prisma.
Vprisma = (1/2 . alas . tinggi . tebal)
= (1/2 . Δh . L . B)
dimana :
∆h
• Δh = Selisih elevasi hulu dan hilir Saluran (m) Is = Δh = Is .
L
L
= 0,001414. 133.33 = 0,188 m
• Is = Kemiringan kantong lumpur (m)
• L = 133,33 m (Panjang saluran kantong lumpur)
• B = 4,5 m (saluran kantong lumpur)
sehingga :
Vprisma = (1/2 . 0,188 . 133.33 . 4,5)
= 56,398 m³
Jadi :
Volume kantong lumpur = Vbalok + Vprisma
= 311,99 + 56,398

TUGAS BESAR 99
IRIGASI
= 368,388 m³

Gambar 4.63 Dimensi Kantong Lumpur


Setelah volume kebutuhan kantong lumpur didapatkan, selanjutnya
menghitung Panjang efektif kantong lumpur.
V = 0,5 . B . L + 0,5 (Is – In) . L² . B
dimana :
• V = Volume kantong lumpur (m³)
• L = 133,33 m (Panjang saluran kantong lumpur)
• B = 4,5 m (saluran kantong lumpur)
• Is = 0,001414 m (Kemiringan energi pada saat pembilasan)
• In = 4,509 . 10−5 m (Kemiringan energi pada saat normal)
sehingga :
V = 0,5 . B . L + 0,5 (Is – In) . L² . B
368,388 = 0,5 . 4,5 . L + 0,5 (0,001414 –4,509 . 10−5 ) . L² . 4,5
368,88 = 2,25 . L + 0,00693 . L²
f(L) = 2,25 . L + 0,00693 . L² - 368,88

digunakan rumus a,b,c


−b ± √b 2−4 ac
X1,2 =
2a
dimana :
• a = 0,00693
• b = 2,25
• c = - 381,324
sehingga :

TUGAS BESAR 100


IRIGASI
−2 ,25 ± √ 2, 2 52−4 . 0,00693.(−3 68,388)
X1,2 =
2 . 0,00693
−2 ,25 ± √15,272
X1,2 =
0,01386
−2 ,25+ √ 1 5,72
X1 =
0,01386
= 119,62 m ≈120 m
−2 ,25−√ 12.82
X2 =
0,01386
= -444,29 m
diambil f(L) = X1 = 120 m.
Jadi panjang kantong lumpur yang dibutuhkan untuk mengendapkan
sedimen pada jaringan irigasi tersebut adalah 120 meter.

TUGAS BESAR 101


IRIGASI

Anda mungkin juga menyukai