A. Konsep Penyakit
I. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama adalah
Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. M.bovis dan
M.avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi
tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2002).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam
paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui
peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
II. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat
mikobakterium lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik. M. tuberculosis hominis merupakan penyebab sebagian besar
kasus tuberculosis. Mikobakterium ini tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal
1
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
1. Tuberculosis Primer
a. Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang
belum pernah terpajan (orang yang belum pernah mengalami TB) atau
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap
basil mikobakterium.
b. Dampak utama dari tuberculosis primer adalah
a) penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan resistensi.
b) fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup selama bertahun-
tahun bahkan seumur hidup
c) penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis primer
progresif. Hal ini terjadi ada orang yang mengalami gangguan akibat
suatu penyakit (terutama penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh, seperti AIDS dan biasanya terjadi pada pada anak yan mengalami
malnutrisi atau usia lanjut).
2
2. Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)
Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah terpajan
penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang di mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium tersebut. Penyakit ini mungkin terjadi segera
setelah tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi lesi
primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal, terutama jika sistem
pertahanan penjamu (seseorang yang pernah terkena TB sebelumnya)
melemah.
IV. Penatalaksaan
1. Pengobatan Tb
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah:
menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan tingkat
penularan (Depkes RI. 2002).
a. jenis dan dosis obat anti TB
b. Tahap pengobatan
c. Evaluasi pengobatan
2. Perawatan Tb
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
a) Awasi penderita minum obat
b) Mengetahui adanya gejala samping obat
c) Mencukupi gizi seimbang bagi penderita
d) Istirahat teratur minimal 8 jam perhari
e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, ke
lima dan ke enam
f) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yg baik
3
V. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan nafas
b. Antelektasis (paru mengembang kurang sempurna)atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian dan
ginjal.
4
B. Pengkajian
I. Wawancara
1. Identitas klien dengan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama(perasaan yang di rasakan)
4. Riwayat kesehatan sekarang
5. Riwayat kesehatan yang lalu
6. Riwayat kesehatan keluarga
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal pasien.
2. Tanda – tanda vital
Meliputi pemeriksaan :
b. Tekanan darah
c. Nadi
d. Respirasi
e. Suhu
3. Pengkajian Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Nutrisi /metabolic
c. Eliminasi
d. Aktivitas dan latian
e. Persepsi,sensori, dan kognitif
f. Tidur dan istirahat
g. Konsep diri
h. Peran hubungan
i. Seksual dan reproduksi
j. Koping stress dan adaptasi
5
2. Pemeriksaan radiologi
Rongten dada biasanya menunjukan lesi pada losus atas atau
superior lobus bawah/ dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan
gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya bilateral (Price &
Wilson, 2006).
6
kering
TTV suhu : 380c
Nadi : 80x/mnt
TD : 110/70mmHg
RR : 20x/mnt
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
1 Resiko tinggi Tidak terjadi 1.untuk Bersihan
1. kolaborasi jalan nafas
penyebaran infeksi penyebaran mempercepat
dengan dokter
pasien
berhubungan infeksi setelah tentang pengobatan penyembuhan
dan terapi. kembali
dengan adanya dilakukan infeksi. efektif.
2. observasi
infeksi kuman tindakan 2.ntuk
TTV(suhu tubuh)
tuberkulosis keperawatan mengetahui
dalam waktu 3x 3.Anjurkan px keadaan
7
teknik mencuci membantu
tangan yang tepat. menurunkan
Dorong rasa
untukmengulangi terisolasi
demonstrasi. pasien.
5. untuk
4. Kaji tindakan
mengubah
kontrol infeksi
pola hidup
sementara, contoh
dan
masker/ isolasi
menghindari
pernafasan.
menurunkan
5. Identifikasi insiden
faktor resiko eksaserbasi.
individu terhadap
pengaktifan
berulang
tuberkolusis,
contoh tahanan
bawah gunakan
obat penekan imun
adanya dibetes
militus, kanker,
kalium.
8
trakeal/faringeal. efektif frekuensi si kelainan
pernapasan pernafasan.
4. Berikan posisi 3.untuk
semifowler jika mengetahui
tidak ada keadaan umum
kontraindikasi pasien
5. Ajarkan klien 4. untuk
meningkatkan
napas dalam dan ekspansi
batuk efektif jika 5. untuk
membantu
dalam keadaan pengeluaran
sadar. secret
6. untuk
6. Berikan klien meningkatkan
air putih hangat rasa nyaman
pasien
sesuai kebutuhan
jika tidak ada
kontraindikasi
9
E. Daftar Pustaka
Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam
09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/
Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan),
Bandung
Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru.
Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/
Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
10