1) “Atas dasar keyakinan saya kepada Allah bahwa selama ujian ini saya akan berlaku jujur dan bekerja mandiri, tidak akan memberikan/menerima bantuan dari/kepada orang lain.” 2) Foaming adalah suatu tahapan timbulnya buih pada fasa cairan saat proses Fermentasi yang dapat menyebabkan mikroba yang terjebak dalam foam tidak bisa beraktivitas karena konsentrasi yang beda (dalam gelembung udara dan di luar cairan) sehingga menyebabkan lisis sel mati. Foam yang terbentuk akan membasahi filter udara sehingga menghalangi aliran udara masuk juga akan menghambat transfer oksigen ke dalam media fermentasi. Teknik penanggulangannya : - Teknik foaming ditimbulkan oleh komponen penyusun medium maka dilakukan modifikasi pada parameter fisik seperti pengubahan pH, suhu, dan agitasi - Menggunakan bahan antibusa yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada busa. 3) - Produktivitas fermentasi menurun, karena media fermentasi harus menunjang pertumbuhan mikroorganisma produktif dan mikroorganisma kontaminan. - Bila fermentasi merupakan sistem kontinyu, kontaminan dapat tumbuh melebihi mikroorganisma produktif. - Mikroorganisma asing akan mengkontaminasi produk akhir misal pada produksi protein sel tunggal (PST). - Kontaminan menghasilkan senyawa yang menyulitkan proses ekstraksi produk akhir - Kontaminan dapat mendegradasi produk akhir, contoh : pada fermentasi antibiotika yang dikontaminasi bakteri yang tahan terhadap inhibisi antibiotika - Kontaminasi fermentasi bakteri oleh phage (virus) dapat menyebabkan lisis pada kultur tersebut. Kontaminasi dapat dicegah/dikurangi dengan cara: - Menggunakan inokulum murni untuk memulai fermentasi. - Mensterilisasi media fermentasi yang akan digunakan - Mensterilisasi bioreaktor - Menstrerilisasi semua bahan yang akan ditambahkan pada fermentor selama proses berlangsung. - Mempertahankan kondisi aseptik selama proses berlangsung. 4) Nilai del faktor dan t holding:
5) e. Tipe Inhibitor pada proses fermentasi:
- Inhibitor kompetitif - Inhibitor Unkompetitif - Inhibitor Nonkompetitif - Inhibitor campuran 6) Hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor: - Mudahnya operasi dan pemeliharaan. - Aerasi dan agitasi. - Konsumsi energi seminimal mungkin. - Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisika kimia lain - Fasilitas pengambilan contoh. - Proses evaporasi. - Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala. 7) Perbedaan proses fermentasi yang dilakukan secara batch, fed batch, dan diskontinu. a. Fermentasi Batch Pada proses fermentasi secara Kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur kontinu. b. Fermentasi Diskontinu Pada proses fermentasi Diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan pencampuran optimum. System ini adalah tertutup, kecuali untuk organisme aerobik dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada proses fermentasi diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem. c. Fermentasi Fed Batch Proses fermentasi semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari system. Produk yang dihasilkan dari system seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur diskontinu. Kultur inokulum yang digunakan untuk proses utama sejumlah 100 ml. Kultum inokulum tersbut diinokulasikan ke dalam 700 ml media fermentasi dalam fermentor. Fermentasi berlangsung selama tiga kali 24 jam, dengan tiga kali pengambilan sample setiap hari. Pada 24 jam pertama fermentasi berlangsung secara batch sedangkan 2 kali 24 jam berikutnya pada jam ke-24. Volume substrat yang ditambahkan selama proses fed- batch sekitar 900 ml dengan laju penambahan 19 mL/jam. Fermentasi berlangsung dalam fermentor kapasitas 2L dengan pengaturan pH pada pH 7 dan 8 serta kecepatan putaran 300 dan 500 rpm. Secara keseluruhan hasil penelitian produksi enzim dengan fermentasi system fed-batch pada perlakuan kecepatan putaran 500 rpm mempunyai kecenderungan yang sama dengan fermentasi system batch.